Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Agro Vol. IV, No.

2, 2017

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JARINGAN MERSITEM BAWANG MERAH


(Allium ascalonicum L.) KULTIVAR KATUMI SECARA IN VITRO

THE GROWTH AND DEVELOPMENT OF MERISTEM TISSUES OF SHALLOT (Allium


ascalonicum L.) cv. KATUMI IN VITRO

Lamro Purba 1* Erni Suminar 2* Denny Sobardini 2*Wieny Rizky 2*, Syariful Mubarok2*
1
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unpad
Jl. Raya Bandung – Sumedang KM. 21 Jatinangor
2
Staf Pengajar Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Unpad
Jl. Raya Bandung – Sumedang KM. 21 Jatinangor

Korespondensi : erni.suminar@unpad.ac.id

Diterima 25 Mei 2017 / Disetujui 26 Desember 2017

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan konsentrasi terbaik


pengaruh interaksi kinetin dan NAA dalam menginduksi tunas, mengetahui pengaruh zat
pengatur tumbuh dalam media induksi terhadap pertambahan tunas dalam media MS0 dan
jumlah akar terbanyak dalam media pengakaran pada bawang merah secara in vitro.
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran, pada bulan Januari 2011 sampai Mei 2011. Percobaan ini terdiri dari 3
tahap, yaitu tahap induksi tunas, tahap subkultur tunas ke dalam media MS0 dan subkultur
tunas ke dalam media pengakaran. Metode percobaan yang digunakan pada tahap induksi
tunas adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama
adalah konsentrasi kinetin yang terdiri dari empat taraf, ;yaitu: 0; 1; 2; dan 3 mg L-1. Faktor
kedua adalah konsentrasi NAA yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: 0; 0,01 dan 0,1 mg L-1. Media
dasar yang digunakan untuk setiap perlakuan adalah MS. Hasil percobaan menunjukkan
terjadinya interaksi antara kinetin dan NAA pada tahap induksi tunas terhadap tinggi planlet,
jumlah daun, dan pertambahan tunas. Perlakuan terbaik diperoleh pada interaksi konsentrasi
kinetin 2 mg L-1 tanpa NAA untuk variabel jumlah daun dan perlakuan kinetin 2 mg L-1 dengan
0,01 mg L-1 NAA memberikan pengaruh interaksi lebih baik pada variabel pertambahan tunas.
Pada variabel tinggi planlet, pengaruh 1 mg L-1 kinetin terhadap NAA 0,01 mg L-1 memberikan
respon yang terbaik.

Kata kunci : Allium ascalonicum L, In Vitro, Kinetin, NAA.

ABSTRACT

This study aimed to know and obtain the best concentration of kinetin and NAA
interaction effect in influencing the shoot induction, knew how the plant growth regulators in
induction media affected the increasing of shoot in the MS0 media and knew the largest
number of roots in rooting media for shallot in vitro. The experiment was conducted at
Laboratory of Tissue Culture Seed Technology, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran,

97
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

from January 2011 to May 2011. This experiment divided into 3 stages, i.e. shoot induction
stage, shoot subculture on MS0 media stage and shoot subculture on rooting media stage.
Experimental method used in the shoot induction stage was factorial completely randomized
design with three replications. The first factor was kinetin concentration with four levels, i.e. 0,
1, 2 and 3 mg L-1. The second factor was NAA concentration with three levels, i.e. 0, 0.01 and
0.1 mg L-1. The basic media was MS for each treatment. The result showed there was
interaction between kinetin and NAA in shoot induction stage for the plantlet height, leaf
number and increasing shoot traits. The best result for leaf number was gained from
interaction of 2 mg L-1 kinetin without NAA, while the treatment of 2 mg L-1 kinetin with 0.01
mg L-1 NAA gave better interaction for increasing shoot trait.

Key words: Allium ascalonicum L; In Vitro; Plant Growth Regulators.

PENDAHULUAN meristem merupakan salah satu teknik


kultur jaringan yang menggunakan jaringan
Tanaman bawang merah (Allium meristematik sebagai eksplannya (Karjadi
ascalonicum L.) termasuk ke dalam dan Buchori, 2007), banyak digunakan
kelompok rempah dan memiliki nilai untuk mengeliminasi virus dari suatu
ekonomi tinggi. Bawang merah umumnya tanaman. Ujung meristem digunakan
diperbanyak secara vegetatif sebagai sumber eksplan yang sangat baik
menggunakan umbi. Perbanyakan secara untuk menghasilkan tanaman yang
vegetatif memiliki kelemahan yaitu terbebas dari virus karena beberapa alasan
membutuhkan bahan tanam yang banyak. diantaranya tidak adanya plasmodesmata
Kebutuhan benih bawang merah sebagai dalam meristem dome, pembelahan sel
bahan tanam di lapangan pun cukup tinggi yang cepat, adanya zat inhibitor, serta
hingga satu t ha-1 (Budiono, 2003), selain stabilitas genetik yang konsisten (Alam et
itu tanaman hasil pembiakan vegetatif al., 2010).
cenderung rentan terhadap virus yang Pemilihan media dengan komposisi
berasal dari induknya sehingga dapat ZPT yang tepat akan menghasilkan plantlet
menurunkan pertumbuhan dan yang tumbuh sempurna dan lengkap
produktivitas tanaman (Permadi, 1995). karena ZPT mempengaruhi proses
Infeksi virus yang menyerang bawang organogenesis pada eksplan (Ayabe dan
merah dapat mengurangi produksi siung Sumi, 1998). Penambahan sitokinin dan
antara 25-50% (Walkey et al., 1987). auksin eksogen pada eksplan dapat
Penanaman bawang merah di merangsang sitokinin dan auksin endogen
Indonesia menggunakan umbi bibit. serta mempengaruhi perkembangan
Kelemahan bibit asal umbi adalah sering eksplan menjadi planlet (Pernisova et al.,
kali membawa penyakit virus yang 2009). Sitokinin dapat membantu
ditularkan dari tanaman asal yang perkembangan tunas yang berasal dari
terserang sehingga produktivitasnya eksplan meristem dengan baik (Werner
menurun (Sumarni et al., 2005). Biji dan Schmulling, 2009). Auksin dapat
bawang merah cepat kehilangan menginduksi inisiasi organ pada meristem
vigoritasnya karena endosperm sangat apikal (Benkova et al., 2003).
kecil (Putrasamedja, 1995). Kultur

98
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

Kinetin mempunyai fungsi antara lain Benih Fakultas Pertanian Universitas


mendorong pembelahan dan pemanjangan Padjadjaran di Jatinangor, Sumedang, pada
sel (Wattimena, 1988) dan Dunlap et al., bulan Januari sampai Mei 2011.
(1986 diacu Nissen dan Sutter, 1990) Bahan tanam yang digunakan yaitu
menyatakan bahwa 2,4-D dan NAA benih bawang merah varietas Katumi dari
memiliki stabilitas yang lebih tinggi Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang
daripada IAA dalam media MS. Bandung Barat. Media dasar yang
Respon jumlah tunas terbaik digunakan pada percobaan ini adalah
ditunjukkan pada perlakuan dengan media Murashige dan Skoog (MS). Bahan
penambahan 4 mg L-1 kinetin dengan 0 mg kimia yang digunakan diantaranya
L-1 NAA dengan rata-rata sebesar 62,75 komposisi media MS, zat pengatur tumbuh
tunas/eksplan, sedangkan respon jumlah (kinetin dan 1-Naphthaleneacetic Acid
akar terbaik ditunjukkan pada perlakuan (NAA)). Bahan lain yang digunakan yaitu
dengan penambahan 2,5 mg L-1 NAA agar, aquadest, sukrosa, HCl 0,1 N, NaOH
dengan 0 mg L-1 kinetin dengan rata-rata 0,1 N, alkohol 96%, alkohol 70%, clorox,
sebesar 37,75 tunas/eksplan (Robbiani et sabun anti bakteri, plastik, karet gelang,
al., 2010). tissue dan label.
Perbandingan antara auksin dan
sitokinin yang digunakan mempengaruhi Tahap I. Induksi Tunas
pembentukan tunas, akar dalam kultur Rancangan Percobaan pada tahap
jaringan (Armini et al., 1991) dan induksi tunas adalah rancangan acak
kombinasi sitokinin dan auksin dapat lengkap (RAL) pola faktorial dilanjutkan
mempercepat pertunasan karena dengan dengan uji jarak berganda Duncan.
pengaruh sinergi antar ZPT tersebut (Gati, Perlakuan terdiri dari dua faktor. Faktor
2007). Penggunaan sitokinin konsentrasi pertama yaitu : Kinetin (0, 1, 2, 3 mg L-1)
tinggi yang dikombinasikan dengan auksin dan faktor kedua yaitu NAA (0, 0,01, 0,1
konsentrasi rendah sangat penting dalam mg L-1). Setiap perlakuan terdiri dari 6
pembentukan tunas (Hartmann et al., sampel, dimana masing-masing sampel
1997). Penelitian ini bertujuan untuk terdiri atas 2 eksplan jaringan meristem
mengetahui dan mendapatkan konsentrasi dalam media perlakuan sebanyak 10 ml.
terbaik pengaruh interaksi kinetin dan NAA Bahan eksplan yang digunakan untuk
dalam mempengaruhi induksi tunas, perbanyakan adalah berupa titik tumbuh
mengetahui kemungkinan zat pengatur (shoot tip). Bahan eksplan tersebut berasal
tumbuh dalam media induksi masih dapat dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
mempengaruhi pertambahan tunas dalam Lembang. Sebelum melakukan percobaan
media MS0 dan jumlah akar terbanyak bahan eksplan harus disterilisasi terlebih
dalam media pengakaran pada bawang dahulu. Langkah pertama yang harus
merah secara in vitro. dilakukan adalah mengupas bawang merah
dengan membuang kulitnya dan
BAHAN DAN METODE didapatkan siung bawang merah kemudian
siung bawang merah diambil tunas yang
Percobaan dilaksanakan di mengandung meristem dengan beberapa
Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi primordia daun dan tahap selanjutnya

99
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

sterilisasi. Eksplan yang mengandung media induksi tunas juga dipotong. Media
meristem yang sudah disterilisasi yang digunakan adalah media MS tanpa zat
dimasukkan ke dalam laminar air flow pengatur tumbuh pada tahap II dan MS +
cabinet dan tunas yang akan diambil 2,5 mg L-1 pada tahap III serta penambahan
meristemnya disimpan di dalam petridis gula 40 g L-1, selanjutnya dikulturkan pada
sebanyak 4-5 buah. Pemotongan tunas media MS0 tanpa zat pengatur tumbuh
dengan membuang daun satu per satu dengan tujuan untuk memberikan kondisi
sampai diperoleh titik tumbuh (shoot tip) media yang optimal bagi pertumbuhan
kemudian dikulturkan dalam botol kultur tanaman selanjutnya agar siap tanam di
yang berisi media padat. Pada setiap botol lapangan.
kultur berisi 2 buah eksplan. Botol-botol Data kuantitatif pada parameter
tersebut ditutup aluminium foil dan diikat utama percobaan dianalisis menggunakan
karet. analisis ragam berdasarkan uji F taraf 5%.
Apabila terdapat beda nyata dilanjutkan
Tahap Subkultur Tunas ke dalam Media dengan Uji Scott Knott pada taraf 5%.
MS0 (Tahap II) dan Media Pengakaran
(Tahap III)
Tahap subkultur tunas ke dalam media
HASIL DAN PEMBAHASAN
MS0 dan media pengakaran, setelah empat
minggu tunas yang terbentuk dalam media
Tinggi Planlet
induksi tunas dipindahkan ke MS0 selama
Hasil analisis ragam menunjukkan
empat minggu. Kegiatan subkultur yang
bahwa penggunaan kinetin dan NAA
dilakukan meliputi pemotongan akar yang
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
sudah terbentuk dalam media induksi
(Tabel 1).
tunas. Daun yang sudah terbentuk dalam

Tabel 1 Analisis Ragam Pengaruh Kinetin Dengan NAA Terhadap Rata-Rata Tinggi Planlet,
Jumlah Daun dan Jumlah Akar Pada Bawang Merah Pada Tahap Induksi Tunas

Sumber Ragam db Tinggi tunas Jumlah daun Jumlah akar

Perlakuan
K 3 87,72* 8,93* 1,12ns
N 2 11,78* 4,60* 0,92 ns
nxk 6 7,40* 3,24* 0,52 ns
Keterangan : * berbeda nyata pada taraf 5%, ns : tidak berbeda nyata

1
Berdasarkan hasil uji jarak berganda NAA. Hal ini sesuai dengan hasil
Duncan 5% yang telah dilakukan diketahui penelitian Duhoky dan Rasheed (2010)
bahwa antara kinetin dengan NAA bahwa pemberian kinetin yang
memberikan pengaruh yang berbeda nyata dikombinasikan dengan NAA dapat
terhadap variabel tinggi planlet. Tabel 2 merangsang tinggi planlet untuk masing-
menunjukkan bahwa perlakuan yang paling masing tunas lateral dan terminal.
efisien yaitu 1 mg L-1 kinetin dan 0,01 mg L- Pertumbuhan dan morfogenesis tanaman

100
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

secara in vitro dikendalikan oleh proses pembelahan, pemanjangan dan


keseimbangan dan interaksi dari zat pembesaran sel-sel baru yang terjadi pada
pengatur tumbuh yang ada dalam eksplan meristem ujung sehingga eksplan yang
baik endogen maupun eksogen yang ditanam bertambah tinggi (Gardner et al.,
diserap dari media (Zulfiqar et al., 2009). 1991).
Pemanjangan sel terjadi karena adanya

Tabel 2 Pengaruh Interaksi Kinetin dengan NAA terhadap Rata-rata Tinggi Planlet Bawang
Merah pada 4 MST
NAA
-1
Kinetin 0 mg L 0,01 mg L-1 0,1 mg L-1
--cm--
-1
0 mg L 1,194 a 4,056 a 1,578 a
A B A
-1
1 mg L 9,667 c 10,772 d 10,472 c
A A A
-1
2 mg L 5,472 b 8,417 c 2,944 a
B C A
3 mg L-1 9,306 c 6,556 b 6,250 b
B A A
Keterangan : angka yang ditandai oleh huruf besar pada baris yang sama dan huruf kecil pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%.

Penambahan NAA 0,01 mg L-1 sehingga menyebabkan terhambatnya


mampu meningkatkan tinggi planlet , hal aktivitas auksin dalam perpanjangan sel,
ini diduga auksin mampu berperan dalam tetapi akan meningkatkan pelebaran sel
proses pemanjangan sel. Prahardini et (Ayabe dan Sumi, 1998) dan kultur
al.(1994) menyatakan bahwa pemanjangan tanaman di dalam wadah dapat
tunas merupakan proses yang disebabkan meningkatkan akumulasi produksi etilen
oleh aktivitas auksin karena salah satu yang menghambat pertumbuhan akibat
peran auksin adalah mendukung terjadinya terjadinya vitrifikasi dan penuaan pada
pemanjangan sel. Peningkatan konsentrasi pucuk-pucuk muda (George dan
NAA yang digunakan diduga menjadi Sherrington, 1984).
penghambat tinggi planlet. Auksin dalam
konsentrasi rendah dapat menstimulasi Jumlah Daun
pembesaran dan perpanjangan sel setelah Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
terjadinya pembelahan sel yang distimulir menunjukkan adanya interaksi antara
oleh sitokinin, tetapi apabila konsentrasi kinetin dan NAA terhadap peubah jumlah
auksin yang digunakan terlalu tinggi, akan daun (Tabel 1). Perlakuan konsentrasi
menyebabkan terhambatnya pemanjangan kinetin sebesar 2 mg L-1 tanpa
sel (Karjadi dan Buchory, 2007). Semakin penambahan NAA (Tabel 3) memberikan
tinggi konsentrasi auksin maka konsentrasi hasil terbaik pada jumlah daun per eksplan
etilen yang dihasilkan akan semakin tinggi dan perlakuan ini berbeda nyata dengan

101
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

pengaruh perlakuan konsentrasi yang lain. asam-asam amino dan protein secara
Ini membuktikan terbentuknya daun dapat optimal yang selanjutnya digunakan untuk
dipacu dengan kinetin tanpa penambahan proses pertumbuhan dan perkembangan
auksin. eksplan dalam hal ini pembentukan daun
Pemberian sitokinin pada taraf kinetin (Gardner et al., 1991). Kinetin termasuk
2 mg L-1 tanpa penambahan auksin golongan sitokinin yang dapat memacu
menunjukkan jumlah daun lebih tinggi pembelahan sel dan meningkatkan
dibandingkan dengan perlakuan lainnya aktivitas auksin endogen (Nisa dan
yang ditambah auksin , hal ini sejalan Rodinah, 2005). Sitokinin mempunyai dua
dengan pernyataan Yunus (2007), peran penting untuk propagasi secara in
penambahan auksin dan sitokinin secara vitro yaitu merangsang pembelahan sel
bersamaan bersifat menghambat jumlah dalam jaringan pada eksplan dan
daun , diduga kandungan nitrogen dalam merangsang pertumbuhan tunas serta
sitokinin berperan untuk proses sintesis daun (Wetherell, 1982).

Tabel 3 Pengaruh Interaksi Kinetin dengan NAA terhadap Rata-rata Jumlah Daun per Eksplan
pada 4 MST
NAA
Kinetin
0 mg L-1 0,01 mg L-1 0,1 mg L-1
--Helai--
0 mg L-1 1,667 a 2,000 a 1,578 a
A A A
-1
1 mg L 2,944 ab 3,444 a 2,833 a
A A A
2 mg L-1 5,472 c 2,500 a 2,944 a
B A A
3 mg L-1 3,389 b 2,444 a 2,444 a
A A A
Keterangan : angka yang ditandai oleh huruf besar pada baris yang sama dan huruf kecil pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%.

Penambahan NAA yang semakin tinggi lebih tebal dan hijau dibandingkan dengan
cenderung menyebabkan rata-rata jumlah perlakuan tanpa kenetin dan NAA.
daun lebih rendah daripada perlakuan
tanpa NAA. Keadaan ini diduga disebabkan Jumlah Akar
peningkatan konsentrasi NAA dapat Hasil analisis ragam menunjukkan
menghambat pertumbuhan daun (Keller et bahwa tidak terdapat interaksi antara
al., 2004), sedangkan penggunaan sitokinin kinetin dan NAA terhadap rata-rata jumlah
dengan konsentrasi tinggi yang akar pada media MS dalam kurun waktu 4
dikombinasikan dengan auksin konsentrasi MST. Penambahan kinetin maupun NAA
rendah sangat penting dalam secara mandiri pada masing-masing
pembentukan daun (Hartmann et al., konsentrasi memberikan pengaruh yang
1997). Daun baru yang terbentuk terlihat sama terhadap jumlah akar (Tabel 1). Pada
Tabel 4 menunjukkan bahwa media tanpa

102
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

kinetin dan NAA memberikan pengaruh rata jumlah akar yang lebih sedikit (Yunus,
lebih baik terhadap rata-rata jumlah akar 2007).
dibandingkan perlakuan yang lain. Kemampuan eksplan pada percobaan
ini menghasilkan rata-rata jumlah akar
Tabel 4 Pengaruh Konsentrasi Kinetin dan yang lebih banyak terjadi pada perlakuan
NAA terhadap Rata-rata Jumlah tanpa penambahan kinetin dan NAA, hal ini
Akar per Eksplan pada 4 MST
diduga karena adanya auksin endogen
Perlakuan Rata-rata Jumlah Akar
pada eksplan. Menurut George et al.
Kinetin (k)
(2007) hormon IAA dapat terbentuk pada
k0 = 0 mg L-1 0,148 a
k1 = 1 mg L-1 0,037 a tunas muda yang terbentuk. Level zat
k2 = 2 mg L -1
0,037 a pengatur tumbuh endogen merupakan
k3 = 3 mg L-1 0,000 a salah satu faktor yang mendorong proses
NAA (n) pertumbuhan dan morfogenesis
n0 = 0 mg L-1 0,000 a (Gunawan, 1992) dan Perlakuan lain yang
-1
n1 = 0,01 mg L 0,083 a menghasilkan jumlah akar lebih sedikit
n2 = 0,1 mg L-1 0,083 a diduga inisiasi akar dihambat oleh
Keterangan: Angka yang ditandai oleh huruf
yang sama pada kolom yang konsentrasi sitokinin yang tinggi.
sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut Uji Pertambahan Tunas
Jarak Berganda Duncan pada Pada prinsipnya teknik kultur jaringan
taraf 5%.
didasarkan pada induksi dan penggandaan
Inisiasi akar sering terjadi setelah tunas. Keberhasilan pertumbuhan tunas
kultur jaringan memproduksi pucuk dan terutama bergantung pada sumber
perkembangan tunas yang mengubah jaringan, kadar medium hara, dan jenis
hormon endogen dalam kultur sehingga serta hormon yang dipergunakan
merangsang terbentuknya akar (Dodds dan (Pramanik dan Rachmawati, 2010). Laju
Roberts, 1985). Perlakuan pemberian penggandaan tunas melalui percabangan
kinetin dan NAA pada percobaan ini aksilar, dapat ditingkatkan dengan
memberikan pengaruh nyata terhadap memacu pertumbuhan tunas pada medium
variabel jumlah akar. Diduga dengan yang mengandung sitokinin dari jenis yang
peningkatan sitokinin (kinetin) sampai taraf sesuai, pada konsentrasi yang tepat, baik
tertentu akan menurunkan jumlah akar, dengan, ataupun tanpa auksin (Zulkarnain,
karena sitokinin lebih cenderung memacu 2009).
pembentukan tunas dan pemberian NAA Berdasarkan analisis statistik, interaksi
sebagai auksin eksogen membuat aktivitas antara kinetin dan NAA memberikan
auksin endogen tidak optimal sehingga pengaruh nyata terhadap pertambahan
pembentukan akar jadi terhambat. variabel jumlah tunas (Tabel 1). Perlakuan
Peningkatan pemberian sitokinin baik kinetin 2 mg L-1 dengan NAA 0.01 mg L-1
tunggal maupun berinteraksi dengan memberikan hasil yang relatif baik
auksin cenderung bersifat menghambat terhadap variabel pertambahan tunas
dalam mempengaruhi pembentukan akar (Tabel 5). Pertambahan tunas pada
pada eksplan karena menghasilkan rata- perlakuan tanpa kinetin (0 mg L-1) pada
berbagai konsentrasi NAA relatif tidak

103
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

memberikan hasil sebaik pada konsentrasi pembelahan sel, pembesaran sel, dan
dengan penambahan kinetin. Pemberian pembentukan tunas. Pemberian
-1
auksin tanpa sitokinin dapat menyebabkan konsentrasi kinetin 2 mg L dan NAA 0.01
pertambahan jumlah tunas rendah. Dalam mg L-1 berpengaruh dalam memacu
percobaan ini sitokinin mempunyai pembentukan tunas baru.
pengaruh yang penting dalam merangsang

Tabel 5 Pengaruh Interaksi Kinetin dengan NAA terhadap Rata-rata PertambahanTunas pada 4
Minggu Setelah Subkultur
NAA
Kinetin
0 mg L-1 0,01 mg L-1 0,1 mg L-1
--cm--
0 mg L-1 0,000 a 0,000 a 0,000 a
A A A
-1
1 mg L 0,444 a 0,333 ab 0,222 a
A A A
2 mg L-1 0,000 a 0,778 b 0,000 a
A B A
3 mg L-1 0,111 a 0,556 b 0,444 a
A A A
Keterangan : angka yang ditandai oleh huruf besar pada baris yang sama dan huruf kecil pada kolom
yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%.

Umumnya penambahan auksin pada dalam media kultur sangat berpengaruh


media yang mengandung sitokinin dapat terhadap jumlah tunas yang dihasilkan.
meningkatkan aktivitas sitokinin tersebut Pembentukan tunas membutuhkan
dalam merangsang penggandaan tunas sitokinin (Yusnita, 2003) dan penambahan
(George dan Sherrington, 1984). Untuk sitokinin dapat mendorong meningkatnya
merangsang pertumbuhan atau jumlah dan ukuran daun (Yelnitis et al.,
penggandaan tunas diperlukan 1991). Sitokinin mempunyai dua peran
keseimbangan relatif antara sitokinin dan penting untuk propagasi secara in vitro
auksin. Tunas yang dihasilkan dari yaitu merangsang pembelahan sel dalam
perlakuan kinetin dan NAA atau tanpa zat jaringan yang dibuat eksplan dan
pengatur tumbuh hanya menghasilkan satu merangsang pertumbuhan tunas dan daun
hingga dua tunas dari semua perlakuan (Wetherell, 1982).
yang ada. Pemberian zat pengatur tumbuh
dalam konsentrasi yang sesuai dapat Subkultur Tunas ke dalam Media MS0
meningkatkan morfogenesis tanaman, Media ini dimaksudkan untuk
tetapi apabila zat pengatur tumbuh mendorong pertumbuhan tunas-tunas
diberikan dalam konsentrasi yang abnormal agar tumbuh menjadi tunas-
berlebihan maka akan menjadi tunas yang normal. Selain itu diharapkan
penghambat bagi pertumbuhan tunas yang dihasilkan ukurannya
morfogenesis tanaman (Wetter dan bertambah besar sebagai persiapan
Constabel, 1991) dan konsentrasi zat eksplan pada tahap aklimatisasi.Tunas-
pengatur tumbuh yang ditambahkan ke tunas yangterbentuk dalam media induksi

104
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

tunas selama 4 MST memiliki ukuran eksplan yang ditanam terlihat bertambah
yangsangat kecil sehingga perlu dilakukan tinggi dan terjadi adanya pembentukan
subkultur ke dalam media MS tanpa akar. Tunas yang disubkultur kedalam MS0
pemberian zat pengatur tumbuh untuk menunjukkan adanya pertumbuhan yang
pembesaran dan pemanjangan tunas ditandai dengan terjadinya pemanjangan
selama 4 minggu. Pada tahap percobaan sel. Eksplan tunas samping yang ditanam
ini, tunas yang ditanam akan menghasilkan pada media kultur menghasilkan auksin
tunas berdaun normal. Media dasar MS endogen dengan konsentrasi yang cukup
memiliki konsentrasi garam-garam mineral tinggi sehingga pertumbuhan eksplan lebih
dan senyawa N (nitrogen) dalam bentuk diarahkan pada pemanjangan sel dan
NO3- dan NH4+ yang tinggi (Lakitan, 1996). pembentukan akar (Pratiwi et al., 2009).
Data analisis ragam menunjukkan Rata-rata pertambahan tunas paling
bahwa rata-rata pertambahan tunas pada banyak adalah 0,889 tunas pada media
sumber media perlakuan yang disubkultur awal 1 mg L-1 kinetin dengan 0.01 mg L-1
pada media MS0 dalam kurun waktu 4 NAA yang disubkultur pada media MS0. Hal
minggu setelah subkultur memberikan ini diduga karena pengaruh media pada
pengaruh signifikan. Pada tabel 6 tahap induksi tunas dan hormon endogen
menunjukkan bahwa kombinasi media yang dihasilkan oleh sumber eksplan saling
awal 1 mg L-1 kinetin dengan 0,01 mg L-1 melengkapi dengan media baru yang
NAA dan kombinasi media 2 mg L-1 kinetin digunakan. Media MS memiliki kandungan
tanpa NAA memberikan pengaruh yang garam-garam yang lebih tinggi daripada
terbaik terhadap rata-rata pertambahan media lain, disamping kandungan nitratnya
tunas. yang tinggi (Zulkarnain, 2009) dan
keberhasilan pertumbuhan tunas baru
Tabel 6 Pengaruh Media Tahap I (Induksi terutama bergantung pada sumber
Tunas) terhadap Pertambahan jaringan, kadar medium hara, dan jenis
Tunas dalam Media MS0 pada 4
serta kadar hormon yang dipergunakan
Minggu Setelah Subkultur
(Pramanik dan Rachmawati, 2010). Sukrosa
Media Media Rata-rata
Tahap Subkultur Pertambahan yang digunakan dalam media MS0 yaitu 40
I I Tunas g L-1, diduga dengan penambahan sukrosa
k0n0 MS0 0,11 dapat menyebabkan pembesaran tunas.
k0n1 MS0 0,11 Sukrosa yang merupakan karbohidrat
k0n2 MS0 0,11 sebagai cadangan makanan ini akan diubah
k1n0 MS0 0,00
menjadi pati yang digunakan sebagai
k1n1 MS0 0,89
energi pada proses morfogenesis eksplan,
k1n2 MS0 0,44
k2n0 MS0 0,78 sehingga dapat membantu sel untuk terus
k2n1 MS0 0,44 membelah eksplan (Robbiani et al., 2010).
k2n2 MS0 0,11
k3n0 MS0 0,33 Subkultur Planlet ke dalam Media
k3n1 MS0 0,22 Pengakaran
k3n2 MS0 0,00
Data analisis ragam menunjukkan
Pada media MS0 terlihat masih terjadi bahwa pengaruh mandiri perlakuan media
awal yang disubkultur pada media
pembentukan tunas baru, selain itu

105
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

MS+NAA 2,5 mg L-1 tidak memberikan maka akan terjadi induksi akar. Auksin yang
pengaruh yang signifikan pada setiap terkandung dalam eksplan berperan dalam
konsentrasi perlakuan (Tabel 7) terhadap sintesis nukleotida DNA dan RNA serta
rata-rata jumlah akar. sintesis protein dan enzim yang
Pengakaran umumnya dilakukan pada selanjutnya digunakan dalam proses
tahap akhir dalam suatu periode pertumbuhan dan perkembangan pada
perbanyakan kultur jaringan, yaitu apabila eksplan (George dan Sherrington, 1984).
jumlah tunas in vitro sudah tersedia sesuai Pada media perlakuan, umumnya
dengan jumlah bibit yang akan diproduksi. pembentukan akar terjadi setelah tunas
Apabila perbandingan auksin lebih tinggi terbentuk.

Tabel 7 Pengaruh Media Tahap I (Induksi Tunas) terhadap Rata-rata Jumlah Akar dalam Media
Pengakaran (MS + 2.5 mg L-1 NAA) pada 4 Minggu Setelah Subkultur
Media
Media Tahap Media Subkultur Rata-rata
Subkultur
I I Jumlah Akar
II
k0n0 MS0 MS+ 2,5 mg L-1NAA 3,000

k0n1 MS0 MS+2,5 mg L-1NAA 1,667

k0n2 MS0 MS+2,5 mg L-1 NAA 1,667

k1n0 MS0 MS+2,5 mg L-1NAA 4,000

k1n1 MS0 MS+2,5 mg L-1NAA 4,194

k1n2 MS0 MS+2,5 mg L-1NAA 3,667

k2n0 MS0 MS+2,5 mg L-1NAA 3,067

k2n1 MS0 MS+2,5 mg L-1NAA 1,833

k2n2 MS0 MS+2,5 mg L-1NAA 1,333

k3n0 MS0 MS+2,5 mg L-1NAA 3,000

k3n1 MS0 MS+2,5 mg L-1 NAA 2,500

k3n2 MS0 MS+2,5 mg L-1NAA 3,778

Pada percobaan ini, penambahan NAA (Karjadi dan Buchory 2007; Kurnianingsih
pada konsentrasi yang sama yaitu sebesar et al., 2009).
2,5 mg L-1 mampu menghasilkan rata-rata
jumlah akar yang lebih banyak. SIMPULAN
Pertumbuhan planlet bawang putih yang 1. Hasil percobaan menunjukkan
baik terdapat pada konsentrasi NAA 0-0,25 terjadinya interaksi antara kinetin dan
mg L-1 dan NAA menginduksi akar lebih NAA pada tahap induksi tunas terhadap
baik dibandingkan dengan auksin lainnya

106
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

tinggi planlet, jumlah daun, dan . 2nd edition. Cambridge University


pertambahan tunas. Press. Cambridge.
2. Perlakuan terbaik diperoleh pada
Duhoky, M. dan K.A.Rasheed. 2010.
interaksi konsentrasi kinetin 2 mg L-1
Effect of different concentrations
tanpa NAA untuk variabel jumlah daun
of kinetin and NAA on
dan perlakuan kinetin 2 mg L-1 dengan
micropropagation of Gardenia
0.01 mg L-1 NAA memberikan pengaruh
Jasminoides. Journal of Zankoy
interaksi lebih baik pada variabel
Sulaimani 13(1):103-120.
pertambahan tunas. Pada variabel
tinggi planlet, pengaruh 1 mg L-1 kinetin Fatima N. and M. Anis. 2012. Role of
terhadap NAA 0.01 mg L-1 memberikan growth regulators on in vitro
respon yang terbaik. regeneration and histological
analysis in Indian ginseng
Daftar Pustaka (Withania somnifera L.) Dunal.
Physiol Mol Biol Plants. 2012 Jan;
Alam I, S.A. Sharmin, M.K. Naher, M. J. 18(1): 59–67.
Alam, M. Anisuzzaman and M. F.
Gardner FP, RB Pearce and RL Mitchell.
Alam. 2010. Effect of growth
1991. Fisiologi Tanaman
regulators on meristem culture
Budidaya. UI Press. Jakarta.
and plantlet establishment in
sweet potato [Ipomoea batatas Gati, E. 2007. Aplikasi kultur in vitro
(L.) Lam.]. POJ 3(2):35-39. untuk perbanyakan dan perbaikan
tanaman jarak pagar (Jatropha
Armini, G.A. Wattimena, dan L.W.
curcas L.). Available at:
Gunawan. 1991. Perbanyakan
http://www.dostoc.com [5-01-
tanaman ha1 12 - 48. dalam
2011].
Bioteknologi Tanaman I.
Wattimena, G.A. dan a1 (ed.). George, E.F. and P.D. Sherrington.
PAU. Bioteknologi IPB. Dirjen 1984. Plant Propagation by Tissue
Dikti. Dep. P&K. Culture. Eastern Press, Reading
Berks. 709 p.
Ayabe and Sumi S. 1998.
Estabablishment of a Novel Tissue George, E.F., M. A. Hall, and G.J.D.
Culture Method, Stem-disc Culture Clerk. 2007. Plant Propagation by
and Its Practical Application to Tissue Culture 3rd Edition.
Micropropagation of Garlic (Allium Springer, Netherlands. pp. 175 -
sativum L. ). Plant cell. Rep. 17: 178.
773-779.
Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur
Budiono, D.P. 2003. Multiplikasi in vitro Jaringan. PAU-IPB. Bogor.
tunas bawang merah (Allium
ascalonicum L.) pada berbagai Hartmann, H.T., D.K. Kester, and F.I.
taraf konsentrasi air kelapa. J. Davies . 1997. Plant Propagation
Agronomi 8 (2): 75-80. Principles and Practises. Sixth
Dodds, J.H. dan Roberts,L.W. 1985. Edition. Prentice Hall Inc. New
Experiments In Plant Tissue Culture Jersey. 647 p

107
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

Karjadi, A.K dan A. Buchory. 2007. Permadi, A.H. 1995. Pemuliaan Bawang
Pengaruh NAA dan BAP terhadap Merah. Pusat Penelitian dan
pertumbuhan jaringan meristem Pengembangan Hortikultura.
bawang putih pada media B5. Jurnal Badan Penelitian dan
Hortikultura. 17(3):217-223 Pengembangan Pertanian, Bogor.

Keller C.P, R. Stahlberg, L. S. Barkawi, Prahardini, P. E. R., T. Sudaryono, dan S.


and J. D. Cohen. 2004. Long-Term Handayani. 1994. Komposisi media
Inhibition by Auxin of Leaf Blade tumbuh untuk multiplikasi
Expansion in Bean and Arabidopsis. propagule salak secara in vitro
Plant Physiol. Vol. 134: 1217-1226. pada suhu yang berbeda. J. Hort.
4(2): 64–70.
Kurnianingsih, R., Marfuah, dan
Matondang. 2009. Pengaruh Pramanik, D. dan F. Rachmawati. 2010.
pemberian BAP (6-Benzyl Amino Pengaruh jenis media kultur in
Purine) pada media multiplikasi vitro dan jenis eksplan terhadap
tunas Anthurium hookerii Kunth. morfogenesis Lili Oriental. J. Hort.
Enum. secara in vitro. Vis Vitalis. 20(2):111-119.
2(2):23-30.
Putrasamedja, S. 1995. Teknologi
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan Produksi Bawang Merah. Balai
dan Perkembangan Tanaman. Penelitian Tanaman Lembang.
Grafindo Persada. Jakarta.
Robbiani, D., Tutik N, dan Nurul J. 2010.
Manjunathagowda D.C., J. Gopal, R. Pengaruh Kombinasi Naphthalene
Archana and K.R. Asiya. 2017. Acetic Acid (NAA) dan Kinetin
Virus–Free Seed Production of pada Kultur In Vitro Eksplan Daun
Garlic (Allium sativum L.): Status Tembakau (Nicotiana tabacum L.
and Prospects. var. Prancak 95). Program Studi
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci 6(6): Biologi, Fakultas Matematika Ilmu
2446-2456. Pengetahuan Alam Institut
Teknologi Sepuluh Nopember
Nissen S.J. , E.G. Sutter. 1990. Stability Surabaya. Available at:
of IAA and IBA in nutrient http://docs.google.com. [15 -05-
medium to several tissue culture. 2011]
Hort Science 25(7):800-802. Su Y.H., Y.B. Liu, X.S. Zhang. 2011.
Auxin–Cytokinin Interaction
Pernisova M., P. Klima, J. Horak, M. Regulates Meristem Development.
Valkova, J. Malbeck, P. Soucek, and Mol Plant.; 4(4): 616–625.
P. Reichman, 2009. Cytokinins
modulate auxin-induced Sumarni, N., E. Sumiati, dan Suwandi.
organogenesis in plants via 2005. Pengaruh kerapatan
regulation of the auxin efflux. Proc. tanaman dan aplikasi zat pengatur
Natl. Acad. Sci. U.S.A. 106: 3609- tumbuh terhadap produksi umbi
3614 bibit bawang merah asal biji
kultivar bima. Jurnal Hortikultura.
15(3): 208-214.

108
Jurnal Agro Vol. IV, No. 2, 2017

Varshney A., M. Anis, . 2014. Trees: different concentrations of plant


Propagation and Conservation growth regulators on in vitro shoot
Biotechnological Approaches for proliferation and rooting of
Propagation of a Multipurpose avocado (persea americana mill.).
Tree, Balanites aegyptiaca Del Pak. J. Bot., 41(5): 2333-2346.
(Review of Literature). New Delhi Department of Horticulture, Pir
Imprint: Springer 2014. Mehr Ali Shah Arid Agriculture
University, Rawalpindi, Pakistan
Walkey, D.G.A., Webb. M.J.W,
Bolland,C.J. and Miller A. 1987. Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan
Production of Virus Free Garlic Tanaman, Solusi Perbanyakan
(Allium sativum L.) and Shallot Tanaman Budidaya. Jakarta: Bumi
(A.ascalonicum L) by Meristem Tip Aksara.
Culture. J. Hort. Sci. 62:221-223.

Wattimena, G.A . 1988. Bioteknologi


Tanaman. Pusat Antar Universitas
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wetherell, D.F. 1982. Introduction to In


vitro propagation. Avery Publ.
Group.Inc Wayne. New Jersey.

Wetter, L.R. dan Constabel F. 1991.


Metode Kultur Jaringan Tanaman.
Diterjemahkan oleh Mathilda B.
Widianto. ITB. Bandung.

Yelnitis, N. Bernawie, dan Syafarudin.


1991. Perbanyakan klon lada
varietas panniyur secara in vitro.
J. Penel. Tan. Industri. 5(3):11-
15.

Yunus, A. 2007. Pengaruh IAA dan


Kinetin terhadap pertumbuhan
eksplan bawang merah (Allium
ascolonicum L.) secara in vitro.
Jurnal Akta Agrosia. Edisi Khusus
No.1: 53-58.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara


Memperbanyak Tanaman Secara
Efisien. PT Agro Media Pustaka.
Jakarta. 105 hal.
Zulfiqar, Bushra, A.A. Nadeem, A.
Touqeer, and I.A. Hafiz. 2009.
Effect of explant sources and

109

Anda mungkin juga menyukai