Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

BAB I PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
2) Tujuan Pedoman
3) Ruang Lingkup Pelayanan
4) Batasan Operasional
BAB II STANDAR KETENAGAAN
1) Kualifikasi Sumber Daya Manusia
2) Distribusi Ketenagaan
3) Jadwal Kegiatan, termasuk Pengaturan Rawat Jalan
BAB III STANDAR FASILITAS
1) Denah Ruang
2) Standar Fasilitas
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN
1) Lingkup Kegiatan
2) Metode
3) Langkah Kegiatan
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP
PANDUAN

PELAYANAN PROGRAM IMUNISASI

Nomor : PAND/ A-2/UMUM/001/PKM TT/I/2017

Revisi Ke :

Tanggal Terbit : 02 Januari 2017

PEMERINTAH KABUPATEN TOJO UNA UNA


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TETE
KODE PUSK : 7209040101 Alamat Tete A. Kec. Amp Tete  ( 0464 ) 21600
Kata Pengantar

Assalamu Alaykum Wr..Wb..

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena Rahmat dan HidayahnyalahSehingga penyusunan buku
pedoman Program Gizi Puskesmas Tete ini dapat diseleseikan dengan baik.
Buku pedoman ini disusun sebagai acuan tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas (Khususnya
Puskesmas Tete), yang menyelenggarakan pelayanan gizi rawat jalan secara terstandart, sehingga terlaksana
pelayanan Promosi Kesehatan yang berkualitas.
Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang berperan dalam penyusunan
pedoman ini, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan pedoman ini, masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan
penulisan pedoman selanjutnya.
Akhir kata, semoga Pedoman ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Mengetahui, Tete, 02 Januari 2018

Kepala Puskesmas Tete

Moh. Rizal Sumaga, SKM


Nip. 19740123 199402 1 002
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita- cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui.Pembangunan N asional yang berkesinambungan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya
manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpa du yang
didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini
mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif
juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan
pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka tindakan
pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah a tau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam
waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif. Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009,
“Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan penyakit. Salah satu upaya
pemberantasan penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi).
Program imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang terbukti paling cost efective dan telah
diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Dengan program ini, Indonesia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974,
selain itu dengan telah diperluasnya program imunisasi menjadi Program Pengembangan Imunisasi sejak tahun 1977,
angka kesakitan dan kematian akibat PD3I sudah dapat ditekan.
Upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population immunity ( kekebalan masyarakat )
yang tinggi sehingga PD3I dapat dibasmi, dieliminasi atau dikendalikan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif, bermutu dan efisien.
Upaya penyelenggaran imunisasi dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Penyelengara kegiatan imunisasi
disetiap daerah dilakukan oleh Puskesmas dimasing-masing daerah yang ada.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan di masyarakat menyelenggarkan program imunisasi, yang dilakukan
untuk bayi 0 sd 12 bulan, balita, calon pengantin dan ibu hamil serta anak sekolah dasar. Agar penyelenggaran progam
imunisasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien dan bermutu maka diperlukan pedoman imunisasi yang digunakan
oleh petugas dalam menjalankan pelayanan imunisasi.
B. Tujuan Pedoman

Tujuan Khusus
Sebagai dasar dan acuan dalam penyelenggaran progam imunisasi di wilayah kerja Puskesmas tanjungsari
Tujuan Umum

1. Terpantaunya pelayanan imunisasi pada bayi, balita , wus dan anak usia sekolah
2. Pelaksanaan imunisasi sesuai standar
3. Terpantaunya KIPI

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Pedoman ini menngatur tentang ruang lingkup penyelenggaraan imunisasi meliputi:
1. Pelayanan imunisasi dasar kepada bayi (hepatitis b, BCG, Polio, DPT-HB-Hib, dan campak)
2. Pelayanan imunisasi tambahan pada balita backlog figting/ crash progam campak (DPT-HB-Hib, campak)
3. Pelayanan imunisasi lanjutan anak sekolah (Dt, Td) dan wanita subur (TT)
4. Kegiatan PIN atau Sub PIN
D. Batasan Operasional

Terselenggaranya imunisasi dasar/ wajib, tambahan dan lanjutan di wilayah kerja Puskesmas Tete baik didalam
gedung maupun luar gedung

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Penanggung Jawab Upaya Program Imunisasi di Puskesmas Tete memilik Kompetensi sebagai berikut :

NO Nama / NIP Jabatan Penanggung Jawab KET


1. 1. Nurhaya U. Pau Perawat Penyelia Penanggung Jawab PNS
NIP.19680702 198802 2 002 Program Imuniasi

Tanggung Jawab tenaga pelaksana


1. Melaksanakan kegiatan teknis Imunisasi
2. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan
3. Melaksanakan kegiatan penerimaan vaksin, perawatan Cold Chain, penyimpanan vaksin serta distribusi
vaksin baik ke pelayanan Puskesmas dan Klinik Swasta
4. Melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain
B. Distribusi Ketenagaan

Pelayanan imunisasi di koordinir oleh Perawat Penyelelia sebagai tenaga pelaksana (vaksinator )

C. JADWAL KEGIATAN

1. Pengambilan vaksin rutin


Setiap bulan atau sewaktu-waktu bila vaksin habis

2. Pelayanan Imunisasi Rutin


Sesuai jadwal Posyandu
3. Pelaksanaan Program Imunisasi

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

B. STANDAR FASILITAS

Standart fasilitas imunisasi :

a. Boks pendingin, tahan dingin 7 hari


b. Termos khusus, tahan dingin 12 jam
c. Termos vaksin, tahan dingin 3 hari
d. Vaccin carrier
e. Lemari es biasa (alat pembuat coolpack)
f. Lemari es penyimpan vaksin standart WHO/ Unicef atau lemari es minyak tanah (tipe absorbsi) untuk
daerah terpencil/ kepulauan
g. Termometer pada lemari es
h. Safety Box volume 5 liter
i. Freez tag
j. Tempat sampah basah dan kering, tertutup
k. ADS (Autodisposible syringe) 0,05 ml, 0,5 ml, 5 ml
l. Umum : meja kerja, kursi kerja, kursi hadap
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

 Jenis Pelayanan
Berdasarkan sifat penyelenggaraannnya, imunisasi dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi
pilihan

1. Imunisasi Wajib
Merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannnya
dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular
tertentu

Imunisasi wajib terdiri dari :

a. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan terus - menerus sesuai jadwal

Imunisasi rutin terdiri dari :

 Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 tahun

Jenis Imunisasi dasar terdiri dari :

- Bacillus Calmette Guerin (BCG)


- Diptheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B Hemophilus Influinza type B (DPT-HB-
Hib)
- Hepatitis B pada bayi baru lahir
- Polio dan
- Campak
 Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisassi ulangan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan

Imunisasi lanjutan diberikan pada :

- Anak usia bawah tiga tahun


Vaksin yang diberikan Diptheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B Hemophilus
Influinza type B (DPT-HB-Hib) dan campak
- Anak usia Sekolah Dasar
Vaksin yang diberikan Diptheria Tetanus (DT), Tetanus Diptheria (TD) dan
campak

- Wanita Usia Subur


Vaksin yang diberikan Tetanus Toxoid (TT)

b. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling beresiko terkena
penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu

c. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi masyarakat
terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. Misalkan kebeangkatan calon jemaah haji dsb

2. Imunisasi Pilihan
Merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam
rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu

B. METODE
Metode/ teknik pemberian vaksin dalam pelayanan imunisasi, dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Melalui tetesan
Vaksin yang diberikan melalui tetesan ke mulut yaitu vaksin polio. Langkah awal yang dilakukan adalah
dengan membuka vaksin polio dan menutupnya dengan dropper, kemudian memberikan tetesan polio ke
mulut bayi sebanyak 2 tetes

2. Melalui penyuntikan
Cara penyuntikan ini dibedakan dari posisi jarum suntik terhadap permukaan kulit. Cara penyuntikan vaksin
ada 3 macam, yaitu:

a. Intracutan
Digunakan untuk penyuntikan vaksin BCG. Posisi jarum tetap datar di permukaan kulit saja.

b. Subcutan
Digunakan untuk penyuntikan campak. Posisi jarum disuntikkan dengan 45 o terhadap permukaan
kulit, dengan kedalaman jarum tidak lebih dari ½ inchi.

c. Intramuskular
Digunakan untuk penyuntikan DPT-HB-Hib, Hb Uniject, DT, Td, TT, IPV. Posisi jarum disuntikkan
dengan 90o terhadap permukaan kulit.
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Merencanakan Kegiatan Program Imunisasi
a. Merumuskan masalah
b. Menyusun rencana usulan kegiatan ( RUK )
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
2. Melaksanakan kegiatan Program Imunisasi

a. Imunisasi Rutin
b. Imunisasi Wajib
3. Pencatatan dan Pelaporan

4. Monitoring dan evaluasi

BAB V
LOGISTIK

Perencanaan kebutuhan alat suntik dan safety box tidak dapat dipisahkan dengan perencanaan kebutuhan vaksin.
Untuk menjamin ketersediaan vaksin, alat suntik dan safety box secara bersamaan dan cukup untuk pelayanan
imunisasai maka perencanaan yang tepat sangat diperlukan. Dalam menghitung kebutuhan alat suntik berdasarkan
jumlah cakupan yang akan dicapai tahun ini dan jumlah dosis pemberian imunisasi.

a. Alat suntik
Ukuran alat suntik yang digunakan dalam program imunisasi ada 3 yaitu 0,05 ml, 0,5 ml dan 5 ml.

a. ADS 0,05 ml
Digunakan untuk pemberian imunisasi BCG.

Kebutuhan ADS 0,05 ml = jumlah sasaran imunisasi BCG x target (95%)

b. ADS 0,5 ml
Digunakan untuk pemberian imunisasi DPT-HB-Hib, IPV, Campak, DT.Td dan TT

Kebutuhan ADS 0,05 ml = jumlah sasaran imunisasi A x target

c. ADS 5ml
Digunakan untuk melakukan pencampuran pelarut dengan vaksin BCG dan campak. Kebutuhan ADS 5 ml sama
dengan kebutuhan vaksin BCG + vaksin campak (untuk bayi, batita maupun anak sekolah)

b. Safety box
Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi sebelum dimusnahkan. Safety box
ukuran 2,5 liter ammapu menampung 50 alat suntik bekas, sedangkan ukuran 5 lliter menampung 100 lat suntik
bekas. Limbah imunisasi selain alat suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box.
c. Vaksin
Banyaknya vaksin yang diminta ke Kbupaten/ Kota adalah untuk kebutuhan 1 bulan pemakaian ditambah 1 minggu
cadangan dikurangi sisa vakssin yang masih ada. Permintaan dilakukan setiap satu bulan sekali.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Asesmen Resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
3. Pelaporan Dan Analisis Insiden
4. Kemampuan Belajar Dari Insiden Dan Tindak Lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya tidak diambil
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di puskesmas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD)

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)


Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau
kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah.

KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC)


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambill (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :

1. Karena “keberuntungan”
2. Karena “pencegahan”
3. Karena “peringanan”
KESALAHAN MEDIS
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera pada pasien.

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan setelah perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dan perencanaan
kegiatan dibuat serici mungkin sehingga mudah dalam melaksanakan kegiatan.
Pemantauan dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian dan pelaksanaan promosi kesehatan di
puskesmas baik didalam gedung maupun diluar gedung sedang evaluasi dilakukan setiap pertengahan dan ahir
tahun

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

a. Pencegahan luka tusukan jarum dan infeksi


Jarum seringkali melukai para petugas kesehatan. Setetes darah yang terinfeksi oleh virus hepatiti B, hepatitis
C, HIV atau virus-virus lainnya dapat ditularkan melalui luka karena tusukan jarum.

Cara mencegah luka tusukan jarum :

 Mengurangi keinginan untuk memegang jarum dan alat suntik (tidak melakukan recaping)
 Memegang alat suntik dan jarum secara aman
 Mengatur tata letak tempat penyuntikan untuk mengurangi resiko terluka
 Mengatur posisi anak yang tepat untuk penyuntikkan
b. Penggunaan kotak pengaman (safety box)
Semua alat suntik setelah digunakan (bekas) sebaiknya segera dimasukkan ke dalam kotak pengaman. Kotak ini
tahan air dan tusukan sehingga jarum tidak mudah menembusnya. Jika tidak tersedia kotak pengaman, bisa
menggunakan bahan-bahan lokal untuk membuat wadah benda-benda tajam yang aman dan fungsional.

c. Pembuangan sampah limbah tajam dan limbah imunisasi lainnya


Semua alat suntik pada akhirnya harus dimusnahkan. Alat suntik dan jarum untuk mencampur yang sekali
digunakan rusak atau dibuang sebaiknya digunakan sekali dan kemudian dimusnahkan. Limbah imunisasi seperti vial/
flacon vaksin, tutup vial, kapas bekas suntikan dan lain-lain, sebaiknya tidak dibuang bersama dengan jenis-jenis sampah
lainnya, karena dapat mencemari dan membahayakan lingkungan. Maka harus ditangani sama seperti menangani limbah
tajam imunisasi.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian dan upaya peningkatan mutu program imunisasi dapat dilakukan dengan:

A. Pengawasan
1. Pengawasan internal dilakukan oleh Puskesmas maupun Dinas Kesehatan melalui penilaian standart Puskesmas

2. Pengawasan eksternal dilakukan melalui :

a. Pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat

b. Pengawasan dilakukan oleh institusi kesehatan yang terkait dengan pelayanan medik dasar

B. Pembinaan
Pembinaan dilakukan secara berjenjang :

a. Pembinaan tingkat Puskesmas


b. Pembinaan tingkat Kabupaten/ Kota oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
c. Pembinaan tingkat provinsi oleh Dinas Kesehatan Provinsi
d. Pembinaan tingkat pemerintah pusat oleh Departemen Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia
Pembinaan yang dilakukan dapat berupa pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan
latihan, penyuluhan (komunikasi, informasi dan motivasi) dan kegiatan pemberdayaan lain
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan program Imunisasi ini dibuat untuk memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan
upaya program Promosi Kesehatan di Puskesmas Tete , penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang
ada di puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara
nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju
pada hasil yang optimal.

Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan program gizi di
puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan

Wassalamualaikum WR.WB

Anda mungkin juga menyukai