Anda di halaman 1dari 6

1 PENDAHULUAN

Pertambangan adalah sisa batu alam yang digiling halus hasil pengolahan bijih
mineral. Limbah pertambangan adalah produk samping, reagen sisa, serta hasil
pengolahan pertambangan yang tidak diperlukan. Pertambangan hasil penambangan
emas biasanya mengandung mineral inert (tidak aktif). Mineral tersebut antara lain:
kwarsa, kalsit dan berbagai jenis aluminosilikat. Pertambangan hasil penambangan
emas mengandung salah satu atau lebih bahan berbahaya beracun seperti Arsen (As),
Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg), Sianida (CN) dan lainnya. Sebagian
logam-logam yang berada dalam pertambangan adalah logam berat yang masuk dalam
kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). (Bangun 2012)
Deposit minyak di Alberta adalah yang terbesar ketiga di dunia setelah Arab Saudi
dan Venezuela, dengan cadangan minyak diperkirakan 166 miliar barel minyak. Saat
ini, luas permukaan kola mini kira-kira 182 km2 dan diperkirakan mengandung 976
juta m3 akumulasi limbah pertambangan. Salah satu efek dari penyimpanan jangka
panjang limbah pertambangan di kolam adalah evolusi gas. Gas rumah kaca (GHG),
metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), sekarang dipancarkan di sebagian besar
kolam limbah pertambangan yang diuji hingga saat ini. Studi terbaru telah
mengidentifikasi, zona sulfur di bawah limbah pertambangan diantara muka air , yang
dapat menghasilkan gas sulfur beracun.

2 METODOLOGI
Mesocosms merupakan metode yang sempurna untuk mempelajari dampak pada
ekosistem sesuai dengan kondisi lapangan yang dibuat. Metode mesocosms merupakan
percobaan yang dilakukan di luar (outdoor)/ in-situ dan dibatasi dengan tetap
menggunakan kondisi alam dan memperhatikan aspek–aspek tertentu. Oleh karena itu,
mesocosms merupakan metode yang dapat memberikan hasil yang nyata tanpa
kehilangan kondisi alami dari hasil replikasi kondisi ekosistem tersebut (Foekema,
2013).
Limbah pertambangan disebabkan oleh kekerasan batuan bijih yang menyebabkan
hasil giling cenderung lebih kasar dan mengakibatkan perolehan (recovery) menurun
disertai semakin rendahnya kandungan mineral didalam konsentrat. Kehalusan ukuran
butiran mineral juga dapat menyebabkan sulitnya tercapai liberasi (liberation). Bahan
tambang baik itu batuan, pasir maupun tanah setelah digali dan dikeruk, lalu estrak
bumi (mineral berbahaya) yang persentasenya sangat kecil dipisahkan lewat proses
pengerusan, bahan tambang yang begitu banyak disirami dengan zat-zat kimia (cianida,
mercury, Arsenik dll) lalu bijih emas tembaga atau perak disaring oleh karbon Filter,
proses pemisahan dan penyaringan mineral ini menyisakan lumpur dan air cucian
bahan tambang yang disebut tailing , mineral berharga diambil sedangkan tailing akan
terbawa bersama zat-zat kimia yang mengandung logam berat/beracun.

3 Resume proses presentasi kepuskim


Presentasi jurnal “Efek Pengencer Nafta Pada Gas Rumah Kaca Dan Mengurangi
Senyawa Sulfur Dari Limbah Pertambangan Minyak” dari kelompok 1 dilaksanakan
pada hari Jum’at tanggal 27 April 2018 pukul 13.00-13.45 WIB yang berlokasi di
Ruangan BS P02 kampus pascasarjana IPB. Jalannya presentasi dipandu oleh Dhea
Maysha sebagai moderator, Novita Wisdiastuti sebagai notulen dan materi
disampaikan oleh penyaji yaitu Riska Yustika Surin sebagai penyaji 1, Muhammad
Ghiffari Hasan sebagai penyaji 2, Nada Salsabila sebagai penyaji 3 dan Frans I.P.
Pardosi sebagai penyaji 4. Peserta yang menghadiri presentasi sebanyak 28 orang, satu
orang dosen pembimbing yaitu Prof. Adi serta satu orang asisten dosen yaitu Resti
Nuranggraeni S. Si.
Materi pendahuluan disampaikan oleh Riska Yustika Surin yang membahas
tentang latar belakang dan tujuan secara umum dari jurnal “Efek Pengencer Nafta Pada
Gas Rumah Kaca Dan Mengurangi Senyawa Sulfur Dari Limbah Pertambangan
Minyak” bahwa pertambangan di dunia sudah berlangsung cukup lama dan
menyebabkan berbagai macam masalah. Masalah yang ditimbulkan dari pertambangan
salah satunya terdapat pada limbah pertambangan tersebut yang mengandung sulfur,
gas rumahkaca yang menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya udara. Tujuan
dari jurnal ini adalah mempelajari gas sulfur yang beracun dan gas efek rumah kaca
dan mengurangi dampak yang berbahaya bagi lingkungan.
Materi tinjauan pustaka dan metode awal (alat dan bahan, metode pertama yang
digunakan) disampaikan oleh Muhammad Ghiffari Hasan. Materi metode selanjutnya
disampaikan oleh Nada Salsabila serta materi hasil dan pembahasan dari percobaan
yang terdapat pada jurnal disampaikan oleh Frans I.P Pardosi.
Setelah semua penyaji menyampaikan materi, Dhea sebagai moderator
membuka sesi tanya jawab yang terbagi menjadi 2 sesi serta Novita sebagai notulen
menuliskan pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya sesi penutupan diakhiri dengan
kesimpuan yang disampaikan oleh Dhea Maysha selaku moderator.

NOTULEN
SESI 1
26 April 2018
13.00-13.45 WIB
Moderator : Dhea Maysha
Notulen : Novita Widiastuti
Penyaji : - Riska Yustika Surin (Latar Belakang dan Tujuan)
- Muhammad Ghiffari Hasan (Tinjauan Pustaka,
Alat dan Bahan dan Metode Awal)
- Nada Salsabila (Metode dan Tabel Hasil
Pembahasan)
- Frans I.P Pardosi (Hasil dan Pembahasan)
Judul : Efek Pengencer Nafta Pada Gas Rumah Kaca Dan
Mengurangi Senyawa Sulfur Dari Limbah Pertambangan
Minyak
Isi Presentasi : - Latar Belakang
- Tujuan
- Tinjauan Pustaka
- Alat dan Bahan
- Metode
- Hasil dan pembahasan
Diskusi
Pertanyaan :
1. Mengapa terdapat pengencer naftalein pada percobaan? Jelaskan ( Bella
Hilda, kelompok 3)
Jawaban
(Muhammad Ghifari Hasan)
Karena untuk mengetahui bagaimana efek dari pengencer nafta tersebut
terhadap kandungan yang terdapat pada limbah pertambangan.

Pertanyaan

2. Apa yang dimaksud parameter DOC? (Hasna Amatullah, kelompok

Jawaban

(Frans I.P Pardosi)

DOC kepanjangan dari Dissolved Organic Carbon atau yang berarti kelarutan
karbon organik. parameter doc ini menghitung seberapa besar nilai kelarutan
karbon organik pada kolam SPW atau PW,dgn parameter DOC kita bisa
mengetahui seberapa banyak karbon organik yang larut dalam SPW atau PW.

Pertanyaan

3. Apa yang dimakud alkalinitas dan apa fungsi nya? (Muhammad


Machdavickia, kelompok 3)

Jawaban

(Novita Widiastuti)

Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi


kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah
kapasitas air untuk menetralkan tambahana asam tanpa penurunan nilai pH
larutan (Alaerts dan Ir. S. Sumetri .S)
Alkalinitas mempu menetralisir keasaman di dalam air. Secara khusus
alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-
buffer-an dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida
dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hydrogen
sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH. Fungsi dari alkalinitas
adalah untuk mengukur nilai kebasaan suatu pengencer atau suatu senyawa
yang biasa digunakan pada alat Metiler Tolede Ld53.

SESI 2

Pertanyaan :

1. Berapa batas minimum PW (Pond Water) dengan MFT dan SPW dengan
MFT dan perbandingan secara teoritisnya? (Wardah, kelompok

Jawaban :

(Dhea Maysha)

Menurut kami tidak ada perbandingan secara teoritis karena SPW dan PW ini
merupakan penelitian untuk mengetahui bagaimana cara mengurangi limbah
pertambangannya. Dan hal ini hanya membandingkan antara spw dengan MFT
dan antara PW dengan MFT jadi tidak dilihat berdasarkan batas teoritisnya

Pertanyaan

2. Kenapa pada saat sentrifuse dilakukan selama 2 menit? Apa resiko nya jika
dilakukan lebih dari 2 menit? (Ardhan, kelompok

Jawaban :

(Nada Salsabila)
Proses denaturasi dan ekstensi dilakukan 2 menit saja dikarenakan kedua proses
tersebut menggunakan suhu yang tinggi yaitu 98° dan 72° yang berarti jika
proses terlalu lama dilakukan akan berakibat rusaknya senyawa akibat terlalu
lama di proses pada suhu yang tinggi. denaturasi itu sendiri yaitu pemecahan
struktur normal protein atau asam nukleat karena perubahan suhu, pH, atau
konsentrasi ion dalam larutan di mana protein terjadi, jadi jika terlalu lama
waktu yg dipakai untuk proses ini akan mempengaruhi proses pemecahan
strukturnya menjadi buruk.
Pertanyaan

3. Apa yang dimaksud limbah yang berguna dan limbah yang tidak berguna
pada pertambangan? (Tahnia)

Jawaban :

( Riska Yustika Surin)

Pada proses pertambangan terdapat limbah yang berguna yaitu bahan


pembuatan paving block, sebagai bahan bakar, pembuatan aspal, dan produksi
semen. Proses pertambangan juga terdapat limbah yang tidak berguna yang
dapat mencemari lingkungan seperti gas rumah kaca, sulfur pada zona hitam
yang berada pada lapisan bawah pertambangan.
4. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa data tersebut menunjukkan
ada tiga tahapan yang berbeda yang terjadipada mesocosms MFT selama 11 minggu:
pengurangan nitrat sebelum t=0, SRR tinggi diikuti oleh produksi RSC antara minggu
0 hingga minggu 6, metanogenesis dari minggu ke-5 hingga minggu 11.
Secara umum, produksi gas secara kolektif meningkat pada konsentrasi
pengenceran yang lebih tinggi, dan data genetik yang disajikan di sini
mengimplikasikan dua keterlibatan komunitas mikroba anaerob (methanogen dan
SRB). Aktivitas mikroba, dipengaruhi oleh adanya pengencer, dapat menyebabkan
pelepasan potensial RSC dalam kondisi anoxic. Akhirnya, hasil penelitian ini
menunjukkan adanya potensi untuk mengurangi produksi gas dari limbah
pertambangan dengan semakin mengurangi jumlah pengencer yang hilang ke kolam
limbah pertambangan. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan
sejauh mana perkiraan pembangkitan gas ini, yang diproduksi dalam kondisi anaerobic
dilepaskan ke atmosfer setelah terpapar dengan kondisi aerobik.

Anda mungkin juga menyukai