PEMBAHASAN
Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (disamping factor genetis) status
gizi janin. Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu waktu
melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi pula oleh status gizi ibu pada waktu
konsepsi. Status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh:
Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang akan
diberikan. Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis
kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna untuk pemastian apakah ibu
berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi. Manfaat
riwayat obstetric ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi
karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh.
Rata-rata pertambahan berat wanita Amerika pada tahun 1980 sebesar 13kg,
yang kemudian bergerak naik sampai 14,4 kg pada tahun 1988. Memang, berapa
besar sebenarnya jumlah yang pasti masih kontroversial. Namun demikian,
American College of Obstetrics and Gynaecology menganjurkan pertambahan
sebesar 10-12,3 kg sampai akhir kehamilan. Namun, sumber diatas tidak
menggariskan perbedaan antara wanita yang berberat normal, berlebih, atau kurang.
Pertambahan berat mereka yang berberat rendah (BMI<19,8) diharapkan sebesar
12,7-21,8 kg, dan yang obese (BMI 26,1-29,0) berkisar antara 6,8-11,3 kg. Batas
terbawah (6,8 kg) dianjurkan untuk wanita yang sangat obese (BMI>29,0).
Status gizi ibu, baik sebelum maupun ketika sedang hamil, merupakan
factor di samping factor lain seperti multiparitas, jarak kehamilan dan keadaaan
kesehatan yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Jika status gizi ibu baik
dan status kesehatannya selama hamil tidak buruk (misalnya, tidak menderita
hipertensi), serta tidak berkebiasaan buruk (perokok atau pecandu alcohol), status
gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik, begitu pula sebaliknya.
Jika keenam bahan makanan ini digunakan, seluruh zat gizi yang
dibutuhkan oleh ibu hamil akan terpenuhi, kecuali zat besi dan asam folat. Itulah
sebabnya mengapa suplementasi kedua zat ini tetap diperlukan meskipun status
gizi ibu yang hamil itu terposisi pada jalur hijau KMS ibu hamil.
Dahulu, jika berat badan ibu hamil tidak sesuai dengan usia kehamilannya
(sangat obsess), mereka dianjurkan untuk mengurangi asupan energy dan NaCl
(NaCl dianggap menahan air sehingga mengakibatkan eclampsia). Prinsip ini
sekarang tidak dianut lagi karena konsep semikelaparan dapat menimbulkan
ketosis dan pembatasan asupan kalori akan berdampak pada berkurangnya asupan
zat lain. Kelebihan berat memang harus dikurangi, tetapi tidaak dengan
pembatasan diet, melainkan dengan melakukan olahraga sedang.
ENERGI
Besaran energy yang terasup merupakan factor gizi paling penting jika dikaitkan
dengan berat badan lahir bayi. Banyaknya energy yang harus disiapkan hingga
kehamilan berakhir sekitar (dibulatkan) 80.000 kkal (National Academy of
Sciences, 1980) atau kira-kira 300 kkal tiap hari di atas kebutuhan wanita tidak
hamil. Nilai ini dihitung berdasarkan kesetaraan dengan protein dan lemak yang
tertimbun untuk pertumbuhan janin dan keperluan ibu
Energy yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5.180 kkal, dan lemak
36.337 kkal/ agar energy ini dapat ditabung, masih dibutuhkan suntikan energy
sebanyak 26.244 kkal yang digunakan untuk mengubah energy yang terikat dalam
makanan menjadi energy yang dapat dimetabolisir. Dengan demikian, jumlah total
energy yang harus tersedia selama kehamilan ialah 74.537 kkal. NAS
menggenapkan menjadi 80.000kkal. sementara Durin dkk membulatkan kebawah
menjadi 70.000 kkal. Dia bahkan menganjurkan kisaran 69.000-70.000 kkal
Untuk memperoleh besaran energy per hari, hasil penjumlahan ini kemudian dibagi
dengan angka 250, yaitu perkiraan lamanya kehamilan jika dihitung dengan hari.
Hasilnya ialah 300 kkal. Jika mengacu pada hitungan Durmin dkk jumlahnya
adalah 100-150 kkal perhari. Perbedaan angka perkiraan ini berakar pada kesalahan
dalam menafsir cadangan lemak ibu, perubahan derajat kegiatan fisik dan efisiensi
energy selama hamil, atau keduanya, di samping lama berlangsungnya kehamilan
itu.
Kebutuhan akan energy pada trimester I sedikit sekali meningkat. Selain itu,
sepanjang trimester II dan III, kebutuhan akan terus membesar sampai pada akhir
kehamilan. Energy tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran
jaringan ibu, yaiitu penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara,
serta penumpuan lemak. Sepanjang trimester III, energy tambahan dipergunakan
untuk pertumbuhan janin dan plasenta