BERBASIS ETNOPEDAGOGI
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengekplorasi kearifan lokal di Banten untuk pengembangan bahan ajar
biologi konservasi berbasis etnopedagogi. Metode R&D digunakan untuk mengembangkan bahan
ajar. Ditemukan tiga konsep kearifan lokal yang dapat digunakan untuk konten pembelajaran biologi
konservasi yaitu (1) konsep pembagian lansekap untuk pembelajaran konsep biodiversitas tingkat
ekosistem; (2) pemanfaatan spesies untuk kehidupan seharai-hari untuk konsep biodiversitas tingkat
spesies; (3) kearifan dalam menanam padi lokal untuk konsep biodiversitas pada tingkat genetika.
Konten-konten tersebut selanjutnya dikembangkan untuk bahan ajar biologi konservasi dengan tujuan
untuk mengembangkan literasi konservasi. Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam bahan ajar
tersebut meliputi tujuan; nilai-nilai; konsep; ancaman dan tindakan konservasi terhadap biodiversitas.
Hasil validasi ahli tentang kemampuan penyajian, materi dan penggunaan bahasa dalam bahan ajar
menunjukkan hasil yang baik dan layak digunakan, sedangkan uji coba keterbacaan menunjukkan
hasil bahwa bahan ajar tersebut dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi, meningkatkan
keterampilan proses biodiversitas dan kepedulian terhadap lingkungan.
Abstract
This study was aimed at exploring the local wisdom in Banten to develop biology conservation
teaching materials based on ethno pedagogy. An R&D method was used to develop the teaching
materials. The study reveals that there are three concepts of local wisdom that could be used for biology
conservation learning content, that are (1) the concept of the landscape division for ecosystem-level
biodiversity learning concept; (2) species utilization by local people for species-level biodiversity
learning concept; and (3) local wisdom in planting local rice for the genetic-level biodiversity learning
concept. Then, those contents were developed for biology conservation teaching materials with the aim to
develop conservation literacy. The principles developed in the teaching materials included the purpose,
the values, the concept, the threads and action towards biodiversity. The results of expert judgments
shows that the content, lay out, and language in teaching materials have good criteria and feasible to
use. The result of readability test indicates that the teaching materials can help students to understand
the content, to improve the biodiversity process skills, and to increase environment awareness.
168
Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...
169
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183
170
Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...
171
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183
172
Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...
lalapan dan sayuran tersebut dibudaya- jawer kotok (Coleus purpureus), antaman
kan di pekarangan, huma dan talun. Ada- (Centella asiatica), jongek (Emilia
pun tanaman yang dimanfaatkan sebagai sonchifolia), dan kibulu (Ageratum
bumbu/rempah-rempah oleh masyarakat conyzoides). Mereka berpendapat bahwa
Cisungsang di Kasepuhan Banten Kidul masih banyak tanaman tersebut di alam,
selama penelitian ditemukan sebanyak 22 sehingga mereka tidak membudidayakan.
jenis. Tamanan tersebut semuanya juga Namun jika keberadaannya di alam susah
telah dibudidayakan di pekarangan, huma, ditemukan lagi, mereka akan menanam-
kebun, dan talun. nya, seperti contohnya kumis kucing
Tanaman yang dibudidayakan di (Orthosiphon stamineus). Hongsawong
pekarangan contohnya adalah jahe (Zingiber (2011) menyarankan bahwa pemakaian
offinale), panglai (Zingiber cassum), kencur tanaman obat harus efektif, dan perlunya
(Kaempferia galanga), lengkuas (Alpinia mengkonservasi tanaman obat tersebut.
galangal) dan temu lawak (Curcuma Pemanfaatan tanaman lainnya yaitu
xanthorrhiza). Tanaman yang dibudidayakan sebagai bahan bangunan, diketahui se-
di kebun contohnya adalah seledri (Apium banyak 15 jenis tanaman (Gambar 1), di
graveolens), cabai (Capsicum annum), antaranya yaitu ijuk dari aren (Arenga
bawang (Allium fistulosum), dan tomat piñata), batang dari rasamala (Altingia
(Solanum lycopersicum). Tamanan yang excelsa), bambu (Bambusa sp.), kelapa
dibudidayakan di talun contohnya adalah (Cocos nucifera), nangka (Artocarpus
cengkeh (Syzygium aromaticum), pala heterophyllus), durian (Durio zibethinus)
(Myristica fragrans), kemiri (Aleurites dan jati (Tectona grandis). Ditemukan
moluccana), dan lada (Piper nigrum). empat jenis tanaman sebagai bahan pewar-
Selanjutnya, ditemukan tujuh jenis tumbuh- na yaitu hariang (Begonia sp), pacar tere
an penghasil buah-buahan, yaitu pisang (Impatien platypetala), pandan (Pandanus
(Musa paradisiaca), manga (Mangifera amaryllifolius) dan kunyit (Curcuma
indica), jeruk (Citrus maxima), alpukat longa). Delapan jenis tanaman yang
(Persea Americana), nangka (Artocarpus dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan
heterophyllus), kelapa (Cocos nucifera), di antaranya kaung atau aren (Arenga
dan jambu (Psidium guajava). Semua pinnata), rotan (Calamus platyacanthos),
tanaman tesebut telah dibudidayakan di nangka (Artocarpus heterophyllus) dan
pekarangan dan talun. bambu (Bambusa sp). Sebagian besar
Terdapat 39 jenis tumbuhan yang tanaman tersebut telah dibudidayakan,
dimanfaatkan sebagai obat dan 37 jenis kecuali rotan.
untuk obat khusus terkait melahirkan. Dengan memanfaatkan tanaman ter-
Sebagian besar tanaman obat tersebut sebut secara tidak langsung masyarakat
telah dibudidayakan, seperti alpukat Kasepuhan Cisungsang di Kasepuhan
(Persea Americana), cengkeh (Syzy- Banten Kidul telah menyelamatkan bio-
gium aromaticum), jahe (Zingiber offi- diversitas tanaman. Masyarakat akan
cinarum), jambe (Cycas revolute), jarak melindungi tanaman apabila mereka
(Jatropha curcas), dan sebagainya. mengetahui manfaatnya. Hal ini sesuai
Namun masih ada beberapa tanaman dengan prinsip konservasi, yaitu pende-
yang mengambil langsung dari hutan, katan save, study, dan use (Supriatna,
contohnya harendong (Melastoma mala- 2004). Tiga prinsip tersebut bersifat
bathricum), keseureuh (Letsea kibeba), holistik, yaitu pendekatan menyeluruh
173
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183
yang diharapkan dapat melindungi spesies nya bulu pada bulir padinya. Nama jidah
dengan tidak meninggalkan aspek man- dilatarbelakangi oleh masa produksinya.
faat (Warren, 1992). Lebih lanjut, Rifai Selain ciri pembeda tersebut penamaan
(2004) menekankan bahwa pendekatan varietas padi juga dilatarbelakangi oleh
dalam upaya konservasi adalah dengan cerita legenda rakyat, misalnya sri kuning,
mengedepankan pemanfaatan secara sisik naga, dan orang yang pertama kali
lestari. Kearifan lokal dalam pemanfaatan menanam, contohnya jamudin, nani,
spesies untuk kehidupan sehari-hari dapat randa kaya, dan ketan ujum. Dilihat dari
menjadi konten pembelajaran konservasi masa produksi, padi dibedakan atas jenis
biodiversitas pada tingkat spesies. padi leuir (padi yang ditanam didataran
Contoh kearifan lokal dalam pelestari- tinggi dan berumur 5-6 bulan) dan jenis
an genetik adalah dijumpainya tanaman padi hawara (jenis padi yang berumur 3-4
padi (Oryza sativa) dengan puluhan varietas bulan).
lokal. Komunitas Kasepuhan Banten Kidul Secara umum masyarakat kasepuhan
menyimpan puluhan varietas padi yang membedakan varietas padi menjadi tiga,
membuat mereka mampu berswasem- yaitu jenis pare, ketan dan cere. Perbedaan
bada beras. Mereka masih menanam padi antara pare dan cere terletak pada bulu
varietas lokal yang dimilikinya secara turun yang terdapat pada ujung bulir padinya.
temurun. Menurut ketentuan adat, padi Jenis pare tidak mempunyai bulu seperti
hanya boleh ditanam sekali dalam setahun. halnya jenis cere. Sedangkan jenis ketan
Masyarakat Kasepuhan, mengenal dua apabila dimasak lebih pulen dan lengket
jenis padi, yaitu padi yang ditanam di sawah dibandingkan dengan jenis pare dan cere.
dan di huma. Padi sawah memerlukan air Selama penelitian ditemukan 50 varietas
irigasi sedangkan padi huma mengandalkan padi lokal di Kasepuhan Banten Kidul
air hujan.Varietas padi menurut pengetahuan (Tabel 1).
lokal masyarakat kasepuhan secara umum Keanekaragaman varietas padi lokal
dapat dibedakan melalui bentuk daun, merupakan sumber plasma nutfah yang
tinggi pohon, ketegakan pohon, bentuk penting. Bila keanekaragaman varietas lokal
buah, warna bulir, bulu, masa tanam, tempat ini telah punah maka kerugian sangat besar
tanam dan produksinya. dirasakan oleh semua pihak, terutama bagi
Secara spesifik di lapangan, masyarakat pemulia tanaman karena sebagai bahan
dapat membedakan varietas padi melalui dasar untuk penelitiannya. Kearifan lokal
bentuk gabah, warna gabah, bulu tangkai dalam bercocok tanam padi pada masyarakat
buah, tempat tanam dan produksinya Kasepuhan Banten Kidul dapat menjadi
(Leksono, 2010). Ciri pembeda tersebut konten dalam pembelajaran konservasi
dapat dijadikan nama dalam sebuah biodiversitas pada tingkat genetik.
varietas tanaman padi, misalnya saja Banyaknya varietas padi yang ditanam
nama varietas sri kuning dan beureum secara turun temurun secara tidak langsung
karang dilatar belakangi oleh warna gabah telah melestarikan genetik padi. Materi
(bulir) berwarna kuning untuk sri kuning genetik sangat penting bagi pemulia
dan merah untuk beureum karang. Nama tanaman untuk dapat merakit tanaman baru
varietas padi ketan hideung dilatarbela- yang unggul. Banyaknya varietas tanaman
kangi oleh warna berasnya yang berwarna padi yang terdapat di Kasepuhan Banten
hitam. Nama varietas gajah panjang, ketan Kidul terjadi karena persilangan secara
hideung bulu dilatarbelakangi oleh ada- alami dan tidak disengaja pada awalnya.
174
Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...
Tabel 1.Varietas Padi Lokal yang Ditanam Warga Kasepuhan Banten Kidul
Tempat Tempat Tempat
Jenis Pare Jenis Ketan Jenis Cere
tanam tanam tanam
1. Maringgeuy Huma 1. Alean Huma 1. Markoti Sawah
2. Beureum Batu Huma 2. Semarang Huma 2. Hoe Sawah
3. Ranji Huma 3. Beureum Ajid Sawah 3. Layung Sawah
4. Beureum Beunying Huma 4. Hideung Rante Sawah 4. Ambon Sawah
5. Jamudin Huma 5. Lepo Sawah 5. Kiara/Cawok Sawah
6. Banteng Beureum Huma 6. Ruyung Sawah 6. Demek/Ujum Sawah
7. Banteng Bodas Huma 7. Ulam Sawah 7. Marilen Sawah
8. Beureum Geulis Huma 8. Hideung Bulu Sawah 8. Gelas Sawah
9. Loyor Huma 9. Hideung Sawah 9. Gadog Sawah
10.Beureum Karang Huma 10. Leneng Sawah
11.Bangban Huma 11.Cikur Sawah
12.Raja Denok Sawah 12.Nangka Sawah
13.Sero Sawah
14.Sisik Naga Sawah
15.DT Sawah
16.Srimahi Sawah
17.Tampeuy Bodas Sawah
18.Tampeuy Koneng Sawah
19.Tampeuy Perak Sawah
20.Benter Sawah
21.Terong Bodas Sawah
22.Terong Beureum Sawah
23.Peuteuy Sawah
24.Srikuning Sawah
25.Angsana Sawah
26.Nani Sawah
27.Jidah Sawah
28.Manglar Sawah
29.Nemol Sawah
Hal ini terjadi karena dalam satu petak kesadaran masyarakat tentang alam perlu
sawah ditanam beberapa varietas, sehingga melibatkan masyarakat lokal dalam
secara alami akan terjadi persilangan yang mengamati proses secara alami. Bila
menghasilkan varietas baru (Leksono, masyarakat lokal terlibat dalam pengamatan,
2010). Melalui pengamatan tersebut pada mereka akan meningkat pengetahuannya.
akhirnya mereka menemukan varietas baru. Masyarakat tanpa mereka sadari akan
Warren (1992) mengungkapkan hasil menerapkan prinsip-prinsip konservasi
penelitiannya bahwa untuk meningkatkan dalam kehidupannya sehari-hari.
175
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara ilmiah. Oleh sebab itu, sangat
secara garis besar terdiri atas pengetahuan, dibutuhkan bahan ajar yang berorientasi
keterampilan dan sikap yang harus di- kepada proses literasi.
pelajari siswa dalam rangka mencapai World Wildlife Fund (1996) telah
standar kompetensi yang telah ditentukan. mengembangkan literasi biodiversitas
Bahan ajar disusun untuk memudahkan untuk sekolah menengah, dengan dua
pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut indikator. Pertama, kognitif outcome
National Research Council (1996) bahan ajar yang meliputi pengetahuan tentang
disusun sesuai dengan tujuan pembelajaran tentang prinsip dan proses ekologi yang
yang hendak dicapai, perkembangan dan berhubungan dengan biodiversitas,
kemampuan peserta didik serta berguna pengetahuan tentang permasalahan dan isu-
untuk bekal hidup peserta didik dalam isu yang berhubungan dengan biodiversitas,
masyarakat. Menurut Darkuni (2010) pengetahuan tentang strategi dan aksi
bahan ajar disusun berdasarkan tujuan penyelamatan biodiversitas. Kedua, afektif
pembelajaran yang hendak dicapai, untuk outcome yang meliputi kepekaan dan nilai
menguasai disiplin ilmu, sebagai warisan positif terhadap pencegahan dan remediasi
nilai-nilai generasi ke generasi, berharga permasalahan dan isu-isu biodiversitas,
bagi kehidupan manusia dan sesuai keyakinan personal dan masyarakat yang
kebutuhan dan minat siswa. berhubungan dengan biodiversitas (prediksi
Pada tahap awal dalam pengembang- behavior).
an bahan ajar biologi konservasi berbasis Trombulak (2004) telah mengung-
etnopedagogi untuk meningkatkan lieterasi kapkan prinsip-prinsip konservasi biologi
konservasi adalah analisis konsep untuk sebagai dasar untuk literasi konservasi,
mendapatkan materi-materi esensial yang yang meliputi (1) tujuan biologi konservasi,
dapat digunakan dalam pembelajaran (2) nilai-nilai keanekaragaman hayati, (3)
biologi konservasi. Literasi konservasi konsep untuk memahami biodiversitas,
adalah kemampuan seseorang untuk da- (4) ancaman terhadap keanekaragaman
pat memahami, mengomunikasikan dan hayati, dan (5) tindakan konservasi dan
memecahkan masalah-masalah konservasi restorasi keanekaragaman hayati. Menurut
biodiversitas, sehingga mereka memiliki Erdogan, et al. (2009) literasi lingkungan
sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap mencakup enam komponen, yaitu (1)
diri dan lingkungannya dalam mengambil pengetahuan tentang sejarah alam dan
keputusan berdasarkan pertimbangan- ekologi, (2) pengetahuan tentang isu-
pertimbangan ilmiah. isu lingkungan dan permasalahannya,
Pembelajaran biologi konservasi pada (3) pengetahuan sosial politik ekonomi,
hakikatnya mempunyai outcome mengubah (4) keterampilan kognitif, (5) afektif
perilaku peserta didik dalam menghargai (faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
alam, tidak hanya sekedar menguasai bertanggung jawab) dan (6) tindakan
konsep semata. Walaupun demikian, (perilaku bertanggung jawab). Berdasar-
proses dalam penguasaan konsep sangat kan para ahli tersebut di atas materi esen-
dibutuhkan untuk mengubah perilaku. sial yang perlu dikembangkan dalam
Dengan menguasai konsep pada bidang bahan ajar biologi konservasi berbasis
biologi konservasi maka peserta didik etnopedagogi dapat dilihat pada Tabel 2.
akan dapat menyelesaikan permasalahan- Setelah buku ajar dikembangkan
permasalahan dalam bidang konservasi tahap berikutnya adalah uji validasi buku
176
Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...
177
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183
ajar oleh ahli pendidikan dan konten an siswa dapat meletakkan dasar-dasar
biologi konservasi. Hasil validasi buku yang nyata bagi siswa untuk berpikir
yang dikembangkan menunjukkan bahwa dan dapat memecahkan masalah yang
menurut ahli kemampuan penyajian da- terjadi di masyarakat sehingga suatu saat
lam bahan ajar memperoleh nilai rata-rata ilmu yang dipelajari dapat diterapkan
84 (Gambar 2). Secara umum gambar langsung dalam masyarakat. Menurut
dan ilustrasi disajikan secara jelas dan ahli pendidikan, materi yang ditulis masih
menarik serta diberi judul yang sesuai. kurang melibatkan siswa secara aktif.
Materi disajikan secara sistematis, jelas Oleh sebab itu, disarankan untuk membuat
dan logis serta terdapat pengantar tujuan lembar kegiatan dibagian akhir pada bahan
pembelajaran. Materi disajikan sudah ajar, sehingga mahasiwa akan terlibat aktif
dalam konteks kehidupan sehari-hari. dalam proses pembelajaran. Bahan ajar yang
Menurut hasil penelitian Atmojo (2013) menarik secara penyajian merupakan bagian
pembelajaran dengan mengeksplorasi penting dari proses pembelajaran Biologi
lingkungan dengan pengalaman kesehari- Konservasi Berbasis etnopedagogi.
Aspek Bahasa
9 = Bahasa Indonesia yang baik dan benar
10 = Peristilahan
11 = Kejelasan bahasa
12 = Kesesuaian bahasa
X3 = Rata-rata aspek bahasa
178
Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...
179
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183
76. Menurut para ahli, bahasa yang membantu mahasiswa dalam hal mema-
digunakan belum memenuhi aturan EYD, hami materi, meningkatkan keterampilan
namun mudah dipahami. Bahasa yang proses biodiversitas dan meningkatkan
digunakan seharusnya disesuaikan de- kepedulian mahasiswa terhadap ling-
ngan perkembangan kognitif peserta didik. kungan.
Bahan ajar juga belum dilengkapi dengan Gambar 3 menunjukkan sebagian
glosari (penjelasan untuk peristilahan yang besar mahasiswa (82%) berpendapat
sulit dan tidak umum digunakan). Bahasa bahwa Bahan Ajar Biologi Konservasi
merupakan kunci dalam memahami Berbasis Etnopedagogi membantu dalam
sesuatu permasalahan (Firman, 2004). memahami materi. Materi yang konteks-
Dengan menggunakan bahasa yang tual akan meningkatkan penguasaan
baik dan benar akan memperlancar materi dalam pembelajaran. Mereka
pemahaman peserta didik tentang hal yang akan lebih menghayati pembelajaran,
dipelajarinya (Arsyad, 2010), sehingga lebih mudah dimengerti dan dianalisis,
tidak terjadi miskonsepsi. Salah satu sehingga mereka mampu melakukan ob-
penyebab miskonsepsi adalah pengguna- servasi, bertanya, mengajukan hipotesis,
an bahasa yang tidak jelas dan tidak sesuai mengumpulkan data, dan menyimpulkan-
dengan perkembangan kognitif peserta nya (Suyanti, 2010). Menurut Glynn &
didik (Mukti, Raharjo, & Wiyono, 2011). Winter (2004), pembelajaran dengan
Setelah memasukkan beberapa saran menggunakan konteks dunia nyata dan
dari ahli, selanjutnya buku ajar diujicoba- integrasi berbagai ilmu, akan berpengaruh
kan ke mahasiswa. Uji coba keterbacaan terhadap penguasaan konsep peserta didik.
buku ajar dilihat dari kemampuannya Sebagian besar mahasiswa (84%)
untuk meningkatkan literasi konservasi berpendapat bahwa Bahan Ajar Biologi
biodiversitas dengan indikator dapat Konservasi Berbasis Etnopedagogi mem-
Keterangan:
A= Buku ajar dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi
B= Buku ajar dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan keterampilan proses biodiversitas
C= Buku ajar dapat meningkatkan kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan
180
Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...
181
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183
Daniels, A.E. 2002. “Indigenous Peoples Jurnal Penyelidikan MPBL, VI, 120-
and Neotropical Forest Conservation: 132.
Impacts of Protected Area Systems Hongsawong, M. 2011 “North Eastern Thai
on Traditional Cultures”. Macalester Herbs: Local Wisdom Application for
Environmental Review, 23 September Conservation Made by Khong River
2002. Community”. European Journal of
Darkuni, M.N. 2010. Pengembangan Social Sciences, XXIII(3), 474-482.
Bahan Ajar Bidang Studi Biologi. Indrawan, M., Primack, R.B., & Supriatna,
Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM. J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta:
Dikmenli, M. 2010. “Biology Student Yayasan Obor.
Teachers Conceptual Frameworks Leksono, S.M. 2010. “Konservasi
Regarding Biodiversity”. Education, Keanekaragaman Hayati padi Lokal
CXXX(3), 479-489. oleh Masyarakat Adat Kasepuhan
Djulia, E. 2005. Peran Budaya Lokal dalam Banten Kidul di Sekitar Kawasan
Pembentukan Sains (Studi Naturalistik Taman Nasional Gunung Halimun”.
Sains Siswa Kelompok Budaya Sunda Biodidaktika, V(1), 9-18.
tentang Fotosintesis dan Respirasi Leksono, S.M. 2011. “Pengaruh Model
Tumbuhan dalam Konteks Sekolah Pembelajaran Group Investigasi
dan Lingkungan Pertanian. Disertasi. terhadap Pengetahuan, Proses Skill dan
PPS UPI Bandung. Sikap Mahasiswa Calon Guru Biologi
Erdogan, M. 2009. “Components of En- terhadap Konservasi Biodiversitas”.
vironmental Literacy in Elementary Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pen-
Science Education Curriculum in didikan, VI(2), 729-744.
Bulgaria And Turkey”. Eurasia Leksono, S.M., & Rustaman, N. 2012.
Journal of Mathematics, Science and “Pengembangan Literasi Biodiversitas
Teknology Education, V(1), 15-26. sebagai Tujuan Pembelajaran Biologi
Firman, H. 2004. Menulis Karya Ilmiah. Konservasi bagi Calon Guru Biologi”.
Bandung: UPI. Makalah pada Seminar Nasional dan
Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. 2003. Rapat Tahunan BKS-PTN B, Bidang
Educational Research an Introduction. Ilmu MIPA, Fakultas MIPA UNIMED,
Boston: Pearson Education Inc. Medan.
Glasson, G.E., Mhango, N., Priri, A., & Maclaurin, J., & Sterelny, K. 2008. What is
Lanier, M. 2010. “Sustainablility Biodiversity? Chicago: The University
Science Education in Africa: Nego- of Chicago Press.
tiating Indigenous Ways of Living Mukti, A.D.Y., Raharjo, T., & Wiyono,
With Nature in The Third Space”. E. 2011. “Identifikasi Miskonsepsi
International Journal of Science dalam Buku Ajar Fisika SMA Kelas
Education, XXXII(1), 125-141. X Semester Gasal”. Jurnal Materi dan
Glynn, S.M., & Winter, L.K. 2004. Pembelajaran Fisika, I(1), 39-44.
“Contextual Teaching and Learning National Research Council. 1996. National
of Science in Elementary Schools”. Science Education Standards. New
Journal of Elementary Science York: National Academy Press.
Education, XVI(2), 51-63. Ramadoss, A., & Moli, G.P. 2011. “Biodi-
Gopal, R. 2005. “Indigenous Environmen- versity Conservation Through Environ-
tal Knowledge in Formal Education”. mental Education for Sustainable
182
Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...
183