TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1. Pre-eklampsia
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. ( Taufan, 2011).
Pre eklamsi adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable ( usia
kehamilan > 20 minggu dan / berat janin 500 gram ) yang ditandai dengan
hipertensi, proteinuria dan edema. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan
20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik. ( Taufan, 2011)
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk
menegakkan diagnosis pre-eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus
30mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai
140 mmHg atau lebih. Kenaikan diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya.
Apabila tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi 90
mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan tekanan
darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan
istirahat.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan
sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti
untuk penentuan diagnose pre-eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap
minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila kenaikan
1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan
terhadap timbulnya pre-eklampsia.
Edema dapat terjadi di bagian berikut:
1)Bagian depan kaki (pra-tibia)
2)Tangan, jari-jari tangan
3)Wajah, kelopak mata
4)Dinding abdomen
5)Daerah sakrum
6)Vulva (Safe Motherhood:2000)
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0.3 g/l
dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1 atau 2+ atau 1
g/l atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream
yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria
timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan; karena itu
harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
2. Eklampsia
Eklamsia kelainan akut pada ibu hamil, saat persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala pre eklamsia (Hipertensi, oedema, proteinuria).
Eklamsia adalah suatu komplikasi kehamilan yg ditandai dengan
peningkatan TD (S > 180 mmHg, D > 110
mmHg), proteinuria, oedema,kejang dan/atau penurunan kesadaran.
Eklampsia adalah akut dengan kejang coma pada wanita hamil dan
wanita dalam nifas disertai dengan hipertensi, edema, dan
proteinuria. (Obsetri Patologi ; UNPAD).
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika
pre eklampsia memburuk menjadi kejang (Helen Varney ; 2007).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
yaitu eklampsia adalah suatu keadaan dimana pre eklampsia tidak dapat
diatasi sehingga mengalami gangguan yang lebih lanjut yaitu hipertensi,
edema, dan proteinuria serta kejang.
B. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai
sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba
menerangkan sebab-sebab penyakit terebut, akan tetapi tidak ada yang dapat
memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat
menerangkan hal-hal berikut:
1)Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravidaritas, kehamilan
ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
2)Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3)Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian
janin dalam uterus.
4)Sebab jarang terjadinya eklampsia pada kehamilan-kehamilan
berikutnya.
5)Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
Etiologi pre-eklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti.Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba
menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”; namun
belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.Teori sekarang yang
dipakai sebagai penyebab pre-eklampsia adalah teori “iskemia
plasenta”.Namun teori belum dapat menerangkan semuahal yang berkaitan
dengan penyakit ini (Rustam, 1998). Adapun teori-teori tersebut adalah;
a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110
mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada
pemeriksaan kualitatif;
c. Oliguria, urin 400 ml atau kurang dalam 24 jam’
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium;
e. Edema paru-paru atau sianosis (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
E. Manifestasi Klinis
- Pre eklamsi dinyatakan berat bila ada satu diantara gejala-gejala berikut :
a. Hipertensi dengan tekanan darah 160/90 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gram/24 jam atau lebih, +++ atau ++++ pada
pemeriksaan kualitatif
c. Oliguria, urine 400 ml/24 jam atau kurang
d. Edema paru-paru, sianosis
e. Tanda dan gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah
penglihatan, pandangan kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi,
nyeri epigastrum, mual atau muntah serta emosi mudah marah
f. Adanya HELLP syndrome ( Hemolysis Liver Enzim Low Platelet
Count). (Lauren ; 2012)
F. Komplikasi
f.Edema paru-paru
Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus
eklampsia, hal i ni disebabkan karena payah jantung.
g. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,
tapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati
juga dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan
enzim-enzimnyz.
h. Sindroma HEELP
Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
i. Kegagalan Ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelialtubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
j.Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-
kejang, pneumonia aspirasi, dan DIC (dessiminated intravaskuler
coogulation)
K.Prematuritas, dismaturitas, dan kematian intra-uterin.
G. Pemeriksaan diagnostic
Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan pre eklamsi
sebaiknya diperiksa juga :
a. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah : urium kreatinin, SGOT, LDH,
bilirubin
b. Pemeriksaa urinr : protein, reduksi, bilirubin, sedimen
c. Kardiotografi untuk menilai kesejahteraan janin. ( Sujiyatini dkk, 2009)
Pada umumnya diagnosa pre eklamsia didasarkan atas adanya 2 dari trias gejala
utama. Uji diagnostik yang dilakukan pada pre eklamsia menurut Prawirohardjo, S,
1999 adalah :
Uji Diagnostik Dasar diukur melalui :
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urine, pemeriksaan oedem,
pengukuran tinggi fundus uteri dan pemeriksaan funduskopi.
Uji Laboratorium Dasar
a. Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada
sediaan hapus darah tepi).
b. Pemeriksaan fungsi hati (billirubin, protein serum, aspartat amino transferase,
dan lain-lain).
c. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
Uji Untuk Meramalkan Hipertensi
a. Roll over test.
Cara memeriksa :
Penderita tidur miring kekiri kemudian tensi diukur diastolik, kemudian tidur
terlentang, segera ukur tensi, ulangi 5 menit, setelah itu bedakan diastol, tidur miring
dan terlentang, hasil pemeriksaan ; ROT (+) jika perbedaan > 15 mmHg, ROT (-) jika
perbedaan < 15 mmHg.
b. Pemberian infus angiotensin II
c. Mean Arterial Pressure yaitu : tekanan siastole + 2 tekanan diastole Hasil
(+) : > 85
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pre eklamsi berat :
a. Konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian pengobatan medisinil (untuk kehamilan <35 minggu tanpa disertai
tanda-tanda impending eklamsi dengan keadaan janin baik)
b. Penanganan aktif :
Apabila ibu memiliki 1 atau lebih criteria berikut :
1) Ada tanda-tanda impending eklamsi
2) Ada HELLP syndrome
3) Ada kegagalan penanganan konservatif
4) Ada tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat
5) Usia kehamilan >35 minggu
6) Pemberian pengobatan medisimal : anti kejang
7) Terminasi kehamilan : bila pasien belum inpartu dilakukan induksi
persalinan
8) Persalinan SC dilakukan apabila syarat induksi persalinan tidak
terpenuhi atau ada kontraindikasi persalinan pervagina.
(Elizabeth, 2009)