PENDAHULUAN
1
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
setiap tahunnya. 40 %-60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit
ISPA. Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun
1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA.3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi masalah pada pelaksanaan MTBS di lingkungan
kerja Puskesmas Tanjung Pinang tahun 2010.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
umum, obat-obat yang digunakan dalam MTBS telah termasuk dalam Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) dan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) yang digunakan di puskesmas.5
Pada saat ini, beberapa obat dan alat yang jarang/belum ada dipuskesmas
adalah: asam nalidiksat, suntikan kloramfenikol, suntikan Gentamisin, suntikan
Kinin, infus set (untuk anak dan bayi) dan manset anak.5
Walaupun obat dan alat tersebut belum ada di puskesmas, tidak akan
menghambat pelayanan bagi balita sakit, karena obat-obat tersebut pada umumnya
merupakan obat pilihan kedua atau obat yang dibutuhkan bagi anak yang akan
dirujuk, sehingga pemberian obat tersebut dapat diserahkan kepada institusi
tempat rujukan.5
4
2.1.3 Penyesuaian Alur Pelayanan MTBS
Salah satu konsekuensi penerapan MTBS di puskesmas adalah waktu
pelayanan yang menjadi lebih lama. Untuk mengurangi waktu tunggu bagi balita
sakit, perlu dilakukan penyesuaian alur pelayanan.5
Untuk menerapkan MTBS di fasilitas rawat jalan puskesmas, penyesuaian
alur pelayanan mungkin diperlukan untuk memperlancar pelayanan.5
Penyesuaian alur pelayanan balita sakit disusun dengan memahami
langkah-langkah tersebut adalah sejak penderita datang hingga mendapatkan
pelayanan yang lengkap meliputi:5
1) Pendaftaran
2) Pemeriksaan dan konseling
3) Tindakan yang diperlukan (di klinik)
4) Pemberian obat, atau
5) Rujukan, bila diperlukan
Penyesuaian alur pelayanan MTBS disusun menggunakan model ban
berjalan yaitu balita sakit menjalani langkah-langkah pelayanan yang diberikan
oleh petugas kesehatan yang berbeda.5
5
Berikut ini adalah model ban berjalan pelayanan MTBS yang diberikan
oleh 3 orang petugas puskesmas:5
GAMBAR 2.1.3
Alur MTBS
Pasien Datang
Petugas 1 di loket, mengisi
formulir MTBS:
Identifikasi anak
Status kunjungan
Pendaftaran
+
Memberi Formulir MTBS
+
Family Folder
Petugas 3 di apotik
Pemberian Obat:
Memberikan Obat
Rujuk
Pulang
6
2.1.4 Penerapan MTBS di Puskesmas
Dalam memulai penerapan MTBS tidak ada patokan khusus besarnya
persentase kunjungan balita sakit yang di tangani dengan pendekatan MTBS. Tiap
puskesmas perlu memperkirakan kemampuannya dalam mengenai seberapa besar
balita sakit yang akan ditangani pada saat awal penerapan dan kapan dicapai
cakupan 100%. Penerapan MTBS di puskesmas secara bertahap dilaksanakan
sesuai dengan keadaan pelayanan rawat jalan di tiap puskesmas.5
Sebagai acuan dalam pentahapan penerapan MTBS adalah sebagai berikut:
Puskesmas yang memliki kunjungan balita sakit 10 orang per hari
pelayanan MTBS dapat diberikan langsung kepada seluruh balita sakit.
Puskesmas yang memilki kunjungan balita sakit 11-20 orang perhari,
berikanlah pelayanan MTBS kepada 50% kunjungan balita sakit pada
tahap awal dan setelah 3 bulan pertama diharapkan seluruh balita sakit
mendapat pelayanan MTBS.
Puskesmas yang memiliki kunjungan balita sakit 21-50 orang perhari,
berikanlah pelayanan MTBS kepada 25% kunjungan balita sakit pada
tahap awal dan setelah 6 bulan pertama diharapkan seluruh balita sakit
mendapat pelayanan MTBS.
7
berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. 6
8
b. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah
Merupakan infeksi akut yang menyerang daerah di bawah faring sampai
dengan alveolus paru-paru.
a. ISPA ringan
Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut:
Batuk
Pilek dengan atau tanpa demam
b. ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut:
Pernafasan cepat
Wheezing
Sakit/keluar cairan dari telinga
Bercak kemerahan (campak)
c. ISPA berat
Meliputi gejala sedang/ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut:
Penarikan sela iga ke dalam sewaktu inspirasi
Kesadaran menurun
Bibir / kulit pucat kebiruan
Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat
Adanya selaput membran difteri
9
Depkes RI membagi ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-tanda klinis
yang didapat yaitu:6
a. Untuk anak umur 2 bulan - 5 tahun
Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISPA diklasifikasikan
menjadi 3 yaitu :
1) Pneumonia berat, tanda utama :
Adanya tanda bahaya, yaitu tak bisa minum, kejang, kesadaran menurun,
stridor, serta gizi buruk.
Adanya tarikan dinding dada ke belakang. Hal ini terjadi bila paru-paru
menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas.
Nafas cuping hidung
Sianosis (pucat)
3) Bukan Pneumonia
Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.
Tak ada nafas cepat: Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan-1
tahun. Kurang dari 40 kali/menit untuk anak usia 1 tahun-5tahun.
10
2) Bukan Pneumonia
Tidak ada nafas cepat.
Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.
11
- Bayi yang memiliki salah satu tanda bahaya harus segera dirujuk
ke sarana rujukan
3) Klasifikasi penyakit
Umur kurang 2 bulan
Klasifikasi Pneumonia berat Bukan pneumonia
Tanda - Napas cepat : 60x/menit - Tidak ada napas cepat :
- Tarikan dinding dada < 60x/menit atau
bagian bawah kedalam - Tidak ada tarikan dinding dada
yang kuat bagian bawah kedalam yang kuat
12
Umur 2 bulan-5 tahun
Klasifikasi Pneumonia berat Pneumonia Bukan Pneumonia
Tanda - Tarikan dinding - Tidak ada tarikan - Tidak ada
dada bagian dinding dada bagian tarikan
bawah kedalam bawah kedalam dinding dada
- Napas cepat: bagian bawah
2 bln - <12bln : kedalam
≥50x/menit - Tidak ada
1 thn - < 5 thn : napas cepat
≥40x/menit
Setelah 2 hari
lakukan pemeriksaan kembali
13
4) Petunjuk Pengobatan
a) Pemberian Antibiotik
Kotrimoksazol
Dosis antibiotik kotrimoksazol
- Tunjukan kepada ibu cara pemberian antibiotik dirumah 2 kali
sehari selama 5 hari
Prokain penisilin
- Diberikan sehari sekali selama 5 hari, dengan suntikan
intramuskular
- Dosis :
2 bulan - < 6 bulan : 300.000 unit
6 bulan - < 3 tahun : 600.000 unit
3 tahun - < 5 tahun : 750.000 unit
14
b) Pemgobatan demam
Demam Tinggi Demam
Lebih dari 39° C Kurang dari 39° C
- Berikan paracetamol Nasihat ibu agar memberi cairan
- Nasihat ibu agar memberi lebih banyak
cairan lebih banyak
15
BAB III
METODA PENGUMPULAN DATA
16
BAB IV
HASIL KEGIATAN PUSKESMAS
Tabel 4.1
Kalsifikasi Penyakit MTBS Pada Bayi Berusia 1 hari sampai 2 bulan
No Klasifikasi Penyakit Jumlah
1 BB tidak rendah/tidak masalah pemberian ASI 12
2 Diare tanpa dehidrasi 11
3 Infeksi bakteri lokal 10
4 Gangguan nafas 4
5 BB sangat rendah/masalah pemberi ASI 2
Tabel 4.2
Kalsifikasi Penyakit MTBS Pada Bayi Berusia 2 tahun sampai 5 tahun
Dari data tabel diatas diperoleh data, penyakit batuk bukan pneumonia
yang paling banyak terjadi yaitu sebanyak 1782 bayi.
17
4.2 Hasil Wawancara dengan Petugas Pemegang Program MTBS
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pemegang program MTBS
di Puskesmas Tanjung Pinang bahwa terdapat beberapa masalah dalam
pelaksanaan program MTBS antara lain:
18
BAB V
MASALAH KESEHATAN
19
3) Prosedur Pelaksanaan MTBS
Dari hasil wawancara dengan petugas pemegang program MTBS di
Puskesmas Tanjung Pinang diperoleh informasi:
“Sebagian pemeriksaan MTBS yang dilakukan tidak semuanya mengikuti
standar prosedur operasional MTBS yang lengkap, seperti tidak
dilakukannya penggukuran suhu badan”.
Penyebab masalah:
Kurangnya tenaga terlatih untuk meningkatkan mutu pelayanan di
MTBS.
Tidak adanya termometer
20
5.2 Prioritas Masalah
Untuk menentukan prioritas masalah pada makalah ini, maka
digunakan metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment).
Tabel 5.2
MCUA untuk menentukan prioritas masalah
21
5.3 Identifikasi Penyebab Masalah
Identifikasi penyebab masalah dengan metode fish bone berdasarkan
kerangka pendekatan sistem, seperti gambar di bawah ini:
Gambar 5.3
Diagram fish Bone
Kurangnya pelatihan
petugas MTBS untuk
meningkatkan mutu
pelayanan
22
Hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara hasil yang
diharapkan denga hasil yang nyata dicapai dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Untuk menentukan faktor penyebab masalah dilakukan dengan
membuat diagram fish bone dengan menggunakan data yang diperoleh selama
satu tahun terakhir. Dalam menganalisis penyebab manajemen secara
menyeluruh digunakan pendekatan evaluasi yang meliputi input, proses,
output, serta envirotment. Sehingga dapat ditelusuri hal-hal yang
menyebabkan munculnya permasalahan.
23
2. Lingkungan
Tersedianya ruangan MTBS di Puskesmas Tanjung Pinang.
3. Proses
Tidak adanya ketegasan untuk penatalaksanaan MTBS sesuai
prosedur MTBS yang lengkap.
24
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH PRIORITAS DAN USULAN KEGIATAN
UNTUK PEMECAHAN MASALAH
25
6. Penetapan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, mka dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan
Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (plan of
action atau rencana kegiatan)
8. Minotoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat
dipecahkan.
Gambar. 6.0
Siklus Pemecahan Masalah
Identifikasi masalah
Menentukan alternatif
pemecahan masalah
26
6.1. Kemungkinan Penyebab Masalah dan Penyelesainnya
Tabel 6.1
Kemungkinan penyebab masalah dan penyelesaiannya
Masalah Penyebab Alternatif pemecahan masalah
Jarang Minimnya Mengajukan usulan kegiatan
diadakannya anggaran dari pusat ke DINKES seperti wajib
pelatihan untuk diadakannya pelatihan untuk
petugas MTBS petugas MTBS minimal 1
tahun sekali.
Membuat anggaran rencana
pelaksanaan kegiatan/POA
yang lebih terperinci.
Tabel 6.2
MCUA untuk Menentukan Prioritas Pemecahan Masalah
No Kriteria Cara Mengajukan Membuat anggaran
usulan rencana
kegiatan ke pelaksanaan
Bobot DINKES kegiatan/POA
N NB N NB
1. Dapat 5 9 45 8 40
memecahkan
masalah dengan
sempurna
2. Murah biayanya 4 7 28 6 24
5 Mudah 3 6 18 5 15
dilaksanakan
5 Waktunya 1 5 5 4 4
singkat
Jumlah 96 83
27
Dari hasil tabel MCUA di atas diperoleh urutan perioritas cara
pemecahan masalah pada makalah ini yaitu
Mengajukan usulan kegiatan ke DINKES seperti wajib diadakannya
pelatihan untuk petugas MTBS minimal 1 tahun sekali.
Membuat anggaran rencana pelaksanaan kegiatan/POA yang lebih
terperinci.
28
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1) Dari data yang ada jumlah keseluruhan kunjungan di MTBS pada tahun
2010 adalah 2754 bayi dan yang menderita penyakit batuk bukan
pneumonia yaitu sebanyak 1782 bayi.
2) Dalam pelaksanaan MTBS pada kasus ISPA di Puskesmas Tanjung Pinang
masih menghadapi beberapa masalah, antara lain jarangnya dilakukannya
pelatihan pada petugas MTBS, tidak adanya formulir MTBS dan KNI dan
sangat minimnya dana untuk pelaksanaan program MTBS serta peralatan
yang masih kurang.
3) Prioritas utama dan penyebab yang paling dominan dari masalah-masalah
MTBS ini adalah kurangnya tenaga terlatih dalam pelaksanaan program
MTBS ini karena jarang diadakanya pelatihan untuk petugas MTBS,
4) Untuk mengatasi masalah yang dihadapi, Puskesmas perlu mengajukan
usulan kegiatan ke DINKES salah satunya seperti wajib diadakannya
pelatihan untuk petugas MTBS minimal 1 tahun sekali dan membuat
anggaran rencana pelaksanaan kegiatan/POA yang lebih terperinci.
29
7.2 Saran
Guna kelancaran pelaksanaan MTBS serta untuk mengatasi permasalahan
yang ada, diperlukan:
1) Perlunya pengarahan dan pengawasan oleh kepala puskesmas dalam
pelaksanaan program MTBS sehingga program MTBS dapat berjalan sesuai
prosedur yang ada.
2) Perlunya pelatihan khusus kepada petugas pemegang program MTBS demi
kelancaran dan keberhasilan program.
3) Perlunya dukungan finansial yang lebih optimal dari pemerintah daerah
terhadap petugas kesehatan dan program MTBS ini.
4) Melengkapi sarana dan prasarana yang masih kurang guna meningkatkan
mutu pelayanan yang baik.
30