Menentukan pengaruh laju alir terhadap waktu retensi dengan pengukuran parasetamol
dan kafein dengan KCKT.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini dilakukan untuk memodifikasi metode pengujian KCKT pada
penetapan kadar parasetamol dan kafein dalam obat sakit kepala (Lampiran 1).
Parameterkondisi KCKT sebelum modifikasi diberikan pada Tabel 1. Modifikasi dilakukan
terhadap komposisi fase gerak dan laju alir, sedangkan parameter yang lainnya dibuat tetap.
Tabel 1 Parameter kondisi KCKT sebelum modifikasi
Metode RSM digunakan untuk menentukan kondisi optimum penetapan kadar parasetamol dan
kafein dalam tablet sakit kepala dengan 2 faktor sebagai peubah bebas, yaitu konsentrasi
fase gerak (%v/v) dan laju alir (mL/menit).Respons yang diamati adalah waktu retensi (menit)
dan resolusi. Percobaan dirancang dalam bentuk RKP dan level terkode disajikan pada Tabel 2
dan 3.
Tabel 2 Perlakuan terkode penetapan kadar parasetamol dan kafein dalam obat sakit kepala
Metode tersebut digunakan untuk mengamati pengaruh konsentrasi fase gerak dan laju alir
terhadap waktu retensi dan resolusi dari 2 zat aktif, yaitu parasetamol dan kafein. Untuk
melihat pengaruh tersebut digunakan persamaan regresi Dengan y adalah peubah respons
yang diukur, yaitu waktu retensi parasetamol, waktu retensi kafein, dan resolusi. β adalah
tetapan linear kuadratik, x adalah peubah bebas, yaitu fase gerak dan laju alir, dan ε adalah
sisa.
Modifikasi kondisi pengujian KCKT dilakukan dengan mengubah konsentrasi fase gerak
dan laju alir untuk menentukan kondisi optimum dan efisiensi waktu pengujian. Optimasi dapat
dilihat dari banyak kriteria seperti selektivitas, resolusi, ketangguhan, dan efisiensi. Menurut
Andrade et al. (2008), beberapa parameter yang dapat memengaruhi kriteria tersebut ialah
fase diam, suhu, komposisi fase gerak, dan tipe organik fase gerak. Modifikasi dalam penelitian
ini menggunakan fase gerak campuran air dan pelarut organik asetonitril yang memiliki
viskositas rendah sehingga diharapkan tidak menyebabkan tekanan yang tinggi di dalam
kolom. Di awal penelitian, dilakukan usulan perubahan kolom dari LichoCART (RP-18125×
4mm, 5μm) menjadi kolom yang lebih pendek X-Terra (RP 18100 × 3.9mm, 5μm), namun
setelah simulasi ternyata kolom pendek X-Terra tidak memberikan resolusi yang baik pada laju
alir di atas 0.5 mL/menit dan memiliki tekanan yang tinggi. Karena itu, perubahan kolom tidak
dilakukan
R = resolusi
Dari Tabel 4 diketahui bahwa perubahan peubah konsentrasi fase gerak dan laju alir
berpengaruh terhadap respons waktu retensi dan resolusi. Waktu retensi tersingkat dengan
resolusi terkecil diperoleh pada konsentrasi asetonitril 20% dengan laju alir 1.5 mL/menit,
sedangkan waktu retensi terlama dan resolusi terbesar diperoleh pada konsentrasi 10% dan
laju alir 0.5 mL/menit. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi pelarut organic dalam fase
gerak, sifat kepolaran berkurang sehingga zat aktif parasetamol dan kafein berikatan lebih lama
dengan fase gerak dan waktu retensinya lebih lama. Sementara laju alir mempengaruhi
kecepatan fase gerak melewati kolom, semakin cepat laju alir, waktu retensi akan semakin
pendek.
Simpulan
Pengukuran parasetamol dan kafein dengan KCKT menunjukkan laju alir berpengaruh
terhadap waktu retensi. Semakin cepat laju alir, waktu retensinya semakin pendek.
Daftar Pustaka
Pratiwi HE. 2011. Optimasi kondisi pengujian kromatografi cair kinerja tinggi pada penetapan
kadar bahan aktif obat sakit kepala [SKRIPSI]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.