Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH POTENSI DAN TINGKAT

PERTUMBUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI DI KPP CIMAHI

USULAN PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam


Melaksanakan Seminar Usulan Penelitian pada Jurusan
Akuntansi

Disusun Oleh:
Selvia Juliyanti
NIM: 5211161054

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH POTENSI DAN TINGKAT


PERTUMBUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI DI KPP CIMAHI

USULAN PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Penyajian


Laporan Usulan Penelitian pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Achmad Yani

Disusun Oleh:
Selvia Juliyanti
NIM: 5211161054

Cimahi, 26-03-2019

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

.......................... ...........................
NID NID
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi

.................................
NID
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul: "Pengaruh Potensi Dan
Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di KPP
Cimahi".

Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebagai


syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) bagi
mahasiswa program S-1 di program studi Akuntansi Jurusan
Akuntansi Universitas Jenderal Achmad Yani. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari


bantuan banyak pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis
menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua
pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil
baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
skripsi ini hingga selesai, terutama yang saya hormati:

1. Bapak Mayjen TNI Witjaksono, M.Sc selaku Rektor


Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Bapak Drs. Kuncoro, ME selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Jakarta.
3. Bapak Drs. Ahmad Thamrin, M.Si selaku Pembantu
Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.
4. Bapak Dr. Andi Arwansyah, M.Si selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.
5. Bapak Drs. Jhonson, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.
6. Bapak Drs. Bonar Sinaga, MS selaku Ketua Prodi
Pendidikan Administrasi Perkantoran Universitas Negeri
Jakarta.
7. Ibu Dra. Ratna Sriwati, M.Pd, selaku dosen pembinbing
skripsi saya yang telah memberikan kritik dan saran
bimbingan maupun arahan yang sangat berguna dalam
penyusunan skripsi ini
8. Bapak /Ibu dosen dan staff di lingkungan Fakultas
Ekonomi UNJ, khususnya Program Studi Administrasi
Perkantoran yang telah banyak membantu kami untuk
dapat melaksanakan penulis dalam studi.
9. Bapak Drs. Silitonga M. Sianturi, selaku Kepala Sekolah
SMK Bina Insan Jakarta dan Bapak Imam Teguh, S.Pd
selaku wali kelas X.
10. Teristimewa kepada Orang Tua penulis M. Arsyad dan
Purwanti yang selalu mendoakan, memberikan motivasi
dan pengorbanannya baik dari segi moril, materi kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Buat sahabat – sahabat saya Sri Astuti, Sri Rahayu,
Prayri, dan khususnya “keluarga kecil ku” Ferdi, Anggito,
Purnama, Juli dan Sintong dan tidak lupa juga teman-
teman saya Panja, Fitri, Nez dan Willi. Dan juga tak lupa
buat kakak stambuk ku yang lucu-lucu kak Hamid dan
kakak Amel terima kasih atas dukungan dan doanya.
11. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

I. LATAR BELAKANG PENELITIAN


II. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
III. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
IV. KEGUNAAN PENELITIAN
V. KERANGKA PEMIKIRAN
I. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan
pemerintah Indonesia yang berlangsung terus-menerus dan
berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Untuk dapat merealisasikan tujuan
tersebut diperlukan pembiayaan pembangunan yang
berasal dari penerimaan negara. Sumber penerimaan
negara pada dasarnya terbagi atas dua sumber, yaitu
penerimaan dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Sumber penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan
pajak dan penerimaan bukan pajak. Pajak merupakan
sumber penerimaan terbesar bagi pemerintah Indonesia
yang dapat mendukung kegiatan pembangunan nasional.
Oleh karena itu pelaksanaan perpajakan sangat diatur guna
mempertahankan penerimaan Negara. Pentingnya pajak
terbukti dalam target penerimaan Negara yang tercantum
dalam RAPBN yang ditentukan setiap tahunnya. Di dalam
RAPBN terdapat target penerimaan khususnya
penerimaan yang berasal dari pajak.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, wajib
pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan. Wajib pajak di
lingkungan Kanwil DJP Jabar I jumlahnya terus
mengalami kenaikan. Adapun data jumlah wajib pajak
orang pribadi dan badan di lingkungan Kanwil DJP Jabar I
dari tahun 2010 sampai tahun 2012 adalah seperti tabel 1.1
berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan di
Lingkungan Kanwil
DJP Jabar I Tahun 2010-2012
Jumlah Presentase
Tahu WP WP
WP Total
n Orang WP Orang
Badan
Pribadi Badan Pribadi
93,37
2010 92.746 1.306.653 1.399.399 6,63% %
93,46
2011 104.986 1.500.510 1.605.496 6,54% %
93,41
20112 119.326 1.690.740 1.810.066 7,06% %
Sumber: Laporan Kanwil DJP Jawa Barat I
Dari tabel 1.1, terlihat bahwa wajib pajak di
lingkungan Kanwil DJP Jabar I jumlahnya terus mengalami
kenaikan. Menurut laporan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak
Jabar I tersebut, per akhir 2012 angka pemilik Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) badan dan orang pribadi sudah mencapai
1,8 juta. Perbandingannya tahun 2010 hanya sebanyak 1,4
juta, tahun 2011 sebanyak 1,6 juta, dan tahun 2012 sebanyak
1,8 juta. Dari jumlah tersebut, wajib pajak orang pribadi
memiliki jumlah wajib pajak terdaftar lebih besar
dibandingkan jumlah wajib pajak badan. Terdapat rata-rata
93,41% jumlah wajib pajak pada KPP di lingkungan Kanwil
DJP Jabar I tahun 2010-2012 di dominasi oleh wajib pajak
orang pribadi, sedangkan rata-rata jumlah wajib pajak badan
hanya 6,74%.
Pajak merupakan salah satu komponen yang
digunakan pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin
maupun pembangunan. Berikut ini adalah komposisi
persentase realisasi penerimaan pajak negara dari tahun 2010
sampai tahun 2012 dalam miliar rupiah:
Tabel 1.2
Komposisi Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2010-
2012
(Milyar Rupiah)
Tahun Total Penerimaan Persentase
Penerimaan Pajak
Negara
2010 992.249 723.307 72,90%
2011 1.205.346 873.874 72,50%
2012 1.357.380 1.016.237 75,25%
Sumber : Departemen Keuangan
Dari tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa dari tahun
2010 sampai tahun 2012 lebih dari 50% penerimaan Negara
berasal dari pajak. Pada tahun 2010, kontribusi penerimaan
negara yang berasal dari pajak sebesar 72,90%. Pada tahun
2011, 72,50% penerimaan negara dihasilkan dari penerimaan
pajak. Sedangkan pada tahun 2012, kontribusi penerimaan
pajak terhadap penerimaan dalam negeri mancapai 75,25%.
Hal ini membuktikan bahwa dalam perkembangannya pajak
merupakan komponen utama penerimaan dalam negeri untuk
menjadi bangsa yang mandiri.
Tugas dari Kantor Pelayanan Pajak adalah
melaksanakan tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak dalam
penerimaan negara. Direktorat Jendral Pajak yang dibebani
tugas pencapaian penerimaan Negara tersebut harus bekerja
ekstra agar target penerimaan tercapai. Salah satu jalan yang
ditempuh adalah dengan perluasan basis pajak, dalam hal ini
adalah jumlah wajib pajak terdaftar.
Dalam rangka menjamin kesinambungan penerimaan
pajak sebagai sumber utama APBN dan memberikan keadilan
dalam berusaha (level of playingfields), Pemerintah perlu
memperluas basis pajak dengan meningkatkan jumlah wajib
pajak yang terdaftar untuk memiliki NPWP dan sekaligus
kepatuhannya. Menurut Choiruman (2004), berhubung
penerimaan pajak dibutuhkan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan maupun pembangunan,
Pemerintah akan terus berupaya menggali potensi pajak (tax
coverage) seoptimal mungkin dan juga meningkatkan
kepatuhan wajib pajak (taxpayers' compliance)
(www.pajak.go.id).
Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia
yaitu self assessment system, sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan
sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam sistem pajak
tersebut, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban
pajaknya. Dalam usaha untuk meningkatkan penerimaan
pajak, antara lain fiskus melakukan ekstensifikasi dan
intensifikasi penerimaan pajak. Ekstensifikasi ditempuh
dengan meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang aktif.
Sedangkan, intensifikasi dapat ditempuh melalui
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, dan pembinaan kualitas
aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap Wajib Pajak,
dan pembinaan kepada para Wajib Pajak, pengawasan
administratif, pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pasif
dan aktif serta penegakan hukum (Lainutu, 2013).
Dalam Cahya (2013), Penerimaan Pajak Penghasilan
di Indonesia pada umumnya masih didominasi oleh Pajak
Penghasilan badan. Hal tersebut dikarenakan sebagai instansi
formal terdaftar, badan lebih mudah teridentifikasi jati dirinya,
terpantau kehadirannya, terdeteksi kegiatannya dan transparan
obyek pajaknya sehingga pemungutan pajak atas badan lebih
optimal daripada orang pribadi. Pemungutan pajak atas orang
pribadi terjadi kesulitan pemantauan dan pendeteksian
Penghasilan Kena Pajak orang pribadi, terutama
karena tidak adanya informasi transaksi finansial dari tiap
orang. Akselerasi pembangunan, selain telah menghasilkan
pertumbuhan ekonomi juga telah meningkatkan pendapatan
per kapita perorangan. Demikian pula untuk penghasilan yang
diterima oleh warga sebagai orang pribadi semakin bervariasi,
kalau semula penghasilan yang diterima hanya berbentuk gaji
dan upah dari satu tempat pemberi kerja, sekarang banyak
yang mempunyai penghasilan dari beberapa tempat kerja atau
usaha sendiri dan profesi.
Selaras dengan semakin membesarnya kebutuhan
pembiayaan negara dan desakan kemandirian pembiayaan,
pemerintah harus menemukan sumber penerimaan negara
yang elastis dan berkelanjutan. Pajak Penghasilan orang
pribadi memenuhi kriteria tersebut. Oleh karena itu, secara
bertahap harus menjadi instrumen yang efisien untuk
meningkatkan penerimaan negara Kegiatan pemerintah dalam
pembangunan nasional senantiasa meningkat dari tahun ke
tahun, hal ini berpengaruh pada kebutuhan anggaran belanja
negara (Cahya, 2013). Dalam Lainutu (2013), jumlah Wajib
Pajak adalah jumlah total dari orang pribadi yang menurut
ketentuan perpajakan, ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan. Adapun jumlah wajib pajak orang pribadi yang
terdaftar pada KPP Pratama yang ada di lingkungan Kantor
Wilayah DJP Jabar I terus bertambah dari tahun 2010 sampai
tahun 2012. Peningkatan jumlah wajib pajak orang pribadi
pada KPP Pratama yang ada di lingkungan Kantor Wilayah
DJP Jabar I dari tahun 2010 sampai tahun 2012 adalah seperti
tabel 1.3 berikut:
Tabel 1.3
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar
pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP
Jabar I Tahun 2010-2012

Jumlah WP OP Terdaftar
Kode KPP Pratama
2010 2011 2012
KPP Pratama
405 116.35 145.869 170.022
Sukabumi
KPP Pratama
406 63.899 77.373 92.733
Cianjur
KPP Pratama
409 74.712 86.907 98.502
Purwakarta
KPP Pratama
421 149.891 170.541 190.805
Cimahi
KPP Pratama
422 Bandung 69.69 76.622 83.782
Tegallega
KPP Pratama
423 Bandung 83.238 91.424 98.056
Cibeunying
KPP Pratama
424 Bandung 86.947 95.848 103.353
Karees

KPP Pratama
425 86.93 101.817 111.251
Tasikmalaya
KPP Pratama
428 Bandung 82.322 88.841 95.86
Bojonagara
KPP Pratama
429 Bandung 93.142 104.931 115.405
Cicadas
KPP Pratama
442 70.745 81.043 92.492
Ciamis
KPP Pratama
443 76.952 91.774 111.791
Garut
KPP Pratama
446 57.327 66.089 78.023
Sumedang
KPP Pratama
445 107.559 121.622 135.131
Soreang
KPP Pratama
446 57.327 66.089 78.023
Sumedang
1.306.65 1.500.51 1.690.74
Total
3 0 0
Sumber: Laporan Kanwil DJP Jawa Barat I
Dari Tabel 1.3, terlihat bahwa jumlah wajib pajak
orang pribadi yang terdaftar di semua KPP Pratama
lingkungan Kanwil DJP Jabar I dari tahun 2010 sampai tahun
2012 terus mengalami peningkatan, sehingga total wajib pajak
orang pribadi secara keseluruhan juga ikut meningkat.
Peningkatan jumlah wajib pajak orang pribadi terbesar terjadi
pada KPP Pratama Sukabumi tahun 2010 sampai tahun 2011
sebesar 25,37%, sedangkan untuk tahun 2011 sampai tahun
2012 peningkatan jumlah wajib pajak orang pribadi terbesar
terjadi pada KPP Pratama Garut sebesar 21,81%.
Jumlah wajib pajak orang pribadi yang terus
mengalami peningkatan tersebut, diharapkan juga bisa
meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
Adapun data perkembangan penerimaan pajak penghasilan
orang pribadi pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP
Jabar I dari tahun 2010-2012 adalah seperti tabel 1.4 berikut:
Tabel 1.4
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
pada KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP
Jabar I Tahun 2010-2012

KPP Jumlah WP OP Terdaftar


Kode
Pratama 2010 2011 2012
KPP
Pratama 20.819.411.0 21.207.729.5 24.305.
405
Sukabum 34 15 321.863
i
KPP
12.989.548.9 14.628.930.1 14.184.
406 Pratama
63 20 828.821
Cianjur
KPP
Pratama 8.966.506.45 8.305.682.46 10.767.
409
Purwakar 2 7 486.603
ta
KPP
26.719.138.0 34.510.944.7 29.130.
421 Pratama
88 69 012.459
Cimahi
KPP
Pratama 48.505.052.9 58.839.062.8 67.073.
422
Bandung 24 02 485.926
Tegallega
KPP
Pratama 126.639
83.170.392.6 129.878.400.
423 Bandung .284.29
03 201
Cibeunyi 6
ng
KPP
Pratama 62.592.291.2 74.369.559.7 85.870.
424
Bandung 01 02 799.643
Karees
KPP
Pratama 24.493.206.3 24.650.927.6 31.703.
425
Tasikmal 40 48 557.811
aya
KPP
Pratama 110.905
64.920.759.2 80.508.035.3
428 Bandung .010.58
59 57
Bojonaga 0
ra
KPP
Pratama 23.113.199.7 29.708.857.8 38.453.
429
Bandung 06 40 505.579
Cicadas
KPP
7.040.520.79 8.779.324.87 9.454.1
442 Pratama
7 0 21.044
Ciamis
KPP
7.824.910.20 7.414.908.58 9.417.3
443 Pratama
4 5 74.570
Garut
KPP
Pratama 10.330.547.2 13.468.757.4 16.360.
446
Sumedan 15 68 548.090
g
KPP
13.922.293.3 19.580.840.7 27.853.
445 Pratama
57 72 263.013
Soreang
KPP
Pratama 5.533.285.47 12.546.195.0 15.673.
446
Sumedan 0 32 461.149
g
617.792
420.941.063. 538.398.157.
Total .061.44
613 148
7
Sumber: Laporan Kanwil DJP Jawa Barat I
Dari Tabel 1.4, terlihat bahwa secara total penerimaan
pajak penghasilan orang pribadi pada KPP Pratama
lingkungan Kanwil DJP Jabar I dari tahun 2010 sampai tahun
2012 terus mengalami peningkatan, namun dalam beberapa
KPP ditemukan terjadinya penurunan penerimaan pajak
penghasilan. Pada tahun 2010-2011, peningkatan penerimaan
pajak penghasilan orang pribadi terbesar terjadi pada KPP
Pratama Sumedang sebesar 126,7%, sedangkan pada tahun
2011-2012 peningkatan penerimaan pajak penghasilan orang
pribadi terbesar terdapat pada KPP Pratama Bandung Soreang
sebesar 42,25%. Penurunan penerimaan pajak penghasilan
orang pribadi terbesar pada tahun 2010-2011 terjadi pada KPP
Pratama Purwakarta sebesar 7,37%, sedangkan pada tahun
2011-2012 penurunan penerimaan pajak penghasilan orang
pribadi terbesar terjadi pada KPP Pratama Cimahi sebesar
15,59%.
Penurunan penerimaan pajak juga terjadi pada KPP
Pratama Garut tahun 2011, sedangkan untuk tahun 2012
penurunan penerimaan pajak juga terjadi pada KPP Pratama
Bandung Cibeunying dan KPP Pratama Cianjur. Berdasarkan
data jumlah wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama di
lingkungan DJP Jabar I (Tabel 1.3), terlihat bahwa upaya
Direktorat Jendral Pajak dengan memperluas basis pajak telah
dilakukan. Hal tersebut terlihat dari perkembangan jumlah
wajib pajak orang pribadi yang terus meningkat dari tahun
2010-2012. Namun, upaya peningkatan jumlah wajib pajak
tersebut tidak selalu diiringi dengan meningkatkan jumlah
penerimaan pajak pada beberapa
KPP Pratama di lingkungan Kanwil DJP Jabar I
(Tabel 1.4). Meskipun jumlah wajib pajak pada KPP tersebut
mengalami peningkatan, namun penerimaan pajaknya justru
mengalami penurunan. Hal tersebut bisa dilihat dengan
membandingkan tabel 1.3 dengan tabel 1.4. Misalnya pada
KPP Pratama Cianjur, jumlah wajib pajak tahun 2011-2012
mengalami peningkatan yaitu 19,85% namun, penerimaan
pajak penghasilannya justru mengalami penurunan yaitu
sebesar 3,04%. Pada KPP Pratama Purwakarta, jumlah wajib
pajak tahun 2010-2011 mengalami peningkatan yaitu 16,32%
10 namun, penerimaan pajak penghasilannya justru mengalami
penurunan yaitu sebesar 7,37%. Pada KPP Pratama Cimahi,
jumlah wajib pajak tahun 2011- 2012 mengalami peningkatan
yaitu 11,88% namun, penerimaan pajak penghasilannya justru
mengalami penurunan yaitu sebesar 15,59%. Pada KPP
Pratama Bandung Cibeunying, jumlah wajib pajak tahun
2011-2012 mengalami peningkatan yaitu 7,25% namun,
penerimaan pajak penghasilannya justru mengalami penurunan
yaitu sebesar 2,49%. Kemudian pada KPP Pratama Garut,
jumlah wajib pajak tahun 2010-2011 mengalami peningkatan
yaitu 19,26% namun, penerimaan pajak penghasilannya justru
mengalami penurunan yaitu sebesar 5,24%.
Kepatuhan wajib pajak adalah faktor penting dalam
merealisasikan target penerimaan pajak. Semakin tinggi
kepatuhan wajib pajak, maka penerimaan pajak akan semakin
meningkat, demikian pula sebaliknya. Oleh karenanya
menumbuhkan kepatuhan wajib pajak sudah seharusnya
menjadi agenda utama Direktorat Jenderal Pajak (DJP), selain
memacu kinerja pegawai agar memiliki kemampuan, dedikasi,
wawasan, dan tanggung jawab sebagai penyelenggara Negara
di bidang perpajakan.
Kepatuhan wajib pajak mencakup kepatuhan mencatat
atau membukukan transaksi usaha, kepatuhan melaporkan
kegiatan usaha sesuai peraturan yang berlaku, serta kepatuhan
terhadap semua aturan perpajakan lainnya. Di antara ketiga
jenis kepatuhan tersebut, yang paling mudah diamati adalah
kepatuhan 11 melaporkan kegiatan usaha, karena seluruh
wajib pajak berkewajiban menyampaikan laporan kegiatan
usahanya setiap bulan dan/atau setiap tahun dalam bentuk
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
(www.pajak.go.id).
Menurut Devano dan Rahayu (2006:112), kepatuhan
perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan
yang berlaku dalam suatu negara. Suatu keadaan dimana wajib
pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak
Penghasilan Tahunan sebelum atau pada tanggal 31 Maret
maka wajib pajak tersebut telah memenuhi ketentuan formal
(Devano dan Rahayu, 2006:110).
Berbeda dengan data jumlah Wajib Pajak Orang
Pribadi yang terus mengalami kenaikan pada KPP Pratama di
lingkungan Kanwil DJP Jabar I tahun 2010-2012, pola yang
berbeda ditemukan pada data kepatuhan wajib pajak orang
pribadi yang dilihat dari jumlah SPT yang masuk pada KPP
Pratama yang ada di wilayah Kanwil DJP Jabar I. Pada data
jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk pada KPP Pratama
mengalami kenaikan dan penururan. Kenaikan jumlah SPT
yang masuk berarti semakin meningkatkan jumlah Wajib
Pajak yang melakukan pembayaran pajak sehingga akan
berdampak pada meningkatnya penerimaan pajak. Sedangkan
penurunan jumlah SPT yang masuk berarti semakin
berkurangnya jumlah Wajib Pajak yang melakukan
pembayaran pajak sehingga akan berdampak pada
menurunnya penerimaan pajak. Berikut adalah tabel 1.5 untuk
data jumlah SPT Masuk orang pribadi pada KPP Pratama di
lingkungan Kanwil DJP Jabar I:
Tabel 1.5
Jumlah SPT Masuk Orang Pribadi pada KPP Pratama di
lingkungan Kanwil DJP Jabar I Tahun 2010-2012

Jumlah WP OP Terdaftar
Kode KPP Pratama
2010 2011 2012
KPP Pratama
405 26.905 47.88 52.091
Sukabumi

KPP Pratama
406 18.155 23.87 33.874
Cianjur

KPP Pratama
409 28.017 32.696 39.202
Purwakarta

KPP Pratama
421 36.742 69.384 78.06
Cimahi

KPP Pratama
422 Bandung 30.398 26.582 30.053
Tegallega
423
KPP Pratama
Bandung 33.593 19.545 37.391
Cibeunying

KPP Pratama
424 Bandung 31.651 37.078 36.291
Karees
KPP Pratama
425 52.604 36.9 39.867
Tasikmalaya
KPP Pratama
428 Bandung 27.79 30.405 35.987
Bojonagara
KPP Pratama
429 Bandung 27.502 44.559 44.361
Cicadas
KPP Pratama
442 29.532 32.444 40.981
Ciamis

KPP Pratama
443 17.352 26.636 42.099
Garut

KPP Pratama
446 33.461 39.708 54.512
Sumedang

KPP Pratama
445 38.727 59.598 42.252
Soreang

KPP Pratama
446 20.159 36.37 32.815
Sumedang
Total 452.588 563.655 639.836
Sumber: Laporan Kanwil DJP Jawa Barat I
Dari Tabel 1.5, terlihat bahwa penyampaian SPT
wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama lingkungan
Kanwil DJP Jabar I mengalami peningkatan dan penurunan
dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Pada tahun 2011, terjadi
peningkatan penyampaian SPT wajib pajak orang pribadi
terbesar pada KPP Pratama Cimahi sebesar 88,84%,
sedangkan penurunan penyampaian SPT terbesar terjadi pada
KPP Pratama Bandung Cibeunying sebesar 41,82%. Pada
tahun 2012, terjadi peningkatan penyampaian SPT 13 wajib
pajak orang pribadi terbesar pada KPP Pratama Bandung
Cibeunying sebesar 91,31%, sedangkan penurunan
penyampaian SPT terbesar terjadi pada KPP Pratama Soreang
sebesar 29,11%.
Dari data jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk pada
KPP Pratama di lingkungan DJP Jabar I (Tabel 1.5), terlihat
bahwa perkembangan jumlah SPT wajib pajak orang pribadi
yang disampaikan mengalami peningkatan dan penurunan.
Penurunan jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk pada
beberapa KPP tersebut terjadi karena ada wajib pajak yang
tidak menyampaikan SPTnya, berarti kepatuhan formal
perpajakan wajib pajak tersebut menurun. Namun,
meningkatnya jumlah SPT Orang Pribadi yang masuk tersebut
tidak selalu diiringi dengan meningkatkan jumlah penerimaan
pajak, begitu juga dengan menurunnya jumlah SPT Orang
Pribadi yang masuk tersebut tidak selalu diiringi dengan
menurunnya jumlah penerimaan pajak.
Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan tabel 1.4
dengan tabel 1.5. Misalnya, terjadi penurunan jumlah SPT
yang disampaikan pada tahun 2012 pada KPP Pratama
Sumedang sebesar 9,77%, KPP Pratama Soreang 29,11%, dan
KPP Pratama Bandung Karees 2,12% namun, jumlah
penerimaan pajak mengalami kenaikan yaitu 24,93% pada
KPP Pratama Sumedang, 42,25% pada KPP Pratama Soreang,
dan 15,46% KPP Pratama Bandung Karees. Kemudian, pada
KPP Pratama Garut dan KPP Pratama Purwakarta jumlah SPT
yang disampaikan tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu
53,50% dan 16,70% namun jumlah penerimaan pajak terjadi
penurunan yaitu 5,24% dan 7,37%. Selanjutnya, pada KPP
Pratama Tasikmalaya terjadi penurunan jumlah SPT yang
masuk pada tahun 2011 sebesar 29,85%, namun jumlah
penerimaan pajaknya justru meningkat 0,64%.
Pada KPP Pratama Bandung Cibeunying terjadi
penurunan jumlah SPT masuk pada tahun 2011 sebesar
41,82% dan kenaikan jumlah SPT masuk pada tahun 2012
sebesar 91,31%, namun penerimaan pajaknya pada tahun 2011
menunjukkan peningkatan 56,16% dan pada tahun 2012
menunjukan penurunan penerimaan pajak 2,49%. Data
penurunan jumlah SPT masuk pada KPP Pratama Bandung
Tegalega tahun 2011 sebesar 12,55%, justru dapat
meningkatkan jumlah penerimaan 14 pajaknya sebesar
21,31%. Pada SPT yang disampaikan dari tahun 2012 di KPP
Pratama Cimahi dan KPP Pratama Cianjur mengalami
peningkatan yaitu 12,5% dan 41,91%, namun jumlah
penerimaan pajak terjadi penurunan yaitu sebesar 15,59% dan
3,04%.
Menurut Pangemanan (2013) kepatuhan wajib pajak
dalam hal ini pelaporan SPT tahunan tidak mendukung adanya
peningkatan penerimaan pajak penghasilan dengan alasan
kemungkinan adanya pelaporan yang terlambat dan tidak rill.
Dalam keadaan ini, dimana wajib pajak terlambat melaporkan
Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Tahunan atau
melewati tanggal 31 Maret maka wajib pajak tersebut tidak
memenuhi ketentuan formal perpajakan. Hingga saat ini,
hanya sekitar 1,2 juta wajib pajak di Jabar dan hanya 55
persen dari jumlah ini yang patuh menyerahkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Pajak Tahunan. Hal ini disampaikan
Kepala Kanwil Pajak Jabar I Adjat Djatnika dalam Acara
Pekan Panutan Penyerahan SPT Pajak Tahunan. Padahal
sekitar 80 persen pendapatan baik secara nasional mau pun
ditingkat daerah berasal dari pajak. Adjat Djatnika
mengatakan jumlah pajak yang diperoleh di Jabar pada 2010
sebedar Rp 11,5 triliun, 2011 Rp 12,5 triliun, 15 dan 2012
Rp14 triliun. Kanwil Pajak Jabar menargetkan tahun 2013,
besar pajak bisa mencapai Rp18 triliun. Dia optimistis jumlah
ini bisa tercapai karena paling tidak tahun ini sekitar 250 ribu
wajib pajak bertambah (www.pikiran-rakyat.com).
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka
peneliti termotivasi untuk menganalisa lebih jauh mengenai
pengaruh pertumbuhan jumlah wajib pajak orang pribadi dan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap pertumbuhan
penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi.
Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Potensi Dan
Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di KPP
Cimahi.”
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah potensi wajib pajak orang pribadi
berpengaruh terhadap penerimaan PPh orang pribadi
di KPP Cimahi?
2. Apakah tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi
berpengaruh terhadap penerimaan PPh orang pribadi
di KPP Cimahi?
3. Apakah potensi dan tingkat kepatuhan wajib pajak
orang pribadi berpengaruh terhadap penerimaan PPh
orang pribadi di KPP Cimahi?

III. Maksud dan Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan PPh orang
pribadi terhadap potensi wajib pajak orang pribadi.
2. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan PPh orang
pribadi terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang
pribadi.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan PPh orang
pribadi terhadap potensi dan tingkat kepatuhan wajib
pajak orang pribadi.
IV. Kegunaan Penelitian
Setiap penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya maupun yang secara
langsung terkait di dalamnya. Adapun manfaat penelitian
ini adalah:
1. Manfaat Akademik Sebagai bahan referensi lebih
lanjut dalam hal yang berkaitan dengan potensi dan
kepatuhan wajib pajak. Selain itu juga menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai hal tersebut,
serta diperolehnya manfaat dari pengalaman
penelitian.
2. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
wawasan dan ilmu pengetahuan.
b. Untuk menambah koleksi pengetahuan
mahasiswa lain serta sebagai acuan untuk
penelitian berikutnya.
c. Sebagai penerapan ilmu dan teori yang telah
diperoleh selama masa perkuliahan dan
membandingkannya dengan kenyataan yang ada
dilapangan.

V. Kerangka Pemikiran
Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar negara
yang akandigunakan untuk membiayai pembangunan
negara demi mensejahterakan rakyat.Peran serta wajib
pajak dalam sistem pemungutan pajak sangat
menentukantercapainya rencana penerimaan pajak.Pajak
dapat berjalan dengan baik jikadibarengi dengan
kesadaran dan kepatuhan yang baik pula dari para wajib
pajakdalam menunaikan kewajiban perpajakannya.Wajib
pajak yang patuh adalahwajib pajak yang taat dan
mematuhi serta melaksanakan kewajiban
perpajakannyasesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Jumlah pembayaran pajak penghasilan yang dilakukan
oleh Orang Pribadi Indonesia non karyawan, yang masih
sangat kecil, belumlah ideal secara konsep ekonomi,
dimana Orang Pribadi sebagai subjek akhir penerima
pendapatan-pendapatan dalam siklus aliran pendapatan
seharusnya bisa memberikan sumbangsih yang lebih
terhadap penerimaan pajak suatu negara. Tidak
signifikannya kontribusi pajak penghasilan yang dibayar
oleh orang pribadi Indonesia juga belum mencerminkan
data banyaknya milyuner yang menyimpan uangnya di
bank.Selain itu, untuk bahan pertimbangan, tren penentu
utama penerimaan pajak di negara maju seperti Amerika
pun cenderung makin bertumpu pada penerimaan pajak
penghasilan orang pribadi.Oleh karena itu, otoritas
perpajakan Indonesia masih harus bekerja ekstra keras
untuk menggali potensi penerimaan pajak orang pribadi,
terutama orang-orang kaya yang masih belum tersentuh.
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
UU Pajak serta tata
cara pelaksanaanya

Fenomena

Peranan Wajib
Pajak orang pribadi

Potensi wajib pajak Kepatuhan wajib pajak


orang pribadi tentang tentang penerimaan
penerimaanpenghasilan penghasilan

Hipotesis Penelitian “Pengaruh Potensi Dan Tingkat


Pertumbuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di KPP Cimahi”

VI. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2015: 64), "Hipotesis merupakan
jawaban sementaraterhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telahdinyatakan
dalam bentuk kalimat-kalimat pertanyaan". Dikatakan
sementara,karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, danbelum didasarkan oleh fakta-
fakta empiris yang akan diperoleh melaluipengumpulan
data penelitian. Dengan demikian, hipotesis dapat
dinyatakansebagai suatu jawaban teoritis terhadap
rumusan masalah penelitian, dan belumdapat dikatakan
sebagai jawaban yang empiris.Pembuatan hipotesis
didasarkan atas teori yang relevan.Dalam penelitianini,
teori yang digunakan untuk membuat hipotesis adalah
berdasarkan pada hasilpenelitian dari peneliti terdahulu
yang relevan dengan penilitian ini. Adapun, hasilpenelitian
yang telah dilakukan oleh Mira (2010), Daniel (2015), dan
Cindy(2016) menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang
positif dan signifikan antarakebijakan perpajakan yang
diberikan oleh pemerintah terhadap potensi dan tingkat
kepatuhanwajib pajak. Dan berdasarkan hal tersebut,
dihasilkanlah hipotesis dalampenelitian ini yaitu sebagai
berikut:
H1 : Pengaruh Potensi Wajib Pajak Orang Pribadi
Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi Di KPP Pratama Cimahi
H2 : Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi Di KPP Pratama Cimahi
H3 : Pengaruh Potensi Dan Tingkat Pertumbuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi Di KPP Pratama Cimahi

Anda mungkin juga menyukai