Anda di halaman 1dari 18

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN SOSIOLOGI MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING


TIPE BAMBOO DANCING (TARI BAMBU) KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI
KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Devi Novitasari

Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret


Surakarta

ABSTRAK
Devi Novitasari. K8413018. UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI MELALUI PENERAPAN MODEL
COOPERATIVE LEARNING TIPE BAMBOO DANCING (TARI BAMBU) KELAS XI IPS 3
SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli 2017.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe
Tari Bambu (Bamboo Dancing) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Sosiologi kelas XI IPS 3 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2016/2017.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 3
SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 38 siswa. Sumber data
berasal dari guru dan siswa. Teknik utama dalam pengumpulan data menggunakan observasi
dan tes, sementara teknik pedukung dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi.
Analisis data dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Tari Bambu (Bamboo Dancing) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yang
difokuskan pada aspek kognitif pada mata pelajaran Sosiologi kelas XI IPS 3 SMA Negeri
Kebakkramat. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan aktivitas siswa dan hasil belajar pada
pra siklus, siklus pertama, dan siklus II. Dalam pra-siklus, ada 5 siswa (13,15%) yang
memiliki tingkat keaktifan belajar yang tinggi, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 14
siswa (36,84%), sedangkan pada siklus II aktivitas belajar meningkat menjadi 30 siswa
(78,94%). Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dalam pra siklus, siklus pertama,
dan siklus II. Dalam pra siklus, nilai ratarata siswa adalah 67,69 pada dari skala 0-100. Hal
ini meningkat menjadi 74,57 pada siklus I, 77,05 pada siklus II. Jumlah siswa yang tuntas
Kriteria Ketuntasan Minimum pada pra-siklus adalah 7 siswa (18,42%), kemudian pada
siklus I jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 20 siswa (52,63%), dan akhirnya pada
siklus II siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum menjadi 31 siswa (81,57%).

Kata Kunci : Penelitian Tindakan Kelas, Tari Bambu (Bamboo Dancing), Keaktifan Belajar
Siswa, Hasil Belajar Siswa
ABSTRACT
Devi Novitasari. K8413018. EFFORTS TO IMPROVE THE STUDENT LEARNING
ACTIVITY AND THE RESULTS OF LEARNING STUDENTS IN THE SUBJECTS
SOSIOLOGY THROUGH THE IMPLEMENTATION OF THE MODEL
COOPERATIVE LEARNING TYPE BAMBBO DANCING (TARI BAMBU) CLASS
XI IPS 3 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT ACADEMIC YEAR 2016/2017. Thesis,
Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. University of March. July 2017.
The purpose of this research is through the implementation of the model cooperative
learning type Bamboo Dancing (Tari Bambu) to improve the student learning activity and the
results of learning students in the subjects Sosiology class XI IPS 3 SMA Negeri
Kebakkramat academic year 2016/2017.
The research is a Classroom Action Research (CAR), which was conducted in two
cycles, each cycle consisting of planning, action, observation, and reflection. The subjects of
the research were students of class XI IPS 3 SMA Negeri Kebakkramat academic year
2016/2017 amounting to 38 students. Data resources derived from the teachers and students.
The main techniques used in data collection were observation and test, while interviews and
documentation were used as the supporting techniques. This research used descriptive
qualitative data analysis techniques and quantitative data analysis techniques.
The results of this research showed that the implementation of model cooperative
learning type Bamboo Dancing (Tari Bambu) can improve the student learning activity and
the results of learning students that is focused on cognitive aspect in the subjects sosiology
class XI IPS 3 SMA Negeri Kebakkramat. It is proven by the increase of students activity and
the results of learning students in the pre cycle , the first cycle, and the second cycle. In the
pre-cycle, there 5 students (13,15%) who have a high level of learning activity, then
increased in the firts cycle to 14 students (36,84%), while in the second cycle the learning
activity increased to 30 students (78,94%). The results of learning students showed a rapid
increased in the pre cycle, the first cycle, and the second cycle. In the pre cycle, the average
value of the students were 67,69 on the scale from 0-100. It is increase to 74,57 in the first
cycle, 77,05 in the second cycle. Students who pass the Minimum Passing Criterion in the
pre-cycle were 7 students (18,42%), then increased in the first cycle to 20 students (52,63%),
and finally in the second cycle increased to 31 students (81,57%) who pass the Minimum
Passing Criterion.

Key word : Class Action Research, Bamboo Dancing (Tari Bambu), Student Learning
Activity, Results Of Learning Student

PENDAHULUAN mengakibatkan manusi berubah dalam


Tujuan pembelajaran adalah sikap dan tingkah lakunya’.
tercapainya perubahan perilaku atau keberhasilan dalam mencapai tujuan
kompetensi pada siswa setelah pembelajaran bisa dilihat dari dua
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal indikator yaitu keaktifan siswa selama
ini sepadan dengan pendapat Winkel proses belajar mengajar dan hasil
dalam Purwanto (2013: 45) “Hasil belajar yang didapat siswa pada akhir
belajar yaitu perubahan yang pembelajaran. Keaktifan belajar siswa
dapat dilihat dari keterlibatan siswa akademik, toleransi, menerima
dalam proses pembelajaran keberagaman, dan pengembangan
berlangsung. Sedangkan hasil belajar keterampilan sosial.
siswa dapat dilihat dari tugas dan nilai Sebelumnya peneliti telah
hariannya. melakukan observasi di SMA Negeri
Keaktifan siswa dalam Kebakkramat. SMA Negeri
pembelajaran dapat diwujudkan melalui Kebakkramat merupakan salah satu
penerapan suatu model pembelajaran SMA yang berada di kabupaten
dalam kegiatan belajar siswa serta akan karanganyar, dimana dalam
memberikan suatu suasana dan warna pembelajarannya masih menggunakan
tersendiri dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Salah satu model pembelajaran yang (KTSP). Observasi dilakukan guna
dapat diaplikasikan guru guna memperoleh gambaran secara umum
merangsang keaktifan siswa dalam kondisi peserta didik ketika kegiatan
proses pembelajaran seperti apa yang pembelajaran berlangsung didalam
diharapkaan salah satunya adalah model kelas terutama kelas XI IPS 3 karena
pendekatan pembelajaran cooperatif dari 5 kelas progam IPS, menurut guru
learning. sosiologi IX IPS 3 mengalami beberapa
“Pembelajaran kooperatif adalah masalah daripada kelas yang lain. Kelas
pendekatan belajar yang berfokus pada XI IPS 3 terdiri dari 38 peserta didik
penggunaan kelompok kecil siswa untuk dengan komposisi peserta didik 24
bekerja sama dalam memaksimalkan
siswi dan 14 siswa. Jadwal mata
kondisi belajar untuk mencapai tujuan
pelajaran sosiologi di kelas XI IPS 3
belajar” (sugiyanto,2009:39).
yaitu, pada Hari Senin satu jam
Model pembelajaran ini
pelajaran sedangkan Hari Sabtu dua jam
menuntut siswa untuk dapat berperan
pelajaran.
secara aktif dalam proses pembelajaran
Berdasarkan observasi yang telah
dan juga berpartisipasi secara aktif
dilakukan di kelas XI IPS 3 SMA
dalam kelompok belajar yang telah
Negeri Kebakkramat serta wawancara
dibentuk guru sebagai cara guru untuk
dengan guru dan siswa, peneliti
membuat suasana saling ketergantungan
menemukan beberapa masalah pada
antar siswa. model pembelajaraan
saat pembelajaran berlangsung di kelas
kooperative dikembangkan untuk
XI IPS 3 yaitu:
mencapai hasil belajar berupa hasil
1. Dari segi siswa
a. siswa yang belum siap menerima dengan teman sebangkunya dan
pelajaran. Ini diketahui bahwa beda bangku.
pada saat bel berbunyi guru akan d. Belum maksimalnya prestasi
masuk ke kelas dan masih ada siswa dalam pelajaran sosiologi.
21% siswa yang belum siap Batas KKM mata pelajaran
menerima pelajaran, ini diketahui Sosiologi SMA N Kebakkramat
dari adanya siswa kelas XI IPS 3 adalah 75. Sedangkan nilai test
yang masih nongkrong di depan pra tindakan yang dilakukan oleh
kelas. Setelah guru peneliti pada tanggal 18 Februari
memerintahkan untuk masuk baru 2017 materi Dinamika
siswa tersebut masuk. Serta siswa Kebudayaan diperoleh hasil nilai
yang masih ngobrol di meja kelas XI IPS 3 SMA N
temannya sehingga setelah Kebakkramat yaitu sejumlah 7
beberapa menit kemudian kelas siswa memenuhi KKM dengan
baru bisa dikondisikan. nilai antara 75 sampai dengan 80.
b. Kondisi siswa yang kurang aktif Sementara 31 siswa yang lain
bahkan cenderung pasif dalam masih di bawah KKM yakni
mengikuti pembelajaran dengan nilai antara 60-72.
sosiologi. Kebanyakan saat 2. Dari segi guru
pembelajaran siswa diam ketika a. Proses pembelajaran yang di
ditanya guru dan untuk menjawab dominasi oleh guru. Guru kurang
pertanyaan dari guru masih ada melibatkan siswa dalam proses
siswa yang malu untuk menjawab pembelajaran sehingga guru lebih
dan bahkan ada yang tidak mendominasi daripada siswa.
menjawab karena tidak Selama pelajaran berlangsung
memperhatikan guru sehingga hampir tidak ada siswa yang
tidak tahu jawabanya. bertanya atau berpendapat tentang
c. Adanya siswa yang ngobrol materi yang diajarkan, serta guru
sendiri dengan teman sebangku memberi pertanyaan kepada siswa
dan beda bangku. Ketika hanya diakhir pelajaran. Ketika
pembelajaran berlangsung yaitu guru memberi pertanyaan tidak
ketika guru menjelaskan materi ada yang menjawab dengan suka
banyak siswa yang asik ngobrol rela dan berani, jadi guru harus
memanggil nama siswa. Dari
sinilah guru terkesan hasil belajar, selain itu model
mendominasi dalam proses pembelajaran yang kurang inovatif dan
pembelajaran. kurang kondusif terhadap kondisi kelas
b. Guru kurang menerapkan variasi dimana guru sering menggunakan
model pembelajaran yang model pembelajaran ceramah dalam
berbagai tipe. Guru sering pembelajaran serta cara penyampaian
menerapkan metode ceramah guru dalam pembelajaran yang kurang
dalam pelajaran sosiologi, dipahami oleh peserta didik. Oleh sebab
sehingga membuat siswa bosan itu peneliti dan guru kolabolator
dan kurang menarik perhatian mencari solusi yang tepat untuk
meskipun guru sudah mengatasi permasalahan di kelas XI IPS
menggunakan media power point 3. Setelah melakukan refleksi bersama
tetapi masih banyak siswa yang akhirnya peneliti dan guru kolabolator
kurang memperhatikan sehingga menemukan sebuah solusi untuk
pembelajarannya terkesan mengatasi permasalahan yang terjadi
monoton. Guru kurang bisa dimana peneliti bekerja sama dengan
menjangkau seluruh kelas. Dalam guru ingin menerapkan model
proses pembelajaran dikelas, guru pembelajaran tipe tari bambu (bamboo
menyampaikan materi hanya dancing).
terpaku di area depan kelas. Peniliti dan guru mapel mimilih
Kurang maksimalnya guru dalam tipe bamboo dancing dengan alasan
menyampaikan materi. karena tipe pembelajaran ini dalam
3. Permasalahan lainnya adalah tidak pelaksanaannya akan melibatkan semua
adanya buku paket dan buku lembar siswa didalam kelas untuk berdiskusi
kerja siswa. serta menuntut setiap siswa untuk
Berdasarkan identifikasi di atas mencari informasi dan bertukar
peneliti melakukan refleksi bersama informasi sehingga diharapkan dengan
guru kolabolator mengenai menerapkan tipe tari bamboo siswa
permasalahan yang terjadi di kelas XI akan aktif dan nantinya akan
IPS 3 dan harus segera diatasi. Peneliti meningkatkan hasil belajar siswa.
dan guru melakukan refleksi bersama Berdasarkan sekripsi Mochamad
dan akhirnya ditemukan sebuah Hidayat Widodo (2014:20) kelebihan
keselarasan bahwa siswa kelas XI IPS 3 tari bambu (bamboo dancing) adalah
memiliki permasalahan keaktifan dan
“Siswa menjadi lebih aktif dan dengan guru kolabolator serta kelebihan
kreatif, sehingga siswa yang biasanya – kelebihan dari pembelajaran tipe
merasa bosan dengan pelajaran sejarah di bamboo dancing (tari bambu), maka
karnakan hanya ceramah, sekarang
peneliti beserta guru mapel
menjadi antusias mengikuti pelajaran di
memutuskan untuk melakukan
karnakan pembelajaran sejarah memakai
penelitian tindakan kelas (PTK) yang
teknik permainan Tari Bambu, dan juga
diadakan dikelas XI IPS 3 SMA N
Guru bukan lagi sebagai subjek, namun
sebagai fasilitator yang membimbing dan
Kebakkramat tahun 2016/2017.

memantau jalannya permainan Tari


Bambu. Siswa menjadi semangat KAJIAN PUSTAKA
menyampaikan pendapat atau bertukar Kajian tentang Model Pembelajaran
informasi dengan teman yang lainnya Cooperative Learning Tipe Tari
mengenai materi yang di bahas dan tidak Bambu (Bamboo Dancing)
monoton atau membosankan lagi belajar
sejarah”. Pembelajaran kooperatif

Dengan menggunakan model (cooperative learning) adalah

kooperatif learning yaitu tipe Bamboo pendekatan pembelajaran yang berfokus

Dancing (Tari Bambu) ini siswa tanpa pada penggunaan kelompok kecil siswa

mereka sadari dituntut untuk dapat untuk bekerja sama dalam

saling membantu rekan satu kelompok memaksimalkan kondisi belajar untuk

mereka yang telah dibentuk oleh guru. mencapai tujuan belajar. Pembelajaran

Hal ini dengan sendirinya akan kooperatif merupakan pembelajaran

membuat siswa aktif dalam yang secara sadar dan sengaja

menyelesaikan permasalahan- mengembangkan interaksi yang silih

permasalahan yang diberikan oleh guru asuh untuk menghindari

dan juga mampu saling berbagi ketersinggungan dan kesalahpahaman

pengetahuan yang mereka miliki yang dapat menimbulkan permusuhan,

kepada sesama rekan mereka. Sehingga sebagai latihan hidup di masyarakat

siswa akan aktif dan lebih mudah dalam (sugiyanto, 2009:40).

memahami serta menguasai materi Tujuan model pembelajaran tipe

pembelajaran. Bamboo Dancing atau tari bambu,

Bertolak dari beberapa Zaenal (2013: 35) yaitu agar siswa

permasalahan yang ditemukan ketika saling berbagi informasi pada saat yang

observasi dan diskusi yang dilakukan bersamaan dengan pasangan yang


berbeda dalam waktu singkat secara siswa akan berbagi informasi kepada
teratur. Strategi ini cocok untuk materi teman satu kelompok, demikian
yang membutuhkan pertukaran seterusnya hingga selesai. Keempat,
pengalaman pikiran dan informasi antar setelah selesai bergeser mengumpulkan
siswa. informasi masing – masing kelompok
Pembelajaran dengan tipe Bamboo akan menyimpulkan jawaban akhir
Dancing (Tari Bambu), menurut Agus sebagai hasil diskusi kelompok. Kelima,
Suprijono (2009: 98-99) penerapan tari hasil diskusi kelompok kemudian
bambu dapat diawali dengan dipresentasikan kepada seluruh kelas.
pengenalan topik oleh guru. Pertama, Guru memfasilitasi dialog interaktif,
guru bisa menuliskan topik tersebut tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan
dipapan tulis atau dapat pula bertanya ini dimaksudkan agar pengetahuan yang
jawaban apa yang diketahui peserta diperoleh melalui diskusi tiap – tiap
didik mengenai topik itu. Kegiatan ini kelompok dapat menjadi pengetahuan
dimaksudkan untuk mengaktifkan bersama seluruh kelas.
struktur kognitif yang telah dimiliki
peserta didik agar lebih siap Kajian tentang Keaktifan Belajar
menghadapi pelajaran yang baru. Kedua Secara harfiah active menurut
yaitu guru dapat membagi kelas Hornby dalam Mohammad Jauhar
menjadi beberapa kelompok. Atur (2011:156), yakni “in the habit of doing
sedemikian rupa pada tiap – tiap things, energetic”. Artinya, terbiasa
anggota kelompok berdiri berjajar berbuat segala hal dengan dengan
saling berhadap – hadapan dalam posisi menggunakan segala daya.
berdiri berjajar. Bagikan tugas kepada Pembelajaran yang aktif berarti siswa
setiap siswa untuk dikerjakan atau aktif bertanya, membangun gagasan,
dibahas. Pada kesempatan ini guru dan melakukan kegiatan yang dapat
memberikan waktu kepada masing - memberikan pengalaman langsung,
masing siswa dalam kelompok akan sehingga belajar merupakan proses aktif
memikirkan jawaban dari tugas yang siswa dalam membangun
mereka ia terima. Ketiga, setelah pengetahuannya sendiri.
mendapat selesai memikirkan jawaban, Banyak jenis aktivitas yang dapat
masing – masing siswa dalam dilakukan oleh siswa di sekolah, Paul
kelompok akan bergeser mengikuti arah B. Diedrich yang dikutip dalam
jarum jam. Dengan cara ini tiap – tiap Sardiman (2012:101) membuat suatu
daftar kegiatan siswa antara lain dapat g) mental activities, yaitu merenungkan
digolongkan sebagai berikut: mengingat, memecahkan masalah,
a) Visual activities, yaitu membaca, menganalisa faktor-faktor, melihat
melihat gambar-gambar, mengamati hubungan-hubungan, dan membuat
eksperimen, memperhatikan gambar keputusan.
demonstrasi, pameran dan h) emotional activities, yaitu minat,
mengamati orang lain bekerja atau membedakan, berani, tenang, merasa
bermain. bosan dan gugup.
b) Oral activities, yaitu mengemukakan
suatu fakta atau prinsip, Kajian tentang Hasil Belajar
menghubungkan suatu kejadian, Hasil belajar menurut Winkel
mengajukan pertanyaan, memberi dalam Purwanto (2013: 45) yaitu
saran, mengemukakan pendapat, perubahan yang mengakibatkan manusi
berwawancara, diskusi dan interupsi berubah dalam sikap dan tingkah
c) listening activities, yaitu lakunya. Hasil belajar seringkali
mendengarkan penyajian bahan, digunakan sebagai ukuran untuk
mendengarkan percakapan atau mengetahui seberapa jauh seseorang
diskusi kelompok, atau menguasai bahan yang sudah di
mendengarkan radio. ajarkan.
d) writing activities, yaitu menulis Berdasarkkan pengertian di atas dapat
cerita, menulis laporan, memeriksa disimpulkan bahwa hasil belajar
karangan, bahan-bahan copy, merupakan hasil yang dicapai siswa
membuat outline atau rangkuman, setelah melalui proses pembelajaran
dan mengerjakan tes serta mengisi yang dapat dilihat dari adanya
angket. perubahan yang berupa peningkatan
e) drawing activities, yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan
menggambar, membuat grafik, psikomotorik. Dalam penelitian ini
diagram, peta dan pola. hasil belajar difokuskan pada
f) motor activities, yaitu melakukan peningkatan kemampuan kognitif,
percobaan, memilih alat-alat, dimana Hasil belajar dapat dilihat dari
melaksanakan pameran, membuat nilai yang di peroleh siswa dalam post
model, menyelenggarakan test yang dilaksanakan dalam setiap
permainan, serta menari dan akhir siklus.
berkebun.
Kajian tentang Pembelajaran Satuan Pendidikan (KTSP). Penelitian
Sosiologi dilaksanaakan di semester genap,
Menurut lampiran Permendiknas dengan Standar kompetensi
No. 22 Tahun 2006 dalam buku Badan Menganalisis kelompok sosial dalam
Standar Pendidikan Nasional dampak masyarakat multikultural. Dan
(2006:211) tentang Standar Kompetensi Kompetensi Dasarnya yaitu
dan Kompetensi Dasar SMA/MA yang Menganalisis perkembangan kelompok
berisi tujuan mata pelajaran sosiologi, sosial dalam masyarakat multikultural.
ruang lingkup sosiologi, dan standar
kompetensi serta kompetensi dasar METODE PENELITIAN
mata pelajaran sosiologi sebagai Tempat penelitian ini adalah SMA
berikut: Negeri Kebakkramat, terletak Jl.
1) Tujuan pembelajaran sosiologi: Nangsri, Kebakkramat, Karanganyar.
a. Memahami konsep-konsep Waktu penelitian dilaksanakan pada
sosiologi seperti sosialisasi, semester genap kelas XI IPS 3 SMA
kelompok sosial, struktur sosial, Negeri Kebakkramat tahun pelajaran
lembaga sosial, peruabahan 2016/2017 mulai dari bulan Januari
sosial, dan konflik sampai dengan sampai bulan Juli yang dilakukan secara
terciptanya integrasi sosial. bertahap. Jenis peneliti ini adalah
b. Memahami berbagai peran sosial Penelitian Tindakan Kelas atau
dalam kehidupan bermasyarakat. Classroom Reseach. Penelitian ini
c. Menumbuhkan sikap, kesadaran menggunakan pendekatan penelitian
dan kepedulian sosial dalam kualitatif dan pendekatan penelitian
kehidupan bermasyarakat. kuantitatif. Subjek penelitian tindakan
2) Ruang Lingkup mata pelajaran kelas difokuskan pada kelas XI IPS 3
sosiologi: SMA Negeri Kebakkramat dengan
a. Struktur social tujuan untuk mengatasi permasalahan-
b. Proses sosial permasalahan yang ada didalam kelas.
c. Perubahan sosial Pada kelas tersebut terdiri dari 38 siswa,
d. Tipe-tipe lembaga sosial. terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 26
Dalam Penelitian ini, penelitian siswa perempuan.
dilakukan di kelas XI IPS 3 SMA N Adapun data dan sumber data
KEBAKKRAMAT yang masih dalam penelitian ini terdiri dari peserta
menggunakan Kurikulum Tingkat didik sebagai subyek penelitian, Guru
sebagai kolaborator, peneliti sebagai peningkatan keaktifan belajar dan hasil
pelaku penelitian. Teknik pengumpulan belajar dari pra tindakan, siklus I dan
data yang digunakan adalah yang siklus II.
didapatkan melalui tes, observasi, Indikator penelitian aspek
wawancara, dokumentasi dan arsip. keaktifan belajar siswa yaitu 70% siswa
Dalam penelitian ini menggunakan kelas XI IPS 3 memperoleh kategori
teknik trianggulasi data. Trianggulasi keaktifan belajar tinggi sedangkan hasil
data adalah dengan membandingkan belajar siswa difokuskan pada aspek
dan mengecek kredibilitas suatu kognitif yaitu 75% siswa kelas XI IPS 3
informasi yang telah diperoleh melalui memperoleh ketuntasan atau berhasil
sumber yang sama dan dengan cara mencapai kriteria ketuntasan minimum
yang berbeda. (KKM) yaitu 75. Prosedur pelaksanaan
Instrumen penelitian berupa lembar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
observasi keaktifan siswa. Lembar akan dilaksanakan dalam dua siklus,
observasi keaktifan siswa digunakan dimana setiap siklus terdiri dari empat
pada pra tindakan, siklus 1 hingga tahapan, yaitu; (i) Perencanaan, (ii)
siklus 2 selama pembelajaran dikelas Pelaksanaan Tindakan, (iii)
berlangsung. Selain lembar observasi, pengamatan, (iv) refleksi. Sehingga satu
Peneliti merupakan instrumen siklus dalam kegiatan Penelitian
penelitian yang paling utama. Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari
Keberadaan peneliti menentukan perencanaan kegiatan penelitian,
keberhasilan penelitian, karena pelaksanaan kegiatan penelitian,
penelitian ini dilaksanakan dengan pengamatan, dan yang terkahir adalah
kolaborasi antara guru dengan peneliti. refleksi. Desain Penelitian Tindakan
Teknik analisi data dalam penelitian ini Kelas (PTK) mengikuti desain Kurt
menggunakan teknik kualitatif dan Lewin dalam Paizaludin & Ermalinda.
kuantitatif . Pada teknik kualitatif
analisis data yang dilakukan dengan SIKLUS I
cara mengamati dan membandingkan Perencanaan
proses pembelajaran yang digunakan Dalam tahap perencanaan peneliti
oleh guru dan siswa dengan dan guru kolabolator merencanakan
menerapkan model tari bambu (bamboo dalam 1 siklus terdiri dari 3 pertemuan.
dancing) pada setiap siklusnya. Pada Dalam tahap perencanaan peneliti dan
teknik kuantitatif berupa perbandingan guru kolabolator mempersiapkan RPP,
silabus, buku pedoman sebagai sumber pelajaran sosiologi dapat dikatakan
materi bahan ajar, serta lembar mengalami peningkatan. Keaktifan
observasi keaktifan belajar peserta didik belajar peserta didik dapat dikatakan
dan mempersiapkan soal yang akan meningkat dari perolehan pra tindakan
digunakan untuk evaluasi hasil belajar peserta didik yang memiliki keaktifan
terutama aspek kognitif pada siklus I, belajar tinggi dari jumlah peserta didik
mempersiapkan power point. Hal yang 38 hanya 5 peserta didik (13,15%)
terpenting dalam tahap perencanaan ini meningkat pada siklus I dengan
adalah koordinasi peneliti dengan guru perolehan data sebanyak 14 peserta
kolabolator mengenai tahapan didik (36,84%) memiliki keaktifan
pembelajaran tipe tari bambu dalam belajar tinggi.
penerapan dalam proses pembelajaran Untuk hasil belajar terutama aspek
nanti. kognitif pada peserta didik kelas XI IPS
3 SMA N Kebakkramat pada siklus I
Pelaksanaan belum semua peserta didik dikatakan
Pada pertemuan pertama di siklus I tuntas, tetapi dibanding dengan pra
dilaksanakan pada hari sabtu 2 jam tindakan dalam siklus I sudah banyak
pelajaran (2X45 menit). Pada siswa yang tuntas yaitu dari 38 peserta
pertemuan kedua di siklus I didik pada pra tindakan yang tuntas
dilaksanakan pada hari senin 1 jam hanya 7 peserta didik (18,42%)
pelajaran (1X45 menit) peneliti dan sedangkan dalam siklus I jumlah
guru kolabolator merencanakan untuk peserta didik yang tuntas meningkat
presentasi tiap – tiap kelompok dengan menjadi 20 peserta didik (52,63%) dan
maju ke depan kelas. Pada pertemuan masih ada 18 peserta didik (47,36%)
ke tiga dalam siklus I dilaksanakan yang belum memenuhi KKM atau
pada hari sabtu 2 jam pelajaran (2X45 belum tuntas.
menit) untuk melakukan post tes siklus
I hanya 1 jam pelajaran. Refleksi
Berdasarkan temuan data pada
Observasi dan Interpretasi siklus I, penerapan model pembelajaran
Dari data hasil olahan pada siklus I tipe tari bambu telah meningkatkan
dapat diketahui, bahwa tingkat aspek keaktifan dan hasil belajar
keaktifan belajar peserta didik kelas XI (kognitif) peserta didik dari kegiatan
IPS 3 SMA N Kebakkramat dalam mata pra tindakan, walaupun kedua kedua
aspek tersebut belum dapat dikatakan yang lebih kepada kelompok-kelompok,
berhasil mencapai ndikator dengan harapan peserta didik juga dapat
keberhasilan. Oleh sebab itu, perlu lebih terangsang untuk aktif dalam
dilakukan tindakan selanjutnya pada diskusi dan guru akan lebih menguasai
siklus II agar presentase peserta didik kelas sehingga kegaduhan dalam
yang memiliki keaktifan tinggi mampu kelompok dapat dihindari; 4) Untuk
memenuhi indikator keberhasilan yaitu menyikapi peserta didik yang ramai dan
70%, dan presentase peserta didik yang ngobrol sendiri kami merencanakan
mencapai batas tuntas memenuhi perbaikan berupa perubahan pasangan
indikator keberhasilan yaitu 75%. Maka tempat duduk peserta didik, dan
dari itu diperlukan pemberian tindakan perubahan anggota kelompok diskusi
pada siklus II agar dapat meningkatkan yaitu berbeda dari anggota kelompok
keaktifan dan hasil belajar peserta pada siklus I. Dengan dilakukannya itu
didik. diharapkan peserta didik yang ramai
Berdasarkan hasil refleksi antara dapat tenang memperhatikan dan
guru dengan peneliti, guru bersama diskusi kelompok dapat berjalan dengan
peneliti melakukan perencanaan baik.
perbaikan sebagai tindakan yang akan
dilakukan pada siklus II, yaitu: 1) Guru Siklus II
dan peneliti harus lebih mematangkan Perencanaan
konsep penerapan diskusi tipe tari Setelah selesai siklus I, peneliti dan
bambu, agar siswa dalam siklus 2 sudah guru merencanakan tindakan yang akan
tidak ada lagi yang bingung dengan dilakukan pada siklus II. Pelaksanaan
konsep model pembelajaran ini. tindakan pada siklus II meliputi 2 kali
Sehingga guru dan peneliti harus benar- pertemuan dengan rincian 1 kali
benar menguasai praktis dari penerapan pertemuan (2x45 menit) untuk
model ini; 2) Guru lebih aktif untuk penjelasan materi sekaligus menerapkan
membimbing siswa dalam diskusi model diskusi tari bambu dan dilanjut
kelompok. Agar peserta didik tidak presentasi kelompok dan 1 kali
kebingungan dalam menerapkan diskusi pertemuan (1x45 menit) untuk
tipe tari bambu sehingga diskusi melakukan evaluasi pada siklus.
kelompok dapat berjala lancar dan tidak
terjadi kegaduhan dalam kelompok; 3) Pelaksanaan
Guru melakukan pendekatan personal
Pelaksanaan tindakan pada siklus II, yang belum memenuhi KKM atau
Pertemuan pertama pada siklus II belum tuntas.
dilaksanakan 2 jam pelajaran (2X45
menit) peneliti dan guru kolabolator Refleksi
merencanakan melanjutkan materi Dalam siklus II terjadi peningkatan
hubungan antar kelompok sosial. jumlah peserta didik yang memiliki
Pertemuan kedua pada siklus II tingkat keaktifan tinggi sebesar 42,10%
dilaksanakan 1 jam pelajaran (1X45 dari 36,84% menjadi 78,94%, dengan
menit) dimana peneliti dan guru adanya peningkatan tersebut maka
kolabolator melakukan post tes siklus dalam siklus II ini sudah bisa dikatakan
II. mencapai indikator keberhasilan
penelitian yang telah ditetapkan yaitu
Observasi dan Interpretasi
70% peserta didik memiliki keaktifan
Dari data hasil perolehan siklus II
belajar tinggi sedangkan presentase
dapat diketahui bahwa tingkat keaktifan
jumlah keaktifan belajar siswa tinggi
belajar peserta didik kelas XI IPS 3
yaitu mencapai 78,94%. Maka dari itu
SMA N Kebakkramat dalam mata
dalam siklus II tingkat keaktifan belajar
pelajaran sosiologi dapat dikatakan
tinggi peserta didik berhasil. Sedangkan
mengalami peningkatan. Dari jumlah
untuk hasil belajar (kogntif) seperti
keseluruhan 38 peserta didik, sudah
yang sudah peneliti paparkan
terdapat 30 peserta didik (78,94%) yang
sebelumnya bahwa terjadi peningkatan
memiliki keaktifan belajar tinggi.
jumlah siswa tuntas pada siklus II, yaitu
Sedangkan 8 peserta didik (21,05%)
pada siklus I peserta didik yang tuntas
memiliki tingkat keaktifan belajar yang
20 peserta didik (52,63%) sedangkan
rendah. Untuk hasil belajar terutama
dalam siklus II jumlah peserta didik
aspek kognitif pada peserta didik kelas
yang tuntas meningkat menjadi 31
XI IPS 3 SMA N Kebakkramat, dalam
peserta didik (81,57%). Hal ini berarti
siklus II ini sudah banyak siswa yang
terjadi peningkatan sebesar 28,94% dari
tuntas yaitu pada siklus I peserta didik
52,63% menjadi 81,57%, dengan
yang tuntas 20 peserta didik (52,63%)
peningkatan tersebut maka dapat
sedangkan dalam siklus II jumlah
dikatakan sudah mencapai indikator
peserta didik yang tuntas meningkat
keberhasilan penelitian yang telah
menjadi 31 peserta didik (81,57%) dan
ditetapkan sebelumnya yaitu 75%
masih ada 7 peserta didik (18,42%)
peserta didik berhasil mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimun (KKM) yaitu 75, HASIL PENELITIAN DAN
sedangkan presentase jumlah peserta PEMBAHASAN
didik yang sudah mencapai batas tuntas Berikut adalah tabel persentase
yaitu 81,57%. hasil penelitian mengenai tingkat
Berdasarkan hasil analisis diatas, keaktifan belajar peserta didik tiap
peneliti dan guru kolabolator siklus:
melakukan refleksi tindakan, sebagai Presentase
berikut ; 1) Guru lebih kreatif dalam Kategori Pra Siklus I Siklus
menyiapkan metode dan media Tindakan II
pembelajaran yang akan diajarkan ke Rendah 86,84% 63,15% 21,05%
peserta didik. Penerapan metode dan Tinggi 13,15% 36,84% 78,94%
media pembelajaran sangatlah penting Jumlah 100% 100% 100%
bagi keberhasilan keaktifan dan hasil
belajar peserta didik. Hal ini mampu
Berikut adalah tabel hasil
mengatasi kebosanan peserta didik
penelitian mengenai prestasi belajar
terhadap metode pembelajaran yang
peserta didik tiap siklus:
monoton seperti cermah. Dengan
penerapan metode dan media 1. Nilai Rata-rata Kelas
pembelajaran yang disesuaikan dengan Tahap KKM Nilai Rata-
materi pembelajaran dapat rata
meningkatkan motivasi belajar siswa Pra Tindakan 75 67,69
dan berdampak positif pada Siklus I 75 74,57
peningkatan prestasi belajar siswa; 2) Siklus II 75 77,05
Guru harus selalu berperan aktif
memancing siswa agar turut berperan
aktif dalam pembelajaran. Dengan 2. Ketuntasan

adanya peran aktif guru diharapkan Presentase

peserta didik mampu terangsang Kategori Pra Siklus Siklus II

berkontribusi dalam pembelajaraan Tindakan I

sehingga pembelajaran yang dihasilkan Tidak Tuntas 81,57% 47,36% 18,42%

dapat menarik dan dapat dua arah. Tuntas 18,42% 52,63% 81,57%
Jumlah 100% 100% 100%
Salah satu keunggulan model oleh perubahan perilaku peserta didik
pembelajaran tipe tari bambu menurut dengan kondisi awal kurang aktif
Miftahul Huda (2011:147) yaitu menjadi aktif dan terlibat dalam proses
“adanya struktur yang jelas dan pembelajaran, hal ini juga sesuai
memungkinkan siswa untuk saling dengan implementasi dari penerapan
berbagi informasi dengan singkat dan prinsip teori behaviorisme yang banyak
teratur serta memberi kesempatan pada digunakan di dalam dunia pendidikan
siswa untuk mengolah informasi dan salah satunya yaitu dalam Aunurrahman
meningkatkan keterampilan komunikasi (2014:42) “proses belajar dapat terjadi
siswa”. Kelebihan dari model dengan baik apabila peserta didik ikut
pembelajaran tipe tari bambu tersebut berpartisipasi secara aktif di dalamnya”.
ditemukan ketika penerapan tari bambu Oleh karena itu dengan penerapan
di kelas XI IPS 3 ketika siklus II yaitu model kooperatif tipe tari bambu
siswa dapat saling berbagi informasi (bambu dancing) dalam proses
dengan singkat dan teratur serta siswa pembelajaran di kelas mata pelajaran
memperoleh kesempatan untuk sosiologi dapat memperbaiki proses
mengolah informasi dan meningkatkan pembelajaran mata pelajaran sosiologi
keterampilan komunikasi melalui di kelas XI IPS 3 SMA N Kebakkramat
presentasi hasil diskusi. tahun pelajaran 2016/2017 dan telah
Teori behaviorisme dalam menjawab rumusan masalah yang sudah
Aunurrahman (2014:39) “bahwa belajar ditetapkan oleh peneliti.
adalah merupakan perubahan perilaku”.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang
KESIMPULAN DAN SARAN
sudah dilakukan oleh peneliti dan guru
Penelitian tindakan kelas yang sudah
kolabolator menunjukan adanya
dilaksanakan di kelas XI IPS 3 SMA N
peningkatan keaktifan belajar dan hasil
Kebakkramat dilakukan dalam 2 siklus.
belajar peserta didik dari pra tindakan
Dari hasil penelitian, dapat di
tingkat keaktifan belajar tinggi. Dengan
simpulkan bahwa terjadi peningkatan
melihat kenaikan keaktifan belajar dan
keaktifan dan hasil belajar (kognitif)
hasil belajar (kognitif) peserta didik
siswa. Keaktifan siswa mengalami
kelas XI IPS 3 SMA N Kebakkramat
peningkatan. Sebelum diterapkannya
Tahun pelajaran 2016/2017 ini
model pembelajaran tipe tari bambu
membuktikan bahwa belajar merupakan
keaktifan belajar siswa kelas XI IPS 3
perubahan perilaku yang didasarkan
SMA N Kebakkramat masih rendah, Dari simpulan di atas Implikasi
karena hanya terdapat 5 siswa (13,15%) teoritis dari penelitian ini bahwasanya
yang memiliki tingkat keaktifan belajar dengan menerapkan model
tinggi. Pada silkus I, setelah dilakukan pembelajaran kooperatif tipe tari bambu
penerapan model pembelajaran tipe tari (bamboo dancing) dapat diterapkan
bambu keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi baik
meningkat menjadi sebanyak 14 siswa berupa materi konsep maupun fakta
(36,84%) yang memiliki tingkat yang tidak berkaitan dengan notasi
keaktifan belajar tinggi. Pada siklus II, maupun rumus, yang memiliki
keaktifan belajar siswa kembali permasalahan rendahnya keaktifan
meningkat sebanyak 30 siswa (78,94%) belajar dan hasil belajar peserta didik
memiliki tingkat keaktifan belajar terutama aspek kognitif. Sedangkan
tinggi. Dan peningkatan presentase implikasi praktis dapat dijadikan
hasil belajar siswa terutama aspek referensi dalam perbaikan pembelajaran
kognitif mengalami peningkatan. sosiologi, meningkatkan proses
Sebelum diterapkannya model interaksi antara guru dengan siswa dan
pembelajaran tipe tari bambu, nilai rata siswa satu dengan siswa lainnya dalam
– rata kelas mencapai 67,69 yang mana kegiatan pembelajaran, karena dalam
hanya terdapat 7 siswa (18,42%) yang penerapan tipe tari bambu terjadi
mencapai batas KKM. Setelah interaksi yang harus dibangun dari
dilakukan penerapan model guru, dan antar siswa sehingga tujuan
pembelajaran tipe tari bambu pada pembelajaran terkait kelompok sosial
siklus I, nilai rata – rata kelas dalam masyarakat multikultural yang
mengalami peningkatan menjadi 74,57 dipelajari pada mata pelajaran sosiologi
dimana siswa yang mencapai batas dapat dibangun dengan baik melalui
KKM meningkat menjadi sebanyak 20 penerapan pembelajaran tipe tari
siswa (52,63%). Pada siklus II, hasil bambu.
belajar siswa (kognitif) kembali Berdasarkan simpulan dan implikasi
mengalami peningkatan nilai rata – rata di atas, maka dapat peneliti sampaikan
meskipun tidak terlalu signifikan yaitu beberapa saran sebagai bahan
menjadi 77,05 dimana siswa yang pertimbangan, antara lain sebagai
mencapai batas KKM meningkat berikut: 1) Bagi Guru, pertama
menjadi sebanyak 31 siswa (81,57%). Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe tari bambu (bamboo
dancing) diharapkan dapat dijadikan ketika melakukan diskusi karena dalam
motivasi guru untuk lebih kreatif dalam penerapan diskusi tipe tari bambu
menerapkan model pembelajaran pada (bamboo dancing) siswa akan berbagi
materi lainnya karena pembelajaran tipe informasi secara bersamaan sehingga
tari bambu selain menyenangkan, tidak disini dibutuhkan kerjasama yang baik
membuat siswa bosan, juga dapat antar anggota kelompok. 3) Bagi
diterapkan untuk semua tingkatan kelas. sekolah, pertama, Sekolah hendaknya
Kedua, Dalam penerapan tipe tari memberikan pelatihan kepada guru –
bambu (bamboo dancing) guru guru mengenai model pembelajaran
diharapkan membimbing siswa dalam yang bervariatif serta inovatif. Kedua,
proses diskusi hal ini dkarenakan dalam Sekolah sebaiknya membuka
penerapan tipe tari bambu siswa saling kesempatan untuk mahasiswa
berbagi informasi pada waktu yang melakukan penelitian tindakan kelas
bersamaan sehingga sangat diperlukan sebagai upaya meningkatkan kualitas
bimbingan serta pengawasan dari guru pembelajaran disekolah.
supaya siswa dapat berbagi informasi
pada waktu bersamaan dalam DAFTAR PUSTAKA
menjalankan diskusi tipe tari bambu. 2) Aqip, Zaenal. 2013. Model – model,
Bagi Siswa, pertama dengan dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual (inovatif). Bandung:
diterapkannya model pembelajaran
Yrama Widya.
kooperatif tipe tari bambu (bamboo Suprijono Agus. 2009. Cooperative
dancing), siswa diharapkan dapat Learning. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
meningkatkan ketrampilan
Sugiyanto. 2009. Model – model
berkomunikasi yang baik serta mampu Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
meningkatkan rasa percaya diri dalam Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
FKIP UNS Surakarta
bertanya dan mengungkapkan
Kunandar. 2013. Langkah Mudah
pendapatnya karena diskusi tipe tari Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
bambu (bamboo dancing) memberi Pengembangan Profesi Guru.
kesempatan pada siswa untuk mengolah Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Paizaluddin & Ermalinda. 2013.
informasi dan meningkatkan Penelitian Tindakan Kelas
keterampilan komunikasi mereka. (Classroom Action Research)
Kedua, Siswa diharapkan turut Panduan Teoritis dan Praktis.
Bandung: Alfabeta.
berpartisipasi aktif dan mau
bekerjasama dengan kelompoknya
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan NEGERI 1 PRAMBANAN
Sekolah dan Penelitian Tindakan KLATEN Tahun Ajaran
Sekolah Beserta Contoh – 2012/2013”. Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
contohnya. Yogyakarta: Gava
Jauhar Muhammad. 2011. Implementasi
Media. PAIKEM dari BEHAVIORISTIK
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil sampai KONSTRUKTIVISTIK.
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Pelajar. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative
Sardiman AM. 2012. Interaksi dan Learning. Yogyakarta: Pustaka
Motivasi Belajar Mengajar. Pelajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Badan Standar Pendidikan Nasional.
Mochamad Hidayat Widodo. (2014). 2006. Standar Kompetensi dan
“Implementasi Teknik Kompetensi Dasar SMA/MA.
Pembelajaran Tari Bambu Untuk Jakarta. (buku-standar-isi-sma.pdf)
Meningkatkan Prestasi Belajar
Sejarah Siswa Kelas XI IPS 1 SMA

Anda mungkin juga menyukai