A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Samarinda
Kalimantan Timur, dimana fokus lokasi tempat penelitian dilakukan pada daerah
Jalan Pramuka yang menjadi kawasan tertinggi kasus skabies menurut data
penyakit di Puskesmas.
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
2. Karakteristik Responden
Jumlah responden yang diwawancarai dalam penelitian ini sebanyak 114
orang. Data Responden diperoleh melalui lembar kuesioner.
Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian Tahun 2017
No Usia Jenis Pendidikan Status Jumlah %
Kelamin Pernikahan
1 20-25 L S1 Belum 28 28%
Menikah
2 20-25 P S1 Belum 33 33%
Menikah
3 26-30 L S1 Belum 34 34%
Menikah
4 26-30 P S1 Belum 19 19%
Menikah
114 100
Jumlah
Sumber : data primer
Jika dilihat, pada tabel 4.2 diatas jumlah responden 114 orang, yang menderita
skabies sebanyak 58,8% dan tidak menderita skabies 41,2% .
3. Analisis Variabel Kebiasan Mandi dengan Penyakit Skabies
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan. Berikut hasil analisis
statistik hungan natara kebiasan mandi dengan penyakit skabies
Kebiasan Skabies Total % p
Mandi Skabies % Tidak %
Skabies
Tidak 42 36,8 17 14,9 59 51,8 0,005
Baik
Baik 25 21,9 30 26,3 55 48,2
Total 67 58,8 47 41,2 114 100
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi square didapatkan nilai Chi square =
7,778 ,; p= 0,005 (p≤0.05) untuk hubungan kebiasaan mandi dengan penyakit
skabies, ada hubungan yang signifikan antara frekuensi mandi dengan kejadian
skabies. Seperti dikemukakan Juanda (2007) mandi yang baik adalah :
1. Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis.
2. Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang
mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai
kegiatan tersebut.
3. Menggunakan sabun yang lembut. Germisidal atau sabun antiseptik tidak
dianjurkan untuk mandi sehari-hari.
4. Membersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak
bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan
infeksi.
5. Membersihkan badan dengan air.
Hasil analisis menggunakan uji Chi square didapatkan nilai Chi square =
26.391; p= 0,000 (p≤0.05) dari hasil tersebut dapat disimpulkan ada hubungan
variabel berganti pakaian dengan kejadian skabies. Salah satu penyebab dari kejadian
skabies adalah pakaian yang kurang bersih dan saling bertukar-tukar pakaian dengan
teman satu kamar. Hal itulah yang tidak diperhatikan serius oleh responden Para
tapi mempunyai perilaku yang baik tidak berganti pakaian yaitu sebanyak 17,5% dan
masih juga terdapat responden yang tidak skabies tapi mempunyai perilaku tidak baik
Hasil analisis menggunakan uji Chi square didapatkan nilai Chi square
= 3.399; p= 0,065 (p ≥0.05) dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
terjadi akibat hubungan erat langsung dengan penderita Kepadatan hunian serta
penataan ruang seperti itu dapat berpotensi menimbulkan kejadian scabies. Kondisi
kebersihan air serta pengelolaan sampah yang kurang efektif juga menjadi faktor
yang menyebabkan kejadian scabies. Namun pada penelitian ini kepadatan hunian
kuesioner dan lembar observasi. Data yang digunakan berdasarkan hasil jawaban
responden secara pengisian langsung dan wawancara oleh 114 responden , serta hasil
Sumber Data Data yang diambil merupakan data primer menggunakan kuesioner dan
lembar observasi dengan cara pembagian langsung dan wawancara kepada responden
serta melalui observasi langsung sanitasi lingkungan tempat tinggal responden yang
dibatasi pada kebiasaan mandi, berganti pakaian dan kepadatan hunian tiap kamar.
adalah: a. Kemungkinan terjadi bias jawaban karena mungkin terdapat jawaban yang
lainnya. b. Untuk besar masalah skabies, hanya bisa memperoleh data suspect skabies
responden. Karena hanya berdasarkan obesrvasi terhadap gejala yang dialami, bukan
Sarcoptes scabiei adalah tungau kecil berkaki delapan dan didapatkan melalui kontak
fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini. Tungau skabies
(Sarcoptes scabiei) ini berbentuk oval, dengan ukuran 0,4 x 0,3 mm pada jantan dan
nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau
ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
c. Adanya terowongan pada tempat- tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu- abuan, berbentuk lurus atau berkelok, rata- rata 73 panjang 1cm, dan pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Tempat predileksinya adalah
tempat- tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti jari- jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, umbilikus, genetalia pria dan perut bagian
bawah.
mengalami suspect skabies, yang diperoleh dari hasil kuesioner dan pemeriksaan
kulit responden berdasarkan gejala klinis penyakit. Setidaknya jika ada dua dari
gejala klinis skabies yaitu gatal terutama malam hari, lesi kulit berupa terowongan,
benjolan kecil, bintik merah, terutama pada tempat dengan lapisan kulit yang tipis
seperti sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar (sikut), lipat ketiak,
sekitar payudara, telapak kaki dan telapak tangan yang dialami responden, maka
Menurut pengakuan responden, skabies pada anak kost berlangsung cepat karena
secara tidak mereka sadari skabies dapat berpindah melalui kontak langsung seperti
berjabat tangan dengan penderita dan tidur yang berdekatan, ataupun tidak langsung
seperti pinjam meminjam baju dan merendam baju disatukan dengan baju penderita.
Seperti yang dijelaskan Handoko (2008) bahwa transmisi atau perpindahan
kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Selain itu juga
dapat melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk,
penderita, dan itu pun jika mendapatkan laporan langsung dari penderita. Di samping
itu, kasus skabies tidak didata secara rutin dan aktif oleh pengasuhan bagian
kesehatan. Sehingga tidak terdapat gambaran masalah skabies yang jelas dan tidak
Seperti yang diterangkan Wendel dan Rompalo (2002) dalam Wardhana (2006)
bahwa pencegahan pada manusia dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak
secara bersama. Pakaian, handuk, dan lainnya yang pernah digunakan penderita
Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan bahwa
kebiasaan mandi dan berganti pakaian memiliki hubungan dengan suspect skabies
dan sebagian besar responden (58,8%) yang mengalami suspect scabies. Masih
terdapat responden yang tidak memperhatikan personal hygiene diri mereka sendiri.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Putri (2011) dalam Siregar
(2012), bahwa ada hubungan antara higiene perseorangan dengan kejadian skabies
pada anak. Begitu juga dengan hasil penelitian Ma’ruf, dkk (2003) higiene
responden yaitu anak kost (213 orang) mempunyai higine perseorangan yang buruk
Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh Mosby (1994) dalam Siregar
(2012), yang mengatakan bahwa personal hygiene menjadi penting karena personal
hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk mikroorganisme yang ada
dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit, dalam hal ini
primer yang spesifik. Hal ini juga sesuai dengan teori segitiga epidemiologi yang
menyatakan bahwa suatu penyakit terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara
host 83 (dalam hal ini manusia), agent (dalam hal sumber penyakit skabies seperti
karena kebanyakan kasus yang terjadi akibat adanya kontak personal (Muzakir,
2008). Pada penelitian ini, diketahui bahwa salah satu indikator personal hygiene
berupa kebersihan sprei dan kasur menunjukkan semua responden tidak mencuci
karena kasur yang digunakan adalah kasur dengan model tanpa ranjang sehingga
bersentuhan langsung dengan lantai. Ketika responden ingin tidur istirahat siang
ataupun sore hari, terkadang responden menggunakan kasur miik teman nya yaitu
tidak tidur dikamar sendiri melainkan beristirhat dikamar teman, atau berbaring
dengan alas tidur sembarangan tanpa peduli kasur tersebut milik siapa atau alas
Disamping itu juga, prilaku pinjam meminjam pakaian merupakan hal yang sangat
sulit dihilangkan di pada anak kost sebagai responden karena menurut responden jika
ditinggalkan di kamar mandi dan pakaian sehabis dicuci yang digantung di dinding
kamar mandi atau di diletakkan berserakan dilantai kamar hingga esok hari.
timbulnya skabies atau penyakit kulit lainnya pada responden. Berbagai penyebab
tidak hygiene nya responden dalam kehidupan sehari-hati. Sebab lainnya adalah
budaya antri yang selalu ada di kost kostan, apapun yang dilakukan, antri sudah
menjadi hal wajib, banyak responden yang enggan mengantri sehingga ia menunda
untuk mandi dan mencuci pakaian walaupun terdapat responden yang menggunakan
jasa laundry untuk mencuci namun tidak menjamin jasa laundry tersebut melakukan
dialami responden juga menjadi alasan responden tidak cukup waktu untuk
matahari. Begitu juga pada perilaku kebersihan terhadap kamar, kurangnya kesadaran
Kamar responden menjadi lembab, pengap, baju, alat shalat, dan buku
yang tidak pada tempatnya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran mereka
sehingga mereka menjadi tidak disiplin akan kebersihan kamar dan responden jarang
ada yang membuka dan menutup jendela, serta menaruh buku dan baju di dalam
lemari
Kesimpulan dan Saran
responden.