Anda di halaman 1dari 14

Nama : Fatkhur Robani

NIM : E28117047
Kelas : A01/AGT 1

Wirausahawan Lokal :

1. Banua Cokelat, Oleh-oleh Khas Palu

Cokelat adalah salah satu yang paling sering dibeli saat seseorang pulang dari luar
negeri. Seperti suatu kebanggan jika wisatawan nusantara yang bepergian ke luar
negeri menenteng cokelat bawaan dari negara-negara ternama yang terkenal akan
cokelatnya.

Ropesta Sitorus - Bisnis.com 13 Mei 2015 | 07:35 WIB

Bisnis.com, JAKARTA -- Cokelat adalah salah satu yang paling sering dibeli saat
seseorang pulang dari luar negeri. Seperti suatu kebanggan jika wisatawan nusantara
yang bepergian ke luar negeri menenteng cokelat bawaan dari negara-negara ternama
yang terkenal akan cokelatnya.

Akan tetapi, tahukah Anda bahwa cokelat yang ditenteng dari luar negeri itu bisa saja
produk olahan dari bahan baku yang berasal dari Indonesia? Bisa saja. Sebab
Indonesia adalah negara ketiga produsen komoditas kakao terbesar di dunia setelah
Pantai Gading dan Ghana.

Sadar akan potensi tersebut dan didukung oleh tren pariwisata Indonesia yang terus
meningkat, sejumlah pelaku usaha mulai melirik bisnis olahan kakao. Mereka
memproduksi berbagai variasi cokelat dengan positioning sebagai oleh-oleh khas
dari satu daerah tertentu. Produknya diklaim mudah diterima pasar karena memang
cokelat adalah makanan yang disukai hampir semua kalangan sejak dulu.

Agar unik dan mampu bersaing dengan pemain yang sudah lebih dulu menguasai
pasar, para pelaku usaha ini berinovasi dengan menambahkan rempah-rempah dalam
cokelatnya.

Strategi itu antara lain dilakukan oleh Ansaruddin, owner Banua Cokelat. Dia mem-
branding cokelat produksinya sebagai oleh-oleh khas Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Banua Cokelat didirikan Ansaruddin bersama istrinya Hasnidar Haidir pada 2010
karena melihat potensi daerah Sulawesi Tengah sebagai penghasil kakao terbesar di
Indonesia.

Awalnya berbagai macam olahan cokelat seperti praline dan lolypop diproduksi
dengan merek “Cokelatku”. Kemudian pada 2012 mereknya digantinya menjadi
Banua Cokelat bersamaan dengan penambahan produk baru berbentuk cokelat
batang yang bercita rasa variatif.

Dia menggunakan komoditas rempah asli yang tumbuh di Palu seperti kayu manis
dan cengkeh. Ansaruddin juga tak sungkan berinovasi dengan bahan cabai dari
Sulawesi Tengah yang dikenal lebih tebal dan pedas.

“Hingga kini kami mempunyai 11 jenis cokelat batang, antara lain yang original,
milk, keju, cabai, kacang mete, kayu manis, cengkeh, jahe, manisan mangga, manisan
nanas,” katanya.

Menurutnya, beberapa variasi tersebut mungkin juga diproduksi oleh pelaku usaha
sejenis di daerah lain. Namun Ansaruddin yakin cita rasa Banua Cokelat tetap unik
karena bahan baku cokelatnya menggunakan cokelat asli yang tumbuh di Palu.

“Jenisnya mungkin sama tapi karakter rasa pasti beda karena cokelat ini kan
tergantung tempat hidupnya, yang tumbuh di Pulau Jawa tentu punya citarasa beda
dengan yang di Sulawesi, sama seperti kopi,” tuturnya.

Selama hampir lima tahun memproduksi makanan olahan cokelat, Ansaruddin


menyatakan bisnisnya terus bertumbuh. Dia menghabiskan sekitar 120 kilogram
hingga 180 kilogram bahan baku cokelat per bulan. Produksinya dilakukan tiga kali
seminggu dengan rata-rata sekali produksi 10kilogram-15 kilogram.

Bahan baku itu dia sulap menjadi aneka olahan, mulai dari cokelat bar, lolypop dan
praline dengan harga mulai Rp10 ribu. Dia juga melayani pesanan cokelat customize.

“Omzetnya menurut kami sudah sangat lumayan untuk ukuran home industry dengan
kisaran Rp50 juta per bulan,” kata dia.

Demi memudahkan wisatawan mendapatkan produknya, dia tidak hanya


mengandalkan penjualan di outletnya yang beralamat di Jalan Otista, Palu.
Ansaruddin memilih kerja sama dengan hampir semua toko oleh-oleh di kotanya
agar lebih mudah menjangkau pasar.

Setidaknya ada 15 toko oleh-oleh yang diajaknya kerja sama dengan sistem
konsinyasi. Selain itu dia juga sudah mulai masuk ke jaringan ritel modern, seperti
Carrefour yang ada di Palu.
Dia juga rajin ikut pameran dalam berbagai event usaha kecil menengah. Media
sosial dan internet tak luput dari perhatian Ansaruddin sebagai strategi ‘menjemput
bola’ sekalipus promosi. Semua produk dan aktivitasnya dipajang di situs website
www.banuacokelat.com dan media sosial Twitter dan Facebook.

Sebagai pionir produk olahan cokelat di Palu, usaha Ansaruddin kini banyak diikuti
wirausahawan lain. Menurutnya di kotanya sudah ada sekitar 20 pelaku usaha yang
juga memproduksi cokelat dengan positioning sebagai oleh-oleh khas Palu.

Hal ini didorong dengan langkah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi
Tengah yang mempermudah para pelaku usaha dengan menyediakan olahan cacao
dalam bentuk cokelat blok. Pemerintah setempat mulai menyediakan bahan setengah
jadi itu pada akhir 2012.

Sejak saat itu, pelaku usaha olahan cokelat mulai menjamur. Meski persaingan makin
ketat, Ansaruddin mengaku hal tersebut berdampak positif. Pasalnya dia justru
semakin tertantang berinovasi menciptakan produk baru agar bisa terus bersaing.

Pria 39 tahun ini menganggap semakin banyak pelaku usaha cokelat olahan, artinya
prospek bisnisnya sangat bagus dan masih tetap cerah.

“Saat 2010-2012 pengembangan produk kami tidak seberapa, tapi setelah teman-
teman mulai ikut usaha ini, kami jadi berinovasi dan mencari hal yang lebih baik.
Jadi kita bersaing sehat dan saling motivasi supaya tampil lebih baik,” ujarnya.

Walau sudah mulai banyak pesaing, Benua Cokelat masih tetap terserap oleh
konsumen. Dia menyasar wisatawan yang datang ke Palu dan juga masyarakat Palu
sendiri. Beberapa pesanan juga sudah mulai mengalir dari luar kota.

Kendati sudah mulai banyak permintaan dari luar daerah, Ansaruddin belum mampu
menggarap potensi tersebut secara serius. Dia beralasan terkendala dengan kapasitas
produksi yang masih sedikit. Selain itu dia juga terkendala di modal untuk bahan
baku, karena setiap bahan baku harus dibeli secara tunai.
2. Kisah Raja Bisnis Mall di Palu yang Memulai Usaha Hanya
Bermodalkan Materai Rp 6.000

Rezeki manusia menang telah disiapkan oleh-Nya. Jauh sebelum kita lahir dan
menyadari hal tersebut. Hal ini pula yang dirasakan oleh sosok pengusaha asal
Sulawesi Selatan, H. Karman Karim. Pria kelahiran Pinrang, 19 Oktober 1958 ini,
dikenal sebagai pengusaha Mall sukses di Kota Palu.

Meski dikenal sebagai usahawan sukses, dirinya mengakui bahwa ia tak punya cukup
uang kala membangun bisnisnya tersebut. Dilansir dari koran-jakarta.com, H.
Karman memang memiliki bisnis pusat perbelanjaan modern berupa tiga buah mal.
Dua di Kota Palu dan satu di Poso. Yang unik, kesemua usahanya itu dibangun
hanya bermodalkan materai Rp 6.000 rupiah. Wow! Bagaimana caranya ya?

Pada saat itu, dirinya diminta oleh Wali Kota Palu untuk membantu menyelamatkan
Mall Tatura milik pemerintah kota setempat yang nyaris bangkrut karena terlilit
utang 57 miliar rupiah. Sejenak, H. Karim merasa keheranan atas tawaran tersebut.
Kenapa malah ia yang ditawari, bukan orang lain? Padahal dirinya pada saat itu tak
memiliki modal yang cukup untuk mengelola sebuah bisnis pusat perbelanjaan.
Pengusaha H. Karman Karim [sumber gambar]

Dalam beberapa kesempatan, H. Karim mencoba mengunjungi mall tersebut dan


naik menuju ke lantai paling atas. Di sana, ia mendongakkan kepalanya ke atas langit
seraya bergumam, “langit saja yang tidak punya tiang penyangga, toh tidak runtuh.
Masak Mall Tatura yang punya ratusan penyangga akan runtuh,” ujarnya yang
dilansir dari koran-jakarta.com. Filosofi yang terdapat dalam Al-Qur’an itulah yang
akhirnya membuat H. Karim bertambah yakin akan sukses mengelola bisnis mall
tersebut.

Berbekal koneksinya, pria yang pernah menjadi seorang lawyer itu mulai
menghubungi teman-temannya yang memiliki uang untuk diputar sebagai modal.
Tak lupa, dirinya juga menggunakan jasa perbankan untuk menambah dana.
Hebatnya, H. Karim hanya membutuhkan materai Rp 6.000 untuk mewujudkan
bisnis tersebut. Setelah modal terkumpul, usaha penyelamatan Mall Tatura pun
berjalan.

Mall Tatura Palu yang dibangun oleh H. Karman Karim [sumber gambar]
Tak lama, Mall Tatura yang dulu hampir bangkrut, kini berhasil tegak berdiri dengan
hutang sebelumnya yang mencapai Rp 56 miliar, lunas terbayar. Di tangan H. Karim,
pusat perbelanjaan modern itu memiliki aset sebesar Rp 150 miliar rupiah. Berawal
dari sukses menangani Mall Tatura inilah, tawaran untuk mengelola usaha sejenis
mulai berdatangan. Ia sempat diminta oleh Matahari Grup dan Pemilik toko
swalayan modern Hypermart untuk bekerjasama.

Syaratnya cukup sederhana. H. Karim hanya meminta uang muka sebelum peletakan
batu pertama. Baru dirinya biasa membangun mall yang diinginkan. Seperti caranya
terdahulu, dengan bermodal materai Rp 6.000, ia sukses merealisasikan keinginan
rekan bisnisnya tersebut. Hal ini juga terjadi pada saat dirinya membangun Poso City
Mall. Meski sempat diragukan karena lokasi Poso yang rawan konflik, ia berhasil
meyakinkan sang pemilik dan akhirnya setuju. Caranya pun sama. Cari materai Rp
6.000, teken perjanjian dan berdirilah mall tersebut.

Sosok pengusaha sukses yang rajin bersedekah [sumber gambar]

Rahasia sukses H. Karman ternyata ada pada kebiasaanya bersedekah. Ia


menyenangkan hati Tuhan lewat melayani orang lain dengan memberikan sebagian
dari hartanya. Dirinya percaya, jika Tuhan senang dengan kita, apa pun yang
dimohonkan akan terkabul. Termasuk kesuksesan dirinya membangun bisnis mall
selama ini.
Wirausahawan Nasional :

1. Ciputra

Dr. (H.C.) Ir. Ciputra atau Tjie Tjin Hoan (Bahasa Tionghoa: 徐振焕; lahir di Parigi,
Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931; umur 88 tahun) adalah seorang insinyur dan
pengusaha di Indonesia. Ia terkenal sebagai pengusaha properti yang sukses, antara
lain pada Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Selain itu ia juga
dikenal sebagai seorang filantropis, dan berkiprah di bidang pendidikan dengan
mengembangkan sekolah dan Universitas Ciputra. Pada 2011, Forbes merilis daftar
orang terkaya di Indonesia, Ir. Ciputra menduduki peringkat ke-27 dengan total
kekayaan US$ 950 juta[1].

Masa muda

Ciputra, yang memiliki nama lahir Tjie Tjin Hoan, menghabiskan masa kecil hingga
remajanya di Parigi, Sulawesi Tengah. Sejak kecil Ciputra sudah merasakan
kesulitan dan kepahitan hidup. Bapaknya Tjie Siem Poe ditangkap oleh pasukan tak
dikenal,[2] karena dituduh sebagai mata-mata Belanda/Jepang dan tidak pernah
kembali lagi pada tahun 1944.

Ketika remaja ia bersekolah di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah


Atas Frater Don Bosco di Manado. Setamatnya dari Sekolah Menengah Atas, ia
meninggalkan desanya menuju Jawa. Ia kemudian kuliah di Institut Teknologi
Bandung. Pada tingkat empat, ia bersama Budi Brasali dan Ismail Sofyan mendirikan
usaha konsultan arsitektur bangunan yang berkantor di sebuah garasi. Setelah Ciputra
meraih gelar insinyur pada tahun 1960, ia pindah ke Jakarta.

Karier dan bisnis

Setelah menyelesaikan kuliahnya di Institut Teknologi Bandung, Ciputra mengawali


kariernya di Jaya Group, perusahaan daerah milik Pemda DKI. Ciputra bekerja di
Jaya Group sebagai direksi sampai dengan usia 65 tahun, dan setelah itu sebagai
penasihat. Di perusahaan tersebut, Ciputra diberi kebebasan untuk berinovasi,
termasuk di antaranya dalam pembangunan proyek Ancol.

Kemudian bersama dengan Sudono Salim (Liem Soe Liong), Sudwikatmono, Budi
Brasali dan Ibrahim Risjad, Ciputra mendirikan Metropolitan Group, yang
membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong
Damai. Pada masa itu, Ciputra duduk sebagai direktur utama di Jaya Group dan di
Metropolitan Group sebagai presiden komisaris. Akhirnya Ciputra mendirikan grup
perusahaan keluarga, Ciputra Group.
Pada tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi. Krisis tersebut menimpa tiga group yang
dipimpin Ciputra: Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Selain itu,
Bank Ciputra yang didirikannya ditutup oleh Pemerintah karena dianggap tidak
layak,[3] dan Asuransi Jiwa Ciputra Allstate yang baru dirintis menjelang krisis pun
ikut ditutup.[4] Dengan adanya kebijakan moneter dari pemerintah dan diskon bunga
dari beberapa bank, ia mendapat kesempatan untuk merestrukturisasi utang-
utangnya. Akhirnya ketiga group tersebut dapat bangkit kembali dan kini Group
Ciputra telah mampu melakukan ekspansi usaha di dalam dan ke luar negeri.

Bidang pendidikan

Pada usianya yang ke-75, ia memilih untuk mengembangkan bidang pendidikan.


Kemudian didirikanlah sekolah dan Universitas Ciputra. Sekolah ini menitikberatkan
pada kewirausahaan. Dengan sekolah ini, Ciputra bertujuan untuk menyiapkan para
lulusannya menjadi pengusaha.

Ciputra saat ini dikenal sebagai sosok penyebar entrepreneurship / kewirausahaan di


Indonesia. Dalam setiap kesempatan, ia selalu menanamkan pentingnya
kewirausahaan untuk membuat bangsa Indonesia maju.

Kiprah Ciputra diapresiasi oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan


memberikan dua rekor kepada Ciputra, yakni sebagai wirausahawan peraih
penghargaan terbanyak di berbagai bidang dan penyelenggaraan pelatihan
kewirausahaan kepada dosen terbanyak. Ciputra melalui Universitas Ciputra
Entrepreneurship Center (UCEC) telah memberikan pelatihan entrepreneurship
kepada setidaknya 1.600 dosen. Ciputra juga dinobatkan sebagai Entrepreneur of The
Year 2007 versi Ernst & Young.
2. Sandiaga Uno

H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A. (lahir di Pekanbaru, Riau, 28


Juni 1969; umur 50 tahun)[2][3] adalah pengusaha dan politikus Indonesia. Ia
memenangkan pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 bersama dengan Anies
Baswedan, dan memulai masa jabatannya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta pada
bulan Oktober 2017.[4][5] Sering hadir di acara seminar-seminar, Sandiaga Uno
yang berdarah Gorontalo kerap memberikan pembekalan tentang jiwa kewirausahaan
(entrepreneurship), terutama kepada kalangan pemuda.
Sandiaga Uno memulai usahanya setelah sempat menjadi seorang
pengangguran ketika perusahaan yang mempekerjakannya bangkrut.[6] Ia banting
setir untuk bangkit dari nol, menjalani awal kariernya menjadi seorang pengusaha.[7]
Bersama rekannya, ia mendirikan sebuah perusahaan di bidang keuangan, PT
Saratoga Advisor.[6] Usaha tersebut terbukti sukses dan telah mengambil alih
beberapa perusahaan lain .[6] Pada tahun 2009, ia tercatat sebagai orang terkaya
urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes.[8] Tahun 2011, Forbes kembali
merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Ia menduduki peringkat ke-37 dengan total
kekayaan US$ 660 juta[9].

Kehidupan Awal

Masa kecil Sandiaga Uno banyak dihabiskan di kota kelahirannya, Rumbai,


Pekanbaru. Sandi merupakan anak bungsu dari dua bersaudara dari pasangan Razif
Halik Uno dan Rachmini Rachman. Ayahnya bekerja di perusahaan Caltex di Riau
dan ibunya terkenal sebagai pakar pendidikan kepribadian.[10] Lahir di Rumbai,
besar di Duri dan Dumai, tentu membuat Sandiaga kecil bergaul dengan anak-anak di
kompleks Caltex (sekarang Chevron) maupun di luar kompleks.[11] Setelah ayahnya
tidak lagi bekerja di Caltex, keluarga Sandi Uno pindah ke Jakarta sekitar tahun
1970-an.[12] Sandi Uno bersekolah di SD PSKD Bulungan, SMPN 12, dan SMA
Pangudi Luhur. Sejak kecil, ia sudah dikenal sebagai sosok yang cerdas. Kecerdasan
yang dimiliki Sandi tidak terlepas dari dorongan yang diberikan oleh ibu
kandungnya.

Sandiaga Uno lulus dari Wichita State University, Amerika Serikat, dengan
predikat summa cum laude.[3] Ia mengawali karier sebagai karyawan Bank Summa
pada 1990.[3] Di Bank Summa, ia bertemu dan berguru dengan konglomerat William
Soeryadjaya pemilik Bank Summa.[14] Setahun kemudian ia mendapat beasiswa
untuk melanjutkan pendidikan di Universitas George Washington, Amerika Serikat.
Ia lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00 .[6]
Pada tahun 1993 Sandiaga Uno bergabung dengan Seapower Asia Investment
Limited di Singapura sebagai manajer investasi. Ia kemudian pindah ke MP Holding
Limited Group pada tahun 1994.[3] Pada 1995 ia pindah ke NTI Resources Ltd di
Kanada dan menjabat Executive Vice President NTI Resources Ltd. dengan
penghasilan 8.000 dollar AS per bulan.[15] Namun, krisis moneter sejak akhir 1997
menyebabkan perusahaan tempatnya bekerja bangkrut.[6] Sandi pun tidak bisa lagi
meneruskan pekerjaannya. Ia pulang ke Indonesia dengan predikat pengangguran.[6]
Sandi mengisi hari-harinya untuk melamar pekerjaan. Namun, tak ada perusahaan
yang mau meliriknya. Lamaran kerjanya selalu saja ditolak. Akhirnya, Sandi
mencoba peruntungan baru, memulai membuka usaha konsultan keuangan.[16]

Pada tahun 1997 Sandiaga Uno mendirikan perusahaan penasihat keuangan,


PT Recapital Advisors bersama teman SMA-nya, Rosan Perkasa Roeslani.[6] Salah
satu mentor bisnisnya adalah William Soeryadjaya.[17] Setelah berjalan selama satu
setengah tahun Sandi kemudian bertemu dengan Edwin Soeryadjaya, putra William
Soeryadjaya, pendiri PT Astra Internasional. Waktu itu Edwin juga mengalami
kesulitan keuangan dan Sandi ditawarkan untuk membangun usaha berbasis
investasi. Maka, ia dan Edwin Soeryadjaya, putra William, mendirikan perusahaan
investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya.[6] Bidang usahanya meliputi
pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan.[6]

Berbekal jejaring (network) yang baik dengan perusahaan serta lembaga


keuangan dalam dan luar negeri, Sandiaga Uno sukses menjalankan bisnis
tersebut.[6] Mekanisme kinerja perusahaan tersebut adalah menghimpun modal
investor untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang mengalami masalah
keuangan.Kinerja perusahaan yang krisis itu kemudian dibenahi dan
dikembangkan.[6] Setelah kembali sehat, aset perusahaan tersebut dijual kembali
dengan nilai yang lebih tinggi.[18] Hingga 2009, ada 12 perusahaan yang sudah
diambil alih oleh PT Saratoga.[6] Beberapa perusahaan telah dijual kembali, antara
lain PT Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN),
dan PT Astra Microtronics.[6]

Pada 2005–2008, Sandiaga Uno menjadi Ketua Umum Himpunan Pengusaha


Muda Indonesia (HIPMI).[15] Selama masa kepemimpinannya, jumlah pengusaha
yang tergabung di HIPMI meningkat dari 25.000 orang menjadi 35.000 orang.[18] Ia
juga menjadi Ketua Komite Tetap Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sejak 2004.[15]

Sandi dinobatkan menjadi 122 orang terkaya di Indonesia versi majalah Asia
Globe dengan total aset perusahaan mencapai 80 juta dollar AS, pada 2007.[18]
Sementara, pada 2008 ia dinobatkan menjadi orang terkaya ke-63 di Indonesia
dengan total aset 245 juta dollar AS.[8] Pada 2009 Sandi masuk sebagai pendatang
baru dalam daftar 40 orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes.[8] Majalah
tersebut menuliskan Sandi memiliki kekayaan US$ 400 juta dan berada di peringkat
29.[8] Pada tahun 2018 peringkatnya turun di peringkat 85 dengan taksiran kekayaan
US$ 300 juta.

Sandiaga Uno juga pernah menjadi jajaran direksi beberapa perusahaan:

PT Adaro Indonesia
PT Indonesia Bulk Terminal
PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia
Interra Resources Limited
PT iFORTE SOLUSI INFOTEK
Pada bulan Mei 2011, ia memutuskan membeli 51% saham Mandala Airlines.
Pada 16 April 2015, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai salah satu direktur
PT Adaro Energy Tbk.

Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Saratoga


Investama Sedaya Tbk, 10 Juni 2015, ia resmi mundur dari jabatannya sebagai
Direktur Utama PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Ia melepaskan berbagai
jabatan di beberapa perusahaan tersebut karena ingin fokus pada tugas barunya
sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
yang dipimpin oleh Prabowo Subianto[22]. Posisinya di Saratoga digantikan oleh
Michael Soeryadjaya, anak dari Edwin Soeryadjaya dan cucu dari pendiri Astra
International William Soeryadjaya[23].

Pada tahun 2016, namanya masuk dalam daftar Panama Papers sebagai
direktur dan pemegang saham dari Goldwater Company Limited, Attica Finance Ltd,
Pinfefields Holdings Limited, Velodrome Worldwide, Sun Global Energy Inc,
Finewest Capital Ventures Ltd, Alberta Capital Partners Ltd, Mac-Pacific Capital
Inc, Netpoint Investments Ltd, dan Fleur Enterprises Ltd.[24] Di tahun ini pula ia
mengikuti program Tax Amnesty.
3. Surya Paloh

Surya Dharma Paloh (lahir di Kutaraja, Banda Aceh, 16 Juli 1951; umur 68
tahun) adalah pengusaha pers dan pimpinan Media Group yang memiliki harian
Media Indonesia, Lampung Post, dan stasiun televisi Metro TV. Ia sekarang
menjabat sebagai Ketua Umum Partai Nasional Demokrat[3] Surya Paloh aktif
dalam politik dan dia adalah mantan Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar periode
2004-2009[4]. Ia juga pendiri ormas Nasional Demokrat, yang kemudian dianggap
sebagai penerus Partai Nasdem (Partai Nasional Demokrat). Lahir dari pasangan
Daud Paloh dan Nursiah Paloh.

Perjalanan hidup

Surya Paloh lahir di Banda Aceh 16 Juli 1951, ia besar di kota


Pematangsiantar, Sumatra Utara. Ia menjadi pengusaha di Kota Medan. Aktivitas
politik menyebabkannya pindah ke Jakarta, menjadi anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dua periode. Justru di kota metropolitan ini,
kemudian Surya Paloh terkenal sebagai seorang pengusaha muda Indonesia.

Surya Paloh mengenal dunia bisnis tatkala ia masih remaja. Sambil


bersekolah ia berdagang teh, ikan asin, karung goni, dan lain-lain. Ia membelinya
dari dua orang tauke sahabat yang sekaligus gurunya dalam dunia usaha, lalu dijual
ke beberapa kedai kecil atau ke perkebunan PT Perkebunan Nusantara. Di Medan,
Surya Paloh mendirikan perusahaan karoseri sekaligus menjadi agen penjualan
mobil.

Sembari berdagang, Surya Paloh juga bersekolah di SMA Negeri 7 Medan


serta setelah itu ia menjenjang ke perguruan tinggi negeri Di Fakultas Hukum,
Universitas Sumatra Utara namun tidak selesai dan melanjutkan pendidikannya
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam Sumatra Utara, Medan.
Dikenal karena aktif organiasi, Surya Paloh membuat organisasi massa yang sama-
sama menentang kebijakan salah dari pemerintahan Orde Lama. Surya Paloh menjadi
salah seorang pimpinan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).

Setelah KAPPI bubar, ia menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar pada


Sekretariat Bersama Golkar. Beberapa tahun kemudian, Surya Paloh mendirikan
Organisasi Putra-Putri ABRI (PP-ABRI), lalu ia menjadi Pimpinan PP-ABRI
Sumatra Utara. Bahkan organisasi ini, pada tahun 1978, didirikannya bersama anak
ABRI yang lain, di tingkat pusat Jakarta dikenal dengan nama Forum Komunikasi
Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI).
Dunia Bisnis

Saat masih dalam 14 tahun, Surya sudah memulai bisnis leveransir, di sebuah
kota kecil Serbelawan tahun 1965. Ketika memasuki SMA Negeri 7 Medan tahun
1967, Surya bekerja pula sebagai Manajer Travel Biro Seulawah Air Service.
Setamat SMA duduk di bangku kuliah, Surya dipercaya mengelola Wisma
Pariwisata, di Jalan Patimura, Padang Bulan, Medan oleh pemilik Baharuddin Datuk
Bagindo, yang juga memiliki pabrik korek api PT BDB di Pematang Siantar.

Sejak tahun 1973 bersama kakak iparnya Jusuf Gading, Surya dipercaya
sebagai Direktur Utama PT Ika Diesel Bros untuk menjalankan usaha distributor
mobil Ford dan Volkswagen, di Medan. Lalu, pada tahun 1975 ditunjuk pula menjadi
kuasa usaha direksi Hotel Ika Darroy, terletak di Banda Aceh, merangkap sebagai
Direktur Link Up Coy, Singapura, yang bergerak di bidang perdagangan umum.[6]

Surya Paloh mendirikan Surat Kabar Harian Prioritas pada 2 Mei 1986.
Koran yang dicetak berwarna ini, laku keras. Akrab dengan pembacanya yang begitu
luas sampai ke daerah-daerah. Sayang, surat kabar harian itu tidak berumur panjang,
keburu di cabut SIUPP-nya oleh pemerintah. Isinya dianggap kurang sesuai dengan
Kode Etik Jurnalistik Indonesia.

Kendati bidang usaha penerbitan pers mempunyai risiko tinggi, bagi Surya
Paloh, bidang itu tetap merupakan lahan bisnis yang menarik. Ia memohon SIUPP
baru, namun, setelah dua tahun tak juga keluar. Minatnya di bisnis pers tak bisa
dihalangi, ia pun kerjasama dengan Achmad Taufik Menghidupkan kembali Majalah
Vista. Pada tahun 1989, Surya Paloh bekerja sama dengan Drs. T. Yously Syah
mengelola koran Media Indonesia. Atas persetujuan Yously sebagai pemilik dan
pemimpin redaksinya, Surya Paloh memboyong Media Indonesia ke Gedung
Prioritas. Penyajian dan bentuk logo surat kabar ini dibuat seperti Prioritas.
Kemajuan koran ini, menyebabkan Surya Paloh makin bersemangat untuk
melakukan ekspansi ke berbagai media di daerah. Disamping Media Indonesia dan
Vista yang terbit di Jakarta, Surya Paloh bekerjasama menerbitkan sepuluh
penerbitan di daerah. Kesepuluh media tersebut adalah Harian Atjeh Post dan
Mingguan Peristiwa di Aceh, Harian Mimbar Umum di Medan, Harian Sumatra
Ekspres di Palembang, Harian Lampung Pos di Bandar Lampung, Harian Gala di
Bandung, Harian Yoga Pos di Yogyakarta, Harian Nusa Tenggara dan Bali News di
Denpasar, Harian Dinamika Berita di Pemimpin Perang BanjarBanjarmasin, serta
Harian Cahaya Siang di Manado.
Surya Paloh menghadirkan koran Proritas di pentas pers nasional dengan
beberapa keunggulan. Pertama, halaman pertama dan halaman terakhir di cetak
berwarna. Kedua, pengungkapan informasi kelihatan menarik dan berani. Ketika,
foto yang disajikan dikerjakan dengan serius. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan
koran ini dalam waktu singkat, berhasil mencapai sirkulasi lebih 100 ribu eksemplar.
Tidak sampai setahun, break event point-nya sudah tercapai.[7]. Ancaman yang
selalu menghantui Prioritas justru bukan karena kebangkrutan, tetapi pencabutan
SIUPP oleh pemerintah. Terbukti kemudian, ancaman itu datang juga. Koran
Prioritasnya mati dalam usia yang terlalu muda karena pemberitaannya dianggap
kasar dan telanjang.

Salah satu pengusung kebebasan pers adalah Surya Paloh. Kebebasan pers
menjadi yang Surya perjuangkan baru memperoleh pembenaran di era reformasi.
Pers akhirnya memperoleh kebebasannya yang hilang melalui Permenpen Nomor
1/Per/Menpen/1984 dicabut oleh Menpen Yunus Yosfiah pada tahun 1998. Pada 18
November 2000, Surya mengundang Presiden Abdurrahman Wahid untuk
meresmikan pendirian Metro TV sebagai sebuah stasiun televisi berita pertama di
Indonesia. Lambang kepala burung rajawali putih mulai muncul pada dua entitas
media yang berpengaruh miliknya, koran Media Indonesia dan stasiun televisi Metro
TV. Seminggu kemudian tepatnya pada 25 November 2000 Metro TV mulai
mengudara pertama kali, menyajikan siaran berita selama 18 jam setiap hari dengan
dukungan teknologi yang fully digital. Kemudian, tanggal 1 April 2001 Metro TV
siaran non-stop selama 24 jam setiap hari. Kehadiran Metro TV menjadi sebuah
terobosan terbesar dalam dunia pertelevisian nasional.

Anda mungkin juga menyukai