Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN


TENTANG TANGGUNG JAWAB HUKUM TERAPIS
GIGI DAN MULUT

DISUSUN OLEH :
ISNA KHOIRUNISA (1B)
P1337425119079

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN GIGI
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman,
kebudayaan manusia mengalami perkembangan yang tidak dapat
dihindarkan. Termasuk perkembangan di bidang hukum. Peradaban yang
semakin berkembang membuat kehidupan manusia sangat membutuhkan
aturan yang dapat membatasi perilaku manusia sendiri yang telah banyak
menyimpang seiring dengan perkembangan pemikiran manusia yang
semakin maju.
Aturan atau hukum tersebut mengalami perubahan dan terus
mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan zaman. Untuk
itu, dalam suatu negara hukum sangat perlu mengadakan pembangunan
terutama di bidang hukum. Mengenai pembangunan hukum ini tidaklah
mudah dilakukan. Hal ini disebabkan pembangunan hukum tersebut tidak
boleh bertentangan dengan tertib hukum yang lain.
Setiap bangsa di dunia mempunyai hukumnya sendiri-sendiri yang
berbeda dengan hukum bangsa lain. Seperti bahasa yang mempunyai tata
bahasa, maka hukum pun mempunyai tata hukum, dimana setiap orang
dapat mempelajari dan mengetahui isi hukum itu.
Sebagai mahasiswa yang belajar ditingkat perguruan tinggi,
penting bagi kita untuk mengetahui apa tujuan mempelajari ilmu hukum.
Mempelajari ilmu hukum umumnya dilaksanakan di perguruan tinggi yang
dimaksudkan sebagai upaya untuk membentuk kepribadian manusia yang
mengacu pada nilai-nilai tertentu. Kepribadian diartikan sebagai pola pikir,
bersikap, merasa, dan bertindak secara terapdu dalam diri individu.
Pendidikan bukan sekedar mempelajari fenomena yang tampak dari luar
saja, tetapi juga langsung memahami konsep dasarnya kemudian
menganalisanya secara nalar.
Berbicara mengenai hukum sebenarnya adalah berbicara tentang
“hak dan kewajiban” karena keseluruhan bangunan hukum disusun dari
keduanya. Dengan demikian hukum harus menentukan apa dan siapa yang
bisa menjalankan hak dan kewajiban tersebut.
Hukum harus dibedakan dari hak dan kewajiban, yang timbul kalau
hukum itu diterapkan terhadap peristiwa konkrit, tetapi keduanya tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Tatanan yang diciptakan oleh hukum itu
baru menjadi kenyataan apabila kepada subjek hukum diberi hak dan
dibebani kewajiban. Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum
selalu mempunyai dua segi yang isinya di satu pihak hak, sedangkan di
pihak lain kewajiban. Tidak ada hak tanpa kewajiban, sebaliknya juga tida
ada kewajiban tanpa hak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu hukum?
2. Apa itu tanggung jawab hukum?
3. Bagaimana tanggung jawab hukum terapis gigi dan mulut?

C. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu
memahami, menjelaskan dan menguraikan tentang pengertian hukum, dan
tanggung jawab hukum serta mampu mengetahui apa saja yang menjadi
tanggung jawab hukum dari seorang terapis gigi dan mulut sebelum
nantinya terjun langsung kedalam masyarakat sebagai tenaga medis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN HUKUM
Hukum berasal dari kata bahasa Belanda “recht orde”, ialah
susunan hukum, artinya memberikan tempat yang sebenarnya kepada
hukum (Djamali, 2001).
Pandangan masyarakat atas hukum yang beragam telah
menimbulkan berbagai persepsi pula tentang hukum. Hukum dalam arti
peraturan perundang-undangan yang dikenal oleh masyarakat sebagai
undang-undang umumnya diberi pengertian sebagai pengatur. Dalam
pandangan yang lebih luas sebagaimana dikatakan oleh Cicero, yaitu
dimana setiap masyarakat disitu ada hukum telah mengindikasikan bahwa
setiap aktivitas masyarakat pasti ada hukumnya.
Pengertian hukum sebenarnya begitu abstrak, sehingga sulit untuk
diartikan. Dan pada dasarnya tidak ada satupun definisi tentang hukum
yang mempunyai arti sama, karena hukum merupakan sesuatu yang
abstrak. Disamping itu karena hukum tidak dapat ditangkap oleh panca
indra, maka sangat sulit untuk membuat definisi tentang hukum yang
dapat memuaskan orang. Bahkan dikemukakan oleh Prof. Van Apeldorn
(dalam Djamali, 2001) bahwa hukum terdapat diseluruh dunia, dimana
terdapat suatu masyarakat manusia.
Pengertian hukum seperti yang digambarkan oleh Soerjono
Soekanto dan Purnadi Purbacaraka (1993), misalnya lebih mengedepankan
pandangan-pandangan seperti yang digambarkan oleh masyarakat, yaitu :
1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang
tersusun secara sistematis atas dasar kekuatan pemikiran.
2. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang
kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi.
3. Hukum sebagai kaidah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak
atau perikelakuan yang pantas atau diharapkan.
4. Hukum sebagai Tata Hukum, yakni struktur dan proses
perangkat kaidah-kaidah hukum yang berlaku pada suatu waktu
dan tempat tetentu serta berbentuk tertulis.
5. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan
kalangan yang berhubungan erat dengan penegakan hukum (”law
enforcement officer”).
6. Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi.
7. Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal
balik antara unsur-unsur pokok dari sistem kenegaraan.
8. Hukum sebagai sikap tindak atau keperikelakuan yang teratur yaitu
perikelakuan yang diulang-ulang dengan cara yang sama, yang
bertujuan untuk mencapai kedamaian.
9. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-
konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik dan buruk.

Pengertian hukum sebagaimana tertera di atas, berbeda dengan


pengertian dari peraturan perundang-undangan atau undang-undang.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang dimaksud
dengan Peraturan Perundang-undangan adalah : ”peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau
ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan”.
Sedangkan yang dimaksud dengan Undang-undang adalah: Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dengan persetujuan bersama Presiden.

Perundang–undangan adalah jenis pembentukan hukum yang


paling penting dan juga paling modern. Model perilaku abstrak yang
diciptakan yang kemudian hari diharapkan dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan masalah–masalah kemasyarakatan yang konkrit. Model
yang dimunculkan dengan konflik tipe tertentu dan menstandarisasikan
penyelesaian–penyelesaian. Merumuskan semua aturan abstrak dan umum
bagi sejumlah persoalan. (Arief Sidharta, 2007).

2. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB HUKUM


Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Berkewajiban
menanggung, memikul tanggung jawab, menanggung segala sesuatunya,
dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab hukum adalah kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun tidak
disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajiban.
Menurut Ridwan Halim, 1988, tanggung jawab hukum adalah
sebagai sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan
itu merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan. Secara umum
tanggung jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan
sesuatu atau berprilaku menurut cara tertentu tidak menyimpang dari
peraturan yang telah ada.
Purbacaraka juga berpendapat bahwa tanggung jawab hukum
bersumber atau lahir atas penggunaan fasilitas dalam penerapan
kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak dan/atau melaksanakan
kewajibannya. Lebih lanjut ditegaskan, setiap pelaksanaan kewajiban dan
setiap penggunaan hak baik yang dilakukan secara tidak memadai maupun
yang dilakukan secara memadai pada dasarnya tetap harus disertai dengan
pertanggung jawaban, demikian pula dengan pelaksanaan kekuasaan
(Purbacaraka, 2010).
Prinsip tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting
dalam hukum perlindungan konsumen. dalam kasus-kasus pelanggaran
hak konsumen diperlukan kehati-hatian dalam menganlisis siapa yang
harus bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggng jawab dapat
dibebankan kepada pihak-pihak terkait (Shidarta, 2000). Secara umum,
prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai
berikut (Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008) :
1. Kesalahan (liability based on fault)
2. Praduga selalu bertanggung jawab (presumption of liability)
3. Praduga tidak selalu bertanggung jawab (presumption of nonliability)
4. Tanggung jawab mutlak (strict liability)
5. Pembatasan tanggung jawab (limitation of liability)
Adapun penjelasan dari prinsip-prinsip tanggung jawab :

1) Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip


yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam
KUHPer, khususnya pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang
secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan
pertanggung jawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang
dilakukannya. Dalam pasal 1365 KUHPer yang lazim dikenal sebagai
pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhnya
empat unsur pokok, yaitu :

a. Adanya perbuatan

b. Adanya unsur kesalahan

c. Adanya kerugian yang diterima

d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

2) Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab (presumption of


liability), Prinsip ini meyatakan, tergugat selalu dianggap
bertanggung jawab, sampai ia membuktikan ia tidak berselah. Jadi
beban pembuktian ada ada si tergugat.
3) Prinsip Praduga untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab
(presumption of nonliability), Prinsip ini adalah kebalikan dari
prinsip kedua. Prinsip ini untuk tidak selalu bertanggung jawab
hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat
terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara common sense
dapat dibenarkan. Contoh dalam penerapan prinsip ini adalah hukum
pengangkutan, kehilngan atau kerusakan pada bagasi kabin atau
bagasi tangan yang biasanya dibawa dan diawasi oleh si penumpang
(konsumen) adalah tanggung jawab dari penumpang. Dalam hal ini,
pengangkut (pelaku usaha) tidak dapat diminta pertanggung
jawaban.
4) Prinsip Tanggung Jawab Mutlak (strict liability), Prinsip tanggung
jawab mutlak sering diidentikan dengan prinsip tanggung jawab
absolut (absolute liability). Kendati demikian ada pula para ahli yang
membedakan kedua terminologi diatas. Strict liability adalah prinip
tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor
yang menentukan. Namun, ada pengecualian-pengecualian yang
memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya
keadaan force majeur. Sebaliknya, absolute liability adalah prinsip
tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualian.
5) Prinsip Tanggung Jawab dengan Pembatasan (limitation of liability
principle), prinsip tanggung jawab dengan pembatasan sangat
disenangi oleh pelaku usaha untuk mencantumkan sebagai klasula
eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuat. Dalam perjanjian
cuci cetak film misalnya, ditentukan bila film ingin dicuci/dicetak itu
hilang dan/atau rusak (termasuk akibat kesalahan petugas),maka
konsumen hanya dibatasi ganti kerugian sebesar sepuluh kali harga
satu rol film baru. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan
konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha. Dalam
UUPK seharusnya pelaku usaha tidakboleh secara sepihak
menetukan klausul yang merugikan konsumen, termasuk membatasi
maksimal tanggung jawabnya. Jika ada pembatasan mutlak harus
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang jelas.

3. Tanggung Jawab Hukum Terapis Gigi dan Mulut


Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
pada Bab V Pasal 1 ayat 3 dinyatakan bahwa Tenaga Kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri di dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan dengan jenis tetentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1035/MENKES/SK/IX/1998
tentang Perawat Gigi menyatakan bahwa Perawat Gigi merupakan salah
satu jenis tenaga kesehatan dalam kelompok keperawatan yang dalam
menjalankan tugas profesinya harus berdasarkan Standar Profesi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tersebut maka Perawat
Gigi merupakan profesi tersendiri, yang berbeda dengan jenis tenaga
kesehatan lainnya yang berada dalam kelompok tenaga perawatan seperti
juga Perawat dan Bidan.
Terapis gigi dan mulut yang senantiasa memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat perlu mendapatkan apresiasi
sebagai bentuk penghargaan atas pengabdian dan kontribusinya dalam
mendorong dan mendukung pencapaian pembangunan kesehatan,
khsususnya dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
Seiring dengan semangat kemajuan profesionalisme terapis gigi
dan mulut yang di saat ini kian berkembang pesat, peran terapis gigi dan
mulut semakin dituntut untuk dapat hadir secara komprehensif dan
berkualitas dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
sebagai salah satu bentuk pengabdian diri memberikan pelayanan kepada
seluruh masyarakat sebagaimana yang diamanatkan dalam pembangunan
kesehatan nasional.
Kewenangan yang dimiliki oleh seorang perawat gigi untuk
melaksanakan tugas pelayanannya adalah kewenangan hukum
(rechtsbevoegheid). Atas dasar kewenangan inilah seorang tenaga
kesehatan berhak melakukan pengobatan sesuai dengan kompetensinya.
Bila persyaratan administratif untuk melaksanakan profesinya telah
dipenuhi, maka perawat gigi sebagai pengemban profesi telah memperoleh
kewenangan profesional dalam menjalankan pekerjaannya. Namun, bila
seorang tenaga kesehatan melakukan pekerjaan tanpa kewenangan, dapat
dianggap melanggar salah satu standar profesi tenaga kesehatan.
Dalam pertanggungjawaban hukum seorang perawat gigi sebagai
pengemban profesi harus mengerti dan memahami ketentuan-ketentuan
hukum yang berlaku dalam pelaksanaan profesinya, termasuk di dalamnya
tentang pemahaman hak-hak dan kewajiban dalam menjalankan profesi
sebagai perawat gigi.
Tanggung jawab Perawat Gigi dalam melakukan tindakan
pencabutan gigi dan penambalan gigi sesuai kompetensi sudah terlaksana
dengan baik. Tindakan pencabutan sesuai kompetensi juga telah sesuai
dengan Peraturan Pemerintah tentang Tenaga Kesehatan yang menyatakan
setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan, serta tidak melanggar Undang-
Undang bahwa Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik,
standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan
standar prosedur operasional.
Tindakan pencabutan gigi dan penambalan gigi bukan kompetensi
yang dilakukan oleh Perawat Gigi juga disertai tugas limpah dari Dokter
Gigi, hal ini selaras peraturan bahwa dalam menjalankan pekerjaan
sebagai Perawat Gigi harus sesuai dengan pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut, serta melaksanakan tindakan medik terbatas dalam bidang
kedokteran gigi sesuai permintaan tertulis dari Dokter Gigi.
Standar profesi perawat gigi mengikat perawat gigi dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Didalamnya terkandung
standar kompetensi dan unjuk kerja perawat gigi dalam melakukan tugas
pelayanannya serta kode etik yang merupakan landasan dalam bekerja
secara profesional. Artinya, seorang perawat gigi tidak hanya dituntut
untuk memiliki kemampuan yang optimal tetapi juga memiliki cara dan
sikap hidup yang terpuji baik dalam hubungannya dengan pasien,
masyarakat, rekan sejawat maupun profesinya.
Dalam menjalankan profesinya, setiap perawat gigi Indonesia
wajib memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada individu dan
masyarakat tanpa membedakan budaya, etnik, kepercayaan dan status
ekonominya. Pelayanan sebaik mungkin disini adalah pelayanan yang
sesuai dengan standar kompetensi dan standar profesi dimana didalamnya
dituntut adanya kehati-hatian dan ketelitian dalam melaksanakan tindakan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada pasien.
Tanggung jawab hukum Perawat Gigi meliputi :
a. Dalam menjalankan profesinya, setiap Perawat Gigi Indonesia
wajib memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada
individu dan masyarakat tanpa membedakan budaya, etnik,
kepercayaan, dan status ekonominya.
b. Dalam hal ketidakmampuan dan di luar kewenangan Perawat Gigi
Indonesia berkewajiban merujuk kasus yang ditemukan kepada
tenaga kesehatan yang lebih ahli.
c. Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu
yang diketahui tentang kliennya.
d. Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib memberikan pertolongan
darurat dalam batas-batas kemampuan sebagai suatu tugas,
perikemanusiaan kecuali pada waktu itu ada orang lain yang lebih
mampu memberikan pertolongan.
e. Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib memberikan pelayanan
kepada pasien dengan bersikap ramah, ikhlas sehingga pasien
merasa tenang dan aman.
f. Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib berupaya meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam bidang promotif,
preventif, dan kuratif sederhana.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
a. Perawat gigi adalah setiap orang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan Pendidikan Perawat Gigi yang telah diakui oleh
pemerintah dan lulus ujian sesuai SK Menkes No.1035 tahun 1998
tentang perawat gigi merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan
kelompok keperawatan.
b. Tugas perawat gigi adalah memberikan pelayanan asuhan kesehatan
gigi dan mulut sesuai SK Menkes No.284 /SK/IV/2006
c. Perawat gigi telah mengalami banyak perubahan kurikulum sehingga
perawat gigi telah mempunyai beberapa wajah atau profil sesuai SK
Menkes No.62/KEP/DIKLAT/KES/81.

2. SARAN
a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Perawat Gigi sebaik
mungkin untuk memberikan kesadaran hukum tentang profesinya.
b. Dinas Kesehatan terkait secara terus menerus melakukan pengawasan
terhadap tindakan pelayanan kesehatan gigi yang dilakukan oleh
Perawat gigi.
c. Saya menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami menyarankan kepada para pembaca untuk tetap
terus menggali sumber-sumber yang menunjang terhadap pembahasan
makalah ini untuk perbaikan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk3782007.pdf

http://prasko17.blogspot.com/2012/04/perlindungan-hukum-dan-
tanggung-jawab.html

http://nisa/86.Pedoman-TGM-Teladan-2019.pdf

http://1126-3337-1-SM.pdf

http://edukesehatan.blogspot.com/2014/08/makalah-tim-tenaga-
kesehatan.html

Anda mungkin juga menyukai