Rancangan formula
Tiap 1 ml ampul mengandung
Thiamin 100 mg
Pyridoxine HCI 2 mg
NaOH q.s
Aqua pro injeksi ad 100%
V. Preformulasi eksipien
Aquadest (FI III, 1979 ; 96)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Rumus struktur : O
H H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa
kelarutan : -
Stabilitas : Stabil secara kimiawi di semua es, secara kimiawi khusus serta
penyimpanan dan distribusi air, memastikan bahwa air
dilindungi terhadap kontaminasi lanila dan organik yang cukup
kecil.
Titik didih : 100oC
Titik leleh : -
Titik beku : -
Konstanta dielektrik : -
pH : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Inkompibilitas : Dalam formulasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan
excipient lebih yang terhadap hidrolisis
Kegunaan : Zat tambahan
Khasiat : Pelarut
Tiamin 100 mg
100mg/ml = 200 g/100ml
= 10%
Piridoxin HCI 2 mg/ml
2mg/ml = 0,2 g/ 100ml
= 0,2 %
BM Tiamin = 337,27
BM Piridoxin = 205, 64
Nilai Ekuivalen
1. Tiamin HCI = 17 3,4
337,27
= 0,171
Dapar
-
b. Wadah
NAMA ALAT JUMLAH CARA STERILISASI
Ampul 3 Autokalf suhu 121oC selama
20 menit
c. Bahan
NAMA BAHAN JUMLAH CARA STERILISASI
Thiamin HCI 3 gram Filtrasi
Pyridoxine HCI 0.06 gram Filtrasi
VII. Penimbangan
a. Perhitungan bahan
1. Vitamin B1 = 100 mg/ml
= 0,1 gram x 10 ml
= 0,02 gram
2. NaOH/HCI = q.s
3. Piridoxin HCI = 2 mg/ml
= 0,002 gram x 10 ml
= 0,02 gram
X. Evaluasi
1. Uji Organoleptik
- Bau : Tidak memiliki bau
- Warna : Jernih/bening
2. Uji pH
pH : 6
3. Uji kejernihan :
Sedikit ada partikel
4. Uji kebocoran :
Tidak bocor
Tujuan dari percobaan ini yaitu adalah mengetahui cara pembuatan sediaan ampul dengan
baik serta benar dan dibuat dengan formula sendiri, untuk sedian injeksi.
Cara kerja pada percobaan ini yaitu pertama disiapkan alat dan bahan. Disterilkan alat
menggunakan autoklaf suhu 121oC selama 15 menit dan oven untuk lumpang dan alu suhu
170oC selama 3-4 jam. Sebelum alat-alat kaca dimasukkan kedalam autoklaf pertama
direndam terlebih dahulu dengan larutan HCI selama 15 menit. Setelah alat-alat steril,
diambil Tiamin dan Piridoxin HCI. Kemudian digerus Thiamin didalam lumpang dan
dimasukkan dalam gelas kimia 50 ml yang telah berisi Aqua pro injeksi, dan dilarutkan
hingga larut. Setelah itu, digerus Piridoxin didalam lumpang dan dimasukkan dalam gelas
kimia 50 ml yang berisi Aqua pro injeksi dan dilarutkan hingga larut. Kemudian larutan
tersebut disaring menggunakan kertas saring dan dimasukkan kedalam erlenmeyer. Setelah
itu diukur pHnya menggunakan kertas pH dan didapatkan pHnya pH 5 karena belum
memenuhi syarat pH untuk injeksi intramuscular maka ditambahkan larutan NaOH
secukupnya dan diukur kembali pHnya hingga didapatkan pH 6. Setelah itu, dimasukkan
larutan kedalam ampul yang telah dipatahkan bagian atasnya menggunakan dispo.
Kemudian ampul tersebut disegel menggunakan alat penyeggel. Kemudian diberi etiket dan
dimasukkan dalam wadah serta diberi brosur.
Berdasarkan percobaan pembuatan ampul hasil yang kami dapatkan yaitu uji organoleptik
warnanya bening dan tidak berbau. Untuk uji pH yang kami dapatkan yaitu pH 6. Uji
kejernihan yaitu sedikit ada partikel, dan untuk uji kebocoran, yaitu tidak bocor. Sedangkan
uji penetapan volume tidak dilakukan. Berdasarkan literatur FI III (1979) sediaan injeksi yaitu
sediaan steril berupa larutan, tidak berbau, dan berwarna jernih atau bening. Untuk uji
kejernihan yang kami dapatkan tidak sesuai dengan literatur karena terdapat partikel kecil
dalam larutan, hal ini disebabkan karena kesalahan praktikan yang tidak aseptis sehingga
ada partikel yang dapat terikut. Untuk uji penetapan volume tidak dilakukan karena ampul
telah disegel sebelumnya sehingga tidak dapat dituang untuk penetapan volume.
Isohidris artinya pH larutan injeksi sama dengan pH darah dan cairan tubuh lainnya, yaitu pH
7,4 (Sulistiyaningsih, 2007). Hasil yang kami dapatkan berdasarkan pengukuran pH tidak
sesuai (tidak isohidris) karena pH yang kami dapatkan yaitu pH 6. Kesalahan ini terjadi
karena kurangnya penambahan NaOH untuk menyesuaikan pH.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu agar seorang farmasis dapat mengetahui cara sterilisasi
dan pembuatan sediaan steril (ampul) sehingga dapat diaplikasikan dalam dunia
kefarmasian.
XII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan
injeksi dibuat dengan sterilisasi terlebih dahulu untuk uji organoleptik yaitu baunya tidak ada dan
berwarna jernih (bening). pH yang didapatkan yaitu pH 6 dan uji kejernihan sedikit ada partikel
halus dan hasil uji kebocoran yaitu tidak bocor.
XIII. Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya, praktikan dapat melakukan sterilisasi dengan baik dan tepat
waktu sehingga tidak menghabiskan waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
DailyMed, 2019. (Diakses pada tanggal 22 april 2019). U.S National Library of Medicine
Departemen kesehatan Republik Indonesia (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Rowe, Raymond, C. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Exipient Sixth Edition. London : Pharmaceutical
Press. PHP PHarmacuetical Press.
Sulistiyaningsih, (2007). Pengujian potensi sediaan injeksi kering amoksisilin dalam aqua pro injeksi pada
variasi suhu penyimpanan dan konsentrasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran, Bandung.
Triana, (2006). Macam-macam vitamin dan fungsinya dalam tubuh manusia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Staff pengajar FK Unand, Bandung.
LAMPIRAN
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN
LIKUIDA SEMISOLIDA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
KELAS C
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019