OLEH
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2016
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
4.1. Kesimpulan……………………………………………………………………..26
4.2. Saran…………………………………………………………………………….26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..27
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun judul
dari karya tulis ini adalah “ Pengukuran Porositas Batuan Dengan Menggunakan
Metode Ultrasonik”.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada semua pihak yang
memberikan dorongan moril dan semangat sehingga tersusunnya karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini sangat jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan karya tulis ini
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada makalah ini hanya akan dibahas mengenai metode pengukuran kecepatan
gelombang Ultrasonik. Berbagai aplikasi dimana dilakukan atau diperlukan pengukuran
kecepatan antara lain adalah :
- Pengukuran modulus Young, modulus geser dan perbanding poisson bahan polikristal.
Dari latar belakang ini dapat ditarik suatu permasalahan yaitu bagaimana kesalahan
metode-metode pengukuran untuk menentukan kecepatan gelombang ultrasonic yang dapat
terjadi dalam metode-metode pengukuran tersebut, serta mencari solusi untuk meminimalkan
kesalahan dalam suatu pengukuran atau penelitian.
Tujuan penulisan ini yaitu untuk memperoleh suatu metode pengukuran yang sesuai agar
memperoleh tingkat ketelitian yang diinginkan dalam suatu aplikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gelombang adalah gejala terjadinya penjalaran suatu gangguan melalui suatu medium,
dimana setelah gangguan ini lewat keadaan medium akan kembali kekeadaan semula,seperti
sebelum gangguan itu datang.( Amoranto Trisnobudi). Gelombang yang dipindahkan
mediumnya (demikian juga partikel-partikel didalam medium) merupakan besaran yang
berubah-ubah disebut sebagai gelombang mekanik atau gelombang elastic. Gelombang yang
ditinjau dari segi tekanan maka gelombangnya kit asebut sebagai gelombang akustik. Besaran
yang biasa diukur dalam gelombasng Akustik tekanan . Gelombang akustik yang paling umum
adalah gelombang suara yang biasa kita dengar( Amoranto Trisnobudi). Gelombang suara ini
menjalar di udara sebelum sampai ke telinga kita. Bila ada gelombnag suara maka tekanan
diudara akan berubah-ubah disekitar tekanan static. Menurut frekuensinya gelombang akustik
dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Gelombang infrasonic
2. Gelombang suara
3. Gelombang ultrasonic
ltra
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti suara, yang frekuensinya lebih
besar daripada 20 kHz. Bunyi ultrasonic tidak dapat didengar oleh telinga manusia hanya bisa
didengar oleh anjing,kucing, kelelawar dan lumba-lumba. Bunyi ultrasonic bisa merambat
melalui zat padat, cair dan gas. Reflektivitas bunyi ultrasonic di permukaan zat padat hamper
sama dengan reflektivitas bunyi ultrasonic di permukaan zat cair, akan tetan sebagainya.
Formulasi yang berlaku bagi gelombang suara pi gelombang bunyi ultrasonic akan diserap oleh
tekstil dan busa.
Gelombang ini mempunyai besaran fisis seperti pada suara yakni panjang gelombang,
kecepatan rambat(v), waktu getar (T) amplitude (A), frekuensi (f) dan sebagainya. Formulasi
yang berlaku bagi gelombang suara berlaku pula pada gelombang ultrasonic yaitu:
= (2.1)
= (2.2)
= (2.3)
Dalam perambatannya pada bahan yang sama kecepatan dan frekluensi dianggap tetap,
dalam berbagai bahan frekuensi gelombang selalu dianggap tetap, sedangkan kecepatan rambat
gelombang bergantung pada jenis bahan dan mode gelombang.Frekuensi yang sering digunakan
untuk uji tanpa rusak umumnya antara 250 kHz – 15 MHz.
Dari cara bergetar dan perambatannya maka gelombang ultrasonik dapat menjalar di
dalam bahan dalam berbagai mode
1. Mode longitudinal, terjadi bila gelombang ultrasonik merambat pada suatu arah
sejajar dengan arah gerakan atom yang digetarkan, misalkan atau digerakkan kekanan
dan kekiri, sedangkan gelombang bergerak merambat kearah kekiri atau kekanan.
Gelombang longitudinal dapat merambat pada semua bahan baik gas, cair maupun
padat.
2. Mode Transversal, terjadi bila gelombang ultrasonik merambat pada suatu arah tegak
lurus pada arah gerakan atom yang digetarkan, missal atom digetarkan ke atas dank e
bawah, sedangkan gelombang merambat kea rah kanan dan kiri.Gelombang
transversal hanya merambat pada benda padat.
3. Mode Permukaan, terjadi bila gelombang transversal merambat pada permukaan.
Gerakan atom yang bergetar berbentuk elips sesuai dengan namanya gelombang
permukaan hanya merambat pada permukaan padat dengan kedalaman maksimum
satu panjang gelombang.
4. Mode Plat, terjadi bila gelombang transversal merambat pada bahan pelat tipis yang
tebalnya kurang dari setengah panjang gelombang. Gerakan atom yang bergetar,
berbentuk ellips. Gelombang pelat merambat pada seluruh benda uji tipis tersebut,
baik dalam bentuk gelombang simetris atau gelombang asimetris. Gelombang
ultrasonik yang merambat dalam suatu bahan dapat merubah mode dari satu mode ke
mode lainnya. Perubahan mode terjadi karena pantulan atau pembiasan Bila mode
berubah maka kecepatan rambat berubah , sedangkan frekuensi tetap, akibatnya
panjang gelombang akan berubah.
5. Kemampuan deteksi
Cacat kecil dapat memantulkan kembali gelombang ultrasonik bila permukaannya
cukup luas. Cacat kecil yang dapat dideteksi gelombang ultrasonik adalah bila
ᶲminimum = λ (2.4)
R= ⁅ ⁆ D=1–R (2.5)
W1 = 1 (2.6)
Secara umum alat ini menmbakkan gelombang ultrasonic menuju suatu area atau suatu
target. Setelah gelombangnya menyentuh permukaan target , maka target akan memantulkan
kembali gelombang tersebut. Gelombang pantulan dari target akan ditangkap oleh sensor,
kemudian sensor menghitung selisih antara waktu pengiriman gelombang dan waktu gelombang
pantul diterima. Perhitungan waktu yang diperlukan modul sensor untuk menerima pantulan
pada jarak tertentu.
- Sinyal dipancarkan oleh pemancar ultrasonic dengan frekuensi tertentu dan dengan
durasi waktu tertentu. Sinyal tersebut berfrekuensi diatas 20 kHz ( pada umumnya 40
kHz).
- Sinyal yang dipancarkan akan merambat sebagai gelombang bunyi dengan kecepatan
sebesar 340 m/s. Ketika menumbuk suatu benda, maka sinyal tersebut akan
dipantuilkan oleh benda tersebut.
- Setelah gelombang pantulan sampai di alat penerima maka sinyal tersebut akan
diproses untuk menghitung jark benda tersebut. Jarak benda dihitung berdasarkan
rumus :
S= (2.7)
Dimana S merupakan jarak antara sensor dengan benda (bidang pantul) dan t adalah
selisih antara waktu pemancaran gelombang untuk transmitter dan waktu ketika
gelombang pantul diterima receiver.
Metode yang paling sederhana adalah metode pantulan pulsa dimana generator sinyal akan
mengeluarkan pulsa-pulsa video pada frekuensi perulangan (repetition rate) yang rendah
sehingga periode (p) jauh lebih besar dari waktu tempuh gelombang ultrasonic didalam
bahan.Akibat pemantulan berulang maka pada alat peraga, dalam hal ini osiloskop akan dapat
diamati sinyal echo seperti terlihat pada gambar 2. Sinyal-sinyal makin lama makin kecil karena
adanya atenuasi yang dialaminya selama merambat didalam bahan. Selang waktu (T) antara dua
sinyal echo yang berturutan adalah waktu tempuh dua kali tebal bahan, sehingga kecepatan dapat
dihitung dari :
` V= (2.8)
Dimana
V = Kecepatan
Ketelitian dari metode ini tergantung pada ketelitian menentukan dimana dari permulaan sinyal.
Ketelitian ini dapat dipertinggi dengan mengatur hasil pada sensitivitas yang paling tinggidan
divisi waktu yang paling kecil dimana dapat diamati minimum dua buah sinyal echo.
Sinyal-sinyal yang dikeluarkan oleh generator pulsa dapat juga berupa RF (radio
frekuensi) yaitu pulsa dengan gelombang pembawa, sehingga osiloskop akan dapat diamati
sinyal-sinyal echo seperti terlihat pada gambar 3. Frekuensi yang dipilih biasanya adalah
frekuensi resonansi dari tranduser agar didapatkan sensitivitas yang tinggi. Akibatnya lebar pulsa
RF ini menjadi lebih besar dari sinyal-sinyal video.
Di sini waktu tempuh juga diukur diantara dua sinyal igunakan echo yang berturutan tetapi
titik-titik pengukurannya tidak diambil pada permulaan sinyal melainkan pada puncak-puncak
siklus tertentu. Disini ketelitian juga tergantung pada ketelitian mengambil titik-titik pengukuran.
Kesalahan dapat terjadi bila kita tidak dapat menetapkan dengan pasti jumlah siklus dari
permulaan sinyal sampai ke titik pengukuran. Kesalahan yang cukup besar dapat terjadi terutama
bila digunakan tranduser berpita sempit (narrow band transduser). Tranduser ini biasanya
digunakan bila bahan mempunyai atenuasi yang besar karena mempunyai daya penetrasi yang
lebih besar jika dibandingkan dengan transduser berpita lebar (wide band transduser).
Pada metode pantulan pulsa pengukuran kecepatan dilakukan dalam waktu yang relative
lama karena harus mengamati sinyal-sinyal echo, mengukur waktu tempuh dan menghitung
kecepatan dengan persamaan (1). Untuk keperluan praktis tentu saja metode ini tidak sesuai.
Untuk itu dapat digunakan metode sing-around. Diagram blok dari rangkaian pengukuran
metode sing-around ini dapat dilihat pada gambar 4.
Mula-mula generator pulsa dipasang pada mode picu internal (internal trigger) dan diatur
pada frekuensi perulangan yang rendah sehingga akan mengeluarkan pulsa-pulsa seperti yang
terlihat pada gambar 5a. Akibat refleksi berulang-ulang, maka pada osiloskop akan dapat diamati
sinyal-sinyal echo seperti terlihat pada gambar 5b.
Gambar 4. Diagram Blok dari mnetode sing-around
Pulsa pertama dipilih oleh selector (gambar 5c) yang kemudian diteruskan ke detector (
Zero crossing detector) sehingga akhirnya diperoleh suatu pulsa tunggal seperti yang ditunjukkan
pada gambar 5d. Kemudian mode picu tiba-tiba diubah ke picu eksternal (external trigger)
sehingga generator pulsa untuk sementara berhenti mengeluarkan pulsa. Tetapi kemudian pulsa
terakhir yang telah dipilih oleh selector akan memicu generator pulsa sehingga tranduser
pemancar T kembali menerima pulsa yang setelah sampai pada tranduser penerima diperkuat,
dipilih dan akhirnya digunakan kembali untuk memicu generator pulsa. Proses tersebut diatas
terjadi berulang-ulang sehingga pada keluaran generator pulsa akan dapat diamati pulsa-pulsa
seperti yang terlihat pada gambar 5e. Terlihat disini bahwa selang waktu antara dua pulsa yang
berurutan (T/2) adalah sama dengan waktu tempuh gelombang ultrasonic selama menjalar
sepanjang satu kali tebal bahan. Pilsa-pulsa ini diteruskan ke pengukur frekuensi yang akan
menunjukkan besarnya frekuensi perulangan (F) yaitu :
F= (2.9)
Pada metode ini digunakan pilsa-pulsa RF dengan periode yang diatur sedemikian rupa
sehingga pada tranduser penerima terjadi superposisi maksimum antara sinyal-sinyal echo dari
pulsa RF yang datang lebih dulu dan sinyal-sinyal echo dari pulsa RF yang datang sesudahnya.
Jadi superposisi maksimum ini akan terjadi bila besarnya periode tepat sama dengan p (bilangan
bulat) kali waktu tempuh melintasi dua kali tebal bahan. Pada gambar 6a dan 6b ditunjukkan
sinyal-sinyal echo yang pertama kali pada tranduser penerima dan yang datang sesudahnya untuk
p = 3 sedangkan hasil superposisinya dapat dilihat pada gambar 6c. Dengan demikian pada
keadaan dimana terjadi superposisi maksimum besarnya waktu tempuh akan sama dengan
sepertiga periode. Tetapi dalam prakteknya, pada saat mengamati sinyal-sinyal pada osiloskop,
tidak mudah menentukan apakah superposisi sudah maksimum atau belum. Ini disebabkan
karena pulsa-pulsa yang digunakan berupa pulsa-pulsa RF sehingga superposisi maksimum juga
dapat diperoleh bila periode pulsa bergeser sebanyak n (bilangan bulat) kali periode gelombang
pembawa, hanya saja hasil superposisinya sedikit lebih besar. Bila kesalahan waktu tempuh
sebesar beberapa kali periode gelombang pembawa masih diperbolehkan, maka dapat dianggap :
P = pT (2.12)
Dimana :
P = Periode perulangan
P = Bilangan bulat
T = Waktu tempuh
Gambar 6. Sinyal-sinyal eecho pada metode superposisi pulsa
Tetapi bila diinginkan ketelitian yang lebih tinggi, maka waktu tempuh harus dihitung dari
persamaan
P=pT+ (2.13)
Dimana
Untuk menentukan harga n dilakukan cara sebagai berikut mula-mula periode diatur
sampai didapatkan suatu keadaan superposisi maksimum. Kemudian frekuensi gelombang
pembawa diubah sedikit sehingga superposisi tidak lagi maksimum. Keadaan maksimum bisa
didapatkan kembali dengan mengubah periode pulsa. Oleh karena :
P1 = p T + (2.14)
P2 = p T + (2.15)
n= (2.16)
V= (2.17)
Ketiga metode di atas tidak dapat dilakuka bila sinyal-sinyal echo yang diamati tidak
dapat atau sukar dibedakan dengan jelas. Hal ini dapat terjadi bila sampel bahan yang akan
diteliti tipis sekali. Karena tipisnya, maka selang waktu antara sinyal-sinyal pantulan lebih besar
dari lebar pulsa sehingga masing-masing sinyal sudah tidak dapat lagi dibedakan. Keadaan ini
sebetulnya masih dapat ditanggulangi yaitu dengan menggunakan sinyal-sinyal pantulan lebih
besar dari lebar pulsa sehingga masing-masing sinyal sudah tidak dapat lagi dibedakan. Keadaan
ini sebetulnya masih dapat ditanggulangi, yaitu dengan menggunakan sinyal-sinyal pulsa yang
sesempit mungkin. Ini berarti tranduser yang digunakan harus berupa tranduser pita lebar yang
sensitivitasnya rendah atau daya penetrasinya kurang. Jadi ketiga metode tersebut diatas tidak
cocok digunakan untuk mengukur kecepatan pada bahan yang mempunyai atenuasi yang besar.
Cara lain yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut di atas adalah dengan
menggunakan metode tumpang tindih. Pada metode ini lebar pulsa RF sengaja diperlebar
sehingga menjadi beberapa kali lebih besar dari waktu tempuh T. Akibatnya akan terjadi
tumpang tindih antara sinyal-sinyal pantulan. Caranya agak mirip dengan yang dilakukan pada
metode superposisi pulsa. Pada gambar 7a ditunjukkan sinyal-sinyal yang datang pertama pada
tranduser penerima yang mempunyai lebar sebesar empat kali waktu tempuh, sedangkan pada
gambar 7b sd 7d ditunjukkan sinyal-sinyal echo pertama sd sinyal-sinyal echo ketiga.
Superposisi dari sinyal-sinyal ini akan mengakibatkan saling tumpang tindih sehingga pada
keadaan superposisi maksimum akan didapatkan gabungan sinyal-sinyal yang panjang seperti
ditunjukkan pada gambar 7e. Metode ini juga dikenal sebagai metode pulsa panjang (long pulse
method).
Keadaan maksimum ini hanya dapat terjadi bila waktu tempuh sama dengan bilangan bulat kali
periode sinyal pembawa, yaitu :
T = nt = (2.18)
Dimana
T = Waktu tempuh
Seperti juga pada metode superposisi pulsa, maka harga n dicari dengan mengubah
sedikit frekuensinya sampai didapatkan kembali keadaan superposisi maksimum. Pada kedua
keadaan superposisi maksimum ini berlaku :
T= (2.19)
T= (2.20)
n= (2.21)
Sehingga :
T= (2.22)
V = 2 L (f2 – f1 ) (2.23)
BAB III-
PEMBAHASAN
Tegangan yang dihasilkan oleh generator frekuensi tinggi akan memberikan rangsangan
pada Transitter Probe, akan memberi gelombang ultrasonik yang dipancarkan ke benda uji
kemudian receiving probe akan menerima gelombang yang telah dipancarkan dan mentransfer
gelombang tersebut ke amplifier tegangan frekuensi tinggi yang proporsi, terhadap tekanan suara
yang dihasilkan pada titik kontak receiver probe tersebut. Tegangan yang sudah di amplifikasi
tadi dibaca di alat instrument. Jika tidak ada cacat maka alat instrument tersebut akan
menandakan 100% intensity, jika ada cacat maka intensity yang akan diukur oleh alat instrument
tersebut akan berkurang karena cacat tersebut menghalangi gelombang ultrasonik , sehingga
tekanan suara yang diterima receiver probe berkurang.
Bila gelombang ultrasonik menjalar dari bahan yang satu ke bahan dua tegak lurus pada
permukaan batas pada kedua bahan tersebut, maka sebagian bahan akan diteruskan sedangkan
sebagian lagi dipantulkan. Intensitas yang diteruskan atau dipantulkan tergantung pada koefisien
transmisi atau refleksinya.
Pada bagian ini dibahas beberapa hal mengenai kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat
terjadi dan usaha –usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya
Pada metode-metode tersebut diatas waktu tempuh yang di ukur sebenarnya merupakan
jumlah dari waktu di dalam bahan dan waktu tempuh di dalam tranduser/ Waktu tempuh didalam
cairan perantara dan sepanjang rangkaian elektronik kecil sekali sehingga dapat diabaikan.
Kesalahan akibat perambatan di dalam tranduser ini dapat diabaikan bila digunakan bahan yang
tebal. Tetapi bahan yang tebal akan mengakibatkan atenuasi yang besar sehingga ada
kemungkinan hanya ada satu sinyal yang dapat dioamati apalagi bila bahan itu sendiri
mempunyai koefisien absorpsi yang besar. Dapat diperkecil yaitu denganEsalahan ini
masihMeskipun demikian k melakukan pengukuran pada bahan dengan tebal berbeda dan
kecepatan dihitung dari persamaan :
V= (3.1)
Pada metode pantulan pulsa yang menggunakan pulsa RF, kesalahan dapat terjadi bila kita
tidak dapat menentukan dengan pasti jumlah siklus yang diamati. Oleh karena besarnya periode
gelombang pembawa merupakan ukuran dari kesalahan ini, maka kesalahan ini dapat dikurangi
dengan mempertinggi frekuensi dari gelombang pembawa. Tetapi frekuensi gelombang
pembawa ini tidak boleh terlalu tinggi agar atenuasinya tidak terlalu besar karena umumnya
atenuasi merupakan kuadrat dari frekuensi.
Sebenarnya pengukuran kecepatan ini tergantung pada pengukuran selang waktu karena
tebal bahan telah diketahui. Jadi untuk itu dilakukan analisa waktu. Tetapi analisa waktu ini tidak
dapat dilakukan bila sinyal-sinyal echo yang diamati tidak dapat dibedakan dengan jelas. Bila hal
ini terjadi maka seperti yang telah dibahas di atas, dilakukan pengukuran secara tidak langsung,
yaitu dengan mengukur dua frekuensi dimana terjadi superposisi maksimum. Jadi untuk
menanggulangi kesulitan ini secara tidak sengaja sebetulnya kita telah melakukan suatu analisa
frekuensi. Pengukuran-pengukuran ini dapat kita perbanyak dengan tidak hanya mengamati dua
frekuensi tetapi lebih dari itu. Dari sinitimbul pertanyaan apakah pengukuran kecepatan
gelombang ultrasonic dapat dilakukan dengan mengamati spectrum frekuensi dari sinyal-sinyal
echo. Ternyata bisa, bahkan untuk sinyal-sinyal yang saling tumpang tindih, yaitu dengan
menggunakan spektroskopi ultrasonik.
BAB IV
4.1.Kesimpulan
1. Metode pengukuran yang sesuai untuk suatu aplikasi tergantung pada ketelitian yamg
diinginkan.
2. Metode yang dipilih tertgantung pada tebal bahan, koefisien absorpsi dan frekuensi
yang digunakan
3. Ketelitian dapat dipertinggi dengan melakukan pengukuran pada bahan dengan
ketebalan berbeda.
4. Pengukuran kecepatan dapat juga dilakukan dengan analisa frekuensi ( spektroskopi
Ultrasonik).
5. Tegangan yang dihasilkan oleh generator frekuensi tinggi akan memberikan
rangsangan pada Transmitter untuk memancarkan gelombang Ultrasonik ke benda
uji.
6. Jika tidak ada cacat pengukuran maka alat instrument akan menandakan 100%
intensity.
4.2.Saran
Adapun saran dari penulis adalah dalam berbagai aplikasi yang menggunakan gelombang
Ultrasonik, perlu dipilih metode pengukuran yang sesuai untuk memperoleh tingkat ketelitian
yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Williams, J, and Lamb ,J, On the Measurement of Ultrasonic, Velocity in Solid, J Acoust.
Soc.Am Vol 30, No 4, 380-313, 1958