Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi
yang digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan
proses penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil/APTS (unstable
angina/UA), infak miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa
elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI),
dan infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi
segmen ST ( ST elevation myocardial infarction/STEMI) (Morton, 2012).
Infark miokard akut didefinisikan sebagai nekrosis miokardium
yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan
akut pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh
terjadinya trombosis vasokontriksi reaksi inflamasi, dan microembolisasi
distal. (Muttaqin,A,2013).
Non ST elevation myocardial infarction (NSTEMI) masih banyak
ditemukan dan memiliki mortalitas yang tinggi. Tata laksana NSTEMI
terutama menggunakan obat-obatan. Revaskularisasi pada pasien NSTEMI
masih dilakukan secara selektif yaitu jika setelah terapi medikamentosa
optimal masih didapatkan angina berulang atau hasil stress tes
menunjukan risiko tinggi.
Setiap tahunnya di Amerika serikat 1.360.000 pasien datang
dengan SKA, 810.000 diantaranya mengalami infark miokard dan sisanya
dengan UA. Sekitar dua pertiga pasien dengan infark miokard merupakan
NSTEMI dan sisanya merupakan STEMI. Didunia sendiri, lebih dari 3 juta
orang pertahun diperkirakan mendapatkan STEMI dan lebih dari 4 juta
orang mengalami NSTEMI. Di Eropa diperkirakan insidensi pertahunan
NSTEMI adalah 3 dari 1000 penduduk, namun angka ini cukup
bervariasidi negara-negara lain. Angka mortalitas dirumah sakit lebih
tinggi pada stemi namun mortalitas jangka panjang didapati dua kali lebih
tinggi pada pasien-pasien dengan NSTEMI dalam rentang 4 tahun. (
WHO, 2014).
Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan pada abdomen dengan
frekuensi lambat serta perlahan, berirama, dan nyaman dengan cara
memejamkan mata saat menarik nafas. Efek dari terapi ini ialah distraksi
atau pengalihan perhatian (setyoadi dkk 2011, h.127).
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan,
selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam
juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah (Smelzer & Bare, 2002).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah ini

adalah, apakah teknik relaksasi nafas dalam bisa mengurangi nyeri dada

dan sesak nafas pada penderita NSTEMI di Ruang CVCU RSUP DR. M.

DJAMIL Padang.

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan analisa sintesa tindakan keperawatan yaitu:
1. Pasien dapat mengetahui tentang cara mengatasi atau mengurangi
nyeri dada dan sesak nafas dengan teknik relaksasi nafas dalam
2. Pasien dapat menerangkan tentang cara mengatasi atau mengurangi
nyeri dada dan sesak nafas dengan teknik relaksasi nafas dalam.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Profesi Keperawatan
agar dapat mengaplikasikan teori keperawatan tentang teknik
relaksasi nafas dalam pada pasien nyeri dada dan sesak nafas ke dalam
praktik pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil analisa sintesa ini di harapkan meningkatkan wawasan
mahasiswa profesi Ners tentang informasi mengenai tindakan
keperawatan yang baik dan benar sesuai dengan standar Operasional
Prosedur (SOP)

Anda mungkin juga menyukai