Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi ibu hamil meliputi evaluasi terhadap factor resiko, diet,
pengukuran antropometrik, dan biokimiawi. Penilaian tentang asupan pangan dapat
diperoleh melalui ingatan 24 jam (24 hour recall) atau metode lainnya. Factor resiko
diet terbagi kedalam dua kelompok, yaitu resiko selama hamil dan resiko selama
perawatan (antenatal). Resiko yang pertama ialah usia dibawah 18 tahun, keluarga
prasejahtera, food fadism, perokok berat, pecandu obat dan alcohol, berat <80%
atau >120% berat baku, terlalu sering hamil (>8 kali dengan selang waktu <1
tahun), riwayat obstetric buruk (pernah melahirkan anak meninggal), tengah
menjalani terapi gizi untuk penyakit sistemik. Sementara itu, pertambahan berat
tidak adekuat (<1 kg/ bulan), pertambahan berat berlebihan (>1 kg/minggu), dan
Hb <11 gr (terendah 9,5gr) dan Ht <33 (terendah 30) termasuk kedalam resiko
kedua. Resiko lain yang tidak langsung berkaitan dengan gizi adalah, tinggi badan
<150cm, tungkai terkena polio, hemoglobin <8,5 mg%, tekanan darah >140/90
mmHg, edema, dan albuminuria>2+, presentasi bokong, janin kembar, perdarahan
vagina, dan malaria endemic.

B. Factor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (disamping factor genetis) status
gizi janin. Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu waktu
melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi pula oleh status gizi ibu pada waktu
konsepsi. Status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh:

1. keadaan social dan ekonomi ibu sebelum hamil


2. keadaan kesehatan dan gizi ibu
3. jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak pertama
4. paritas
5. usia kehamilan pertama
Status gizi ibu pada waktu melahirkan ditentukan berdasarkan keadaan
kesehatan dan status gizi waktu konsepsi, juga berdasarkan:

1. keadaan social dan ekonomi waktu hamil


2. derajat pekerjaan fisik
3. asupan pangan
4. pernah tidanya terjangkit penyakit infeksi

Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan
diberikan. Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis
kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk pemastian apakah ibu
berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Manfaat
riwayat obstetric ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi
karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh.

Riwayat kesehatan dan penggunaan obat membantu dokter dalam


penyiapan gizi khusus. Wanita berpenyakit kronis memerlukan bukan hanya zat
gizi untuk mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk kehamilan yang sedang ia
jalani. Disamping itu, obat tertentu termasuk alcohol yang biasa diresepkan untuk
meredakan penyakit kronis ini tidak sedikit yang berinteraksi dengan zat gizi.
Kecukupan zat gizi selama hamil baru dapat dipantau melalui parameter keadaan
kesehatan ibu dan berat lahir janin. Meskipun baku penilaian status gizi wanita yang
tidak hamil tidak dapat diaplikasikan pada ibu hamil, perubahan fisiologis selama
hamil dapat digunakan sebagai petunjuk. Berat badan rendah sebelum konsepsi,
serta pertambahan berat yang tidak adekuat merupakan penilaian langsung yang
dapat digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan janin. Berat lahir
berkorelasi positif dengan pertambahan berat total selama hamil.

Pemeriksaan antropometris yang biasa dilakukan ialah penimbangan berat,


pengukuran tinggi, penentuan berat ideal, dan pola pertambahan berat. Berat pada
kunjungan pertama ditimbang, sementara berat sebelumnya jangan terlewat untuk
ditanyakan. Berat sebelum hamil berguna untuk penentuan prognosis serta
keputusan perlu tidaknya dilakukan terapi gizi secara intensif. Status gizi buruk
ditandai oleh berat sebelum hamil 10% dibawah atau 20% diatas berat ideal. Berat
kini diperlukan untuk menentukan pola pertambahan berat.

C. Pola Pertumbuhan Berat Badan

Sebelum decade tujuh puluhan, banyak paramedic (termasuk dokter) yang


menganut konsep semikelaparan, yaitu pembatasan pertambahan berat badan akan
membantu mencegah terjadinya toksemia. Mereka menganjurkan agar penambahan
berat hingga kehamilan berakhir tidak lebih dari 8,2kg. National Academy of
Scienes (1970) menganjurkan pertambahan berat sekitar 9-11,3 kg. Pada tahun
1983 usulan ini diubah menjadi 10,12,2 kg, dan tahun 1990 bersama dengan
Institute of Medicine angka tersebut diperbaiki menjadi 11,3-15,9 kg (bagi wanita
yang berat terhadap tinggi badannya normal).

Rata-rata pertambahan berat wanita Amerika pada tahun 1980 sebesar 13kg,
yang kemudian bergerak naik sampai 14,4 kg pada tahun 1988. Memang, berapa
besar sebenarnya jumlah yang pasti masih kontroversial. Namun demikian,
American College of Obstetrics and Gynaecology menganjurkan pertambahan
sebesar 10-12,3 kg sampai akhir kehamilan. Namun, sumber diatas tidak
menggariskan perbedaan antara wanita yang berberat normal, berlebih, atau kurang.
Pertambahan berat mereka yang berberat rendah (BMI<19,8) diharapkan sebesar
12,7-21,8 kg, dan yang obese (BMI 26,1-29,0) berkisar antara 6,8-11,3 kg. Batas
terbawah (6,8 kg) dianjurkan untuk wanita yang sangat obese (BMI>29,0).

Laju pertambahan berat selama hamil merupakan petunjuk yang sama


pentingnya dengan pertambahan berat itu sendiri. Karena itu, sebaiknya kita
menentukan patokan besaran pertambahan berat sampai kehamilan berakhir
sekaligus memantau prosesnya, dan kemudian mencatatnya dalam KMS Ibu Hamil.
Selama trimester I, kisaran pertambahan berat sebaiknya 1-2kg (350-400 gr/
minggu). Pertambahan yang berlebihan setelah minggu ke-20 menyiratkan
terjadinya retensi air dan juga berkaitan dengan janin besar dan resiko penyulit
Disproporsi Kepala Panggul (DKP). Retensi berlebihan juga merupakan tanda awal
preeklamsi. Sebaliknya, pertambahan berat <1 kg selama trimester II, apalagi
trimester III, jelas tidak cukup dan dapat memperbesar resiko kelahiran berat badan
rendah, pemunduran pertumbuhan dalam rahim, serta kematian perinatal.

Namun demikian, masih ada pengecualian dalam penggunaan patokan


umum diatas karena pada hakekatnya tujuan pertambahan berat kumulatif itu
didasarkan pada berat dan tinggi badan sebelum hamil. Meskipun begitu,
pertambahan berat kumulatif wanita pendek (150 cm) cukup ditata sampai sekitar
8,8-13,6 kg. mereka yang hamil kembar dibatasi sekitar 15,4-20,4 kg. Mereka
dengan berat berlebih, pertambahan berat diperlambat sampai 0,3 kg / minggu.

Pertambahan Berat Badan Berdasarkan BMI Sebelum Hamil

Nilai BMI Berat Badan


Rendah (<19,8) 12,5-18,0 kg
Normal (19,8-26,0) 11,5-16,0 kg
Tinggi (26,1-29,0) 7,0-11,5 kg
Obes (>29,0) 7,0 kg
Kembar dua 16,0-20,0 kg
Kembar tiga 23,0 kg
Meskipun laju pertambahan berat ibu pada trimester II dan III pada dasarnya
sama, penimbunan porsi ibu dan pertambahan jaringan janin tidak berlangsung
serentak. Pertambahan komponen dalam tubuh ibu terjadi sepanjang trimester II,
sementara pertumbuhan janin dan plasenta serta penambahan jumlah cairan amnion
berlangsung sangat cepat selama trimester III.

Laju pertumbuhan janin pernah diteliti oleh William (1967) berdasarkan


pengamatannya pada kasus aborsi terinduksi. Menurut penelitian ini, berat janin
bertambah sebesar 5gr sehari pada minggu ke 14-15 dan menjadi langsung pada
minggu ke 32-34, dan berubah menjadi 230 gr seminggu pada minggu ke 33-36.
Memasuki minggu ke 41-42, pertambahan berat tidak terjadi lagi. Tambahan berat
total selama 40 minggu kehamilan sebanyak 12,5 kg menyiratkan porsi komponen
ibu telah menyentuh angka 7kg. Selebihnya adalah komponen berat janin.

Status gizi ibu, baik sebelum maupun ketika sedang hamil, merupakan
factor di samping factor lain seperti multiparitas, jarak kehamilan dan keadaaan
kesehatan yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Jika status gizi ibu baik
dan status kesehatannya selama hamil tidak buruk (misalnya, tidak menderita
hipertensi), serta tidak berkebiasaan buruk (perokok atau pecandu alcohol), status
gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik, begitu pula sebaliknya.

Wanita yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu


pertama kehamilan cenderung melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan
sumsum tulang karena system saraf pusat sangat peka pada 2-5 minggu pertama.
Ibu penderita malnutrisi sepanjang minggu terakhir kehamilan akan melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500gr) karena jaringan lemak banyak
ditimbulin selama trimester III.

Organ Tubuh Janin Yang Peka Berdasarkan Usia Kehamilan


Tertentu

Organ Sangat peka Kurang peka


CNS 2-5 minggu 5-38 minggu
Jantung 3-6 minggu 6-12 minggu
Mata 4-8 minggu 8-38 minggu
Telinga 6-12 minggu 12-20 minggu
Tungkai atas 4-8 minggu 8-12 minggu
Tungkai bawah 4-8 minggu 8-12 minggu
Palatum 7-12 minggu 12-16 minggu
Gigi 7-12 minggu 12-20 minggu
Genitalia eksterna 7-12 minggu 16-38 minggu

D. Kebutuhaan Gizi Selama Hamil


Tujuan penataan gizi pada ibu hamil adalah menyiapkan:
1. Cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral, dan cairan
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin, serta plasenta
2. Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan
lemak
3. Cukup kalori dan zat gisi untuk memenuhi pertambahan berat baku selama
hamil
4. Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh
dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan
dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental
yang baik dan memperoleh cukup energy untuk menyusui serta merawat bayi
kelak
5. Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak
diinginkan, seperti mual dan muntah
6. Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi selama
kehamilan (diabetes kehamilan)
7. Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan
makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup

Perencanaan gizi untuk ibu hamil sebiknya mengacu pada RDA.


Dibandingkan ibu yang tidak hamil, kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat
sampai 68%, asam folat 100%, kalsium 50%, dan zat besi 200-300%. Bahan pangan
yang digunakan harus meliputi enak kelompok, yaitu:

1. Makanan yang menganduk protein (hewani dan nabati)


2. Susu daan olahannya
3. Roti dan bebijian
4. Buah dan sayur yang kaya akan vitamin C
5. Sayuran berwarna hijau tua
6. Buah dan sayur lain.

Jika keenam bahan makanan ini digunakan, seluruh zat gizi yang
dibutuhkan oleh ibu hamil akan terpenuhi, kecuali zat besi dan asam folat. Itulah
sebabnya mengapa suplementasi kedua zat ini tetap diperlukan meskipun status
gizi ibu yang hamil itu terposisi pada jalur hijau KMS ibu hamil.

Dahulu, jika berat badan ibu hamil tidak sesuai dengan usia kehamilannya
(sangat obsess), mereka dianjurkan untuk mengurangi asupan energy dan NaCl
(NaCl dianggap menahan air sehingga mengakibatkan eclampsia). Prinsip ini
sekarang tidak dianut lagi karena konsep semikelaparan dapat menimbulkan
ketosis dan pembatasan asupan kalori akan berdampak pada berkurangnya asupan
zat lain. Kelebihan berat memang harus dikurangi, tetapi tidaak dengan
pembatasan diet, melainkan dengan melakukan olahraga sedang.

ENERGI

Besaran energy yang terasup merupakan factor gizi paling penting jika dikaitkan
dengan berat badan lahir bayi. Banyaknya energy yang harus disiapkan hingga
kehamilan berakhir sekitar (dibulatkan) 80.000 kkal (National Academy of
Sciences, 1980) atau kira-kira 300 kkal tiap hari di atas kebutuhan wanita tidak
hamil. Nilai ini dihitung berdasarkan kesetaraan dengan protein dan lemak yang
tertimbun untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu

Energy yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5.180 kkal, dan lemak
36.337 kkal/ agar energy ini dapat ditabung, masih dibutuhkan suntikan energy
sebanyak 26.244 kkal yang digunakan untuk mengubah energy yang terikat dalam
makanan menjadi energy yang dapat dimetabolisir. Dengan demikian, jumlah total
energy yang harus tersedia selama kehamilan ialah 74.537 kkal. NAS
menggenapkan menjadi 80.000kkal. sementara Durin dkk membulatkan kebawah
menjadi 70.000 kkal. Dia bahkan menganjurkan kisaran 69.000-70.000 kkal

Untuk memperoleh besaran energy per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi
dengan angka 250, yaitu perkiraan lamanya kehamilan jika dihitung dengan hari.
Hasilnya ialah 300 kkal. Jika mengacu pada hitungan Durmin dkk jumlahnya
adalah 100-150 kkal perhari. Perbedaan angka perkiraan ini berakar pada kesalahan
dalam menafsir cadangan lemak ibu, perubahan derajat kegiatan fisik dan efisiensi
energy selama hamil, atau keduanya, di samping lama berlangsungnya kehamilan
itu.

Kebutuhan akan energy pada trimester I sedikit sekali meningkat. Selain itu,
sepanjang trimester II dan III, kebutuhan akan terus membesar sampai pada akhir
kehamilan. Energy tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran
jaringan ibu, yaiitu penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara,
serta penumpuan lemak. Sepanjang trimester III, energy tambahan dipergunakan
untuk pertumbuhan janin dan plasenta

Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energy selama hamil, WHO


menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester I, dan 350
kkal selama trimester II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar
100 kkal, dan trimester II dan III sebesar 300 kkal. Sementara Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi V 1993 mematok angka 285 kkal perhari. Angka ini tentu saja
tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperature ruangan, kegiatan fisik,
dan pertumbuhn. Patokan ini bagi mereka yang tidak mengubah kegiatan fisik
semasa mengandung.

Anda mungkin juga menyukai