Anda di halaman 1dari 17

UU Sistem Perencanaan Pembangunan

• UU No. 4 Tahun 2011 tentang UNDANG-UNDANG BATAS WILAYAH


Informasi Geospasial
• UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang Landasan hukum:

• UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok- • UU 1/1973 tentang LK Indonesia (Out


Pokok Dasar Agraria dan Peraturan of Date)
Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang • UU 5/1983 tentang ZEE Indonesia
Pendaftaran Tanah
• UU 17/1985 tentang Pengesahan
• UU No. 23 Tahun 2014 tentang UNCLOS 1982
Pemerintahan Daerah
• UU 6/1996 tentang Perairan Indonesia
• UU Batas Wilayah (Perairan Indonesia,
Zona Ekonomi Eksklusif, dan Landas • UU 43/2008 tentang Wilayah Negara
Kontinen, Wilayah Negara)
• UU 23/2014 tentang Pemerintahan
Konvensi Hukum Laut PBB Tahun 1982 (Otonomi) Daerah
(UNCLOS 1982)
• Permendagri 141/2017 tentang
• Perkembangan Hukum Laut Penegasan Batas Daerah

• Zona Batas Laut


• Aspek Teknis Hukum Laut UU 1/1973: Landas Kontinen Indonesia
• Perencanaan dan Perancangan Survei Pengertian :
Batas Laut
Dasar laut dan tanah di bawahnya, di
• Kasus Hukum Laut luar wilayah Perairan Indonesia (Perpu 4/60),
sampai kedalaman 200 meter atau lebih,
dimana masih mungkin diselenggarakan
eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam
Masalah :
Kedalaman lebih dari 200 meter
merupakan fungsi dari kemajuan teknologi
eksplorasi/eksploitasi, sehingga ...

Konvensi Jenewa 58 vs UNCLOS 82


Pengertian Landas Kontinen dalam UU 1/1973
(Konvensi Jenewa ‘58) tidak sesuai dengan
pengertian Landas Kontinen dalam
UNCLOS’82 :
− hingga 200 mil laut, apabila jarak tepian
Landas Kontinen kurang dari 200 mil
laut terhadap garis pangkal
− mencapai 350 mil laut bahkan lebih,
apabila jarak tepian Landas Kontinen
lebih dari 200 mil laut terhadap garis
pangkal (Extended Continental Shelf)
Hingga saat ini belum direvisi ...
UNCLOS (United Nations Convention of the
Law of the Sea) 1982 melalui UU 17/1985,
sehingga UNCLOS 1982 dapat dikatakan
sebagai bagian dari Hukum Laut Nasional
UNCLOS 1982 merupakan Hukum
Internasional yang mengatur tentang laut,
dengan prinsip bahwa laut dunia merupakan
warisan bersama umat manusia dan bebas
digunakan semua orang; prinsip ini diperluas ke
ruang udara, angkasa luar, hingga ke wilayah
kutub

UU 6/1966 : Perairan Indonesia


Perairan Indonesia meliputi Laut Teritorial,
Perairan Kepulauan, dan Perairan Pedalaman :
− Laut Teritorial adalah jalur laut selebar 12
mil laut yang diukur dari garis pangkal
kepulauan
− Perairan Kepulauan adalah semua perairan
yang terletak pada sisi dalam garis pangkal
UU 5/1983 : ZEE Indonesia lurus kepulauan tanpa memperhatikan
kedalaman atau jaraknya dari pantai
Pengertian : Jalur di luar dan berbatasan dengan
Laut Teritorial, meliputi dasar laut, tanah di − Perairan Pedalaman adalah semua
bawahnya, dan air di atasnya hingga batas 200 perairan yang terletak pada sisi darat dari
mil laut dari garis pangkal garis air rendah dari pantai-pantai,
termasuk semua bagian perairan yang
terletak pada sisi darat suatu garis penutup
(sungai, kuala, teluk, anak laut, dan
pelabuhan)

Gambar 1 peta indeks zee indonesia

UU 17/1985: Pengesahan UNCLOS 82


Indonesia sebagai salah satu negara
anggota PBB, secara resmi mengesahkan
UU 43 / 2008 : Wilayah Negara Survei Garis Air Rendah
Kumpulan per-UU-an Batas Wilayah Survei :
− Apakah diperlukan ? − Pengukuran/Pengamatan Lapangan
− Bagaimana dengan Batas Negara yang − Pengambilan/Pengumpulan Data
belum selesai ?
− Tidak Dapat Dipisahkan dari Pemetaan
− Bagaimana dengan Batas Daerah yang (Pembuatan Peta Garis Pangkal)
baru terbentuk setelah terbitnya UU
43/2008 ? Garis Pangkal (Baseline) :
− Acuan Penarikan Batas Laut

UU 23/2014 : Otonomi Daerah − Terdiri dari Beberapa Macam


Kabupaten/Kota tidak lagi memiliki − Ditetapkan/Dipilih oleh Negara Pantai
kewenangan di wilayah laut
− Apa dampaknya ?
− Sinkronisasi batas lama dan baru ?
− Persoalan pemerintahan di laut …

Permendagri 141/2017 : Pengesahan Batas


Daerah
Implementasi teknis UU 23/2014 diatur dalam
Permendagri 141/2017 tentang Penegasan
Batas Daerah
• …
• …
Komponen Vertikal
Pengertian :
− Berkaitan dengan penentuan kedudukan
vertikal Muka Air Rendah terhadap
Datum Vertikal tertentu, misalnya Mean
Sea Level (MSL)
− Secara praktis diwakili oleh Chart Datum • Asas : terpadu, berdaya guna, serasi,
(Muka Surutan Peta) selaras, seimbang & berkelanjutan,
keterbukaan, persamaan, keadilan &
Penentuan:
perlindungan hukum
− Berdasarkan data pasut dengan lama
• Tujuan : penataan ruang berwawasan
pengamatan tertentu (15 hari, 30 hari, 1
lingkungan, pengaturan pemanfaatan
tahun, atau 18.6 tahun)
ruang, tercapainya pemanfaatan ruang yang
− Pemilihan model Chart Datum (lebih dari berkualitas: mewujudkan : keseimbangan
33 model di dunia); salah satunya LAT tiga kebutuhan nurani, cerdas & sejahtera,
telah direkomendasikan oleh IHO (1996) keterpaduan penggunaan SDA,
peningkatan pemanfaatan SDA & buatan,
− Indonesia menggunakan Rata-rata Air perlindungan fungsi ruang & mencegah
Rendah Perbani atau MLWS (Mean Low dampak negatif serta keseimbangan
Water Springs) kepentingan kesejahteraan & keamanan

Komponen Horizontal Latar belakang UU penataan ruang


Pengertian : 1. Karakteristik Negara Kepulauan 
− Berkaitan dengan penentuan posisi Posisi Geografis
horisontal Garis Air Rendah (perpotongan 2. Perkembangan situasi nasional dan
Muka Air Rendah dengan Topografi internasional
Pantai) sepanjang pantai
3. Prinsip keterpaduan, keberlanjutan,
− Secara praktis merupakan Garis Nol demokrasi, kepastian hukum, keadilan
Kedalaman pada Peta Laut
4. Memperkukuh ketahanan nasional
Penentuan:
5. Penyelenggaraan tata ruang yang
− Berdasarkan data primer (langsung hasil transparan, efektif, dan partisipatif agar
pengukuran) atau data sekunder terwujud ruang yang aman, nyaman,
(berdasarkan Peta Laut skala besar yang produktif dan berkelanjutan
tersedia)
6. Indonesia berada pada kawasan
− Dapat ditentukan secara langsung bencana  Penataan ruang berbasis
(pematokan, pengukuran GPS Stop and Go mitigasi bencana
atau terestris Metode Polar) atau melalui
Survei Garis Air Rendah (Batimetri) untuk 7. UU No. 24 tahun 1992 sudah tidak
mendapatkan Garis Nol Kedalaman sesuai

UNDANG-UNDANG NO 26 TAHUN 2007 Ruang


TENTANG PENATAAN RUANG Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
Penataan ruang tempat manusia dan makhluk lain hidup,
• Pengertian : proses perencanaan tata ruang, melakukan kegiatan, dan memelihara
pemanfaatan ruang & pengendalian kelangsungan hidupnya
pemanfaatan ruang
Tata Ruang
• TATA RUANG adalah wujud
STRUKTUR RUANG dan POLA
RUANG
• STRUKTUR RUANG : susunan
PUSAT-PUSAT PERMUKIMAN
dan SISTEM JARINGAN
PRASARANA DAN SARANA yang
berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara
HIERARKIS memiliki hubungan
fungsional
• POLA RUANG adalah distribusi
peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk
FUNGSI LINDUNG dan peruntukan
ruang untuk FUNGSI BUDI DAYA

Hirarki/Jenjang Rencana di Indonesia


Wawasan Tata Ruang Tujuan Penataan Ruang
Ruang meliputi : 1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang
berwawasan lingkungan yang
• Angkasa/Udara
berlandaskan Wawasan Nusantara dan
• Permukaan Bumi (Lahan, air Ketahanan Nasional
permukaan, hutan, perkebunan,
2. Terselenggaranya pengaturan ruang
pertanian)
kawasan lindung dan kawasan
• Dalam Tanah (Sumber daya mineral, budidaya
air tanah, energi)
3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang
bekualitas

Spatial Planning (Penataan Ruang)


Ruang meliputi : Lingkup Penataan Ruang

• Ruang, wadah yang meliputi ruang daratan, • Perencanaan Tata Ruang


ruang lautan dan ruang udara sebagai satu
• Pemanfaatan Ruang
kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lainnya hidup dan melakukan • Pengendalian Ruang
kegiatan serta memlihara kelangsungan
hidupnya
• Tata Ruang adalah wujud struktural dan Perencanaan Tata Ruang
pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan • Perencanaan Tata Ruang proses dan
maupun tidak prosedur penyusunan dan penetapan
rencana tata ruang berdasarkan
• Rencana Tata Ruang adalah hasil
peraturan dan perundang-undangan
perencanaan tata ruang
yang berlaku
• Penataan Ruang sebagai suatu proses
• Perencanaan Tata Ruang mencakup :
perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian raung • Tata guna tanah, air, udara
• Tata guna sumber daya alam
lainnya.
Mengapa perlu penataan ruang?
Kebutuhan suatu penataan ruang pada berbagai
tingkat wilayah pada dasarnya tidak dilepaskan Pemanfaatan Ruang
dari semakin banyaknya permasalahan
pembangunan (antara lain dalam bentuk konflik • Rangkaian kegiatan pelaksanaan
kepentingan dalam pemanfaatan yang pembangunan yang memanfaatkan
menuntut penyelesaian dari segi tata ruang ruang dalam jangka waktu tertentu
menurut rencana tata ruang
• Dalam pelaksanaan Pemanfaatan
Ruang, meliputi kegiatan :
• Penyusunan program beserta
pembiayaan pembangunannya
• Pemanfaatan Ruang
didasarkan atas rencana tata
ruang

Pengendalian Ruang
• Meliputi Pengawasan dan Penertiban
pemanfaatan ruang
Hirarki Perencanaan
• Pengawasan  usaha untuk menjaga • RTRW Nasional  1 : 1.000.000
kesesuaian pemanfaatan ruang dengan
fungsi ruang yang ditetapkan dalam • RTRW Propinsi  1 : 250.000
rencana tata ruang
• RTRW Kab/Kota  1 : 100.000 –
• Penertiban  usaha untuk mengambil 1:50.000
tindakan agar pemanfaatan ruang yang
• RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang
direncanakan dapat terwujud sesuai
Kota)  1 : 10.000
dengan rencana
• RDTRK (Rencan Detail Tata Ruang
Pengawasan Ruang
Kota)  1 : 5.000
• Meliputi Pengawasan dan Penertiban
• RTRK (Rencana Terperinci Ruang
pemanfaatan ruang
Kota)  1 : 2000 – 1 : 1.000
• Pengawasan  usaha untuk menjaga
kesesuaian pemanfaatan ruang dengan
fungsi ruang yang ditetapkan dalam
rencana tata ruang
UNDANG UNDANG NO. 5 TAHUN 1960
• Penertiban  usaha untuk mengambil TETANG PERATURAN DASAR POKOK
tindakan agar pemanfaatan ruang yang POKOK AGRARIA (UUPA)
direncanakan dapat terwujud sesuai
dengan rencana
Dasar-Dasar dan Ketentuan-Ketentuan
Pokok
Penertiban Ruang
(1) Seluruh wilayah Indonesia adalah
• Pengenaan sanksi sesuai dengan kesatuan tanah-air dari seluruh rakyat
peraturan dan perundang-undangan Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa
yang berlaku Indonesia.
• Bentuk sanksi  administrasi (2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa,
(peringatan/pemecatan), perdata termasuk kekayaan alam yang terkandung di
(denda) bahkan pidana (hukuman) dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah
bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia
dan merupakan kekayaan nasional.
(3) Hubungan antara bangsa Indonesia dan Hak atas tanah
bumi, air serta ruang angkasa adalah hubungan
Atas dasar hak menguasai dari Negara
yang bersifat abadi.
ditentukan adanya macam-macam hak atas
(4) Dalam pengertian bumi, selain tanah :
permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi di
a. Hak milik
bawahnya serta yang berada di bawah air.
b. Hak guna usaha
(5) Dalam pengertian air termasuk baik
perairan pedalaman maupun laut wilayah c. Hak guna bangunan
Indonesia.
d. Hak pakai
(6) Yang dimaksud dengan ruang angkasa
ialah ruang di atas bumi dan air. e. Hak sewa
f. Hak membuka tanah

Latar Belakang UU Pokok Agraria g. Hak memungut hasil hutan

1. Hukum Agraria Kolonial sudah tidak h. Hak-hak lain yang tidak termasuk
sesuai dalam hak-hak tersebut di atas yang akan
ditetapkan dengan UU serta hak-hak yang
2. Dualisme Hukum Agraria sifatnya sementara
3. Tidak menjamin Kepastian Hukum Hak atas tanah tersebut dapat diberikan kepada
dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri
maupun bersama orang lain serta badan-badan
Tujuan UU Agraria hukum
Wewenang yang bersumber pada Hak
Menguasai*) dari Negara digunakan untuk
mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat Hak Atas Air dan Ruang Angkasa
dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan a. Hak guna air
kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara
hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil b. Hak pemeliharaan dan penangkapan
dan makmur ikan

*) Hak menguasai dari Negara memberi c. Hak guna ruang angkasa


wewenang untuk : Bagaimana dengan Kadaster Kelautan ?
a. mengatur dan menyelenggarakan
peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa Catatan
tersebut
• Untuk mencapai sebesar-besar
b. menentukan dan mengatur hubungan- kemakmuran rakyat, diatur luas
hubungan hukum antara orang-orang dengan maksimum dan/atau minimum tanah
bumi, air dan ruang angkasa yang boleh dipunyai dengan sesuatu
hak oleh satu keluarga atau badan
c. menentukan dan mengatur hubungan- hukum.
hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatanperbuatan hukum yang mengenai • Penetapan batas maksimum dilakukan
bumi, air dan ruang angkasa dengan peraturan perundangan
tersendiri.
• Tanah-tanah yang merupakan pertanahan, lingkungan hidup, administrasi
kelebihan dari batas maksimum kependudukan dan pencatatan sipil,
diambil oleh Pemerintah dengan ganti pemberdayaan masyarakat dan Desa,
kerugian, untuk selanjutnya dibagikan pengendalian penduduk dan keluarga
kepada rakyat yang membutuhkan berencana, perhubungan, komunikasi dan
menurut ketentuan-ketentuan dalam informatika, koperasi, usaha kecil, dan
Peraturan Pemerintah. menengah, penanaman modal, kepemudaan
dan olah raga, statistik, persandian,
• Tercapainya batas minimum, kebudayaan, perpustakaan, serta kearsipan
ditetapkan dengan peraturan
perundangan, dilaksanakan secara Pilihan :
berangsur-angsur
− Kelautan dan perikanan
− Pariwisata
UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014
− Pertanian
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
(OTONOMI DAERAH) − Kehutanan
− Energi dan sumber daya mineral
Urusan Pemerintahan − Perdagangan
Urusan Pemerintahan : − Perindustrian
− Absolut : Kewenangan Pemerintah Pusat − Transmigrasi
− Konkuren : Pembagian Kewenangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Kewenangan Pemerintahan Daerah
− Umum : Kewenangan Presiden
Daerah provinsi diberi kewenangan untuk
Urusan Pemerintah Absolut : mengelola sumber daya alam di laut yang ada
di wilayahnya
− Politik luar negeri, pertahanan,
keamanan, yustisi, moneter dan fiskal Kewenangan daerah provinsi untuk mengelola
nasional, serta agama sumber daya alam di laut meliputi :
Urusan Pemerintahan Konkuren untuk Daerah : − Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, serta
pengelolaan kekayaan laut di luar minyak
− Wajib : Pelayanan Dasar dan Non
dan gas bumi
Pelayanan Dasar
− Pilihan : Pembagian Kewenangan antara − Pengaturan administratif
Pemerintah Pusat dan Daerah − Pengaturan tata ruang
Wajib Pelayanan Dasar : − Ikut serta dalam memelihara keamanan di
Pendidikan, kesehatan, pekerjaan laut
umum dan penataan ruang, perumahan rakyat − Ikut serta dalam mempertahankan
dan kawasan permukiman, ketenteraman, kedaulatan negara
ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat,
serta sosial
Wajib Non Pelayanan Dasar : Kewenangan Daerah provinsi untuk mengelola
sumber daya alam di laut paling jauh 12 (dua
Tenaga kerja, pemberdayaan belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah
perempuan dan pelindungan anak, pangan, laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan
Apabila wilayah laut antar dua daerah provinsi UU 25/2004 : Sistem Perencanaan
kurang dari 24 (dua puluh empat) mil laut, Pembangunan Nasional
kewenangan untuk mengelola sumber daya
Indonesia sebagai bangsa yg bebas, bersatu,
alam di laut dibagi sama jarak atau diukur
berdaulat, adil, dan makmur
sesuai dengan prinsip garis tengah dari wilayah
antar dua daerah provinsi tersebut Pembangunan yang berkeadilan dan
demokratis, dilaksanakan bertahap dan
Ketentuan di atas tidak berlaku terhadap
berkesinambungan
penangkapan ikan oleh nelayan kecil
Untuk menjamin agar pembangunan berjalan
efektif, efisien, dan bersasaran  Perlu
Perencanaan Pembangunan Nasional
(UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional)
Adanya penguatan Otonomi Daerah,
memberikan kewenangan luas, nyata, dan
bertanggung jawab kepada daerah
Memerlukan koordinasi dan pengaturan untuk
lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan
pembangunan, baik Pembangunan Nasional,
UNDANG – UNDANG UNTUK SISTEM Daerah, maupun Antar Daerah.
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Sebagai Pedoman bagi Presiden untuk
menyusun rencana pembangunan, dibutuhkan
Landasan Hukum Sistem Perencanaan pengaturan lebih lanjut bagi proses
Pembangunan Perencanaan Pembangunan Nasional

• UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem


Perencanaan Pembangunan Nasional
Perencanaan adalah suatu proses untuk
• UU No. 4 Tahun 2011 tentang menentukan tindakan masa depan yang tepat,
Informasi Geospasial melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia
• UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang Pembangunan Nasional adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
• UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok- dalam rangka mencapai tujuan bernegara
Pokok Agraria dan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Sistem Pembangunan Nasional adalah satu
Pendaftaran Tanah kesatuan tata cara perencanaan pembangunan
untuk menghasilkan rencana-rencana
• UU No. 23 Tahun 2014 tentang pembangunan dalam jangka panjang,
Pemerintahan Daerah menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh
• UU Batas Wilayah (Perairan Indonesia, unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
Zona Ekonomi Eksklusif, dan Landas tingkat pusat dan daerah
Kontinen, Wilayah Negara) Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan
yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya- Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
upaya yang akan dilaksanakan untuk bertujuan untuk :
mewujudkan visi
a. Mendukung koordinasi antarpelaku
Strategi adalah langkah-langkah berisikan pembangunan
program-program indikatif untuk mewujudkan
b. Menjamin terciptanya integrasi,
visi dan misi
sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,
Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah
oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai maupun antara pusat dan daerah
tujuan
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi
Program adalah instrumen kebijakan yang antara perencanaan, penganggaran,
berisi satu atau lebih kegiatan yang pelaksanaan, dan pengawasan
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/
d. Mengoptimalkan partisipasi
lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan
masyarakat; dan
serta memperoleh alokasi anggaran atau
kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh e. Menjamin tercapainya penggunaan
instansi pemerintah sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan

Asas dan Tujuan


Pembangunan Nasional diselenggarakan Ruang Lingkup
berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip
kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, serta kemandirian
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan nasional
Perencanaan Pembangunan Nasional disusun
secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh,
dan tanggap terhadap perubahan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
diselenggarakan berdasarkan Asas Umum
Penyelenggaraan Negara :
• Asas Kepastian Hukum
• Asas Tertib Penyelenggaraan Negara
• Asas Kepentingan Umum
• Asas Keterbukaan
• Asas Proporsionalitas
• Asas Profesionalitas
• Asas Akuntabilitas
Isi RPJP Tahap Perencanaan Pembangunan
Penyusunan rencana  penetapan rencana 
pengendalian pelaksanaan rencana  evaluasi
pelaksanaan rencana

Penyusunan Rencana
Penyiapan rancangan rencana pembangunan
yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan
terukur
Isi RPJM Setiap Instansi Pemerintah menyiapkan
rancangan rencana kerja yang siap untuk
ditetapkan
Partisipasi dan keterlibatan masyarakat untuk
penyelarasan rencana pembangunan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan
Penyusunan rancangan akhir perencanaan
pembangunan
Penetapan Rencana
Penetapan Rencana menjadi Produk Hukum,
sehingga mengikat semua pihak untuk
Isi Renstrs-KL dan Renstra-SKPD melaksanakannya dalam bentuk :
• RPJP Nasional - UU
• RPJP Daerah - Peraturan Daerah
• RPJM dan Tahunan Nasional - PP
• RPJM dan Tahunan Daerah - Perkada
Pengendalian Pelaksanaan Rencana
Untuk menjamin tercapainya Tujuan dan
Sasaran Pembangunan :
• Dilakukan oleh Pimpinan
Kementrian/Lembaga/SKPD
• Dihimpun dan dianalisis oleh
Menteri/Kepala Bappeda hasil pemantauan
pelaksanaan Rencana Pembangunan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana
• Mengumpulkan dan menganalisis data dan
informasi untuk menilai pencapaian
sasaran, tujuan, dan kinerja pembangunan
• Evaluasi dilakukan berdasarkan indikator Jadwal Penetapan Perencanaan
dan kinerja mencakup input, output, result,
benefit, dan impact
• Kementrian/Lembaga/SKPD wajib
melaksanakan evaluasi kinerja
pembangunan yang terkait dengan fungsi
dan tanggungjawabnya

Penanggungjawab Dokumen Perencanaan

INFORMASI GEOSPASIAL

Kelembagaan
Presiden menyelenggarakan dan bertanggung
jawab atas Perencanaan Pembangunan
Nasional, dibantu Menteri, dan Pimpinan
Kementrian/Lembaga sesuai tugas &
Kewenangannya
Kepala Daerah menyelenggarakan dan
bertanggung jawab atas perencanaan
pembangunan daerah di daerahnya, dibantu
Kepala Bappeda dan Pimpinan SKPD sesuai
tugas dan kewenangannya • Informasi Geospasial Dasar (IGD) adalah
IG yang berisi tentang objek yang dapat
Gubernur selaku wakil pemerintah pusat dilihat secara langsung atau diukur dari
mengkoordinasikan pelaksanaan perencanaan kenampakan fisik di muka bumi dan yang
tugas-tugas Dekonsentrasi dan Tugas tidak berubah dalam waktu yang relatif
Pembantuan, serta koordinasi, integrasi, lama
sinkronisasi, dan sinergi perencanaan
pembangunan antar kabupaten/kota • IGD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf a meliputi : Jaring Kontrol Geodesi
dan Peta Dasar
Jaring Kontrol Geodesi Peta Dasar
Jaring kontrol geodesi sebagaimana dimaksud Peta dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
dalam Pasal 5 huruf a meliputi : 5 huruf b berupa :
a. Jaring Kontrol Horisontal Nasional a. Peta Rupabumi Indonesia (RBI)
(JKHN)
b. Peta Lingkungan Pantai Indonesia
b. Jaring Kontrol Vertikal Nasional (LPI)
(JKVN)
c. Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN)
c. Jaring Kontrol Gayaberat Nasional
(JKGN)

 Jumlah JKHN = 1282 pilar sampai


Tahun 2013
 Jumlah stasiun CORS = 118 Stasiun
sampai Tahun 2013
 Belum dikurangi dengan yang hilang
dan rusak

 Jumlah JKVN = 6130 pilar sampai


Tahun 2013
 Jumlah Stasiun Pasut = 116 Stasiun
sampai Tahun 2013
 Belum dikurangi dengan yang hilang
dan rusak
Garis pantai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas :
a. garis pantai surut terendah
b. garis pantai pasang tertinggi
c. garis pantai tinggi muka air laut rata-
rata

• Pada Peta Rupabumi Indonesia, garis


pantai ditetapkan berdasarkan garis
kedudukan muka air laut rata-rata
• Peta Rupabumi Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 • Pada Peta Lingkungan Pantai
huruf a diselenggarakan pada skala Indonesia dan Peta Lingkungan Laut
1:1.000.000, 1:500.000, 1:250.000, Nasional, garis pantai ditetapkan
1:100.000, 1:50.000, 1:25.000, berdasarkan kedudukan muka air laut
1:10.000, 1:5.000, 1:2.500, dan 1:1.000 surut terendah

• Peta Lingkungan Pantai Indonesia • Garis pantai sebagaimana dimaksud


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ditentukan dengan mengacu pada
huruf b diselenggarakan pada skala JKVN
1:250.000, 1:50.000, 1:25.000, dan
1:10.000
Hipsografi
• Peta Lingkungan Laut Nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 • Hipsografi sebagaimana dimaksud
huruf c diselenggarakan pada skala dalam Pasal 12 huruf b merupakan
1:500.000, 1:250.000, dan 1:50.000 garis khayal untuk menggambarkan
semua titik yang mempunyai
ketinggian yang sama di permukaan
Peta dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal bumi atau kedalaman yang sama di
5 huruf b terdiri atas : dasar laut

a. garis pantai • Pada Peta Rupabumi Indonesia,


hipsografi digambarkan dalam bentuk
b. hipsografi garis kontur muka bumi dan titik
ketinggian di darat
c. perairan
• Pada Peta Lingkungan Pantai
d. nama rupabumi
Indonesia dan Peta Lingkungan Laut
e. batas wilayah Nasional, hipsografi digambarkan
dalam bentuk garis kontur muka bumi,
f. transportasi dan utilitas titik ketinggian di darat, batimetri, dan
g. bangunan dan fasilitas umum titik kedalaman di laut

h. penutup lahan Perairan

Garis pantai sebagaimana dimaksud dalam • Perairan Indonesia


Pasal 12 huruf a merupakan garis pertemuan • Perairan Yurisdiksi
antara daratan dengan lautan yang dipengaruhi
oleh pasang surut air laut • Laut Lepas
Nama Rupa Bumi
• Nama rupabumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf d
dikumpulkan dengan menggunakan
tata cara pengumpulan nama rupabumi
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

Batas Wilayah
• Batas wilayah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf e digambarkan
berdasarkan dokumen penetapan Bangunan dan Fasilitas Umum
penentuan batas wilayah secara pasti di
lapangan oleh Instansi Pemerintah
yang berwenang
• Dalam hal terdapat batas wilayah yang
belum ditetapkan secara pasti di
lapangan oleh Instansi Pemerintah
yang berwenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), digunakan
batas wilayah sementara yang
penggambarannya dibedakan dengan
menggunakan simbol dan/atau warna
khusus

Transportasi dan utilitas


Transport:
Utilitas:
Penyelenggaraan IGD
• IGD diselenggarakan secara bertahap
dan sistematis untuk seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan wilayah yurisdiksinya
• IGD dimutakhirkan secara periodik
dalam jangka waktu tertentuDalam hal
terjadi bencana alam, perang,
pemekaran atau perubahan wilayah
administratif, atau kejadian lainnya
yang berakibat berubahnya unsur IGD,
sehingga mempengaruhi pola dan
struktur kehidupan masyarakat,
pemutakhiran IGD harus dilakukan
tanpa menunggu pemutakhiran secara
periodik
• Ketentuan lebih lanjut mengenai
norma, standar, prosedur, dan kriteria
pemutakhiran IGD diatur dengan
Peraturan Kepala Badan
• Ketentuan lebih lanjut mengenai
jangka waktu pemutakhiran IGD diatur
dalam Peraturan Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai