Anda di halaman 1dari 7

Cakradonya Dent J 2017; 9(1):55-61

KONSENTRASI HAMBAT DAN BUNUH MINIMUM EKSTRAK SERAI


(Cymbopogon citratus) TERHADAP Candida albicans

MINIMUM INHIBITORY AND BACTERICIDAL CONCENTRATION


EXTRACT OF LEMONGRASS EXTRACT (Cymbopogon citratus)
TO Candida albicans

Afrina, Abdillah Imron Nasution, Nur Rahmania

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Candida albicans merupakan spesies yang paling banyak terdapat di rongga mulut sebagai flora
normal dan juga sangat berkaitan dengan candidiasis terutama oral candidiasis. Oral candidiasis
adalah infeksi oportunistik yang paling umum berdampak pada mukosa rongga mulut. Serai
(Cymbopogon citratus) memiliki kandungan kimia yang terdiri dari alkaloid, tanin, dan terpenoid
yang dapat menghambat pertumbuhan jamur C.albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak serai
terhadap C. albicans. Ekstrak Serai dalam konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 75%, dan 100%
dibuat secara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.Pengujian untuk menilai KHM dan KBM
ekstrak serai terhadap C.albicans dengan metode dilusi yang terdiri dari kelompok perlakuan,
kelompok kontrol negatif (aquades) dan kelompok kontrol positif (flukonazol). KHM dan KBM
diketahui dengan menghitung jumlah koloni pada media SDA. Data dianalisis dengan uji One Way
ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Tidak ada perbedaan bermakna antara
kelompok perlakuan. Konsentrasi yang efektif dalam menghambat C. albicans adalah pada
konsentrasi 25% dan Konsentrasi Bunuh Minimum didapatkan pada konsentrasi 100% dengan tidak
ada pertumbuhan koloni C. albicans pada media SDA.
Kata Kunci: Candida albicans, Oral Candidiasis, serai

ABSTRACT
Candida albicans is the most common species in the oral cavity as normal flora and also strongly
associated with candidiasis especially oral candidiasis. Oral candidiasis is the most common
opportunistic infections that affect the oral mucosa. Lemongrass (Cymbopogon citratus) contains
chemicals constituent such alkaloids, tannins, and terpenoids that can inhibit the growth of C.
albicans. This study aims to determine the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum
Fungicidal Concentration (MFC) leaf extracts of lemongrass against C. albicans. Lemongrass extract
in a concentration of 6.25%, 12.5%, 25%, 50%, 75%, and 100% made by maceration method using
ethanol 96%. Tests to assess MIC and MFC extracts of lemongrass against C. albicans with a dilution
method that consists of treatment group, negative control group (distilled water) and the positive
control group (fluconazole). MIC and MFC is known by counting the number of colonies on media
SDA. Data was analyzed by One Way ANOVA followed by Kruskal Wallis test. There is no
significant difference between the treatment groups. Concentrations effective in inhibiting C. albicans
is at a concentration of 25% and the Minimum Kill Concentration is obtained at a concentration of
100% with no growth of C. albicans in SDA media.
Keywords: Candida albicans, Oral Candidiasis, lemongrass

55
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):55-61

PENDAHULUAN terpinol, metilheptenon, borneol, linalil asetat,


Jamur merupakan salah satu agen limonene, dan linalool isobutirat.2,7,8
penting yang dapat menyebabkan penyakit Berdasarkan penelitian Mohd Sajjad Ahmad
pada manusia, salah satunya adalah spesies Khan dkk pada tahun 2012, minyak atsiri serai
Candida.1 Candida albicans merupakan dengan komponen aktifnya (citral dan
spesies yang paling banyak terdapat di rongga geraniol) memiliki aktivitas antifungal.8
mulut sebagai flora normal dan juga sangat Berdasarkan penelitian Da Silva dkk pada
berkaitan dengan candidiasis terutama oral tahun 2008, hasil penelitian sebelumnya
candidiasis.2,3 tentang serai menunjukkan bahwa aktivitas
Oral candidiasis adalah infeksi antifungal pada minyak atsiri dan komponen
oportunistik yang paling umum berdampak utamanya (citral) menunjukkan perlawanan
pada mukosa rongga mulut. Oral candidiasis terhadap semua Candida spp., terutama C.
dapat berkembang dengan adanya salah satu albicans dengan diameter zona hambat
dari beberapa kondisi predisposisi yang maksimum lebih besar dari 40mm.7
memiliki kapasitas untuk mengubah Candida Berdasarkan penelitian Yusdar M dkk
dari flora normal menjadi organisme pada tahun 2013, hasil penelitian zona daya
patogen.3,4 Secara epidemiologi menurut hambat yang diperoleh dari perlakuan uji
laporan World Health Organization (WHO) efektivitas minyak atsiri serai dalam
tahun 2001 frekuensi oral candidiasis antara menghambat pertumbuhan jamur Malassezia
5,8% sampai 98,3%. Sekitar 1,7% kejadian furfur penyebab panu dengan konsentrasi
oral candidiasis dihubungkan dengan faktor- minyak atsiri 100%, 50%, dan 25%, 12,5%,
faktor predisposisi seperti usia, jenis kelamin, dan 6,25% menghasilkan rata-rata diameter
kebiasaan merokok, penggunaan antibiotik daya hambat yang berbeda, masing masing
oral, dan juga menderita gangguan sistem 17,8 mm, 16,8 mm, dan 16,2 mm, 14,3 mm,
imun seperti pada penderita HIV/AIDS.5 dan 14,0 mm.13
Prevalensi oral candidiasis di Indonesia pada Dari uraian tersebut penulis merasa
pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum perlu untuk mengetahui Konsenstrasi Bunuh
Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Minimum (KBM) dan Konsentrasi Hambat
Mangunkusumo sebesar 84% sampai tahun Minimum (KHM) ekstrak serai terhadap C.
2009.6 albicans.
Pemberian obat antifungal sintetik baik
topikal maupun sistemik seperti nistatin, BAHAN DAN METODE
amfoterisin B, dan clotrimazole merupakan Penelitian ini merupakan penelitian
pilihan perawatan oral candidiasis.3,4 Tetapi eksperimental laboratoris dengan desain
saat ini banyak dilaporkan beberapa jamur posttest only control group. Penelitian ini
resisten terhadap obat–obatan antifungal dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas
tersebut, sehingga dicari alternatif lain dengan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
menggunakan tanaman herbal bersifat (FMIPA) Universitas Syiah Kuala untuk
antifungal, salah satu tanaman tersebut adalah proses ekstraksi serai dan di Laboratorium
serai.2,7,8 Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan
Serai merupakan tanaman yang banyak (FKH) Universitas Syiah Kuala untuk
dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. pengujian Konsentrasi Hambat Minimum
Serai memiliki berbagai aktivitas farmakologi, (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum
salah satunya sebagai antifungal.7,9 Serai (KBM) ekstrak serai terhadap C. albicans.
memiliki kandungan kimia yang terdiri dari Sampel pada penelitian ini adalah serai
alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, phenol, yang berasal dari Kecamatan Syiah Kuala,
steroid dan minyak atsiri.10,11 Berdasarkan Desa Darussalam, Banda Aceh dan C.
penelitian Eka F dkk pada tahun 2013, albicans ATCC 10231 yang sudah
kandungan kimia pada tanaman serai wangi disensitisasi dengan Ciggarette Smoke
(Cymbopogon nardus L.) yang dapat Condensate (CSC) berasal dari Laboratorium
menghambat pertumbuhan jamur C. albicans Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan
yaitu saponin flavonoid, dan tanin.12 (FKH) Universitas Syiah Kuala.
Minyak atsiri pada serai mengandung α- Semua alat dan bahan yang digunakan
citral, β-citral, genariol, myrcene, nerol, pada penelitian di disterilisasi terlebih dahulu
citronellal, terpinolen, geranil asetat, linalool, kemudian dilakukan pembuatan ekstrak serai

56
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):55-61

sebanyak 3 kg dengan metode maserasi sedangkan yang menjadi Konsentrasi Bunuh


menggunakan pelarut etanol 96%. Setelah Minimum (KBM) dari ekstrak serai adalah
didapatkan ekstrak murni serai, dilakukan uji yang tidak terdapat pertumbuhan C. albicans
Fitokimia untuk mengetahui adanya pada media SDA.
kandungan Alkaloid, Tanin, Flavonoid, Hasil penelitian ini dilakukan analisa
Saponin, dan minyak atsiri pada ekstark serai dengan uji Kruskal Wallis dengan bantuan
tersebut. Ekstrak serai diencerkan dengan perangkat lunak SPSS (Statistical Product and
aquades sampai diperoleh konsentrasi 6,25%, Service Solutions).
12,5%, 25%, 50%, 75% dan 100%.
Jamur C. albicans dikultur di media HASIL
Chromagar Candida dan diinkubasi dalam Serai sebanyak 3 kg diektraksi dengan
inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam. metode maserasi menggunakan pelarut etanol
Koloni yang tumbuh diambil dan dimasukkan 96% sehingga didapatkan ekstrak murni
kedalam NaCl 0,9% 5 ml, dihomogenkan dan sebanyak 40 gram. Hasil uji fitokimia
disetarakan kekeruhannya dengan Larutan Mc menunjukkan bahwa ekstrak serai
Farland 0,5 (1,5 x 108 CFU/ml). Kemudian mengandung Alkaloid, Terpenoid dan Tanin
dilakukan pengenceran bertingkat (serial yang bersifat antifungal (Tabel 1).
dilution) sampai didapatkan koloni 30-300
koloni saat pengkulturan pada SDA. Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Serai
Penentuan Konsentrasi Hambat Ekst
Kandung
Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Reagen rak Ket
an Kimia
Minimum (KBM) diawali dengan menyiapkan Serai
tabung reaksi yang dibagi kedalam 3 Reagen Endapan
-
Dragendroff putih
kelompok. Kelompok pertama ditandai
Reagen Endapan
sebagai kelompok kontrol negatif yang terdiri Alkaloid
Meyer
+
coklat
dari 1 buah tabung, kemudian kelompok kedua Reagen Endapan
ditandai sebagai kelompok kontrol positif yang -
Wagner merah
terdiri dari 3 buah tabung dan kelompok ketiga Uji
ditandai sebagai kelompok perlakuan yang Steroid Liebermann - Hijau
terdiri dari 6 buah tabung yang ditandai sesuai -Burchard
dengan konsentrasi yang digunakan. Uji Merah
Kelompok kontrol negatif terdiri dari 1 ml Terpenoid Liebermann + Muda/ung
aquades ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi -Burchard u
C. albicans. Kelompok kontrol positif terdiri Saponin Pengocokan - Busa
dari 3 kelompok. Kelompok pertama yaitu
flukonazol maksimum sebanyak 0,5 µg/ml 0,5 Mg dan Merah
Flavonoid -
HCl Muda
ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi C.
Fenolik/ Coklat
albicans. Kelompok kedua yaitu flukonazol Tanin
MgCL3 +
Kehitaman
optimum sebanyak 0,3125 µg/ml ditambahkan
dengan 0,1 ml suspensi C. albicans. Kelompok C. albicans yang telah dikultur pada
ketiga yaitu flukonazol minimum sebanyak media Chromagar Candida pada suhu 37ºC
0,125 µg/ml ditambahkan dengan 0,1 ml selama 48 jam dan disimpan dalam inkubator
suspensi C. albicans. Kelompok perlakuan memperlihatkan koloni berwarna hijau yang
yang terdiri atas 1 ml ekstrak serai dengan mengkonfirmasi spesies C. albicans. (Gambar
konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 75%, 1)
dan 100% masing-masing ditambahkan 0,1 ml
C. albicans. Semua tabung dikocok agar
larutan yang ada di dalam tabung menjadi
homogen . Biarkan 3-5 jam, kemudian baru
diambil 0,1 ml dan dikultur di media SDA
selama 24 jam pada suhu 37ºC. Koloni yang
ada dihitung dengan menggunakan colony
counter. Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) dari ekstrak serai adalah yang Gambar 1. Koloni C. albicans pada media
memiliki jumlah koloni terkecil pada SDA Chromagar Candida

57
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):55-61

Pengujian untuk menilai Konsentrasi menunjukkan distribusi data tidak normal


Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi dengan nilai p<0,05, sehingga tidak memenuhi
Bunuh Minimum ekstrak serai terhadap C. syarat untuk dianalisis menggunakan uji One
albicans dibagi menjadi 3 kelompok. Way ANOVA. Oleh karena itu, digunakan uji
Kelompok pertama ditandai dengan kelompok Kruskal-Wallis.
perlakuan yang terdiri dari 6 konsentrasi yaitu Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis
6,25%, 12,5%, 25%, 50%, 75%, dan 100% diperoleh nilai p=0,069 (p<0,05) sehingga data
masing-masing ditambahkan 0,1 ml C. tidak signifikan yang menunjukkan tidak
albicans. Kelompok kedua ditandai dengan terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok kontrol negatif terdiri dari 1 ml kelompok perlakuan terhadap pertumbuhan C.
aquades ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi albicans. (Tabel 5.4). Jika dilihat dari nilai
C. albicans. Kelompok ketiga ditandai dengan perbedan peringkat rata-rata (mean rank),
kelompok kontrol positif yang terdiri dari 3 bahwa hasil perlakuan dari nilai tertinggi
kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 0,5 sampai dengan terendah yaitu Kontrol negatif,
µg/ml flukonazol ditambahkan dengan 0,1 ml 6,25%, flukonazol minimum, 12,5%, 75%,
suspensi C. albicans. Kelompok kedua terdiri 50%, 25%, flukonazol optimum, flukonazol
dari 0,3125 µg/ml flukonazol ditambahkan maksimum dan 100%. (Tabel 3)
dengan 0,1 ml suspensi C. albicans. Kelompok
ketiga terdiri dari 0,125 µg/ml flukonazol Tabel 3. Hasil Uji Kruskal-Wallis
ditambahkan dengan 0,1 ml suspensi C. Ranks
albicans. Pengujian ekstrak serai terhadap C. Perlakuan N Mean Rank
albicans pada media SDA dilakukan sebanyak Hasil 6,25% 3 19,67
tiga kali pengulangan. (Tabel 2) Uji 12,5% 3 17,67
25% 3 15,33
Tabel 2. Hasil Uji KHM dan KBM Ekstrak Serai 50% 3 15,50
terhadap C. albicans 75% 3 16,83
Pengul Pengul Peng 100% 3 5,50
Ekstrak angan angan ulang flukonazol 3 8,17
Rata-
dan I II an III maksimum
(CFU/ (CFU/ (CFU rata
Kontrol flukonazol 3 9,50
ml) ml) /ml) optimum
6,25% 4 3 284 97×10-5 flukonazol 3 18,17
68,6× minimum
12,5% 3 3 200 Kontrol Negatif 3 28,67
10-5
25% 4 4 1 3×10-5 Total 30

50% 5 8 0 4,3×10-5 PEMBAHASAN


-5
75% 14 14 0 9,3×10 Penelitian ini diawali dengan pembuatan
100% 0 0 0 0 ekstrak serai dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%. Metode
Flukonazol
0 0 3 1×10-5 Ekstraksi dengan menggunakan tehnik
maksimum
Flukonazol 1,33× maserasi ini dipilih karena relatif sederhana
4 0 0
optimum 10-5 dan mudah, dan tidak memerlukan proses
Flukonazol 20,6× pemanasan yang dapat merusak komponen
19 43 0
minimum 10-5 aktif dari simplisia.14,15 Proses maserasi ini
Aquades
(Kontrol 310 312 250
290,6× dilakukan dengan menggunakan pelarut
10-5 etanol karena etanol memiliki kemampuan
Negatif)
untuk melarutkan bahan aktif yang bersifat
Uji statistik yang digunakan pada polar, semi polar, ataupun nonpolar. Selain
penelitian ini adalah One Way ANOVA dengan itu, pelarut etanol diketahui tidak bersifat
syarat lebih dari dua kelompok, distribusi data toksik. Berbagai peneliti menyebutkan
normal, dan varian data sama. Penelitian ini kelebihan pelarut etanol untuk
memiliki 8 kelompok dengan 6 kelompok mengekstraksi senyawa aktif tumbuhan,
perlakuan, 1 kelompok kontrol positif dan 1 baik yang bersifat antioksidan maupun yang
kelompok kontrol negatif. Hasil uji normalitas bersifat sebagai antibakteri.14,16

58
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):55-61

Setelah proses maserasi, dilakukan uji memungkinkan C. albicans untuk merubah


fitokimia untuk mengetahui zat aktif yang morfologi sel. 19 Salah satu perubahan fenotip
terkandung pada ekstrak serai. Di dalam yang ditemukan adalah white-opaque cell.
ekstrak serai terkandung zat-zat antifungal dimana keberadaannya mempengaruhi
seperti alkaloid, tanin, dan terpenoid. Hal ini aktivitas tumbuh kembang C. albicans.
berbeda dengan penelitian Ayunda (2014), Sebagaimana diketahui aktivitas tumbuh
yang menyatakan ekstrak serai memiliki juga kembang yang berhubungan dengan jumlah
kandungan flavonoid dan saponin. Perbedaan koloni sangat berkaitan dengan perubahan dari
ini salah satunya dapat disebabkan oleh bentuk blastospora ke dua bentuk lainnya yaitu
perbedaan tempat tumbuh, dimana serai yang pseudohifa dan hifa. Pada saat yang bersamaan
digunakan pada penelitian Ayunda (2014) kedua bentuk morfologi ini dapat menciptakan
tumbuh di dataran tinggi (Bogor), sedangkan kondisi yang mendukung untuk pembentukan
serai yang digunakan pada penelitian ini morfologi lainnya baik itu ke dalam bentuk
diperoleh dari dataran rendah (Kecamatan blastospora dan menekan jumlah pembentukan
Syiah Kuala, Desa Darussalam, Banda Aceh). tunas (bud) dengan melakukan penetrasi ke
Hal ini juga berpengaruh pada terpenoid yang epitelium dan penyebaran C. albicans pada sel
mana menunjukkan semakin tinggi suhu maka inang. Konsekuensi ini juga dapat terjadi
semakin tinggi kadar terpenoid, tetapi sebagai respon C. albicans terhadap perubahan
kandungan flavonoid lebih banyak ditemukan lingkungan. 19,20
pada dataran tinggi dengan suhu yang Kondisi yang juga dapat mendukung
rendah.17 terjadinya phenotype switching ini adalah
Koloni C. albicans yang tumbuh saat adanya kemampuan C. albicans dalam
dikultur pada media Chromagar Candida mereduksi senyawa aktif yang terdapat pada
memperlihatkan koloni berwarna hijau yang serai. Sebenarnya, kandungan aktif seperti
membuktikan bahwa jamur tersebut adalah alkaloid, tanin, dan terpenoid memiliki
spesies C. albicans. 18 Hasil uji Konsentrasi kemampuan sebagai antifungal. Sebagaimana
Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh diketahui alkaloid memiliki kemampuan
Minimum ekstrak serai yang terdiri dari 6 mencegah replikasi DNA. Namun dengan
konsentrasi yaitu 6,25%, 12,5%, 25%, 50%, keberadaan tanin yang berfungsi merusak
75% dan 100% dibandingkan dengan kontrol dinding sel jamur21, menyebabkan adaptasi C.
positif dan juga kontrol negatif. Penelitian ini albicans terhadap perubahan lingkungan di
tidak dapat mengetahui Konsentrasi Hambat sitoplasma menyebabkan replikasi DNA tetap
Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh terjadi. Adaptasi ini memungkinkan C.
Minimum (KBM) karena hasil analisis uji albicans untuk mengubah diri menjadi white-
normalitas dan uji One Way ANOVA opaque cell yang merupakan perubahan
menunjukkan data tidak signifikan, namun bentuk, ukuran, dan kemampuan C. albicans
data non parametrik menggunakan uji Kruskal dalam membentuk hifa, sifat permukaan sel
Wallis menunjukkan data tertinggi setelah (adhesi dan permeabilitas), antigenitas, dan
kontrol negatif didapatkan pada konsentrasi kepekaan terhadap obat.22 Hal ini juga sesuai
6,25%. Hasil yang paling rendah jika dengan kandungan aktif yang terbanyak dari
dibandingkan dengan flukonazol maksimum serai adalah tanin yang berfungsi mengubah
didapatkan pada konsentrasi 100%. Hasil struktur membran sel C. albicans. Tidak
koloni antara kelompok konsentrasi dimana efektifnya daya kerja tanin dapat terjadi
seharusnya konsentrasi yang lebih tinggi dikarenakan oleh konsentrasinya yang tidak
(75%) menunjukkan jumlah koloni yang lebih memadai. Sebagaimana diketahui, tujuan akhir
sedikit, akan tetapi hasil penelitian dari perusakan sel jamur yaitu dengan
menunjukkan bahwa jumlah koloni pada mendenaturasi protein sehingga mengganggu
konsentrasi 50% lebih sedikit pertumbuhan metabolisme dan proses penyerapan nutrisi
koloni dibandingkan 75%. Hasil koloni yang oleh jamur. Mekanisme ini sangat dipengaruhi
variatif ini dapat disebabkan oleh salah satu oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi enzim,
faktor virulensi C. albicans yaitu phenotype konsentrasi substrat, suhu dan pH. Dengan
switching. telah ditingkatkannya virulensi C. albicans
C. albicans memiliki kecenderungan dengan Ciggarette Smoke Condensate (CSC)
untuk perubahan fenotip, berperan terhadap pada penelitian ini, memungkinkan C.
adaptasi lingkungan. Perubahan fenotip albicans memiliki konsentrasi enzim yang

59
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):55-61

lebih tinggi. Sehingga C. albicans memiliki albicans pada media SDA. Hasil uji non
mekanisme adaptasi pada antifungal yang parametrik menunjukkan data tidak signifikan
bertujuan mendenaturasi enzimnya. Kegagalan (p>0.05) yang mana tidak ada perbedaan
ini juga dipicu oleh minimnya fungsi kerja bermakna antara kelompok perlakuan. Pada
terpenoid yang seharusnya dapat berikatan penelitian ini flukonazol digunakan sebagai
dengan protein dan lipid membran sel. kontrol positif. Selain konsentrasi 100%,
Konsentrasi Bunuh Minimum jumlah koloni pada kelompok flukonazol
didapatkan pada konsentrasi 100% dimana maksimum lebih sedikit daripada lima
tidak terdapat pertumbuhan C. albicans. kelompok konsentrasi lainnya, hal ini
Minimnya potensi antifungal dari berbagai menunjukkan bahwa flukonazol masih efektif
konsentrasi pada penelitian ini juga dapat sebagai antifungal dalam menghambat C.
dikonfirmasi dari hasil bahwa ekstrak serai albicans dibandingkan serai.
yang efektif seperti pada konsentrasi 25% Setelah melakukan penelitian ini, ada
menunjukkan analisis uji non parametrik tidak beberapa hal yang dapat disarankan yaitu
signifikan (p>0.05). Jumlah koloni pada disarankan untuk melakukan penelitian untuk
konsentrasi 25% juga diketahui menunjukkan mengetahui pengaruh ekstrak serai secara in
jumlah koloni yang lebih sedikit dibandingkan vivo dan disarankan untuk mengetahui
50% dan 75%. Sebagaimana telah dijelaskan pengaruh masingmasing zat fitokimia yang
sebelumnya, bahwa tidak efektifnya potensi terkandung dalam ekstrak serai terhadap
ekstrak serai dapat disebabkan oleh telah C. albicans.
terjadinya perubahan pada fenotipnya. Sabila
(2017) (belum dipublikasikan) membuktikan
terjadi perubahan morfologi pada konsentrasi DAFTAR PUSTAKA
50% dan 75% yang menunjukkan peningkatan 1. Sullivan DJ, Moran GP, Pinjon E,
pada budding cell dan pseudohifa berbeda Mosaid AA, Stokes C, Vaughan C,
halnya dengan konsentrasi 16,5% dan 2,5% Coleman DC. Comparison of the
yang lebih menunjukkan peningkatan hifa.23 epidemiology, drug resistance
Pada penelitian ini flukonazol mechanisms, and virulence of Candida
digunakan sebagai kontrol positif. Selain dubliniensis and Candida albicans.
konsentrasi 100%, jumlah koloni pada FEMS Yeast Research 4. 2004:369-376.
kelompok flukonazol maksimum lebih sedikit 2. Tyagi AK, Malik A. Liquid and vapour-
daripada lima kelompok konsentrasi lainnya, phase antifungal activities of selected
hal ini menunjukkan bahwa flukonazol masih essential oils against Candida albicans:
efektif sebagai antifungal dalam menghambat microscopic observations and chemical
C. albicans dibandingkan serai. Mekanisme characterization of Cymbopogon
kerja dari flukonazol adalah dengan citratus. BMC Complementary and
menghambat enzim lanosterol 14-α Alternative Medicine 2010;10(65):1-11.
demethylase yang terlibat di dalam proses 3. Greenberg MS, Glick M, Ship JA.
konversi lanosterol menjadi ergosterol menjadi Burket’s Oral Medicine. 11th ed.
terhambat dan menurunkan produksi Hamilton: BC Decker Inc 2008:79-83.
ergosterol dan terakumulasinya prekursor 4. Regezi JA, Sciuba JJ, Jordan RCK. Oral
sterol toksik. Akibatnya terjadi kerusakan Pathology : Clinical Pathologic
struktur dan fungsi dari membran sel jamur Correlations. 6th ed. Missouri : Elsevier
sehingga menganggu fluiditas sitoplasma dan Saunders. 2012:104-8.
dinding sel. Hal ini diperkuat oleh penelitian 5. Walangare T, Hidayat T, Basuki S.
Yugo pada tahun 2013, bahwa sensitivitas C. Profil spesies Candida pada pasien
albicans terhadap flukonazol masih tinggi kandidiasis oral dengan infeksi
yaitu 97,42%.24 HIV&AIDS (The Profile of Candida
Species in Oral Candidiasis Patient with
KESIMPULAN DAN SARAN HIV&AIDS Infection) BIKKK -
Konsentrasi yang efektif dalam Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan
menghambat C. albicans adalah pada Kelamin - Periodical of Dermatology
konsentrasi 25% dan Konsentrasi Bunuh and Venereology 2014;26(1):30.
Minimum didapatkan pada konsentrasi 100% 6. Santoso HD, Budiarti LY, Carabelly
dengan tidak ada pertumbuhan koloni C. AM. Perbandingan aktivitas antijamur

60
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):55-61

ekstrak etanol jahe putih kecil (Zingiber (Salvia officinalis L.) extract.
officinale var. amarum) 30% dengan Biotechnol 2013;51(1)84-91
chlorhexidine glukonat 0,2% terhadap 15. Rakesh DD, Longo G, Khanuja SPS,
Candida albicans in vitro. Dentino Handa SS. Ekstraction Technologies for
Jurnal Kedokteran Gigi 2014;2:125-9. medicinal and Aromatic Plants.
7. Silva CB, Gutterres SS, Weishemer V, International Centre For Science And
Schapoval EES. Antifungal activity of High Technology, Trieste 2008. P:22;23
the lemongrass oil and citral againts 16. Pasaribu F, sitorus P, Bahri S. Uji
Candida Spp. The Brazilian journal of Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia
infectious Diseases and Contexto mangostana L) terhadap Penurunan
Publishing. 2008;12(1):63-6. Kadar Glukosa Darah. Journal of
8. Khan MSA, Ahmad I. Biofilm Pharmaceutics and Pharmacology
inhibition by Cymbopogon citratus and 2012;1(1):1-8
Syzigium aromaticum essential oils in 17. Pavarinia DP, Pavarinib SP, Niehuesa
the strains of Candida albicans. Journal M, Lopesa NP. Exogenous influences
of Ethnopharmacology. 2012;140:416- on plant secondary metabolite levels.
23. Animal Feed Science and Technology
9. Naik MI, Fomda BA, Jaykumar E, Bhat 2012;176:5-16.
JA. Antibacterial activity of lemongrass 18. Rambach A. CHROMagarTM Candida.
(Cymbopogon citratus) oil againts some 2010.
selected pathogenic bacterias. Asian "http://www.chromagar.com/clinical-
Pacific Journal of Tropical Medicine. microbiology-chromagar-candida-focus-
2010:535-38. on-candida-species-
10. Hasim, Falah S, Ayunda RD, Faridah 22.html#.WNFd3lWGPIV". Accessed 1
DN. Potential of lemongrass leaves Desember 2016.
extract (Cymbopogon citratus) as 19. Kusumaningtyas E. Mekanisme infeksi
prevention for oil oxidation. Journal of Candida albicans pada permukaan Sel.
Chemical and Pharmaceutical Research. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis
2015;7(10):55-60. 2005;304-313.
11. Ayunda RD. Aktivitas Antioksidan 20. Nasution AI. Virulence factor and
Ekstrak Etanol Daun Serai pathogenicity of Candida albicans in
(Cymbopogon citratus) dan Potensinya Oral Candidiasis. World Journal of
sebagai Pencegah Oksidasi Lipid. Dentistry 2013;4(4):267-71.
Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2014. 21. Nasution AI. Buku Ajar Biomolekuler
Skripsi. untuk Ilmu Kedokteran Dasar. Banda
12. Fitriani E, Alwi M, Umrah. Studi Aceh: Unsyiah Press; 2016:70-77
efektivitas ekstrak daun sereh wangi 22. Laskaris G. Pocket Atlas of Oral
(Cymbopogon nardus L.) sebagai Diseases. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2006.
antifungi Candida albicans. Biocelebes 23. Nobile CJ, Mitchell AP. Regulation of
2013;7(2):15-20. cell-surface genes and biofilm
13. Mustamin Y, Rauf HD, Alam G, Formation by the C. albicans
Dwyana Z. Bioaktivitas minyak atsiri transcription factor Bcr1p. Current
sereh (Cymbopogon citratus) dalam Biology. 2005;15:1150-5.
menghambat pertumbuhan jamur 24. Shah G, Shri R, Panchal V, Sharma N,
Malassezia furfur penyebab panu Singh B, Mann AS. Scientific basis for
(Pitiriasis versicolor). ResearchGate the therapeutic use of Cymbopogon
2013:1-9. citratus, Stapf (Lemongrass). Journal of
14. Dent M, Uzelac VD, Penic M, Brncic Advanced Pharmaceutical Technology
M. The effect of extraction solvent, & Research. 2011;2(1):1-6.
temperature, and time on the
compotition and mass fraction of
polyphenol in dalmation wild sage

61

Anda mungkin juga menyukai