Analisis Arus Kas Dalam Mendeteksi Adanya Kecurangan
Analisis Arus Kas Dalam Mendeteksi Adanya Kecurangan
ABSTRACT
berbagai pihak yaitu kontrak antara pemilik perusahaan dan karyawan berkaitan
dengan gaji atau kompensasi, kontrak antara perusahaan dan kreditur berkaitan
dengan hutang, dan kontrak dengan pemerintah berkaitan pajak. Di dalam perusahaan
terdapat pihak pemilik perusahaan (principal) dan manajemen (agent). Baik pihak
manajer juga memiliki tujuan pribadi yang mungkin saja berbeda dengan pemilik.
1
untuk melakukan rekayasa yang disebut dengan istilah rekayasa laba atau manajemen
(analyst forecast).
Manajemen laba dapat dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni (pure
accrual) yaitu dengan discretionary accrual yang tidak memiliki pengaruh terhadap
arus kas secara langsung yang disebut dengan manipulasi akrual (Roychowdhury,
2003). Manajemen akrual dilakukan pada akhir periode ketika manajer mengetahui
laba sebelum direkayasa sehingga dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang
diperlukan agar target laba tercapai. Namun, manipulasi akrual dibatasi oleh GAAP
dan manipulasi akrual di tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, manipulasi ini dapat
terdeteksi oleh auditor, investor ataupun badan pemerintah sehingga dapat berdampak
pada harga saham bahkan menyebabkan kebangkrutan atau kasus hukum. Oleh karena
itu, terdapat cara lain yang sering dilakukan oleh manajer untuk mengatur laba yaitu
terjadi sepanjang periode akuntansi dengan tujuan spesifik yaitu memenuhi target laba
Pada penelitian ini difokuskan pada manipulasi aktivitas riil. Hal ini dilakukan
karena manipulasi aktivitas riil berdampak tidak hanya pada akrual saja namun juga
pada arus kas sehingga studi berkaitan dengan manipulasi ini menjadi menarik. Oleh
karena manipulasi aktivitas riil berdampak terhadap arus kas maka perusahaan dapat
terdeteksi melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak, dapat diketahui dari arus
kas. Roychowdhury (2003) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi terkena
menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan laba rendah, yaitu perusahaan yang
2
masuk ke dalam sampel suspect melakukan manipulasi aktivitas riil, memiliki arus
kas operasi abnormal yang rendah dan biaya produksi abnormal yang tinggi. Fakta ini
konsisten dengan perusahaan yang mencoba untuk meningkatkan laba tahunan dengan
cara memberikan diskon harga untuk meningkatkan penjualan sementara dan dengan
(2003) tidak sampai kepada dampak arus kas operasi terhadap kinerja pasar.
Masalah Penelitian
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan
Fokus dari penelitian ini adalah analisis komponen arus kas kegiatan operasi
untuk menguji apakah manajemen melakukan manipulasi aktivitas riil dan dampaknya
terhadap kinerja pasar suatu perusahaan. Hasil dari penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi studi berhubungan dengan arus kas bahwa laporan arus kas perlu kita
cermati karena memiliki informasi yang tidak kalah penting selain laporan laba rugi.
3
TELAAH LITERATUR DAN HIPOTESIS
Arus kas dari kegiatan operasi (cash flow from operations atau CFO)
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman jangka pendek,
pengeluaran untuk kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan operasi berisi
penerimaan dan pengeluran kas yang diperoleh dan digunakan untuk kegiatan
mengidentifikasi komponen arus kas dari kegiatan operasi antara lain penerimaan kas
berjalan. Oleh karena itu, manipulasi ini dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode
akuntansi berjalan. Hal waktu (timing) inilah yang menjadi bagian penting perusahaan
dalam hal ini manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil
(Roychowdhury, 2003).
Teknik yang dapat dilakukan dalam manipulasi aktivitas riil antara lain
(Roychowdhury, 2003).
4
memenuhi target laba. Sebagai contoh manajer melakukan tambahan penjualan atau
jangka waktu kredit yang lebih lunak. Sebagai contoh perusahaan retailer dan
otomobil sering menawarkan tingkat bunga kredit yang rendah sampai dengan akhir
berjalan tinggi namun arus kas menurun karena arus kas masuk kecil akibat penjualan
kredit dan potongan harga. Oleh karena itu, aktivitas manajemen penjualan
dengan tujuan mencapai permintaan yang diharapkan sehingga laba dapat meningkat.
Produksi dalam skala besar menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah
unit barang yang besar sehingga rata-rata biaya per unit dan harga pokok penjualan
menurun. Penurunan harga pokok penjualan ini akan berdampak pada peningkatan
margin operasi. Dampak lain dari penurunan harga pokok per unit barang yang
diproduksi besar-besaran adalah arus kas kegiatan operasi lebih rendah daripada
tingkat penjualan normal. Thomas dan Zhang (2002) menemukan bahwa perusahaan
dilaporkan.
Menaikkan laba atau menghindari melaporkan laba negatif atau rugi juga
dapat dilakukan dengan mengurangi biaya diskresi. Biaya diskresi yang dapat
dikurangi adalah biaya iklan, biaya penelitian dan pengembangan, dan biaya
5
penjualan, umum, dan administrasi seperti biaya pelatihan karyawan dan biaya
perbaikan dan perjalanan. Pengurangan terhadap biaya-biaya ini pada akhir periode
panjang perusahaan atau return saham. Beberapa penelitian yang menguji kandungan
informasi tambahan arus kas selain oleh laba adalah Bowen, Burgstahler, dan Daley
(1987) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi memiliki informasi tambahan
selain yang dijelaskan oleh laba kepada pasar namun hasil penelitiannya disebabkan
oleh data periode tahun dan belum dilakukan adanya penanganan data yang outlier.
Rayburn (1986) menemukan bahwa arus kas kegiatan operasi dan agregat akrual
memiliki hubungan abnormal return. Demikian juga dengan Livnat dan Zarowin
(1990) yang menemukan komponen arus kas dari operasi dan pendanaan memiliki
hubungan dengan return. Penelitian di Indonesia yang melihat dampak arus kas
terhadap kinerja pasar antara lain Diana dan Kusuma (2004) yang menelliti di pasar
modal Indonesia menemukan bahwa arus kas dari kegiatan operasi penting dalam
dan manajemen laba serta dampaknya terhadap kinerja adalah Rahman (2007) yang
menunjukkan bahwa motivasi manajemen laba pada saat perusahaan melakukan IPO
adalah menggunakan proksi akrual diskresi namun tidak untuk proksi manipulasi
aktivitas riil.
6
Kerangka Pemikiran
Manipulasi aktivitas riil pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan mencapai
target yaitu menghindari melaporkan kerugian untuk tujuan mendapatkan bonus dan
penilaian kinerja yang baik bagi perusahaan maupun individu di dalam perusahaan
tersebut. Tujuan dari manipulasi aktivitas riil adalah mengindari melaporkan kerugian
yang dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor yang berpengaruh pada laba yang
menawarkan potongan harga, penjualan kredit dengan bunga rendah, dan waktu kredit
yang lunak. Hal ini menyebabkan penjualan yang dilaporkan meningkat sehingga laba
yang dilaporkan pada periode tersebut meningkat. Selain dampak terhadap laba yang
meningkat, manipulasi aktivitas riil ini juga berdampak terhadap arus kas yang
dilaporkan pada periode bersangkutan. Hal ini berarti dengan adanya manipulasi
aktivitas riil yang dilakukan dengan cara penawaran potongan harga, pengurangan
dampak arus kas kegiatan operasi setelah adanya manipulasi aktivitas riil ini lebih
rendah dibandingkan dengan yang seharusnya atau normal apabila tidak terdapat
manipulasi aktivitas riil, atau dengan kata lain arus kas kegiatan operasi abnormal
rendah. Oleh karena arus kas terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil maka arus
kas ini dapat digunakan untuk menguji apakah perusahaan memiliki kecenderungan
melakukan manipulasi aktivitas riil ataukah tidak. Manipulasi aktivitas riil melalui
arus kas kegiatan operasi terlihat dari nilai rerata abnormal dari arus kas kegiatan
operasi yang rendah (di bawah 0). Angka 0 berarti antara nilai arus kas aktual dan
7
nilai arus kas normal adalah sama. Dengan demikian, rumusan hipotesis yang
Arus kas yang dapat memiliki muatan dari manipulasi aktivitas riil berdampak
terhadap kinerja pasar. Penelitian dari Livnat dan Zarowin (1990) menemukan bahwa
arus kas kegiatan operasi memiliki dampak terhadap kinerja pasar perusahaan (return
saham). Dengan adanya manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
maka terdapat perbedaan kinerja pasar antara perusahaan yang diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil dan perusahaan yang diduga cenderung tidak
melakukan manipulasi aktivitas riil. Hal ini dikarenakan laba yang tinggi merupakan
salah satu indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga menyebabkan
kenaikan harga saham atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan yang
melakukan manipulasi aktivitas riil memiliki kinerja pasar yang lebih tinggi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan
8
METODE PENELITIAN
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Penelitian ini akan mengambil semua perusahaan yang masuk ke dalam
Swa100 yaitu 50 perusahaan terbaik menurut Swa100 yang memiliki total aktiva di
atas Rp 1 triliun dan EVA terbaik dari periode tahun 2001 sampai dengan 2006.
1. Masuk ke dalam 50 perusahaan terbaik versi Swa100 pada tahun 2001 – 2006
sehingga data laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian adalah dari
periode tahun 2000 – 2005 (periode akuntansi 1 tahun sebelum Swa melaporkan
3. Data tersedia di Osiris dan CD annual report yang ada di perpustakaan MAKSI
untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal. Model regresi untuk arus kas
CFOt / At 1 (1 / At 1 ) 1 ( S t / At 1 ) 2 ( S t 1 / At 1 ) t
9
Keterangan:
CFOt/At-1 = Arus kas kegiatan operasi pada tahun t yang diskala dengan total
(1/At-1) = Intersep yang diskala dengan total aktiva pada tahun t-1 dengan tujuan
St/ At-1 = Penjualan bersih pada tahun t yang diskala dengan total aktiva pada
tahun t-1.
St-1/ At-1 = Penjualan bersih pada tahun t-1 yang diskala dengan total aktiva pada
tahun t-1.
Oleh karena dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah arus kas kegiatan
operasi abnormal yang merupakan selisih dari nilai arus kas kegiatan operasi aktual
dan arus kas kegiatan operasi normal maka regresi yang dilakukan untuk mencari nilai
arus kas kegiatan operasi normal tidak dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini disebabkan
nilai yang dibutuhkan adalah nilai koefisien dari hasil regresi tersebut.
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, ditentukan
berdasarkan rerata dan signifikansi nilai abnormal dari arus kas kegiatan operasi.
Apabila rerata arus kas kegiatan operasi abnormal seluruh sampel berada di bawah 0
dan signifikan maka sampel diduga cenderung melakukan manipulasi aktivtas riil
melalui arus kas kegiatan operasi sedangkan sampel yang berada di atas 0 berarti
sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi. Nilai rerata arus kas kegiatan operasi abnormal diperoleh dari
samples t test dengan pengujian hipotesis 2 arah (two tail). Pengujian hipotesis 2
10
yaitu kinerja pasar perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas
riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar
perusahaan yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui
arus kas kegiatan operasi, dilakukan dengan membandingkan rerata kinerja pasar
untuk melihat kinerja pasar mana yang lebih besar setelah itu diuji signifikansi dari
perbedaan tersebut menggunakan uji beda dua sampel atau two independent samples
test (Ghozali dan Castellan, 2002). Pengujian hipotesis 2 menggunakan uji dua arah
Return (CAR).
Statistik deskriptif
Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas diproksi menggunakan nilai arus kas
abnormal. Namun, sebelum mencari arus kas abnormal perlu dihitung terlebih dahulu
arus kas kegiatan operasi normal. Statistik deskriptif untuk variabel-variabel yang
digunakan mencari nilai arus kas normal untuk keseluruhan sampel penelitian (264
perusahaan terbaik menurut Swa dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 dengan
total aktiva di atas 1 triliun rupiah dan economic value added (EVA) terbaik.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif, rerata arus kas kegiatan operasi sebesar 21%
relatif terhadap total aktiva, nilai tengah 0,090 dengan simpangan baku sebesar 1,846.
Rerata penjualan periode t lebih besar dibandingkan rerata penjualan periode t-1
sebesar 21% relatif terhadap total aktiva dengan nilai tengah untuk penjualan periode t
11
adalah 0,844 dan penjualan periode t-1 sebesar 0,709. Koefisien hasil dari regresi
untuk mencari arus kas kegiatan operasi normal terlihat pada Tabel 3.
digunakan untuk mengestimasi nilai arus kas kegiatan operasi normal. Setelah
memperoleh nilai arus kas kegiatan operasi normal maka dapat dihitung nilai
abnormal dari arus kas kegiatan operasi dengan cara selisih antara arus kas kegiatan
operasi aktual dan arus kas kegiatan operasi normal. Kemudian nilai arus kas kegiatan
operasi abnormal inilah yang digunakan untuk menguji apakah perusahaan melakukan
manipulasi aktivitas riil ataukah tidak yaitu manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
yaitu bahwa rerata ABN_CFO sebesar -0,183 dengan nilai tengah sebesar -0,171 dan
simpangan baku 1,680. CAR keseluruhan sampel memiliki rerata sebesar -72,083,
nilai tengah sebesar 0,010 dengan nilai maksimum sebesar 2,46 dan minimum sebesar
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, menggunakan uji rerata.
manipulasi aktivitas riil memperlihatkan arus kas kegiatan operasi yang rendah. Oleh
karena itu, penelitian ini menggunakan nilai arus kas abnormal untuk melihat
Perusahaan yang masuk Swa memiliki kecenderungan untuk menaikkan laba agar
dapat dilihat memiliki prestasi yang bagus. Cara menaikkan laba dapat dilakukan
12
dengan meningkatkan penjualan, memberikan potongan harga, dan menawarkan
penjualan kredit dengan bunga yang rendah yang akhirnya menyebabkan laba periode
tersebut tinggi namun arus kas kegiatan operasi secara abnormal lebih rendah
dibandingkan dengan yang seharusnya pada periode bersangkutan. Oleh karena itu,
perusahaan yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi apabila nilai arus kas kegiatan operasi abnormal (ABN_CFO) di
aktivitas riil apabila nilai ABN_CFO berada di atas 0. Hasil dari pengujian hipotesis 1
yaitu 264 perusahaan-tahun, manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
(ABN_CFO) memiliki rerata -0,183 karena rerata berada di bawah nilai 0 (-0,183<0)
maka sampel diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi apabila nilai rerata arus kas
rerata tersebut signifikan maka dilihat nilai signifikansinya. Dilihat dari nilai
signifikansi rerata abnormal dari arus kas kegiatan operasi memiliki nilai probabilitas
sebesar 0,0385 (yaitu dari p-value=0,077/2 karena pengujian two tail). Oleh karena
nilai signifikansi di bawah =5% (0,0385 < 5%) maka hipotesis 1 yang menyatakan
bahwa perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi tidak dapat ditolak pada tingkat =5%. Dari keseluruhan sampel
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi terdapat 225 perusahaan-tahun yang
13
terdiri dari 84 perusahaan (identic firms) dimana 43% merupakan perusahaan yang
lebih dari tiga kali masuk sebagai kategori 50 perusahaan terbaik edisi Swa.
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Temuan adanya
manipulasi melalui arus kas kegiatan operasi konsisten dengan hasil dari
aktivitas riil melaporkan arus kas kegiatan operasi yang secara abnormal lebih rendah
dibandingkan yang seharusnya. Bens, Nagar, dan Wong (2002) menemukan bahwa
manajer dari perusahaan yang menghadapi dilusi laba per lembar saham sebagian
saham ESO (employee stock option). Dengan adanya pengurangan biaya riset dan
menyebabkan arus kas kegiatan operasi secara abnormal rendah. Manipulasi aktivitas
riil melalui arus kas kegiatan operasi dapat dilakukan dengan cara manajemen
penjualan yaitu memberikan potongan harga besar-besaran, bunga kredit yang rendah
atau dengan produksi besar-besaran supaya harga pokok penjualan rendah sehingga
Statistik deskriptif dari kinerja pasar (CAR) untuk sampel yang diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan
kinerja pasar (CAR) untuk sampel yang diduga cenderung tidak melakukan
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dapat dilihat pada Tabel 6.
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi lebih besar daripada rerata CAR untuk
14
sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi (-66,851>-102,266). Oleh karena itu, berdasarkan hasil statistik
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi memiliki rerata CAR yang lebih besar
daripada sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi yang berarti rerata CAR antara sampel yang diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan
sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
kas kegiatan operasi adalah berbeda. Namun, untuk melihat apakah perbedaan
terdapat perbedaan CAR yang signifikan antara sampel yang diduga cenderung
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang
diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi pada taraf signifikansi Pada Tabel 7 terlihat bahwa nilai probabilitas
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi berbeda dengan sampel
yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi yaitu kinerja pasar sampel yang cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil lebih tinggi dibandingkan kinerja pasar sampel yang cenderung tidak
melakukan manipulasi aktivitas riil. Oleh karena itu, hipotesis 2 yang menyatakan
kinerja pasar sampel yang diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil
melalui arus kas kegiatan operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar
sampel yang diduga cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus
15
Manajer memiliki insentif melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
kegiatan operasi adalah untuk tujuan menghindari kerugian atau mencapai target laba
tertentu pada periode bersangkutan dan apabila laba tinggi maka harga saham atau
kinerja pasar perusahaan akan cenderung meningkat. Di samping itu, laba yang tinggi
merupakan salah satu indikator perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga
menyebabkan kenaikan harga saham atas perusahaan tersebut. Oleh karena itu,
manajer semakin memiliki insentif untuk melakukan manipulasi aktivitas riil agar
laba tinggi atau menghindari kerugian yang berdampak kinerja pasar lebih tinggi
sampel yang merupakan sampel jenis industri manufaktur sebanyak 117 dan yang
merupakan sampel jenis industri non manufaktur sebanyak 147. Sedangkan untuk
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan sampel yang diduga cenderung
tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi setelah
dilakukan pemisahan ke dalam jenis industri manufaktur dan non manufaktur dapat
Hasil setelah pemisahan jenis industri menunjukkan bahwa untuk sampel jenis
melalui arus kas kegiatan operasi sebesar 114 lebih besar dibandingkan sampel jenis
industri non manufaktur sebanyak 111 yang diduga cenderung melakukan manipulasi
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi. Sedangkan, untuk sampel yang diduga
cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
lebih banyak pada jenis industri non manufaktur. Perbandingan antara jenis industri
dan kecenderungan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
16
ditemukan adanya signifikansi hubungan (menggunakan pearson chi-square)
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dibandingkan dengan jenis industri non
Hal ini dibuktikan dengan 97,44% perusahaan jenis industri manufaktur diduga
cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
sedangkan perusahaan jenis industri non manufaktur hanya sebesar 75,51% yang
diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi.
Implikasi hasil dari penelitian ini antara lain pertama, laporan arus kas dapat
aktivitas riil. Manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dilakukan oleh
perusahaan dalam kegiatan sehari-hari namun jarang disadari oleh investor maupun
calon investor karena kegiatan manipulasi ini tidak seperti manipulasi yang sengaja
menaikkan atau menurunkan laba. Oleh karena itu, investor maupun calon investor
dapat mendeteksi manipulasi ini dari arus kas karena apabila menggunakan laba maka
tidak dapat mengetahui apakah manipulasi tersebut murni akrual atau manipulasi
laporan arus kas di samping informasi laporan lainnya maka regulator atau pembuat
standar akuntansi dalam hal ini IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dapat memberikan
peraturan agar semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia men-
disclose laporannya karena terdapat bagian yang masih bersifat sukarela belum
kewajiban. Padahal kebutuhan investor ataupun calon investor atau pengguna laporan
17
keuangan sangat terbantu dengan adanya pengungkapan dari perusahaan yang
arus kas kegiatan operasi lebih besar dibandingkan perusahaan non manufaktur. Hal
ini dapat terjadi karena manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
pengurangan biaya diskresi seperti biaya riset dan pengembangan, biaya iklan, dan
overproduction yang cenderung lebih banyak berhubungan dengan jenis industri yang
KESIMPULAN
dari Roychowdhury (2003) dan Livnat dan Zarowin (1990). Penelitian ini dilakukan
untuk menguji apakah laporan arus kas dapat digunakan sebagai alat untuk
bahwa perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas
baik arus kas kegiatan operasi dan mengetahui dampak arus kas kegiatan operasi
terhadap kinerja pasar yaitu apakah terdapat perbedaan kinerja pasar antara arus kas
yang terkena dampak dari manipulasi aktivitas riil dan arus kas yang terkena dampak
dari manipulasi aktivitas riil. Hasil temuan penelitian adalah bahwa perusahaan
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi karena terdapat
perbedaan rerata yang signifikan pada arus kas kegiatan operasi abnormal. Dampak
18
manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja pasar
menemukan adanya perbedaan kinerja pasar yaitu kinerja pasar perusahaan yang
diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan
operasi lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pasar perusahaan yang diduga
cenderung tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi.
Selain itu, ditemukan juga bahwa setelah memisahkan sampel ke dalam jenis industri
aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dibandingkan sampel jenis industri non
manufaktur.
Dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini terlihat bahwa terdapat
keterbatasan model yang digunakan untuk mengestimasi arus kas normal yang
dikembangkan dari penelitian Roychowdhury (2003) dan model ini belum teruji
sehingga dapat menyebabkan hasil yang bias. Saran untuk penelitian lanjutan adalah
dapat dilihat dampak komponen di dalam arus kas kegiatan operasi terhadap kinerja
pasar. Uji statistik dapat dikembangkan menjadi regresi untuk melihat pengaruh
kategori-kategori tersebut pada kinerja pasar. Selain itu, kinerja pasar dapat
19
DAFTAR RUJUKAN
Bens, D., V. Nagar, dan M.H. Franco Wong. 2002. Real investment Implications of
Employee Stock Option Exercises. Journal of Accounting Research 40. hal 359
– 393.
Bowen, Robert M., David Burgstahler, dan Lane A. Daley. 1987. The Incremental
Information Content of Accrual versus Cash Flows. The Accounting Review.
Vol. LXII No. 4, hal.723 – 747.
Diana, Shinta Rahma dan Indra Wijaya Kusuma. 2004. Pengaruh Faktor Kontekstual
Terhadap Kegunaan Earnings dan Arus Kas Operasi dalam Menjelaskan
Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 7 No. 1, hal. 74 – 93.
Ghozali, Imam dan John Castellan. 2002. Statistik Non-Parametrik-Teori dan Aplikasi
dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Livnat, Joshua dan Paul Zarowin. 1990. The Incremental Information Content of
Cash-Flow Components. Journal of Accounting and Economics, vol. 13, hal.
25-46.
Rahman, Anissa. 2007. Earnings Management Melalui Accruals dan Real Activities
Manipulation Pada Initial Public Offerings dan Kinerja Jangka Panjang (Studi
Empiris Pada Bursa Efek Jakarta). Tesis: Unpublished. Pascasarjana Ilmu
Akuntansi Universitas Indonesia
Rayburn, Judy. 1986. The Association of Operating Cash Flow and Accruals with
Security Returns. Journal of Accounting Research. Vol. 24, hal. 112 -133.
Thomas, J.K. dan H. Zhang. 2002. Inventory Changes and Future Returns. Review of
Accounting Studies 7. hal 163 – 187.
Watts, Ross L. Dan J.L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice Hall
International, Inc.
Lampiran A: Sampel
20
NO KODE TAHUN MASUK SWA
2001 2002 2003 2004 2005 2006
1 AALI 1 1 1 1 1 1
2 ADHI 1 1
3 AKPI 1
4 AKRA 1 1 1
5 ALMI 1
6 AMFG 1 1 1 1 1
7 ANTM 1 1 1 1 1 1
8 BKSL 1 1
9 BLTA 1 1 1 1 1 1
10 BMTR 1 1
11 BRAM 1 1 1 1 1
12 BUDI 1
13 BUMI 1 1 1
14 CMNP 1 1 1 1
15 CPIN 1 1 1 1 1
16 CTBN 1
17 CTRA 1
18 CTRS 1 1 1 1 1
19 DAVO 1
20 DILD 1 1 1 1
21 DUTI 1 1
22 DYNA 1
23 ELTY 1 1
24 EPMT 1 1 1 1
25 FASW 1
26 GGRM 1 1 1 1 1
27 GRIV 1 1
28 HERO 1 1 1
29 HEXA 1
30 HITS 1 1 1 1
31 HMSP 1 1 1 1 1 1
32 IDSR 1 1
33 IKAI 1
34 IMAS 1 1
35 INCO 1 1 1 1 1
36 INDF 1 1 1 1 1
37 INDR 1
38 INTP 1
39 ISAT 1 1 1
40 JPFA 1
41 JRPT 1 1 1 1
42 JSPT 1 1
43 KAEF 1 1 1 1
44 KLBF 1 1 1 1 1 1
45 LPCK 1 1 1 1
46 LPKR 1 1 1 1 1 1
47 LSIP 1 1
NO KODE TAHUN MASUK SWA
21
49 MAPI 1 1
50 MDLN 1
51 MDRN 1 1
52 MEDC 1 1 1
53 MLIA 1
54 MLND 1
55 MLPL 1 1 1 1 1
56 MPPA 1 1 1
57 MYOR 1 1 1 1 1 1
58 OMRE 1
59 PGAS 1
60 PLIN 1 1 1 1 1 1
61 PTBA 1 1 1
62 PTRO 1
63 PWON 1
64 RALS 1 1 1 1 1 1
65 RMBA 1 1 1
66 SCMA 1 1 1 1
67 SHDA 1 1 1
68 SHSA 1 1 1 1
69 SIPD 1
70 SMDR 1 1 1 1 1 1
71 SMGR 1 1 1
72 SMRA 1 1 1
73 SPMA 1 1 1
74 SSIA 1 1 1
75 SUBA 1
76 SUDI 1 1 1
77 TBLA 1 1 1 1
78 TFCO 1 1
79 TINS 1 1 1 1 1
80 TLKM 1 1 1 1 1 1
81 TSPC 1 1 1 1 1 1
82 TURI 1 1 1 1
83 UGAR 1
84 ULTJ 1 1 1 1
85 UNIC 1 1 1 1 1
86 UNSP 1 1
87 UNTR 1 1 1 1 1 1
88 UNVR 1 1 1 1 1 1
22
Lampiran B : Output Penelitian
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian
Keterangan Kurang Jumlah
Total perusahaan yang masuk Swa100 tahun 204 perusahaan
2001-2006
Dikurangi:
Perusahaan yang masuk Swa100 yang 103 perusahaan
memiliki aset di bawah 1 triliun rupiah
tahun 2001 – 2006
Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel yang Digunakan Untuk Mengestimasi Arus Kas Kegiatan Operasi
Normal
Nilai Simpangan
Variabel Rerata Tengah Maksimum Minimum Baku
CFOt-1/TAt-1 0,210 0,090 30,018 -0,386 1,846
1/ TAt-1 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
SALESt/ TAt-1 1,207 0,844 33,524 0,000 2,357
SALESt-1/ TAt-1 0,994 0,709 36,735 0,014 2,310
Tabel 3
Hasil Koefisien Regresi Arus Kas Normal
Variabel Koefisien t-stat Probabilitas
Konstanta -0,155 -1,246 0,214
SALESt/ TAt-1 0,326 7,386 0,000
SALESt-1/ TAt-1 -0,029 -0,636 0,254
F-stat = 0,000
Tabel 4
Statistik Deskriptif Seluruh Sampel
Simpangan
Variabel Rerata Nilai Tengah Maksimum Minimum Baku
ABN_CFO -0,183 -0,171 24,47 -10,87 1,680
CAR -72,083 0,010 2,46 -1000,52 258,854
23
Tabel 5
Hasil Pengujian Hipotesis 1
Variabel Rerata Probabilitas (P-value) Keterangan
ABN_CFO -0,183 0,0385** H1 tidak dapat ditolak
**) signifikan pada tingkat =5%
Tabel 6
Statistik Deskriptif Kinerja Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung
Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan
Sampel yang Diduga Cenderung Tidak Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil
Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Cenderung Manipulasi (N=225) Cenderung Tidak Manipulasi (N=39)
Variabel Rerata Ni. Simpangan Rerata Ni. Tengah Simpangan
Tengah Baku Baku
Tabel 7
Uji Beda atas Kinerja Pasar Antara Sampel yang Diduga Cenderung Melakukan Manipulasi
Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi dan Sampel yang Diduga Cenderung Tidak
Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui Arus Kas Kegiatan Operasi
Keterangan CAR
Mann-Whitney U 3673,000
Wilcoxon W 29098,000
Z -1,623
Probabilitas 0,0525***
***) signifikan pada tingkat =10%
Tabel 8
Perbandingan Jenis Industri dan Kecenderungan Melakukan Manipulasi Aktivitas Riil Melalui
Arus Kas Kegiatan Operasi
Keterangan Jenis Industri Total
Manufaktur Non Manufaktur
Cenderung Manipulasi 114 111 225
Cenderung Tidak Manipulasi 3 36 39
Probabilitas 0,000*
*) signifikan pada =5%
24