Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

“ANALISIS DAGING BABI PADA SOSIS YANG BEREDAR DIPASARAN

MENGGUNAKAN METODE PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION)”

OLEH :

NUR SYAMHIJRAH

70100116062

FARMASI B

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA-GOWA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan mayoritas pemeluk agama Islam, Indonesia

memiliki jumlah penduduk yang beragama muslim sebesar 209,28 juta jiwa,
sekitar 88,10 persen dari jumlah penduduk di Indonesia. Salah satu konsep

halal dalam Islam adalah makanan harus tidak mengandung sedikitpun “lard”

atau lemak babi. Kehadiran komponen lemak babi ini, meskipun

persentasenya kecil dalam bahan pangan, akan membawa makanan tersebut

menjadi haram untuk dikonsumsi. Sebagai umat muslim, pasti tahu dan sadar

bahwa daging babi itu haram hukumnya dikonsumsi.

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia,

Makanan merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang guna

kelangsungan hidupnya.Untuk itu sangat penting bagi manusia untuk

memperhatikan makanan dan minuman sehat yang sebaiknya dikonsumsi

agar tidak mengganggu kesehatan dan keyakinan masyarakat. Dengan


semakin berkembangnya produsen makanan di Indonesia, keamanan pangan

menjadi salah satu isu yang menyita perhatian beberapa organisasi kesehatan

di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Food and Agriculture

Organization (FAO) saat ini memberikan penekanan bagi seluruh negara agar

memperkuat sistem keamanan pangan. Negara-negara diminta untuk

meningkatkan kewaspadaan terhadap para produsen dan penjual yang terlibat


dalam industri pangan. Salah satu kejadian yang terkait isu keamanan pangan

baru-baru ini, seperti temuan lemak babi pada produk makanan dan minuman.

Perlunya kehalalan suatu produk makanan memerlukan kepedulian

kita sebagai umat Muslim untuk turut membantu sesama untuk menyebarkan

informasi yang mungkin belum mereka ketahui. Sehingga penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui apa produk pangan yang beredar di Pasaran yang

mengandung lemak babi. Sehingga penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat


muslim untuk memberikan informasi apakah produk pangan yang pernah

dikonsumsi selama ini mengandung lemak babi atau tidak, sehingga

memberikan rasa aman kepada konsumen. Selanjutnya juga bermanfaat bagi

MUI untuk memberikan informasi adakah nanti produk yang dianalisa

mengandung lemak babi sehingga perlu MUI mengambil tindakan tentang

kehalalan makanan yang beredar di masyarakat.

Salah satu jenis industri yang memiliki dinamika persaingan adalah

industri olahan daging, terutama produk sosis. Sosis merupakan produk

pangan yang khas. Karakter sosis cukup kompleks.

Pada saat ini kemajuan tekhnologi telah mengalami peningkatan

dibidang analisis halal. Tekhnologi tersebut dapat di aplikasikan dan

mempermudah pengujian bahan halal yang terkontaminasi bahan haram.

Salah satu alat yang digunakan untuk deteksi kehalalan makanan adalah PCR.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cemaran DNA babi pada

sosis yang beredar dipasaran.


B. Rumusan masalah

1. Apakah sosis yang beredar di pasaran mengandung babi ?

C. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sosis yang beredar di

pasaran halal.

2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

a. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

bagi semua pihak terutama pemerhati hukum islam.

b. Memberikan informasi mengenai kehalalan sosis yang beredar di

pasaran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Sel yang menyusun makhluk hidup tingkat tinggi memang sangat kecil

ukurannya sehingga tidak dapat dilihat dengan alat bantu yang sederhana, tetapi

memiliki tugas yang sangat besar layaknya sebuah kota yang memiliki bagian bagian
untuk menunjang kehidupan kota. Bagian-bagian yang menunjang kehidupan sel

disebut organel-organel (Yuni, et al, 2006)

Bagi Muslim isu kehalalan makanan merupakan sesuatu yang seringkali

berulang. Penanganan akan isu ini lebih banyak bersifat sesaat atau hanya untuk

meredam situasi seketika. Padahal, dengan pola konsumsi pangan modern yang

semakin kompleks dan bervariasi, penyelesaian secara tuntas menjadi amat

penting.Salah satu kendala yang sering dihadapi dalam menangani isu makanan halal

adalah ketiadaan metode yang benar-benar ampuh untuk menganalisa substansi tidak

halal dalam bahan pangan. Salah satu konsep halal dalam Islam adalah makanan

haruslah tidak mengandung sedikitpun ‘lard’ atau lemak pangan yang diturunkan dari

binatang babi. Kehadiran komponen lemak babi ini, serendah berapapun

kandungannya dalam bahan pangan, akan membawa makanan tersebut menjadi

haram untuk dikonsumsi. Sebenarnya beberapa metode analisa kimia untuk

mendeteksi kewujudan lemak binatang dalam makanan cukup tersedia, meskipun

dengan tingkat akurasi dan sensitivitas yang berbeda-beda.Namun, kebanyakannya,

sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang banyak. Memakan yang halal dan
thayib akan berbenturan dengan keinginan syetan yang menghendaki agar manusia
terjerumus kepada yang haram. Oleh karena itu menghindari yang haram merupakan

sebuah upaya yang harus mengalahkan godaan syetan.Mengkonsumsi makanan halal

dengan dilandasi iman dan taqwa karena semata-mata mengikuti perintah Allah

merupakan ibadah yang mendatangkan pahala dan memberikan kebaikan dunia dan

akhirat. Sebaliknya memakan yang haram, apalagi diikuti dengan sikap

membangkang terhadap ketentuan Allah adalah perbuatan maksiat yang

mendatangkan dosa dan keburukan. Sebenarnya yang diharamkan atau dilarang


memakan (tidak halal) jumlahnya sedikit. Sebaliknya pada dasarnya apa yang ada di

muka bumi ini adalah halal, kecuali yang dilarang secara tegas dalam Al Quran dan

Hadist.

Sosis merupakan terjemahan dari kata Sausage dalam bahasa inggris. Kata

Sausage berasal dari bahasa latin ‘Salsus’ yang berarti garam. Secara harfiah ‘Salsus’

diartikan daging cincang yang diawetkan dengan garam (Pearson dan Gillett, 1999).

Sosis memiliki definisi yang sangat beragam. Berdasarkan karakteristiknya, sosis

didefinisikan sebagai produk olahan daging yang terbuat dari red meat, daging

unggas, atau kombinasi keduanya dicampur dengan air, pengikat (emulsifier), dan

bumbu (Essien, 2003).


Lebih lengkap Essien menambahkan bahwa sosis dapat didefinisikan dari

berbagai kriteria yaitu berdasarkan bentuk, tipe, dan proporsi daging. Berdasarkan

bentuknya, sosis didefinisikan sebagai produk silindris dengan ujung hemisperikal.

Definisi berdasarkan bentuk merupakan definisi sosis secara konvensional. Sosis

dibedakan berdasarkan tipenya menjadi beberapa jenis yaitu sosis mentah, sosis

matang, sosis fermentasi, dan sosis emulsi. Sosis mentah merupakan jenis sosis yang

dijual tanpa melalui proses pematangan, penggaraman, dan pengasapan. Sosis mentah
dijual dalam keadaan segar dan beku. Contoh sosis mentah antara lain sosis UK-style

yang sangat populer di inggris. Sosis matang adalah sosis yang mengalami

pemasakan melalui pengovenan, penggorengan, atau pemanggangan setelah proses

pengisian dalam selongsong. Langkah pemasakan ditujukan untuk meningkatkan

keamanan dan kepraktisan. Kepraktisan sangat sesuai digunakan di sektor makanan

cepat saji. Sosis fermentasi adalah sosis yang memiliki umur simpan relatif panjang

akibat adanya produksi asam laktat selama proses fermentasi. Asam laktat yang
dihasilkan mampu menghambat pertumbuhan bakteri pathogen dengan mekanisme

penurunan pH. Sosis fermentasi masih diklasifikasikan lagi menjadi kelas yang lebih

spesifik yaitu sosis fermentasi kering dan sosis fermentasi setengah kering (Irawati,

2001).

Sosis merupakan produk pangan yang dihasilkan dari penggabungan

komposisi bahan dalam proporsi sesuai (Essien, 2003). Teknologi produksi sosis

komersial terdiri dari beberapa tahap terkontrol. Sosis dengan kualitas baik diperoleh

dari formulasi optimal dan tahap produksi yang terkontrol secara ketat (Irawati,

2001).

Klasifikasi sosis ada empat jenis yaitu sosis kering, sosis segar, sosis setengah
kering dan sosis fermentasi kering. Kategori USD (United state departement of

Agriculture) dibagi menjadi lima yaitu sosis segar, sosis mentah diasap, sosis matang,

sosis kering dan semi kering serta sosis spesialitas daging masak. Daging yang di

pakai biasanya daging sapi, unggas dan babi (Irawati, 2001).

Bahan baku produksi sosis dipersiapkan terlebih dahulu. Bahan baku dapat

diperoleh dari supplier. Setiap bahan baku diwajibkan memiliki spesifikasi.


Spesifikasi yang tertera harus memberi informasi terperinci mengenai kriteria penting

bahan baku dan kondisi yang dapat mempengaruhi kualitasnya (Irawati, 2001).

Ada tiga tahapan pengulangan yang penting dalam proses PCR yaitu :

1. Denaturasi

Pada tahap ini molekul DNA dipanaskan sampai suhu 94o C yang menyebabkan

terjadinya pemisahan untai ganda menjadi untai DNA tunggal. Untai DNA

tunggal inilah yang menjadi cetakan bagi untai DNA baru yang akan dibuat.
2. Penempelan (Annealing)

Agar suatu primer dapat menempel dengan tepat pada target, diperlukan suhu

yang rendah sekitar 55oC selama 30-60 detik.

3. Pemanjangan (Ektension)

Setelah primer menempel pada untai DNA target, enzim DNA polimerase akan

memanjangkan sekaligus membentuk DNA yang baru dari gabungan antara

polimer, DNA cetakan dan nukleotida (Agung, 2010).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental

dengan menggunakan metode PCR (polymerase chain reaction)

2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia farmasi fakultas

kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas islam negeri Alauddin

Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat PCR (polymerase chain reaction, Autoklaf, batang pengaduk,

beaker gelas, tabung mikrosentrifuge, mikropipet, Sentrifugator, spatula,

timbangan analitik, kaca arloji, dan pipet tetes.

2. Bahan

Sosis yang beredar di pasaran, DNA rehydration solution, multiwell


plate, Isopropanolol absolute, NaOH, NaCl, Etanol 70%, dan Aquadest.

C. Prosedur Kerja

1. Pengumpulan sampel

Sampel sosis dikumpulkan dari semua merek yang beredar dipasaran

dan minimarket.
2. Amplifikasi DNA menggunakan metode Real time PCR

a. Pembuatan larutan induk 100 µM

Sebanyak 50 µl larutan induk primer 100 µM dimasukkan

kedalam mikrosentrifuge tube volume 1,5 ml. Kemudian ditambahkan

50 µl aquadest kedalam masing-masing tube tersebut. Larutan

dihomogenkan dengan menarik turunkan pegas pada mikropipet.

b. Pembuatan primer 5 µM dari seri larutan induk 50 µM


Sebanyak 3 µl larutan induk primer 50 µM dimasukkan kedalam

mikrosentrifuge tube volume 1,5 ml. Kemudian ditambahkan 27 µl

aquadest kedalam masing-masung tube, setelah itu di homogenkan.

c. Loading sampel dan taqman probe mastermix kedalam multiwell

plate.

Kemudian dihomogenkan. Dilakukan proses pengaturan real

time PCR yang digunakan untuk proses amplifikasi. Setelah cmpuarn

reaksi total PCR diletakkan pada multiwell plate yang ditutup

menggunakan sealing foil, kemudian diletakkan pada mein red time

PCR. Intrumen rel time, PCR akan mengamplikasikan DNA secara


otomatis dan langung memberikan hasil amplifikasi, melalui monitor

dalam bentuk kurva.


DAFTAR PUSTAKA

Agung, kusuma sri, 2010. Polymerase chain reaction (PCR) , Universitas padjajaran

: Fakultas farmasi.

Eissen, E 2003. Sausage manufacturing principles and practice. Abington cambrige :

woodhead publishing Lsd

Irawati, yiyin 2001. Pemanfaatan primer pengapit pre-1 (purine repetatif element)

untuk mendeteksi daging babi pada beberapa produk sosis. Fakultas peternakan
institut bogor

Pearson, A mand T.A Gillet 1999. Processed meats. US : Springer

Yuni, et al, 2006. Shaum’s easy outlines biologi molekuler sel : alih bahasa, varian

fahmi : Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai