Jurnal Perpajakan
Jurnal Perpajakan
USULAN PENELITIAN
Disusun Oleh:
Selvia Juliyanti
NIM: 5211161054
USULAN PENELITIAN
Disusun Oleh:
Selvia Juliyanti
NIM: 5211161054
Cimahi, 26-03-2019
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
.......................... ...........................
NID NID
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
.................................
NID
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul: "Pengaruh Potensi Dan
Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di KPP
Cimahi".
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Jumlah WP OP Terdaftar
Kode KPP Pratama
2010 2011 2012
KPP Pratama
405 116.35 145.869 170.022
Sukabumi
KPP Pratama
406 63.899 77.373 92.733
Cianjur
KPP Pratama
409 74.712 86.907 98.502
Purwakarta
KPP Pratama
421 149.891 170.541 190.805
Cimahi
KPP Pratama
422 Bandung 69.69 76.622 83.782
Tegallega
KPP Pratama
423 Bandung 83.238 91.424 98.056
Cibeunying
KPP Pratama
424 Bandung 86.947 95.848 103.353
Karees
KPP Pratama
425 86.93 101.817 111.251
Tasikmalaya
KPP Pratama
428 Bandung 82.322 88.841 95.86
Bojonagara
KPP Pratama
429 Bandung 93.142 104.931 115.405
Cicadas
KPP Pratama
442 70.745 81.043 92.492
Ciamis
KPP Pratama
443 76.952 91.774 111.791
Garut
KPP Pratama
446 57.327 66.089 78.023
Sumedang
KPP Pratama
445 107.559 121.622 135.131
Soreang
KPP Pratama
446 57.327 66.089 78.023
Sumedang
1.306.65 1.500.51 1.690.74
Total
3 0 0
Sumber: Laporan Kanwil DJP Jawa Barat I
Dari Tabel 1.3, terlihat bahwa jumlah wajib pajak
orang pribadi yang terdaftar di semua KPP Pratama
lingkungan Kanwil DJP Jabar I dari tahun 2010 sampai tahun
2012 terus mengalami peningkatan, sehingga total wajib pajak
orang pribadi secara keseluruhan juga ikut meningkat.
Peningkatan jumlah wajib pajak orang pribadi terbesar terjadi
pada KPP Pratama Sukabumi tahun 2010 sampai tahun 2011
sebesar 25,37%, sedangkan untuk tahun 2011 sampai tahun
2012 peningkatan jumlah wajib pajak orang pribadi terbesar
terjadi pada KPP Pratama Garut sebesar 21,81%.
Jumlah wajib pajak orang pribadi yang terus
mengalami peningkatan tersebut, diharapkan juga bisa
meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
Adapun data perkembangan penerimaan pajak penghasilan
orang pribadi pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP
Jabar I dari tahun 2010-2012 adalah seperti tabel 1.4 berikut:
Tabel 1.4
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP
Jabar I Tahun 2010-2012
Jumlah WP OP Terdaftar
Kode KPP Pratama
2010 2011 2012
KPP Pratama
405 26.905 47.88 52.091
Sukabumi
KPP Pratama
406 18.155 23.87 33.874
Cianjur
KPP Pratama
409 28.017 32.696 39.202
Purwakarta
KPP Pratama
421 36.742 69.384 78.06
Cimahi
KPP Pratama
422 Bandung 30.398 26.582 30.053
Tegallega
423
KPP Pratama
Bandung 33.593 19.545 37.391
Cibeunying
KPP Pratama
424 Bandung 31.651 37.078 36.291
Karees
KPP Pratama
425 52.604 36.9 39.867
Tasikmalaya
KPP Pratama
428 Bandung 27.79 30.405 35.987
Bojonagara
KPP Pratama
429 Bandung 27.502 44.559 44.361
Cicadas
KPP Pratama
442 29.532 32.444 40.981
Ciamis
KPP Pratama
443 17.352 26.636 42.099
Garut
KPP Pratama
446 33.461 39.708 54.512
Sumedang
KPP Pratama
445 38.727 59.598 42.252
Soreang
KPP Pratama
446 20.159 36.37 32.815
Sumedang
Total 452.588 563.655 639.836
Sumber: Laporan Kanwil DJP Jawa Barat I
Dari Tabel 1.5, terlihat bahwa penyampaian SPT
wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama lingkungan
Kanwil DJP Jabar I mengalami peningkatan dan penurunan
dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Pada tahun 2011, terjadi
peningkatan penyampaian SPT wajib pajak orang pribadi
terbesar pada KPP Pratama Cimahi sebesar 88,84%,
sedangkan penurunan penyampaian SPT terbesar terjadi pada
KPP Pratama Bandung Cibeunying sebesar 41,82%. Pada
tahun 2012, terjadi peningkatan penyampaian SPT 13 wajib
pajak orang pribadi terbesar pada KPP Pratama Bandung
Cibeunying sebesar 91,31%, sedangkan penurunan
penyampaian SPT terbesar terjadi pada KPP Pratama Soreang
sebesar 29,11%.
Dari data jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk pada
KPP Pratama di lingkungan DJP Jabar I (Tabel 1.5), terlihat
bahwa perkembangan jumlah SPT wajib pajak orang pribadi
yang disampaikan mengalami peningkatan dan penurunan.
Penurunan jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk pada
beberapa KPP tersebut terjadi karena ada wajib pajak yang
tidak menyampaikan SPTnya, berarti kepatuhan formal
perpajakan wajib pajak tersebut menurun. Namun,
meningkatnya jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk tersebut
tidak selalu diiringi dengan meningkatkan jumlah penerimaan
pajak, begitu juga dengan menurunnya jumlah SPT Orang
Pribadi yang masuk tersebut tidak selalu diiringi dengan
menurunnya jumlah penerimaan pajak.
Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan tabel 1.4
dengan tabel 1.5. Misalnya, terjadi penurunan jumlah SPT
yang disampaikan pada tahun 2012 pada KPP Pratama
Sumedang sebesar 9,77%, KPP Pratama Soreang 29,11%, dan
KPP Pratama Bandung Karees 2,12% namun, jumlah
penerimaan pajak mengalami kenaikan yaitu 24,93% pada
KPP Pratama Sumedang, 42,25% pada KPP Pratama Soreang,
dan 15,46% KPP Pratama Bandung Karees. Kemudian, pada
KPP Pratama Garut dan KPP Pratama Purwakarta jumlah SPT
yang disampaikan tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu
53,50% dan 16,70% namun jumlah penerimaan pajak terjadi
penurunan yaitu 5,24% dan 7,37%. Selanjutnya, pada KPP
Pratama Tasikmalaya terjadi penurunan jumlah SPT yang
masuk pada tahun 2011 sebesar 29,85%, namun jumlah
penerimaan pajaknya justru meningkat 0,64%.
Pada KPP Pratama Bandung Cibeunying terjadi
penurunan jumlah SPT masuk pada tahun 2011 sebesar
41,82% dan kenaikan jumlah SPT masuk pada tahun 2012
sebesar 91,31%, namun penerimaan pajaknya pada tahun 2011
menunjukkan peningkatan 56,16% dan pada tahun 2012
menunjukan penurunan penerimaan pajak 2,49%. Data
penurunan jumlah SPT masuk pada KPP Pratama Bandung
Tegalega tahun 2011 sebesar 12,55%, justru dapat
meningkatkan jumlah penerimaan 14 pajaknya sebesar
21,31%. Pada SPT yang disampaikan dari tahun 2012 di KPP
Pratama Cimahi dan KPP Pratama Cianjur mengalami
peningkatan yaitu 12,5% dan 41,91%, namun jumlah
penerimaan pajak terjadi penurunan yaitu sebesar 15,59% dan
3,04%.
Menurut Pangemanan (2013) kepatuhan wajib pajak
dalam hal ini pelaporan SPT tahunan tidak mendukung adanya
peningkatan penerimaan pajak penghasilan dengan alasan
kemungkinan adanya pelaporan yang terlambat dan tidak rill.
Dalam keadaan ini, dimana wajib pajak terlambat melaporkan
Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Tahunan atau
melewati tanggal 31 Maret maka wajib pajak tersebut tidak
memenuhi ketentuan formal perpajakan. Hingga saat ini,
hanya sekitar 1,2 juta wajib pajak di Jabar dan hanya 55
persen dari jumlah ini yang patuh menyerahkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Pajak Tahunan. Hal ini disampaikan
Kepala Kanwil Pajak Jabar I Adjat Djatnika dalam Acara
Pekan Panutan Penyerahan SPT Pajak Tahunan. Padahal
sekitar 80 persen pendapatan baik secara nasional mau pun
ditingkat daerah berasal dari pajak. Adjat Djatnika
mengatakan jumlah pajak yang diperoleh di Jabar pada 2010
sebedar Rp 11,5 triliun, 2011 Rp 12,5 triliun, 15 dan 2012
Rp14 triliun. Kanwil Pajak Jabar menargetkan tahun 2013,
besar pajak bisa mencapai Rp18 triliun. Dia optimistis jumlah
ini bisa tercapai karena paling tidak tahun ini sekitar 250 ribu
wajib pajak bertambah (www.pikiran-rakyat.com).
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka
peneliti termotivasi untuk menganalisa lebih jauh mengenai
pengaruh pertumbuhan jumlah wajib pajak orang pribadi dan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap pertumbuhan
penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi.
Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Potensi Dan
Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di KPP
Cimahi.”
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah potensi wajib pajak orang pribadi
berpengaruh terhadap penerimaan PPh orang pribadi
di KPP Cimahi?
2. Apakah tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi
berpengaruh terhadap penerimaan PPh orang pribadi
di KPP Cimahi?
3. Apakah potensi dan tingkat kepatuhan wajib pajak
orang pribadi berpengaruh terhadap penerimaan PPh
orang pribadi di KPP Cimahi?
V. Kerangka Pemikiran
Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar negara
yang akandigunakan untuk membiayai pembangunan
negara demi mensejahterakan rakyat.Peran serta wajib
pajak dalam sistem pemungutan pajak sangat
menentukantercapainya rencana penerimaan pajak.Pajak
dapat berjalan dengan baik jikadibarengi dengan
kesadaran dan kepatuhan yang baik pula dari para wajib
pajakdalam menunaikan kewajiban perpajakannya.Wajib
pajak yang patuh adalahwajib pajak yang taat dan
mematuhi serta melaksanakan kewajiban
perpajakannyasesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Jumlah pembayaran pajak penghasilan yang dilakukan
oleh Orang Pribadi Indonesia non karyawan, yang masih
sangat kecil, belumlah ideal secara konsep ekonomi,
dimana Orang Pribadi sebagai subjek akhir penerima
pendapatan-pendapatan dalam siklus aliran pendapatan
seharusnya bisa memberikan sumbangsih yang lebih
terhadap penerimaan pajak suatu negara. Tidak
signifikannya kontribusi pajak penghasilan yang dibayar
oleh orang pribadi Indonesia juga belum mencerminkan
data banyaknya milyuner yang menyimpan uangnya di
bank.Selain itu, untuk bahan pertimbangan, tren penentu
utama penerimaan pajak di negara maju seperti Amerika
pun cenderung makin bertumpu pada penerimaan pajak
penghasilan orang pribadi.Oleh karena itu, otoritas
perpajakan Indonesia masih harus bekerja ekstra keras
untuk menggali potensi penerimaan pajak orang pribadi,
terutama orang-orang kaya yang masih belum tersentuh.
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
UU Pajak serta tata
cara pelaksanaanya
Fenomena
Peranan Wajib
Pajak orang pribadi
VI. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2015: 64), "Hipotesis merupakan
jawaban sementaraterhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telahdinyatakan
dalam bentuk kalimat-kalimat pertanyaan". Dikatakan
sementara,karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, danbelum didasarkan oleh fakta-
fakta empiris yang akan diperoleh melaluipengumpulan
data penelitian. Dengan demikian, hipotesis dapat
dinyatakansebagai suatu jawaban teoritis terhadap
rumusan masalah penelitian, dan belumdapat dikatakan
sebagai jawaban yang empiris.Pembuatan hipotesis
didasarkan atas teori yang relevan.Dalam penelitianini,
teori yang digunakan untuk membuat hipotesis adalah
berdasarkan pada hasilpenelitian dari peneliti terdahulu
yang relevan dengan penilitian ini. Adapun, hasilpenelitian
yang telah dilakukan oleh Mira (2010), Daniel (2015), dan
Cindy(2016) menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang
positif dan signifikan antarakebijakan perpajakan yang
diberikan oleh pemerintah terhadap potensi dan tingkat
kepatuhanwajib pajak. Dan berdasarkan hal tersebut,
dihasilkanlah hipotesis dalampenelitian ini yaitu sebagai
berikut:
H1 : Pengaruh Potensi Wajib Pajak Orang Pribadi
Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi Di KPP Pratama Cimahi
H2 : Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi Di KPP Pratama Cimahi
H3 : Pengaruh Potensi Dan Tingkat Pertumbuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi Di KPP Pratama Cimahi