BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Urea di produksi melalui reaksi yang sangat eksotermis dari ammonia dan
karbondioksida yang membentuk amonium karbamat yang kemudian
diikuti dengan dehidrasi amonium karbamat menjadi urea dan air, menurut
reaksi (1) dan (2). Reaksi ini ber langsung reversibel dimana variabel-
variabel yang mempengaruhi reaksi adalah temperatur, tekanan, komposisi
umpan dan waktu tinggal. Konversi amonium karbamat menjaadi urea
berlangsung hanya dalam fasa cair sehingga diperlukan tekanan tinggi.
Suhu dan tekanan tinggi meningkatkan konversi urea.
Pada seksi sintesa, urea yang terbentuk dibuat dari gas karbondioksida,
ammonia cair dan larutan karbamat di dalam reaktor urea pada tekanan
oprasi 175 kg/cm2, temperatur 190 ºC. Hasil reaksi dari reaktor dalam fase
cair berupa urea, ammonia excess, dan amonium karbamat keluaran secara
overflow dan masuk ke stripper. Sedangkan gas kluar dari top reaktor
berupa NH3,CO2 dan H2O masuk ke bottom scrubber.
Spesifikasi Daetail
Tipe Baffle plate reaktor
Jumlah baffle 9 buah
Material Stainless steel 316L
Watu tinggal 36 menit
Tekanan ammonia masuk 175 kg/cm2 G
Temperatur puncak 190ºC
Temperatur bawah 176ºC
(Sumber :DinasOprasiPusri 1-B)
44.5
44
43.5
Konversi CO2 (%)
43
42.5
42
41.5
41
160 170 180 190 200 210 220
Temperatur (⁰C)
b. Tekanan
Pengaruh tekanan di reaktor sesuai dengan temperatur operasi dan
molar rasio karbondioksida terhadap cairan ammonia. Bila reaktor
dioprasikan di bawah tekanan kesetimbangan, maka konversi CO2
terhadap urea akan menurun secara tajam. Begitu juga bila reaktor
dioperasikan pada tekanan tinggi maka konversi CO2 akan naik sesuai
dengan kenaikan tekanan. Pada tekanan operasi yang tinggi akan
menimbulkan hal yang serius pada efesiensi stripping. Pada tekanan
operasi yang tinggi akan menaikan temperatur di stripper sehingga
akan terjadi dekomposisi dari material-material yang tidak bereaksi
pada larutan yang keluardari reaktor. Dan juga akan meningkatkan
peroses hidrolisa urea serta pembentukkan biuret di stripper, yang
merupakan masalah yang tidak dikehendaki.
52
50
48
Konversi CO2 (%)
46
44
42
40
38
36
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
H2O/CO2 (mol/mol)
Semakin naik nilai H2O maka akan menurun konversi CO2, jadi apabila
ingin menaikan konversi CO2 maka umpan yang masuk harus
mengandung kadar H2O sekecil mungkin.
2.4 Termodinamika
a. Perubahan konsentrasi
Reaksi pembentukan urea dari unsur-unsurnya:
2NH3(l) + CO2(g) NH2CONH2(l) + H2O (l)
Jika konsentrasi gas CO2 diperbesar, maka reaksi akan bergeser dari
arah CO2 yaitu ke kanan, sehingga mengakibatkan larutan NH2CONH2
lebih banyak terbentuk. Jika konsentrasi larutan NH3 diperkecil, maka
10
b. Perubahan suhu
Dari harga ∆H kita mengetahui bahwa reaksi pembentukan urea (reaksi
maju) bersifat eksoterm, dan tentu reaksi penguraian urea (reaksi balik)
bersifat endoterm.
Jika suhu dinaikan (kalor ditambah pada campuran reaksi), maka kalor
itu akan diberikan kepada reaksi yang memerlukan kalor (endoterm).
Artinya, reaksi di atas akan bergeser ke kiri, sehingga jumlah
NH2CONH2 berkurang. Jika suhu diturunkan (kalor dikurangi), maka
yang akan berlangsung adalah reaksi yang menghasilkan kalor yang
berkurang tadi. Artinya, reaksi di atas bergeser ke kanan, sehingga
jumlah NH2CONH2 bertambah.
c. Perubahan tekanan
Jika tekanan diperbesar, maka reaksi bergeser ke arah yang dapat
mengurangi tekanan yang bertambah itu, yaitu ke arah jumlah mol yang
lebih kecil. Artinya, reaksi di atas bergeser ke kanan, sehingga jumlah
NH2CONH2 bertambah. Sebaliknya jika tekanan diperkecil maka reaksi
akan bergeser kearah jumlah mol yang lebih besar. Artinya, reaksi di
atas akan bergeser ke kiri, hingga jumlah NH2CONH2 berkurang.
11
2.5.1 Konversi
% 𝑤𝑡 𝑢𝑟𝑒𝑎 𝑜𝑢𝑡
𝐵𝑀
Konversi CO2 = % 𝑤𝑡 𝑢𝑟𝑒𝑎 𝑜𝑢𝑡 % 𝑤𝑡 𝐶𝑂2 𝑜𝑢𝑡 ×100%
+
𝐵𝑀 𝐵𝑀
35
60
= 35 20,17+22,99 × 100%
+
60 44
= 37,29 %
2.5.2 Yield
Untuk mengetahui massa produk pembentukan urea yang
diinginkan dari reaksi dengan cara membandingan produk yang
diinginkan dengan reaktan. Yaitu menggunakan rumus:
12
= 46 %