Anda di halaman 1dari 9

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Peroses Sintesa Urea

Urea di produksi melalui reaksi yang sangat eksotermis dari ammonia dan
karbondioksida yang membentuk amonium karbamat yang kemudian
diikuti dengan dehidrasi amonium karbamat menjadi urea dan air, menurut
reaksi (1) dan (2). Reaksi ini ber langsung reversibel dimana variabel-
variabel yang mempengaruhi reaksi adalah temperatur, tekanan, komposisi
umpan dan waktu tinggal. Konversi amonium karbamat menjaadi urea
berlangsung hanya dalam fasa cair sehingga diperlukan tekanan tinggi.
Suhu dan tekanan tinggi meningkatkan konversi urea.

Pada seksi sintesa, urea yang terbentuk dibuat dari gas karbondioksida,
ammonia cair dan larutan karbamat di dalam reaktor urea pada tekanan
oprasi 175 kg/cm2, temperatur 190 ºC. Hasil reaksi dari reaktor dalam fase
cair berupa urea, ammonia excess, dan amonium karbamat keluaran secara
overflow dan masuk ke stripper. Sedangkan gas kluar dari top reaktor
berupa NH3,CO2 dan H2O masuk ke bottom scrubber.

2.2 Reaktor Sintesa Urea

Reaktor adalah tempat terjadinya reaksi. Jenis reaktor yang digunakan


untuk mensintesa urea di PT Pupuk Sriwidjaja khususnya P1B dari NH3
dan CO2 adalah tipe plug flow reactor yang terdapat tary dengan peroses
5

adiabatis. Dikatakan adiabatis karena tidak ada perpindahan panas antara


sistem (reaktor) ke lingkunganya. Sedangkan reaksinya secara eksotermis,
maka panas yang terjaadi karena reaksi dapat dipakai untuk menaikan
suhu campuran di reaktor.

Tabel 2.1. spesifikasi Reaktor Urea

Spesifikasi Daetail
Tipe Baffle plate reaktor
Jumlah baffle 9 buah
Material Stainless steel 316L
Watu tinggal 36 menit
Tekanan ammonia masuk 175 kg/cm2 G
Temperatur puncak 190ºC
Temperatur bawah 176ºC
(Sumber :DinasOprasiPusri 1-B)

2.3 Laju Reaksi Pembentukan Urea

Laju reaksi didefinisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar,


salah satu pereaksi atau laju pertambahan konsentrasi molar salah satu zat
hasil reaksi persatuan waktu.

Peroses berlangsungnya suatu reaksi kimia dipengarui oleh beberapa


faktor. Temperatur merupakan salah satu faktor yang paling mempengarui
laju reaksi. Temperatur yang tinggi akan membuat reaksi berlangsung
lebih cepat, karena bila temperatur semakin tinggi, energy kinetic molekul
semakin tinggi, gerak molekul semakin cepat dan tumbukan akan semakin
sering terjadi.
 Faktor yang Mempengarui Reaksi Pembentukan Urea:
a. Temperatur
Reaksi sintesa urea pada temperatur optimal 150ºC-200ºC. Jika
temperatur diturunkan akan menyebabkan konversi ammonium
karbamat menjadi urea berkurang, sehingga akan menyebabkan beban
yang berat pada seksi berikutnya, dan jika turun hingga di bawah
150ºC maka ammonium karbamat akan menempel pada dinding
6

reaktor. Apabila suhu terlalu tinggi akan mempercepat korosi pada


dinding reaktor dan mendorong konversi urea menjadi biuret. Untuk
itu perlu dijaga dan diatur temperatur yang optimum untuk
memperoleh konversi yang optimum.

Nilai konversi kesetimbangan yang maksimum berkisar antara 190ºC-


195ºC dengan ketentuan NH3/CO2adalah 4. Sebagai contoh grafik pada
kondisi NH3/CO2 = 4 terhadap temperatur.

44.5

44

43.5
Konversi CO2 (%)

43

42.5

42

41.5

41
160 170 180 190 200 210 220
Temperatur (⁰C)

Gambar 2.1. Grafik hubungan antara konversi CO2 terhadap


temperatur.
(Team Persiapan UREA Plant PUSRI IB)

Semakin naik temperature operasi maka akan meningkatkan konversi


CO2, serta akan menurunkan pemakaian bahan-bahan dari utilitas dan
biaya kontruksi. Tetapi dilain pihak korosi material reaktor akan
meningkat dan tekanan juga akan meningkat. Jadi harus ditentukan
temperatur maksimumnya.
7

b. Tekanan
Pengaruh tekanan di reaktor sesuai dengan temperatur operasi dan
molar rasio karbondioksida terhadap cairan ammonia. Bila reaktor
dioprasikan di bawah tekanan kesetimbangan, maka konversi CO2
terhadap urea akan menurun secara tajam. Begitu juga bila reaktor
dioperasikan pada tekanan tinggi maka konversi CO2 akan naik sesuai
dengan kenaikan tekanan. Pada tekanan operasi yang tinggi akan
menimbulkan hal yang serius pada efesiensi stripping. Pada tekanan
operasi yang tinggi akan menaikan temperatur di stripper sehingga
akan terjadi dekomposisi dari material-material yang tidak bereaksi
pada larutan yang keluardari reaktor. Dan juga akan meningkatkan
peroses hidrolisa urea serta pembentukkan biuret di stripper, yang
merupakan masalah yang tidak dikehendaki.

c. Pengaruh waktu tinggal


Waktu tinggal dipengarui oleh tekanan dan temperatur sintesa. Pada
tekanan dan temperatur yang rendah diperlukan waktu tinggal yang
lebih lama. Jadi kenaikan jumlah gas CO2 dan NH3 yang keluar dari
reaktor disebabkan rendahnya tekanan di reaktor. Untuk menghindari
terjadinya umpan balik dari sintesa, pemanfaatan baffle plate sangat
efektif pada tekanan yang rendah. Bila temperatur dijaga lebih dari
190ºC dengan adanya baffle plate direaktor, maka waktu tinggal cukup
36 menit.

d. Pengaruh NH3 dan Air


Rasio konversi akan naik dengan jumlah dari ammonia berlebih. Untuk
menjaga agar konversi tetap tinggi, diperlukan kenaikan konsentrasi
gas CO2 dan NH3 dalam larutan recycle. Air yang masuk ke reaktor
yang terkandung dalam larutan recycle bersama-sama dengan CO2 dan
NH3 yang tidak terkonversi. Kandungan air yang tinggi menyebabkan
konversi CO2 menurun, untuk menjaga agar konversi tetap tinggi,
diperlukan kenaikan konsentrasi gas CO2 dan NH3 dalam larutan
8

recycle juga. Semakin naik nilai excess ammonia maka akan


meningkat konversi CO2, jadi apabila ingin menaikan konversi CO2
maka perlu ditambahkan lebih banyak excess ammonia.

Berdasarkan pada temperatur 190ºC, hubungan konversi CO2 dengan H2O


dapat dilihat pada fgrafik 2.3

52

50

48
Konversi CO2 (%)

46

44

42

40

38

36
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
H2O/CO2 (mol/mol)

Gambar 2.3. Grafik hubungan konversi CO2 dan H2O/CO2


(Ang Ben Li, 2013)

Semakin naik nilai H2O maka akan menurun konversi CO2, jadi apabila
ingin menaikan konversi CO2 maka umpan yang masuk harus
mengandung kadar H2O sekecil mungkin.

2.4 Termodinamika

Urea dihasilkan dalam dua tahap, yaitu pembentukan amonium karbamat


dari larutan ammonia dan gas karbondioksida yang berlangsung dalam
reaksi yang sangat eksotermis. Selanjutnya ammonium karbamat secara
9

dehidrasi endotermis berubah membentuk urea. Sehingga secara


keseluruhan reaksi pembentukan urea berlangsung dalam kondisi
eksotermis.

NH3(l) + CO2(g) NH4COONH2(l) ∆H=-28.5 kkal/mol(1)

NH4COONH2(l) NH2COONH2(l) + H2O(l) ∆H =+3.6 kkal/mol(2)

2NH3(l)+CO2(g) NH2COONH2(l) + H2O(l) ∆H= -24.9kkal/mol(3)

 Keadaan Setimbang dan Pergeseran Kesetimbangan


Reaksi kesetimbangan (reaksi reversibel) merupakan reaksi yang zat
ruas kanannya dapat bereaksi kembali membentuk ruas kiri. Reaksi
kesetimbangan berlangsung dua arah. Reaksi ke kanan disebut reaksi
maju dan reaksi ke kiri disebut reaksi balik. Reaksi maju lama-
kelamaan makin lambat sebab jumlah pereaksi makin berkurang. Pada
saat yang sama, reaksi balik makin cepat dengan makin bertambahnya
jumlah hasil reaksi. Akhirnya, pada suatu saat, reaksi maju dan reaksi
balik memiliki laju yang sama dan tercapailah keadaan yang disebut
kesetimbangan. Jika kita ingin memperbanyak hasil reaksi, kita harus
menggeser reaksi kesetimbangan ke arah kanan. Sebaliknya jika ingin
mengurangi hasil reaksi, kita harus menggeser ke arah kiri. Akibat
masing-masing aksi atau tindakan di atas dirumuskan dalam azaz Le
Chatelier, yaitu“ jika terhadap suatu kesetimbangan dilakukan aksi
tertentu maka kesetimbangan itu akan bergeser untuk menghilangkan
aksi tersebut ( membentuk kesetimbangan baru)”

a. Perubahan konsentrasi
Reaksi pembentukan urea dari unsur-unsurnya:
2NH3(l) + CO2(g) NH2CONH2(l) + H2O (l)
Jika konsentrasi gas CO2 diperbesar, maka reaksi akan bergeser dari
arah CO2 yaitu ke kanan, sehingga mengakibatkan larutan NH2CONH2
lebih banyak terbentuk. Jika konsentrasi larutan NH3 diperkecil, maka
10

reaksi akan bergeser kearah NH3 yaitu ke kiri, sehingga mengakibatkan


berkurangnya larutan NH2CONH2.

Kaidah dari perubahan konsentrasi, yaitu“ jika salah satu konsentrasi


zat diperbesar maka reaksi akan bergeser dari arah zat tersebut, dan
jika salah satu konsentrasi zat diperkecil maka reaksi akan bergeser
kearah zat tersebut”. Agar hasil reaksi terbentuk sebanyak mungkin,
zat ruas kiri (pereaksi) harus di tambah terus menerus ke dalam
campuran, dan pada saat yang sama zat ruas kanan (hasilreaksi) harus
segera dipisahkan dari campuran.

b. Perubahan suhu
Dari harga ∆H kita mengetahui bahwa reaksi pembentukan urea (reaksi
maju) bersifat eksoterm, dan tentu reaksi penguraian urea (reaksi balik)
bersifat endoterm.

Jika suhu dinaikan (kalor ditambah pada campuran reaksi), maka kalor
itu akan diberikan kepada reaksi yang memerlukan kalor (endoterm).
Artinya, reaksi di atas akan bergeser ke kiri, sehingga jumlah
NH2CONH2 berkurang. Jika suhu diturunkan (kalor dikurangi), maka
yang akan berlangsung adalah reaksi yang menghasilkan kalor yang
berkurang tadi. Artinya, reaksi di atas bergeser ke kanan, sehingga
jumlah NH2CONH2 bertambah.

c. Perubahan tekanan
Jika tekanan diperbesar, maka reaksi bergeser ke arah yang dapat
mengurangi tekanan yang bertambah itu, yaitu ke arah jumlah mol yang
lebih kecil. Artinya, reaksi di atas bergeser ke kanan, sehingga jumlah
NH2CONH2 bertambah. Sebaliknya jika tekanan diperkecil maka reaksi
akan bergeser kearah jumlah mol yang lebih besar. Artinya, reaksi di
atas akan bergeser ke kiri, hingga jumlah NH2CONH2 berkurang.
11

2.5 Peforma Kerja Reaktor Urea

2.5.1 Konversi

konversi merupakan suatu cara yang menghubungkan jumlah mol


dari masing-masing spesies kimia dalam suatu reaksi dengan
spesies lainya. Konversi merupakan perbandingan antara
banyaknya spesies yang bereaksi dengan banyaknya umpan spesies
tersebut.

Untuk reaksi endotermis, konversi kesetimbangan akan meningkat


dengan meningkatnya suhu. Sedangkan untukreaksi eksotermis
konversi kesetimbangan akan menurun dengan meningkatnya
suhu.

Untuk reaksi pembentukan urea dari hasil percobaan diperoleh


konversi CO2 menjadi urea dengan perhitungan:

% 𝑤𝑡 𝑢𝑟𝑒𝑎 𝑜𝑢𝑡
𝐵𝑀
Konversi CO2 = % 𝑤𝑡 𝑢𝑟𝑒𝑎 𝑜𝑢𝑡 % 𝑤𝑡 𝐶𝑂2 𝑜𝑢𝑡 ×100%
+
𝐵𝑀 𝐵𝑀
35
60
= 35 20,17+22,99 × 100%
+
60 44

= 37,29 %

2.5.2 Yield
Untuk mengetahui massa produk pembentukan urea yang
diinginkan dari reaksi dengan cara membandingan produk yang
diinginkan dengan reaktan. Yaitu menggunakan rumus:
12

𝑢𝑟𝑒𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘


Yield = 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛𝑘𝑎𝑛 × 100%
𝑛 𝑢𝑟𝑒𝑎 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
= × 100%
𝑛 𝐶𝑂2 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡
696,75
= 1496,58 × 100%

= 46 %

Anda mungkin juga menyukai