KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Undang-Undang
narkotika dan psikotropika” untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Toksikologi
. Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan
terimakasih Semoga amal baik yang diberikan mendapat balasan yang berlipat.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna dan terdapat kekurangan
atau kesalahan oleh karena itu penulis mengharapkan saran, masukan dan kritikan yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas Makalah yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tindak Pidana Narkotika merupakan salah satu tindak pidana yang cukup banyak
terjadi di Indonesia. Tersebarnya peredaran gelap Narkotika sudah sangat banyak
memakan korban, baik warga negara Indonesia (WNI) itu sendiri, maupun warga negara
asing (WNA) yang berada di Indonesia. Serta tidak hanya itu, penyalahgunaan Narkotika
sudah merambah ke semua kalangan baik umur, dari mulai orang dewasa, anak remaja,
sampai anak-anak sekalipun, serta jenis kelamin, baik pria maupun wanita. Jumlah kasus
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) tahun 2013 mencapai 35.436
kasus dan tersangka kasus NAPZA tahun 2013 mencapai 43.767 kasus yang didominasi
oleh WNI sebanyak 43.640 orang dan WNA sebanyak 127 orang.
Melihat makin naiknya prevalensi dari tahun ketahun Pengguna Narkotika, yaitu
pada 2008 sekitar 1,99%, 2011 sekitar 2,32%, 2013 sekitar 2,56%, dan diperkirakan
2015 mencapai 2,80%, maka kasus Narkotika bukan lagi kasus yang mudah untuk
diselesaikan, bahkan bisa dikatakan kasus Narkotika merupakan beberapa kasus terbesar
yang ada di Indonesia ini, bahkan salah satu kasus terbesar di dunia. Sehingga
pemerintah harus tegas akan permasalahan Tindak Pidana Narkotika itu sendiri.
2. Rumusan masalah
3.Tujuan
2). Mahasiswa dapat mengetahui siapa saja yang disebut pelaku pidana narkotika
3. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/ atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, misalnya : codein
Narkotika; dan
Pasal 111:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara,
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam
bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar
rupiah).
Pasal 112 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Pasal 113 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 114 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 115 :
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,
mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Pasal 117:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
Pasal 124:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau
menyerahkan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
Pasal 134 :
Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur dan dengan sengaja tidak melaporkan
diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta
rupiah).
Pasal 142 :
Pasal 104 :
Masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.
Pasal 106 :
Pasal 107 :
Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang berwenang atau BNN jika
mengetahui adanya penyalahgunaan atau peredaran gelap Narkotika dan Prekursor
Narkotika.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika pasal 1.Narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Dalam UU No. 35/2009 jenis-jenis narkotika adalah tanaman papever, opium
mentah, opium masak, seperti candu, jicing, jicingko, opium obat, morfina, tanaman
koka, daun koka, kokaina mentah, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, damar ganja,
garam-garam atau turunannya dari morfin dan kokaina. Bahan lain, baik alamiah, atau
sitensis maupun semi sitensis yang belum disebutkan yang dapat dipakai sebagai
pengganti morfina atau kokaina yang ditetapkan mentri kesehatan sebagai narkotika,
apabila penyalahgunaannya dapat menimbulkan akibat ketergantungan yang merugikan,
dan campuran- campuran atau sediaan-sediaan yang mengandung garam-garam atau
turunan-turunan dari morfina dan kokaina, atau bahan-bahan lain yang alamiah atau
olahan yang ditetapkan mentri kesehatan sebagai narkotika.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika mengatur upaya
pemberantasan terhadap tindak pidana Narkotika melalui ancaman pidana denda, pidana
penjara, pidana seumur hidup, dan pidana mati. Di samping itu, Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 juga mengatur mengenai pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan
pengobatan dan kesehatan serta mengatur tentang rehabilitasi medis dan sosial.
2. SARAN
Penanggulangan dan pencegahan terhadap penyalahgunaan NARKOTIKA
merupakan tanggung jawab bangsa Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya berada
pada pundak kepolisian ataupun pemerintah saja. Namun, seluruh komponen masyarakat
diharapkan ikut perperan dalam upaya penanggulangan tersebut. Setidaknya, itulah yang
telah diamanatkan dalam pelbagai perundang-undangan negara, termasuk UU No. 35
tahun 2009 tentang narkotika
pandangan Agama narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran, ingatan, hati,
jiwa, mental dan kesehatan fisik seperti halnya khomar. Oleh karena itu maka Narkoba
juga termasuk dalam kategori yang diharamkan Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA