2, 2017
Lamro Purba 1* Erni Suminar 2* Denny Sobardini 2*Wieny Rizky 2*, Syariful Mubarok2*
1
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unpad
Jl. Raya Bandung – Sumedang KM. 21 Jatinangor
2
Staf Pengajar Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Unpad
Jl. Raya Bandung – Sumedang KM. 21 Jatinangor
Korespondensi : erni.suminar@unpad.ac.id
ABSTRAK
ABSTRACT
This study aimed to know and obtain the best concentration of kinetin and NAA
interaction effect in influencing the shoot induction, knew how the plant growth regulators in
induction media affected the increasing of shoot in the MS0 media and knew the largest
number of roots in rooting media for shallot in vitro. The experiment was conducted at
Laboratory of Tissue Culture Seed Technology, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran,
97
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
from January 2011 to May 2011. This experiment divided into 3 stages, i.e. shoot induction
stage, shoot subculture on MS0 media stage and shoot subculture on rooting media stage.
Experimental method used in the shoot induction stage was factorial completely randomized
design with three replications. The first factor was kinetin concentration with four levels, i.e. 0,
1, 2 and 3 mg L-1. The second factor was NAA concentration with three levels, i.e. 0, 0.01 and
0.1 mg L-1. The basic media was MS for each treatment. The result showed there was
interaction between kinetin and NAA in shoot induction stage for the plantlet height, leaf
number and increasing shoot traits. The best result for leaf number was gained from
interaction of 2 mg L-1 kinetin without NAA, while the treatment of 2 mg L-1 kinetin with 0.01
mg L-1 NAA gave better interaction for increasing shoot trait.
98
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
99
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
sterilisasi. Eksplan yang mengandung media induksi tunas juga dipotong. Media
meristem yang sudah disterilisasi yang digunakan adalah media MS tanpa zat
dimasukkan ke dalam laminar air flow pengatur tumbuh pada tahap II dan MS +
cabinet dan tunas yang akan diambil 2,5 mg L-1 pada tahap III serta penambahan
meristemnya disimpan di dalam petridis gula 40 g L-1, selanjutnya dikulturkan pada
sebanyak 4-5 buah. Pemotongan tunas media MS0 tanpa zat pengatur tumbuh
dengan membuang daun satu per satu dengan tujuan untuk memberikan kondisi
sampai diperoleh titik tumbuh (shoot tip) media yang optimal bagi pertumbuhan
kemudian dikulturkan dalam botol kultur tanaman selanjutnya agar siap tanam di
yang berisi media padat. Pada setiap botol lapangan.
kultur berisi 2 buah eksplan. Botol-botol Data kuantitatif pada parameter
tersebut ditutup aluminium foil dan diikat utama percobaan dianalisis menggunakan
karet. analisis ragam berdasarkan uji F taraf 5%.
Apabila terdapat beda nyata dilanjutkan
Tahap Subkultur Tunas ke dalam Media dengan Uji Scott Knott pada taraf 5%.
MS0 (Tahap II) dan Media Pengakaran
(Tahap III)
Tahap subkultur tunas ke dalam media
HASIL DAN PEMBAHASAN
MS0 dan media pengakaran, setelah empat
minggu tunas yang terbentuk dalam media
Tinggi Planlet
induksi tunas dipindahkan ke MS0 selama
Hasil analisis ragam menunjukkan
empat minggu. Kegiatan subkultur yang
bahwa penggunaan kinetin dan NAA
dilakukan meliputi pemotongan akar yang
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
sudah terbentuk dalam media induksi
(Tabel 1).
tunas. Daun yang sudah terbentuk dalam
Tabel 1 Analisis Ragam Pengaruh Kinetin Dengan NAA Terhadap Rata-Rata Tinggi Planlet,
Jumlah Daun dan Jumlah Akar Pada Bawang Merah Pada Tahap Induksi Tunas
Perlakuan
K 3 87,72* 8,93* 1,12ns
N 2 11,78* 4,60* 0,92 ns
nxk 6 7,40* 3,24* 0,52 ns
Keterangan : * berbeda nyata pada taraf 5%, ns : tidak berbeda nyata
1
Berdasarkan hasil uji jarak berganda NAA. Hal ini sesuai dengan hasil
Duncan 5% yang telah dilakukan diketahui penelitian Duhoky dan Rasheed (2010)
bahwa antara kinetin dengan NAA bahwa pemberian kinetin yang
memberikan pengaruh yang berbeda nyata dikombinasikan dengan NAA dapat
terhadap variabel tinggi planlet. Tabel 2 merangsang tinggi planlet untuk masing-
menunjukkan bahwa perlakuan yang paling masing tunas lateral dan terminal.
efisien yaitu 1 mg L-1 kinetin dan 0,01 mg L- Pertumbuhan dan morfogenesis tanaman
100
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
Tabel 2 Pengaruh Interaksi Kinetin dengan NAA terhadap Rata-rata Tinggi Planlet Bawang
Merah pada 4 MST
NAA
-1
Kinetin 0 mg L 0,01 mg L-1 0,1 mg L-1
--cm--
-1
0 mg L 1,194 a 4,056 a 1,578 a
A B A
-1
1 mg L 9,667 c 10,772 d 10,472 c
A A A
-1
2 mg L 5,472 b 8,417 c 2,944 a
B C A
3 mg L-1 9,306 c 6,556 b 6,250 b
B A A
Keterangan : angka yang ditandai oleh huruf besar pada baris yang sama dan huruf kecil pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%.
101
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
pengaruh perlakuan konsentrasi yang lain. asam-asam amino dan protein secara
Ini membuktikan terbentuknya daun dapat optimal yang selanjutnya digunakan untuk
dipacu dengan kinetin tanpa penambahan proses pertumbuhan dan perkembangan
auksin. eksplan dalam hal ini pembentukan daun
Pemberian sitokinin pada taraf kinetin (Gardner et al., 1991). Kinetin termasuk
2 mg L-1 tanpa penambahan auksin golongan sitokinin yang dapat memacu
menunjukkan jumlah daun lebih tinggi pembelahan sel dan meningkatkan
dibandingkan dengan perlakuan lainnya aktivitas auksin endogen (Nisa dan
yang ditambah auksin , hal ini sejalan Rodinah, 2005). Sitokinin mempunyai dua
dengan pernyataan Yunus (2007), peran penting untuk propagasi secara in
penambahan auksin dan sitokinin secara vitro yaitu merangsang pembelahan sel
bersamaan bersifat menghambat jumlah dalam jaringan pada eksplan dan
daun , diduga kandungan nitrogen dalam merangsang pertumbuhan tunas serta
sitokinin berperan untuk proses sintesis daun (Wetherell, 1982).
Tabel 3 Pengaruh Interaksi Kinetin dengan NAA terhadap Rata-rata Jumlah Daun per Eksplan
pada 4 MST
NAA
Kinetin
0 mg L-1 0,01 mg L-1 0,1 mg L-1
--Helai--
0 mg L-1 1,667 a 2,000 a 1,578 a
A A A
-1
1 mg L 2,944 ab 3,444 a 2,833 a
A A A
2 mg L-1 5,472 c 2,500 a 2,944 a
B A A
3 mg L-1 3,389 b 2,444 a 2,444 a
A A A
Keterangan : angka yang ditandai oleh huruf besar pada baris yang sama dan huruf kecil pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%.
Penambahan NAA yang semakin tinggi lebih tebal dan hijau dibandingkan dengan
cenderung menyebabkan rata-rata jumlah perlakuan tanpa kenetin dan NAA.
daun lebih rendah daripada perlakuan
tanpa NAA. Keadaan ini diduga disebabkan Jumlah Akar
peningkatan konsentrasi NAA dapat Hasil analisis ragam menunjukkan
menghambat pertumbuhan daun (Keller et bahwa tidak terdapat interaksi antara
al., 2004), sedangkan penggunaan sitokinin kinetin dan NAA terhadap rata-rata jumlah
dengan konsentrasi tinggi yang akar pada media MS dalam kurun waktu 4
dikombinasikan dengan auksin konsentrasi MST. Penambahan kinetin maupun NAA
rendah sangat penting dalam secara mandiri pada masing-masing
pembentukan daun (Hartmann et al., konsentrasi memberikan pengaruh yang
1997). Daun baru yang terbentuk terlihat sama terhadap jumlah akar (Tabel 1). Pada
Tabel 4 menunjukkan bahwa media tanpa
102
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
kinetin dan NAA memberikan pengaruh rata jumlah akar yang lebih sedikit (Yunus,
lebih baik terhadap rata-rata jumlah akar 2007).
dibandingkan perlakuan yang lain. Kemampuan eksplan pada percobaan
ini menghasilkan rata-rata jumlah akar
Tabel 4 Pengaruh Konsentrasi Kinetin dan yang lebih banyak terjadi pada perlakuan
NAA terhadap Rata-rata Jumlah tanpa penambahan kinetin dan NAA, hal ini
Akar per Eksplan pada 4 MST
diduga karena adanya auksin endogen
Perlakuan Rata-rata Jumlah Akar
pada eksplan. Menurut George et al.
Kinetin (k)
(2007) hormon IAA dapat terbentuk pada
k0 = 0 mg L-1 0,148 a
k1 = 1 mg L-1 0,037 a tunas muda yang terbentuk. Level zat
k2 = 2 mg L -1
0,037 a pengatur tumbuh endogen merupakan
k3 = 3 mg L-1 0,000 a salah satu faktor yang mendorong proses
NAA (n) pertumbuhan dan morfogenesis
n0 = 0 mg L-1 0,000 a (Gunawan, 1992) dan Perlakuan lain yang
-1
n1 = 0,01 mg L 0,083 a menghasilkan jumlah akar lebih sedikit
n2 = 0,1 mg L-1 0,083 a diduga inisiasi akar dihambat oleh
Keterangan: Angka yang ditandai oleh huruf
yang sama pada kolom yang konsentrasi sitokinin yang tinggi.
sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Uji Pertambahan Tunas
Jarak Berganda Duncan pada Pada prinsipnya teknik kultur jaringan
taraf 5%.
didasarkan pada induksi dan penggandaan
Inisiasi akar sering terjadi setelah tunas. Keberhasilan pertumbuhan tunas
kultur jaringan memproduksi pucuk dan terutama bergantung pada sumber
perkembangan tunas yang mengubah jaringan, kadar medium hara, dan jenis
hormon endogen dalam kultur sehingga serta hormon yang dipergunakan
merangsang terbentuknya akar (Dodds dan (Pramanik dan Rachmawati, 2010). Laju
Roberts, 1985). Perlakuan pemberian penggandaan tunas melalui percabangan
kinetin dan NAA pada percobaan ini aksilar, dapat ditingkatkan dengan
memberikan pengaruh nyata terhadap memacu pertumbuhan tunas pada medium
variabel jumlah akar. Diduga dengan yang mengandung sitokinin dari jenis yang
peningkatan sitokinin (kinetin) sampai taraf sesuai, pada konsentrasi yang tepat, baik
tertentu akan menurunkan jumlah akar, dengan, ataupun tanpa auksin (Zulkarnain,
karena sitokinin lebih cenderung memacu 2009).
pembentukan tunas dan pemberian NAA Berdasarkan analisis statistik, interaksi
sebagai auksin eksogen membuat aktivitas antara kinetin dan NAA memberikan
auksin endogen tidak optimal sehingga pengaruh nyata terhadap pertambahan
pembentukan akar jadi terhambat. variabel jumlah tunas (Tabel 1). Perlakuan
Peningkatan pemberian sitokinin baik kinetin 2 mg L-1 dengan NAA 0.01 mg L-1
tunggal maupun berinteraksi dengan memberikan hasil yang relatif baik
auksin cenderung bersifat menghambat terhadap variabel pertambahan tunas
dalam mempengaruhi pembentukan akar (Tabel 5). Pertambahan tunas pada
pada eksplan karena menghasilkan rata- perlakuan tanpa kinetin (0 mg L-1) pada
berbagai konsentrasi NAA relatif tidak
103
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
memberikan hasil sebaik pada konsentrasi pembelahan sel, pembesaran sel, dan
dengan penambahan kinetin. Pemberian pembentukan tunas. Pemberian
-1
auksin tanpa sitokinin dapat menyebabkan konsentrasi kinetin 2 mg L dan NAA 0.01
pertambahan jumlah tunas rendah. Dalam mg L-1 berpengaruh dalam memacu
percobaan ini sitokinin mempunyai pembentukan tunas baru.
pengaruh yang penting dalam merangsang
Tabel 5 Pengaruh Interaksi Kinetin dengan NAA terhadap Rata-rata PertambahanTunas pada 4
Minggu Setelah Subkultur
NAA
Kinetin
0 mg L-1 0,01 mg L-1 0,1 mg L-1
--cm--
0 mg L-1 0,000 a 0,000 a 0,000 a
A A A
-1
1 mg L 0,444 a 0,333 ab 0,222 a
A A A
2 mg L-1 0,000 a 0,778 b 0,000 a
A B A
3 mg L-1 0,111 a 0,556 b 0,444 a
A A A
Keterangan : angka yang ditandai oleh huruf besar pada baris yang sama dan huruf kecil pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%.
104
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
tunas selama 4 MST memiliki ukuran eksplan yang ditanam terlihat bertambah
yangsangat kecil sehingga perlu dilakukan tinggi dan terjadi adanya pembentukan
subkultur ke dalam media MS tanpa akar. Tunas yang disubkultur kedalam MS0
pemberian zat pengatur tumbuh untuk menunjukkan adanya pertumbuhan yang
pembesaran dan pemanjangan tunas ditandai dengan terjadinya pemanjangan
selama 4 minggu. Pada tahap percobaan sel. Eksplan tunas samping yang ditanam
ini, tunas yang ditanam akan menghasilkan pada media kultur menghasilkan auksin
tunas berdaun normal. Media dasar MS endogen dengan konsentrasi yang cukup
memiliki konsentrasi garam-garam mineral tinggi sehingga pertumbuhan eksplan lebih
dan senyawa N (nitrogen) dalam bentuk diarahkan pada pemanjangan sel dan
NO3- dan NH4+ yang tinggi (Lakitan, 1996). pembentukan akar (Pratiwi et al., 2009).
Data analisis ragam menunjukkan Rata-rata pertambahan tunas paling
bahwa rata-rata pertambahan tunas pada banyak adalah 0,889 tunas pada media
sumber media perlakuan yang disubkultur awal 1 mg L-1 kinetin dengan 0.01 mg L-1
pada media MS0 dalam kurun waktu 4 NAA yang disubkultur pada media MS0. Hal
minggu setelah subkultur memberikan ini diduga karena pengaruh media pada
pengaruh signifikan. Pada tabel 6 tahap induksi tunas dan hormon endogen
menunjukkan bahwa kombinasi media yang dihasilkan oleh sumber eksplan saling
awal 1 mg L-1 kinetin dengan 0,01 mg L-1 melengkapi dengan media baru yang
NAA dan kombinasi media 2 mg L-1 kinetin digunakan. Media MS memiliki kandungan
tanpa NAA memberikan pengaruh yang garam-garam yang lebih tinggi daripada
terbaik terhadap rata-rata pertambahan media lain, disamping kandungan nitratnya
tunas. yang tinggi (Zulkarnain, 2009) dan
keberhasilan pertumbuhan tunas baru
Tabel 6 Pengaruh Media Tahap I (Induksi terutama bergantung pada sumber
Tunas) terhadap Pertambahan jaringan, kadar medium hara, dan jenis
Tunas dalam Media MS0 pada 4
serta kadar hormon yang dipergunakan
Minggu Setelah Subkultur
(Pramanik dan Rachmawati, 2010). Sukrosa
Media Media Rata-rata
Tahap Subkultur Pertambahan yang digunakan dalam media MS0 yaitu 40
I I Tunas g L-1, diduga dengan penambahan sukrosa
k0n0 MS0 0,11 dapat menyebabkan pembesaran tunas.
k0n1 MS0 0,11 Sukrosa yang merupakan karbohidrat
k0n2 MS0 0,11 sebagai cadangan makanan ini akan diubah
k1n0 MS0 0,00
menjadi pati yang digunakan sebagai
k1n1 MS0 0,89
energi pada proses morfogenesis eksplan,
k1n2 MS0 0,44
k2n0 MS0 0,78 sehingga dapat membantu sel untuk terus
k2n1 MS0 0,44 membelah eksplan (Robbiani et al., 2010).
k2n2 MS0 0,11
k3n0 MS0 0,33 Subkultur Planlet ke dalam Media
k3n1 MS0 0,22 Pengakaran
k3n2 MS0 0,00
Data analisis ragam menunjukkan
Pada media MS0 terlihat masih terjadi bahwa pengaruh mandiri perlakuan media
awal yang disubkultur pada media
pembentukan tunas baru, selain itu
105
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
MS+NAA 2,5 mg L-1 tidak memberikan maka akan terjadi induksi akar. Auksin yang
pengaruh yang signifikan pada setiap terkandung dalam eksplan berperan dalam
konsentrasi perlakuan (Tabel 7) terhadap sintesis nukleotida DNA dan RNA serta
rata-rata jumlah akar. sintesis protein dan enzim yang
Pengakaran umumnya dilakukan pada selanjutnya digunakan dalam proses
tahap akhir dalam suatu periode pertumbuhan dan perkembangan pada
perbanyakan kultur jaringan, yaitu apabila eksplan (George dan Sherrington, 1984).
jumlah tunas in vitro sudah tersedia sesuai Pada media perlakuan, umumnya
dengan jumlah bibit yang akan diproduksi. pembentukan akar terjadi setelah tunas
Apabila perbandingan auksin lebih tinggi terbentuk.
Tabel 7 Pengaruh Media Tahap I (Induksi Tunas) terhadap Rata-rata Jumlah Akar dalam Media
Pengakaran (MS + 2.5 mg L-1 NAA) pada 4 Minggu Setelah Subkultur
Media
Media Tahap Media Subkultur Rata-rata
Subkultur
I I Jumlah Akar
II
k0n0 MS0 MS+ 2,5 mg L-1NAA 3,000
Pada percobaan ini, penambahan NAA (Karjadi dan Buchory 2007; Kurnianingsih
pada konsentrasi yang sama yaitu sebesar et al., 2009).
2,5 mg L-1 mampu menghasilkan rata-rata
jumlah akar yang lebih banyak. SIMPULAN
Pertumbuhan planlet bawang putih yang 1. Hasil percobaan menunjukkan
baik terdapat pada konsentrasi NAA 0-0,25 terjadinya interaksi antara kinetin dan
mg L-1 dan NAA menginduksi akar lebih NAA pada tahap induksi tunas terhadap
baik dibandingkan dengan auksin lainnya
106
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
107
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
Karjadi, A.K dan A. Buchory. 2007. Permadi, A.H. 1995. Pemuliaan Bawang
Pengaruh NAA dan BAP terhadap Merah. Pusat Penelitian dan
pertumbuhan jaringan meristem Pengembangan Hortikultura.
bawang putih pada media B5. Jurnal Badan Penelitian dan
Hortikultura. 17(3):217-223 Pengembangan Pertanian, Bogor.
108
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017
109