Anda di halaman 1dari 22

MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

Disusun Oleh:
- Nida Ulchurriyyah (1506518011)
- Altof Rozan Naufal (1506518023)
- Viranti Fahra Salsabila (1506518025)
- Muhammad Baihaqi Adi Dirgantoro (1506518026)
- Rafikri Ramadany Adi Prastyo (1506518030)
- Syafiq Human Maulana (1506518035)

D3 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
1. APA ITU MEKANIKAL ELEKTRIKAL (M&E)
A. Mekanikal
Mekanikal adalah sebuah prinsip ilmu yang mencakup tentang hal-hal
mekanis. Yang intinya memerlukan prinsip mekanis dalam penerapannya.

B. Elektrikal
Elektrikal adalah sebuah prinsip ilmu yang mencakup tentang hal-hal yang
memerlukan tenaga listrik dalam penerapannya.

C. Pengertian Mekanikal dan Elektrikal dalam bangunan.


Mekanikal dan Elektrikal dalam bangunan adalah sistem-sistem pendukung
bangunan yang memerlukan sebuah sistem mekanis dan sistem yang memerlukan
tenaga listrik. Sistem - sistem pendukung tersebut diaplikasikan dalam bangunan
untuk tujuan menunjang kegiatan yang dilakukan dalam bangunan, termasuk dalam
hal kenyamanan dan keamanan bagi setiap aktivitas dan pelakunya di dalam
bangunan tersebut. Sebagai contoh kecil adalah aktivitas istirahat, dalam istirahat
pastinya kita membutuhkan ruangan yang nyaman, dan aman untuk mendapatkan
istirahat yang bermutu. Untuk membuat ruangan tersebut aman dan nyaman,
diperlukan penerapan ilmu mekanikal eletrikal yaitu sistem pengkondisian tata
udara, pergantian udara, sistem tata cahaya dan juga sistem keamanan seperti fire
fighting & dan alarm.

2. SISTEM MEKANIKAL &ELEKTRIKAL (M&E) YANG


UMUM DIGUNAKAN PADA SUATU GEDUNG
A. MEKANIKAL
1) Sistem Plumbing
2) Sistem Pemadam Kebakaran (Fire Fighting)
3) Sistem Tata Udara
4) Sistem Transportasi Vertikal (Lift)

B. ELEKTRIKAL
1) Sistem Fire Alarm
2) Sistem Elektrikal
3) Sistem Keamanan (CCTV)
4) Sistem Telepon
5) Sistem Tata Suara
6) Sistem Penangkal Petir

1
3. SISTEM MEKANIKAL
A. SISTEM PLUMBING
Sistem plumbing adalah suatu pekerjaan yang meliputi sistem pembuangan
limbah / air buangan (air kotor dan air bekas), sistem venting, air hujan dan
penyediaan air bersih. Jadi secara sederhana sistem plumbing dalam suatu gedung
biasanya terdiri dari:
 Sistem Instalasi Air Kotor
 Sistem Instalasi Air Bekas
 Sistem Instalasi Venting
 Sistem Penyediaan Air Bersih

Selain sistem diatas juga karena menyangkut pembuangan air, yang harus
dialirkan ke saluran, yaitu Sistem instalasi air hujan dan Instalasi drain (drain AC
dan drain sprinkler).

1. Sistem Instalasi Air Kotor


Sistem instalasi air kotor atau sistem pembuangan air limbah merupakan
sistem instalasi untuk mengalirkan air buangan yang berasal dari peralatan
saniter: closet dan urinoir. Sistem instalasi ini kemudian diteruskan ke septic
tank, atau diolah dalam bioseptic tank atau instalasi IPAL, hingga akhirnya
menuju saluran kota.

2. Sistem Instalasi Air Bekas


Sistem pembuangan air bekas merupakan instalasi untuk mengalirkan air
buangan yang berasal dari peralatan saniter: wastafel, FD (floor drain) dan
kitchen sink. Instalasi air bekas pada umumnya memiliki instalasi tersendiri
yang berbeda dengan instalasi air kotor. Pada gedung-gedung yang lebih besar,
misalnya : mall, instalasi yaang berasal dari kitchen dipisahkan dan mempunyai
instalasi sendiri yang kemudian dialirkan hingga ke grease trap. Sistem air bekas
juga biasanya dialirkan ke sistem pengolahan air limbah (IPAL), atau ada juga
yang langsung dialirkan ke saluran kota, jika tidak membahayakan.

3. Sistem Instalasi Venting


Sistem venting merupakan sistem instalasi untuk mengeluarkan udra yang
terjebak di dalam pipa air limbah / air buangan (air kotor, air bekas dan air
hujan). Diantara tujuan pemasangan sistem venting adalah:
a) Menjaga sekat air dari efek siphon atau tekanan. Efek siphon timbul apabila
seluruh perangkat dan pipa pembuangan terisi air buangan pada akhir proses
pembuangan mengakibatkan sekat air akan ikut mengalir.
b) Menjaga aliran air yang lancar di dalam pipa pembuangan
c) Memungkinkan adanya sirkulasi udara di dalam semua jaringan pipa
pembuangan.

2
4. Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih meliputi penyedian air bersih itu sendiri dan
distribusi. Sistem ini menyangkut sumber air bersih, sistem penampungan air
(bak air / tangki, ground tank, Roof tank), pompa transfer dan distribusi.
a) Sumber air bersih, biasanya di dapat dari PDAM, atau berasal dari Deep
Well.
b) Sistem penampungan air dibedakan menjadi dua bagian yaitu: raw water
tank dan clean water tank. Sumber air bersih yang berasal dari PDAM
langsung dialirkan ke clean water tank. Sedang yang berasal dari Deep well
di masukan ke dalam raw water tank. Air yang berada di raw water tank
ditreatment dulu di instalasi Water Treatment Plant dan selanjutnya di
alirkan ke clean water tank (bak air bersih).
c) Air yang berada di dalam baik air bersih (clean water tank) selanjutnya
dialirkan ke bak air atas (roof tank) dengan pompa transfer.
d) Distribusi air bersih pada 2 lantai teratas menggunakan packaged booster
pump, sedang untuk lantai-lantai dibawahnya dialirkan secara gravitasi.
e) Pada umumnya persediaan air bersih diperhitungkan untuk cadangan 1 hari
pemakaian air.

B. SISTEM PEMADAM KEBAKARAN


Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan di gedung
sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem
sprinkler, sistem hidran dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu
digunakan juga sistem fire gas.Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan terdiri
dari: sistem sprinkler, hidran dan fire extinguisher.
Ada 3 pompa yang digunakan dalam system sprinkler dan Hydran, yaitu
elektrik pump, diesel pump dan jockey pump. Jockey pump berfungsi untuk
menstabilkan tekanan di instalasi, dan secara otomatis akan bekerja apabila ada
penurunan tekanan. Dan jika ada head sprinkler yang pecah atau hydran digunakan,
maka yang bekerja secara otomatis pompa elektrik bekerja, dan secara otomatis pula
jockey pump akan berhenti bekerja. Pompa elektrik pump (atau elektrik pump)
merupakan pompa utama yang bekerja bila head sprinkler atau hydran digunakan.
Sedang pompa diesel merupakan pompa cadangan, jika pompa elektrik gagal
bekerja selama 10 detik, maka secara otomatis pompa ini akan bekerja.

1. Fire Fighting Sistem Sprinkler


Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head
sprikler sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran. Sistem ada 2
macam, yaitu:
a) Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan
dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.

3
b) Dry riser system: Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air bertekanan,
peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire
alar memerintahkannya.

Pada umumnya gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem wet riser,


seluruh pipa sprinkler berisikan air bertekanan, dengan tekanan air selalu dijaga
pada tekanan yang relatif tetap.

Apabila tekanan dalam pompa menurun, maka secara otomatis jockey


pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan
terus menurun atau ada glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa
elektrik akan bekerja dan secara otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan
apabila pompa elektrik gagal bekerja setelah 10 detik, maka pompa cadangan
diesel secara otomatis akan bekerja.

2. Fire Fighting Sistem Hydran


Sistem ini menggunakan instalasi hydran sebagai alat utama pemadam
kebakaran, yang terdiri dari box hydran dan accesories, pilar hydran dan
siemese. Box Hydran dan accesories instalasinya (selang (hose), nozzle) (atau
disebut juga dengan Fire House cabinet (FHC)) biasanya ditempatkan dalam
gedung, sebagai antisipasi jika sistem sprinkler dan sistem fire extinguisher
kewalahan mengatasi kebakaran di dalam gedung. Sedang Pilar hydran (yang
dilengkapi juga dengan box hydran disampingnya, untuk menyimpan selang
(hose) dan nozzle) biasanya ditempatkan di area luar (jalan) disekitar gedung,
digunakan jika sistem kebakaran di dalam gedung tidak memadai lagi. Dan
Siemese berfungsi untuk mengisi air ground tank (sumber air hydran) tidak
memadai lagi atau habis. Siemese ditempatkan di dekat di dekat jalan utama.
Hal ini untuk memudahkan dalam pengisian air. System Hydran ini juga terdiri
dari 2 system, yaitu:
a) Wet riser system: Seluruh instalasi pipa hydran berisikan air bertekanan
dengan tekanan yang selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
b) Dry Riser System: seluruh instalasi pipa hydran tidak berisikan air
bertekanan, peralatan penyedia air akan secara otomatis jika katup selang
kebakaran di buka.

Seperti halnya sistem sprinkler, jika ada tekanan dalam pipa instalasi
menurun, maka pompa jockey akan bekerja. Dan jika instalasi hydran dibuka
maka secara otomatis pompa elektrik akan bekerja, dan jockey pump secara
otomatis akan berhenti. Dan jika pompa elektrik gagal bekerja secara otomatis,
maka pompa diesel akan bekerja.

3. Fire Fighting Fire Extinguisher


Fire Extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam
Api Ringan) merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara
manual dan langsung diarahka pada posisi dimana api berada.

4
Apar biasanya ditempatkan di tempat-tempat strategis yang dissuaikan
dengan peraturan Dinas Pemadam Kebakaran. Terdapat beberapa jenis Apar
yang digunakan, yaitu:
 APAR Type A: Murtipurpose Dry Chemical Powder 3,5 Kg
 APAR Type B: Gas Co2 6,8 kg
 APAR Type C: Gas Co2 10 kg
 APAR Type D: Multipurpose Dry Chemical Powder 25 kg (dilengkapi
dengan Trolley)

4. Fire Fighting Sistem Gas


Sistem fire gas biasanya digunakan untuk ruangan tertentu, seperti: ruang
Genset, ruang panel dan ruangan eletronik (ruang central komputer: ruang hub
dan server, IT, Comunication dan lain-lain).
Sistem yang digunakan biasanya sistem fire gas terpusat, dimana tabung-
tabung gas (foam, halon, FM 100, CO2 dan lain-lain), ditempatkan secara
terpusat dan pendistribusiannya ke dalam ruangan dilewatkan melalui motorized
valve / actuator, instalasi pemipaan dan nozzle.Cara kerja sistem ini berdasarkan
perintah dari system fire alarm.

C. SISTEM TATA UDARA (AC)


Sistem AC (Air Conditioning) atau sering disebut juga Sistem Tata Udara
merupakan salah satu hal yang penting sekarang ini, baik rumah, gedung
perkantoran, mall, bandara dan lain sebagainya.
Kenyamanan dalam suatu ruangan merupakan kebutuhan, terutama di
Indonesia yang memiliki iklim tropis (panas). Karena itu system pendingin udara
atau system tata udara telah menjadi kebutuhan. Diantara fungsi dari sistem tata
udara adalah sebagai berikut:
 Mengatur suhu udara.
 Mengatur sirkulasi udara
 Mengatur kelembaban (humidity) udara
 Mengatur kebersihan udara

Dengan demikian, secara umum sistem tata udara berfungsi mempertahankan


kondisi udara baik suhu maupun kelembaban agar udara terasa lebih nyaman.

1. Hal Hal Yang Harus di Perhatikan Dalam Perencanaan Sistem AC


Sebelum merencanakan atau memasang AC, maka perlu
mempertimbangkan beberapa hal berikut agar AC tersebut bisa berfungsi
maksimal dan efisien.

5
a) Fungsi ruang
Penggunaan ruang berpengaruh terhadap suhu ruangan karena manusia
yang mengisi suatu ruangan mengeluarkan kalori yang cukup tinggi.
Perbedaan fungsi ruangan dapat menentukan kapasitas suatu AC. Misal
Kamar tidur yang hanya diisi dua orang akan berbeda dengan ruang
keluarga, yang frekwensi keluar masuk penghuninya cukup tinggi. jadi
semakin banyak pengguna maka kebutuhan daya AC yang dibutuhkan akan
semakin besar pula.

b) Ukuran Ruangan
Ukuran ruangan menentukan berapa banyak BTU (british thermal unit)
atau kecepatan pendinginan. BTU adalah kecepatan pendinginan untuk
ruangan satu meter persegi dengan tinggi standar (umumnya tiga meter).
Semakin besar suatu ruangan akan semakin besar pula BTU yang
dibutuhkan.

c) Beban pendinginan
Beban pendinginan bisa berasal dari dalam ruangan (internal heat gain)
atau luar ruangan. Dari dalam ruangan misalnya dari jumlah penghuni /
orang, dan penggunaan peralatan yang menimbulkan panas, seperti lampu
penerangan atau kulkas. Karena ada meberapa jenis lampu mengeluarkan
panas yang tinggi, yang berarti juga harus memilih AC dengan daya yang
lebih tinggi. Selain dari dalam, beban pendinginan dari luar. Seperti cahaya
matahari yang mengeluarkan energi panas melalui dinding, atap atau
jendela.

d) Banyaknya jendela kaca


Penggunaan jendela kaca atau penggunaan blok kaca (glass block)
sangat mempengaruhi penggunaan kapasitas AC yang diperlukan. Untuk
ruangan yang menggunakan kaca sebanyak 70% atau lebih, sebaiknya
gunakan kaca film yang dapat menahan sinar ultraviolet untuk mengurangi
beban pendinginan.

e) Penempatan AC
Pemasangan unit indoor perlu memperhatikan arus angin (air flow)
dari blower AC. Penentuan arus angin atau hembusan yang tepat membuat
udara yang dikeluarkan lebih merata dan tidak hanya berkumpul di satu titik.
Selain itu, agar arus angin tidak mengenai pengguna secara langsung.
Terpaan angin dingin secara terus menerus dapat berakibat buruk bagi
kesehatan. Usahakan mengarahkan swing ke bagian atas kepala karena udara
yang dikeluarkan AC mempunyai berat jenis yang lebih berat dari udara.
Penempatan kompresor harus diletakkan di tempat dengan sirkulasi
udara yang cukup, ada tempat untuk udara masuk dan udara keluar, dan

6
terlindung dari hujan. Untuk AC ukuran 1 PK, jarak yang aman antara unit
indoor dengan kompresor berkisar antara 5-7 meter. Jika memasang AC
lebih dari satu, hindari peletakkan kompresor secara berhadapan dengan
kompresor lain. Sebaiknya letakkan sejajar sehingga sirkulasi udara tidak
terganggu.

2. Faktor yang Harus diperhatikan dalam Memilih AC


Ada 3 faktor yang harus diperhatikan dalam memilih AC yaitu:
 Daya pendinginan AC (BTU/h – British Thermal Unit per hour), Satuan dari
pendinginan AC adalah BTU/h (British Thermal Unit per hour)
 Daya listrik (watt),
 Daya Kompresor AC (PK atau HP atau daya kuda). Istilah PK atau HP atau
daya kuda (Paard Kracht/Daya Kuda/Horse Power (HP) pada AC
sebenarnya merupakan satuan daya pada kompresor AC bukan daya
pendingin AC. Untuk daya pendingin AC satuannya BTU/hr.

3. Jenis Sistem Pendingin


Dalam proses pendinginan udara, system pendingin udara dibagi menjadi
2 jenis, yaitu: mengunakan system direct cooling (system langsung), dan system
tidak langsung (indirect cooling).
a) Direct Cooling (Sistem Langsung). Dalam sistem ini udara didinginkan
langsung oleh refrigerant dengan menggunakan mesin paket seperti window
unit, atau tanpa ducting.
b) Indirect cooling Sistem (system tidak langsung). Dalam system ini dipakai
media air es / chilled water dengan temperature sekitar 5°C. Model ini
banyak dipakai dalam bangunan tinggi, disamping menghemat tempat juga
biaya operasional lebih efisien. Dalam model ini diperlukan mesin pembuat
air es / chilled yang dinamakan dengan Chiller. Dan air es didistribusikan
melalui pipa menuju AHU (Air handling unit), sebagai pengolah sirkulasi
udara.

4. AC Sistem Pendingin Udara (refrigerant (Air Cooling System)


Dalam system ini, menggunakan refrigerant sebagai media pendingin
ruangan. Sistem ini merupakan system yang dipakai pada skala ruangan yang
lebih kecil, seperti rumah, perkantoran sekala kecil, atau ruang-ruang control
yang memerlukan perlakuan khusus dalam hal temepeartur/ suhu. Dan jenis
yang umum digunakan. Jenis ini kurang cocok untuk pendinginan ruangan yang
besar, karena disamping ruangan yang dibutuhkan sangat besar, terutama
outdoor, juga dalam pengoperasiannya lebih mahal.
Ada beberapa varian jenis AC yang menggunakan refrigerant sebagai
media pendingin, yaitu:

7
a) AC Split Wall, AC ini merupakan AC yang dipegunakan di rumah-rumah.
Umumnya berkapasitas rendah. AC ini terdiri dari 1 outddot dan 1 indoor.
b) AC Cassete
c) AC Split Duct
d) AC VRV, merupakan suatu AC yang mempunyai outdoor 1 buah, tetapi
mempunyai indoor yang banyak (lebih sari 1)
e) AC Presis, seperti halnya AC biasa AC presisi pada prinsipnya sama dengan
AC biasa, tetapi ia biasanya terdiri dari 2 buah aC yang dipasang
berhadapan, dan bekerka secara sequencing (bergantian), tergantung berapa
jam ia di setel. AC presisi ini biasanya digunakan di bank-bank, untuk
pendinginan mesin sortir atau data center

5. AC Central Sistem Pendingin Air (Water System)


Termasuk system indirect cooling (pendinginan tidak langsung), dimana
proses pendinginan menggunakan air sebagai media, yang diproses oleh AHU
(air handling Unit) atau FCU. Sistem pendinginan melalui air sebagai media,
digunakan pada gedung-gedung besar, seperti mall. Bandara atau perkantoran
yang besar. Sistem ini dalam operasionalnya lebih efisien diibandingkan dengan
menggunakan refrigerant secara langsung, tetapi investasi awal yang sangat
mahal. Diantara perlatan utama dalam system ini adalah:

a) Chiller.
Chiller merupkan mesin refrigerasi yang berfungsi untuk
mendinginkan air pada sisi evaporatornya. Air dingin yang dihasilkan
selanjutnya didistribusikan ke mesin penukar kalor (AHU, FCU / Fan Coil
Unit).
Menurut jenis compressornya, chiller ada 3 jenis: Reciprocating,
Screw, Centrifugal. Dan berdasar cara pendinginan condensornya, chiller
ada 2 macam, yaitu: air cooler (pendinginan oleh angin), dan water cooler
(pendinginannya oleh air).

b) AHU dan FCU.


Adalah suatu mesin penukar kalor, dimana udara panas dari ruangan
dihembuskan melewati coil pendingin didalam AHU sehingga menjadi
udara dingin yang selanjutnya didistribusikan ke ruangan.

c) Cooling Tower (khusus untuk chiller jenis Water Cooler).


Adalah suatu mesin yang berfungsi untuk mendinginkan air yang
dipakai pendinginan condenssor chiller dengan cara melewat air panas pada
filamen didalam cooling tower yang dihembus oleh udara sekitar dengan
blower yang suhunya lebih rendah.

d) Pompa Sirkulasi
Ada dua jenis pompa sirkulasi, yaitu:

8
1) Pompa sirkulasi air dingin (Chilled Water Pump \). berfungsi
mensirkulasikan air dingin dari Chiller ke Koil pendingin AHU / FCU.
2) Pompa Sirkulasi air pendingin (Condenser Water Pump). Pompa ini
hanya untuk Chiller jenis Water Cooled dan berfungsi untuk
mensirkulasikan air pendingin dari kondensor Chiller ke Tower dan
seterusnya.

D. SISTEM TRANSPORTASI VERTIKAL (LIFT)


Lift atau elevator merupakan alat transfortasi vertikal suatu gedung. Lift
sekarang ini telah menjadi kebutuhan yang mendasar di gedung gedung
pemerintahan, perkantoran, hotel, apartemen, rumah sakit, mall, bandara dan lain
lain. Berikut yang perlu diketahui tentang lift, antara lain.

1. Jenis-jenis Motor Penggerak Lift


a) Motor Gear
Tipe motor gear menggunakan motor AC yang dilengkapi dengan
worm gear atau gear reduser yang berfungsi untuk menurunkan putaran
motor ke speed elevator yang diinginkan. Karena pada motor AC ini
mempunyai putaran yang tinggi antara 900 RPM sampai dengan 1460 RPM
atau lebih. Jadi diperlukan gear reduser untuk menurunkan putaran motor
tersebut.

b) Motor Gearles
Tipe motor ini tidak menggunakan worm gear atau gear reduser karena
putaran motor sama dengan speed elevator itu sendiri. Paa awlanya jenis
motor ini untuk lift dengan kecepatan tinggi diatas 150 meter per menit.
Tetapi motor ini kemudina dikembangkan untuk kecepatan rendah, dan
sedang juga menggunakan motor gearless karena pertimbangan space untuk
ruang mesin.

c) Motor Roomless
Merupakan pengembangan teknologi sincronous permanent magnet
yang memungkinkaan mesin lift dibuat lebih kecil sehingga mesin bisa
dipasang di dalam hoistway.
Perbedaan dari ketiga itu adalahlebh cenderug ke bentu fisiknya, motor
gear mempunyai design yang lebih besar dari motor gearles maupun
roomless.

9
2. Komponen Komponen Lift
Pada dasarnya komponen lift dibedakan menjadi 4 bagian utama:

a) Komponen Ruang Mesin (Machine Room)


1) Control System atau Control Panel
Berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan kerja dari pada lift
tersebut. Permintaan baik dari luar maupun dari dalam kereta dicatat dan
diolah, kemudian memberikan intruksi-intruksi agar lift bergerak, dan
berhenti sesuai dengan permintaan.

2) Geared Machine atau Mesin Penggerak


Di dalam ruang mesin terdapat satu mesin penggerak jenis geared.
Pada mesin ini, perputaran dari motor penggerak ditransformasikan oleh
roda gigi sehingga dari putaran motor tinggi dapat berubah ke putaran
rendah. Pada mesin penggerak ini terdapat brake (rem) dimana rem ini
akan berkerja jika motor penggerak tidak dialiri listrik.

3) Primary Velocity Tranducer/ Encode.


Terdapat satu alat dengan mesin lift pada mesin penggerak gunanya
untuk mendeteksi putaran motor atau kecepatan dari lift.

4) Governor
Governor adalah alat pengaman, dimana jika kecepatan lift
melebihi batas-batas yang telah ditentukan, maka governor ini akan
bekerja dan kereta akan berhenti baik oleh elektrik maupun maupun
mekanik.

5) ARD (Automatic Rescue Drive)


Yang berfungsi apabila sumber listrik dari PLN mendadak mati dan
lift akan berhenti disembarang tempat setelah lebih dari 15 detik maka
ARD akan bekerja untuk menjalankan lift ke lantai terdekat. Setelah lift
sampai pada lantai otomatis lift akan mati. Lift akan normal kembali
setelah listrik PLN hidup kembali.

b) Komponen Ruang Luncur (hoitsway)


1) Guide Rail atau Rel Pemandu
Profil baja khusus pemandu jalanya kereta (car) dan bobot
pengimbang (Counterweight). Ukuran rel untuk kereta/car biasanya
lebih besar dari pada rel bandul pengimbang/ counterweight. Guide rail
ini terpasang tegak lurus dari dasar pit sampai di bawah slap ruang mesin.

2) Limit Switch/ Switch Batas Lintas


Ada dua jenis saklar batas lintas yaitu untuk membalik arah
(direction switch) dan final switch. Biasanya komponen ini terpasang di

10
rel kereta, dipasang dibagian bawah dan dibagian atas rel. Yang
berfungsi untuk menjaga agar kereta tidak menabrak pit atau lantai
kamar mesin.

3) Vane Plate/ Pelat Bendera


Dipasang di rel kereta yang berfungsi untuk mengatur
pemberhentian kereta pada lantai yang dikehendaki dan mengatur
pembukaan pintu pendaratan (landing door).

4) Landing Door/ Pintu Pendaratan


Terdiri dari beberapa bagian, antara lain door hanger, door sill, dan
door panel. Berfungsi untuk menutup ruang luncur dari luar. Pada hall
door ini dipasang alat pengaman secara seri sehingga apabila salah satu
pintu terbuka maka lift tidak akan bisa dijalankan.

5) Buffer
Terletak di dua tempat yaitu: satu set untuk kereta dan satu set
untuk beban pengimbang/ counterweight. Berfungsi untuk meredam
tenaga kinetik kereta dan bobot pengimbang pada saat jatuh.

6) Governor Tensioner
Merupakan pully berbandul sebagai penegang rope governor yang
terletak di pit.

c) Komponen kereta (Car Lift)


1) Car/ Kereta
Car/kereta Adalah kotak dimana penumpang naik dan dibawa naik
dan turun. Kereta ini dihubungkan langsung dengan bobot pengimbang
(Counterweight) dengan tali baja lewat pully penggerak di ruang mesin,

2) Car Door/ Pintu Kereta


Terdiri dari beberapa bagian, antara lain: door hanger, door sill,
door panel dan door mekanisme yang mengatur buka tutup pintu.
Berfungsi untuk menutup kereta dari luar. Pada pintu kereta (car door)
ini dipasang alat pengaman secara seri dengan pintu pendaratan/ landing
door sehingga apabila pintu terbuka maka lift tidak dapat dijalankan.

3) COP (Car Operating Panel)


Ada satu atau lebih COP. Biasanya terletak pada sisi depan kereta
(front return panel). Pada panel tersebut terdapat tombol-tombol lantai
dan tombol pengatur buka tutup pintu.

11
4) Interphone
Interphone biaiasanya terletak pada COP (pada lokasi yang mudah
dicapai) yang berfungsi untuk mengadakan komunikasi (dalam keadaan
tertentu) antara kereta, kamar mesin (Machine Room) dan ruang kontrol
gedung.

5) Alarm Buzzer
Yang berfungsi untuk memberi tanda bila lift berbeban penuh atau
tanda-tanda lain.

6) Switcing Box
Biasanya menjadi satu dengan COP. Yang terletak dibagian
bawah COP secara tertutup (yang dapat dibuka hanya dengan kunci
khusus) didalamnya terdapat tombol-tombol pengatur.

7) Floor Indicator
Nomor penunjuk lantai dan arah jalannya kereta. Biasanya terletak
disisi atas pintu kereta (transom) atau pada COP.

8) Lampu Darurat atau Emergency Light


Biasanya terletak diatas atap kereta, fungsinya untuk menerangi
kereta dalam keadaan darurat (listrik mati) dengan sumber battery.

9) Switch Pintu Darurat (Emergency Exit Switch)


Terletak pada pintu darurat diatas kereta, fungsinya untuk
memastikan agar kereta tidak berjalan apabila pintu darurat dibuka untuk
proses penyelamatan.

10) Safety Link


Mekanisme penggerak alat pengaman (safety device) diatas kereta
yang dihubungkan dengan governor di kamar mesin. Berfungsi untuk
menahan kereta over speed ke bawah (dalam keadaan darurat).

d) Komponen di luar ruang luncur pada tiap tiap lantai


1) Tombol Lantai
Tombol pemanggil kereta di lantai/ hall.

2) Switch Parkir
Biasanya terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall
button) berfungsi untuk mematikan dan menjalankan lift.

3) Switch kebakaran/ Fireman Switch


Biasanya terletak di lobby utama disisi atas hall button, berfungsi
untuk mengaktifkan fungsi fireman control/ fireman operation.

12
4) Hall indicator atau Penunjuk Lantai
Biasanya terletak di transom atau hall button pada masing-masing
lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing kereta.

4. SISTEM ELEKTRIKAL
A. SISTEM FIRE ALARM
Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire alarm (sistem
pengindra api) adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi
adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberiperingatan (warning) dalam
sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual dengan
deengan sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem Fire fighting).
Peralatan utama dari sistem protection ini adalah MCFA (Main Control Fire
Alarm) atau disebut juga dengan Fire Alarm Control Panel (FACP). MACP
berfungsi meneriman sinyala masuk (input signal) dari detector dan komponen
pendeteksi lainnya (Fixed Heat detector dan smoke detector).

1) Macam Macam Sistem Pendeteksian


Dalam prakteknya, ada 3 sistem pendeteksian dari fire protection ini, yaitu:
a) Non Addresable System
Sistem ini disebut juga dengan sistem konvensional. Pada sistem inji
MCFA menerima sinyal masukan langsung dari detector (biasanya
jumlahnya sangat terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung
memerintahkan komponen outpu (keluaran) untuk merespon input
(masukan) tersebut. Sistem ini pada umumnya digunakan pada bangunan /
area supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan, perkantoran,
dan lain-lain.

b) Semi Addresable System


Pada sistem ini dilakukan pengelompokan pada detector dan alat
penerima masukan (input) berdasarkan area pengawasan (supervisory area).
Masing-masing zona dikendalikan (baik input maupun output) oleh zona
kontroler yang mempunyai alamat/ adress yang spesifik. Pada saat detector
atau alat penerima masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan
meresponnya (I/O) berdasar zona kontroler yang mengumpulkannya.
Dalam kontruksinya tiap zona dapat terdiri dari:
 Satu lantai dalam bangunan / Gedung
 Beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah Gedung
 Beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tadi di sebuah
Gedung
Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjado gejala
kebakaran, sehingga dengan demikian tindakan yang harus diambil dapat
dilokalisir hanya pada zona tersebut.

13
c) Full Addresable System
Merupakan pengembangan dari sistem semi adresibble. Pada system
ini semua detector dan alat pemberi masukan (deteksi) mempunyai alamat
yang spesifik, sehingga proses pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan
langsung pada titik yang diperkirakan mengalami kebakaran.
2) Peralatan Utama
a) Pendeteksi
Pendeteksi atau alat penerima input (masukan) yang bekerja secara
otomatis (Automatic Input Device), yaitu:
i. Heat Detektor(Pengindra panas).. Berdasar cara kerjanya, heat detektor
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
 Fixed Temperatur heat detector, yang bekerja mendeteksi suhu
udara di sekitar casing-nya (ambience temperature) dengan
membandingkannya terhadap suhu setting defaultnya, misal 57°C,
75°C dan sebagainya.
 ROR (Rate of Rise) heat detector yang bekerja mendeteksi
kecepatan peningkatan suhu di sekitar casing-nya. Bila kecepatan
peningkatan suhu berjalan lebih lambat dari nilai settingnya, maka
detector ini tidak akan memberikan respon.

ii. Smoke Detector (pengindra asap).

b) MCFA (Main Control Fire Alarm)


MCFA merupakan peralatan utama dari sistem protection. (Main
Control Fire Alarm) atau disebut juga dengan Fire Alarm Control Panel
(FACP), berfungsi meneriman sinyal masuk (input signal) dari detector dan
komponen pendeteksi lainnya (Fixed Heat detector dan smoke detector).

B. SISTEM ELEKTRIKAL
Ruang lingkup pekerjaan elektrikal dalam suatu gedung adalah menyangkut
persediaan sarana distribusi listrik tegangan rendah dari panel utama tegangan
rendah (LVMDP (Low Voltage Distribution Paanel) ke panel sub distribusi hingga
peralatan atau accesories.
Dalam gedung yang lebih besar lagi, ruang lingkup elektrikal dari suatu
gedung juga menyangkut pengubahan tegangan menengah PLN (20ribu volt)
menjadi tegangan rendah. Pada gedung ini tegangan listrik didistribusikan dari
saluran tegangan menengah melalui trafo menjadi saluran tegangan rendah 3 fase
R, S, T, dimana tegangan antar fase 380 volt, dan 220 pada jalur netral.

1) Sumber Daya/Tegangan
Sumber daya utama / sumber tgangan listrik dari gedung biasanya
menggunakan sumber dari PLN. Disamping PLN, maka gedung juga
menyediakan sumber tegangan cadangan (emergency) jika terjadi pemadaman

14
atau PLN mati, yaitu dengan menyediakan Genset (Generator Set). Genset
biasanya dioperasikan jika ada gangguan atau pemadaman dari PLN, dan
umumnya telah diset sedemikian rupa sehingga ketika PLN mati maka dengan
otomatis tegangan disuplay dari genset, yang telah di set secara otomatis, dengan
interval waktu hitungan detik.

2) Distribusi Daya
Tegangan yang dibutuhkan oleh gedung adalah tegangan rendah. Sedang
(untuk daya yang lebih besar) tegangan yang masuk dari PLN adalah tegangan
menengah (20ribu volt). Sehingga diperlukan peralatan pengubahan dari
tegangan menengah ke tegangan rendah. Aliran tegangan menengah diubah
menjadi tegangan rendah melalui trafo, yang kemudian didistribusikan melalui
panel distribusi utama tegangan rendah atau LVMDP (Low voltage distribution
panel). Dari panel tegangan rendah ini kemudian disitribusikan ke panel sub
distribusi (atau disebut jua dengan panel MDP (main distrubution paanel) atau
ada juga yang menyebut panel SDP (sub distribution panel) dan seterusnya ke
panel peralatan hingga outlet pemakai (stop kontak, lampu dan lain-lain).

a) Panel
Dalam sistem instalasi di gedung biasanya panel terdiri dari 2 macam,
yaitu panel tegangan menengah yang biasanya di sebut dengan penel MV
(medium Voltage) atau yang sering disebut juga dengan nama panel cubicle
dan panel tegangan rendah (low voltage).

 Panel Tegangan Menengah (MV)


Panel tegangan menengah (panel MV (Medium Voltage)) atau
sering disebut juga panel cubicle ada yang disediaan oleh PLN, dan
biasanya menjadi tanggung jawab PLN, yang disebut dengan cubicle
PLN, yang menghubungkan jaringan tegangan menengah PLN dengan
cubice gedung. Panel ini terdiri dari 3 macam, yaitu cubicle incoming,
metering dan cubicle outgoing. Panel MV yang lainnya biasanya disebut
dengan cubicle pelanggan, yang menghubungan dari panel MV (cubicle
PLN) dengan Trafo.

b) Panel Genset
Dalam suatu gedung untuk mengkover sumber daya dari PLN jika
mati, maka disediakan sumber daya lain dari Genset. Untuk memasuki
didtribusi tegangan renndah ke gedung, maka daya dari genset kemudian
dialirkan melauli panel Genset., yang secara otomatis akan menghidupan
genset jika PLN mati.
Panel Genset dilengkapi dengan A.M.F - A.T.S, singkatan dari
Automatic Main Failure - Automatic start and stop Genset. Fungsi Dari
A.M.F(Automatic Main Failure) Adalah secara Automatic Menghidupkan
(Start) Genset ketika suplai Listrik dari PLN Gagal / Padam. sedangkan

15
Fungsi dari A.T.S (Automatic Transfer Switch) Adalah secara Automatic
Membuka Suplay listrik dari genset dan menutup suplay listrik dari PLN dan
sebaliknya membuka suplay listrik dari PLN dan Menutup suplay listrik dari
genset secara Automatic ketika Suplay listrik dari PLN kembali.

 Panel Sinkron
Jika sumber daya emergency lebih dari 1 genset (misal 2 genset),
maka perlu kedua genset itu perlu disinkronan supaya saling
memperkuat, dan tida saling memperlemah.
Synchrounizing adalah suatu proses penggabungan dua atau lebih
sumber listrik untuk memperoleh suatu sumber listrik yang lebih besar.
Synchroun dapat dilakukan antara Genset dengan Genset atau Genset
dengan PLN ketika 2 atau lebih generator sets running bersama untuk
mensupplay sebuah system kelistrikan, Genset tersebut harus
disinchronkan secara manual atau automatic sehingga mempunyai
phase, voltage dan frekwensi yang sama.
Jadi panel sinkron berfungsi untuk mensinronkan 2 buah sumber
listrik atau lebih (2 genset atau lebih) sehingga mempunyai phase,
voltage dan frekwensi yang sama, sehingga memperoleh suatu sumber
listrik yang besar.
Karena tegangan yang dihasilan oleh genset merupakan tegangan
rendah, maka outgoing dari panel sinkron kemudian dialirkan ke panel
LVMDP.

c) Panel Tegangan Rendah


Panel tegangan rendah terdiri dari panel utama yang disebut dengan
LVMDP (Low voltage distribution panel), sub panel dan kemudian ke panel-
panel PP, Panel AC dan lain-lain.

 Panel LVMDV
Fungsi dari low voltage main distribution panel (LVMDP) adalah
sebagai panel penerima daya/power dari transformer (trafo) dan
mendistribusikan power tersebut lebih lanjut ke panel Low voltage sub
distribution (LVSDP), Menggunakan Air Circuit Breaker atau moulded
case Circuit Breakers, panel sub distribusi akan mendistribusikan power
tersebut ke peralatan electrical sedangkan fungsi Low voltage sub
distribution (LVSDP) adalah mendistribusikan power tersebut ke
peralatan electrical.

C. SISTEM KEAMANAN (CCTV)


Perkembangan tekhnologi komunikasi dan informasi yang pesat telah
memicu berkembangnya produk-produk tekhnologi yang memudahkan pekerjaan
manusia, tidak terkecuali untuk security sistem yang memiliki ruang lingkup yang

16
luas dan sumber daya yang besar. Penggunaan security sitem yang terintegrasi telah
memberikan kemudahan dalam proses pengontrolan dan pemantauan lebih akurat
dan otomatis. Sistem CCTV dikembangkan merupakan bagian dari upaya untuk
mempermudah pekerjaan sekuriti sistem tersebut. Dan sistem CCTV ini menjadi
bagian terpenting dari sistem pengamanan gedung-gedung perkantoran, mall, bank,
plaza, pelabuhan, bandara atau rumah pribadi dan lain-lain.
Sistem CCTV terdiri dari beberapa kamera yang ditempatkan pada tempat-
tempat tertentu, sehingga kejadian dalam ruangan atau objek dapat dipantau dengan
monitor dan direkam. Sistem CCTV dengan teknologi komputer dapat di
integrasikan dengan sistem pengamanan yang lain, misalnya Sistem Alarm, Access
Control, Sistem deteksi kebakaran, dan lain-lain
Aplikasi sistem CCTV tidak terbatas dan selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan teknologi CCTV dan tingkat kebutuhan pemakai. Dalam aplikasi
sistem cctv biasanya diaplikasikan pada pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:
 Mengawasi keluar masuk orang ke dalam kantor, pabrik, bandara, gudang,
apartement dan lain-lain
 Mengawasi keluar masuk kendaraan dan mengawasi lokasi parkir kendaraan
 Mengamati stok produk dan material di gudang penyimpanan
 Mengamati lini produk di pabrik
 Mengamati ruangan-ruangan yang dianggap penting.

D. SISTEM TELEPON
Dengan semakin majunya industri telekomunikasi maka diperlukan peralatan
yang mendukung jalannya proses komunikasi. Dalam perangkat telekomunikasi
untuk keperluan intern atau lokal, misalnya dalam suatu gedung perkantoran,
diperlukan suatu sistem telepon yang dinamakan sistem PABX. Sistem PABX
berfungsi sebagai sentral komunikasi telepon di dalam gedung (pelanggan) yang
terhubung dengan tekom.
Dalam pekerjaan sistem telepon yang termasuk dalam peralatan utama adalah
MDF telepon, PABX, Programing (billing sistem), dan beberapa pekerjaan yang
berhubungan.

1) PABX (Private Automatic Branch Exchange)


PABX atau dalam bahasa Indonesianya dikenal dengan STO (Sentral
Telepon Otomatis) merupakan merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai
sentral telepon, dalam suatu lokasi tertentu, misal perkantoran.
Perangkat ini akan mengatur panggilan yang masuk serta meneruskan
panggilan ke nomor tujuannya, sehingga pengguna dapat dengan mudah
melakukan panggilan ke nomor tujuan.
Terdapat type dan jenis PABX, yaitu:

17
a) PABX Digital
Merupakan PABX yang menggunakan pesawat digital untuk
ekstensionnya. Pesawat digital ini umumnya mendukung beberapa fitur
seperti Confrence call, Paerty dan sebagainya. Pesawat telepon digital hanya
bisa digunakan / dipasangkan dengan PABX yang sama merk / type pesawat
digital itu sendiri
b) PABX Analog
PABX yang hanya mendukung pesawat telepon biasa (seperti telepon
rumah), kebalikan dari PABX digital.

c) PABX Hybrid
PABX yang bisa menggunakan telepon digital dan analog pada port
ekstensionnya.

2) MDF (Main Distribution Frame)


MDF merupakan kabinet bertemunya seluruh sambungan instalasi
teleponm, baik dari cabang maupun dari luar (CO line). MDF memiliki 2 sisi
koneksi, 1 sisi koneksi untuk kabel dari TB (Terminal Box), IDF maupun
Telkom (CO line), sedangkan sisi lainnya murni dari unit PABX. Kedua sisi
tersebut nantinya dihubungkan menggunakan kabel jamper (hubung), kabel 1
core dililit sepasang, berwarna hitam putih, atau merah biru dan lain-lain.

3) Billing System
Billing System PABX adalah Perangkat tambahan berupa Software dan
Hardware yang dijalankan pada komputer yang terkoneksi dengan system
PABX (Sentral Telepon) yang fungsinya menghitung biaya pemakaian telepon
per extension dalam kurun waktu tertentu. Billing system PABX ini diciptakan
untuk memantau pemakaian telepon sebuah perusahaan/hotel secara realtime.
Atau dikatakan Billing System untuk PABX adalah software untuk memonitor
dan menghitung pemakaian telepon dari PABX, yang digunakan untuk Kantor,
Hotel, Apartemen dan lain-lain.
Telephone billing system juga dapat membantu kantor-kantor dalam
mengawasi pemakaian telepon secara berlebihan dari individu-individu yang
tidak terkontrol dan bukan untuk keperluan dan kebutuhan kantor. Sehingga
dengan telephone billing system kantor dapat mengontrol pemakaian telepon
secara periodik dan sistematis.

E. SISTEM TATA SUARA


Pekerjaan sistem tata suara atau sound system diantaranya meliputi
pemasangan peralatan sentral sound system yang terdiri dari unit sinyal suara
(program source) dan penguat sinyal suara (audio amplifier), yang ditempatkan pada
rak peralatan sentral sistem tata suara.

18
1) Peralatan Utama Sistem Tata Suara
Peralatan utama sistem tata suara diantaranya memenuhi back ground
musik dan pengumuman darurat/paging. Diantara pealatan utama dari sistem
tata suara, adalah:
 Micropone paging
 Mixer
 Power Amplifier
 Ceiling speaker
 Chyme microphone
 Radio Tunner AM / FM
 Caset dect
 CD Player
 Volume Control
 Monitor unit

2) Terminal Box & Sistem Perkabelan


Terminal box merupakan kotak penghubung antara peralatan utama
dengan speaker. Kabel instalasi dari ceiling dan horn speaker di hubungkan
melalui kabel instalasi melalui terminal box, dan dari terminal box ke peralatan
utama.

F. SISTEM PENANGKAL PETIR


Sistem penangkal petir adalah suatu sistem untuk menangkal atau mencegah
bangunan dari sengatan petir. Ruang lingkup pekerjaan dari system penangkal petir
di suatu bangunan meliputi 4 pekerjaan utama, yaitu:
 Pemasangan instalasi terminal udara (air terminal)
 Pemasangan instalasi pernghantar pertanahan (down conductor)
 Pemasangan instalasi terminal dan elektroda pertanahan.
 Pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan tersebut diatas, seperti pembuatan
bak kontrol.

1) Bagian Bagian Penangkal Petir


a) Air Terminal (Terminal Udara)
Sistem air terminal ini harus mampu melindungi seluruh bangunan
serta sekelilingnya dari sambaran petir dan tidak mempengaruhi peralatan
elektrik yang ada dalam bangunan. Terminal udara (air terminal) yang
digunakan ada 3 macam, yaitu: sistem komvensional air terminal, system
Radio aktif air terminal dan sistem elektrostatik.

b) Down Conductor (Penghantar)


Down conductor terdiri dari satu jalur menghubungkan secara listrik
dengan sempurna antara air terminal dengan system pertanahan. Down

19
conductor terdiri dari kabel korial (kabel BC) dari air terminal hingga kotak
sambung (junction box) di lantai dasar.

c) Grounding System (Sistem Pertanahan)


Elektroda pertanahan harus dimasukan ke dalam tanah secara vertical,
batang tembaga harus dilindungi terhadap korosi dengan serbuk arang
disekitar tembaga.
d) Bak Kontrol
Diantara penunjang dari sistem penangkal petir adalah bak kontrol
untuk melindungi perkabelan dan sistem pertanahan.

2) Jenis Jenis Sistem Penangkal Petir


a) Sistem Konvensional atau Sistem Faraday / Frangklin
Faraday dan juga Frangklin mengetengahkan sitem yang sama tentang
penyaluran petir ini, yaitu system penyalur arus listrik yang menghubungkan
antara bagian atas bangunan dan grounding. Sedangkan system perlindunga
yang dihasilkan ujung penerima / Splitzer adalah sama pada rentang 30 ~ 45
‘. Perbedaannya adalah system yang dikembangkan oleh Faraday bahwa
Kabel penghantar terletak pada sisi luar bangunan dengan pertimbangan
bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai penerima sambaran, Berupa
sangkar elektris atau biasa disebut sangkar Faraday.

b) Sistem Radioaktif
Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan
dihasilkan kesimpulan bahwa petir terjadi karena ada muatan listrik di awan
yang dihasilkan oleh proses ionisasi, maka penggagalan proses ionisasi di
lakukan dengan cara memakai Zat berradiasi misl. Radiun 226 dan
Ameresium 241, karena 2 bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya
yang bisa menetralkan muatan listrik awan.
Sedang manfaat lain adalah hamburan ion radiasi akan menambah
muatan pada Ujung Finial / Splitzer dan bila mana awan yang bermuatan
besar yang tidak mampu di netralkan zat radiasi kemuadian menyambar
maka akan condong mengenai penangkal petir ini.
Keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya,
berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi
pemakaian zat beradiasi dimasyarakat.

c) Sistem Elektrostatik
Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian system
penangkal petir Radioaktif, yakni menambah muatan pada ujung
finial/splitzer agar petir selalu memilih ujung ini untuk disambar.
Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang
dipakai. Untuk Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari
proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatik

20
energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan yang menginduksi permukaan
bumi

21

Anda mungkin juga menyukai