Anda di halaman 1dari 5

VARIASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DI “SEKOLAH – RUMAH” BAGI PARA HOMESCHOOLER


Zaenal Abidin
Jurusan Matematika FMIPA, Unnes
E-mail: zaenal abidinmu@yahoo.co.id

Abstract
Homeschooling is a relatively new term in the Indonesian education. The
Department of National Education (Depdiknas) officially introduces homeschooling as
"Sekolah-Rumah". Homeschooling emerges from persistent problems the national
education system faces, such as the frequent changes of curriculum, pros and cons of
the national examination and examination passing criteria, student enrollment system,
and the very expensive education cost. Based on those grounds, homeschooling
becomes an education alternative for parents to develop their children’s potency. In
homeschooling, there is no limitation in developing the model of mathematics
teaching. The teaching method applied is one that suits the children’s learning style
best. To improve the effectiveness of mathematics teaching in homeschooling, things
and activities of the children’s daily life are used. The challenge of the parents in
teaching mathematics to homeschool students is how to understand mathematic
concepts which are relevant to the chosen homeschoool curriculum and how to
transform them into ideas adjusted to children’s competence.

Kata kunci: Homeschooling, sekolah-rumah, pembelajaran matematika

PENDAHULUAN pengekangan terhadap hak tumbuh


Homeschooling merupakan istilah kembang anak secara wajar (Rachman
yang relatif baru dalam dunia pendidikan di 2007:54). Selain itu, berbagai permasalahan
Indonesia. Bahkan masyarakat awam yang terus-menerus menerpa sistem
banyak yang belum mengenal istilah ini. pendidikan nasional antara lain meliputi
Homeschooling kadangkala juga disebut kurikulum yang berganti-ganti, pro-kontra
dengan home education, home based ujian nasional dan penentuan kelulusan,
learning, atau school at home. Dalam sistem penerimaan siswa baru, dan semakin
bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan mahalnya biaya pendidikan. Sedangkan
Nasional (Depdiknas) secara resmi Nugroho (2008) berpendapat bahwa
memperkenalkan homeschooling dengan homeshcooling merupakan salah satu
istilah “sekolah-rumah”. Istilah ini juga bentuk perlawanan atas kegagalan dari
digunakan oleh sebuah Asosiasi sekolah formal menjalankan misinya untuk
Homeschooling dan Pendidikan Alternatif memberikan pelayanan yang optimal
(ASAH PENA). kepada setiap siswa sesuai dengan potensi
Tumbuhnya sekolah-rumah dan bakat yang mereka miliki. Semua itu
merupakan wujud dari kepedulian menyebabkan banyak orang tua yang ragu
masyarakat untuk ikut serta memperluas untuk menyerahkan pendidikan anaknya
akses pendidikan. Menurut Nasrullah Nara kepada institusi sekolah. Para orang tua
dan Ester Lince Napitupulu, dalam konteks memiliki alasan yang beragam ketika
pembelajaran yang berpihak kepada anak, memilih sekolah-rumah untuk pendidikan
fenomena tersebut juga merupakan solusi anak-anaknya. Alasan-alasan tersebut
atas sulitnya membebaskan jalur antara lain adalah sebagai berikut.
pendidikan formal atau sekolah dari praktik

157
158 LEMBARAN ILMU KEPENDIDIKAN JILID 36, NO. 2, DESEMBER 2007

1. Keinginan orang tua untuk mencari penyelesaian sendiri untuk


meningkatkan kualitas pendidikan anak mendapat jawaban atas keinginan dan
2. Ketidakpuasan orang tua dengan kebutuhannya. Pada tahap ini, peran orang
kualitas pendidikan sekolah reguler tua adalah sebagai mentor atau fasilitator
3. Orang tua sering berpindah-pindah atau proses pembelajaran (Sumardiono 2007:5).
melakukan perjalanan Sesuai dengan namanya, aktivitas
4. Orang tua merasa keamanan dan pendidikan sekolah-rumah berpusat di
pergaulan sekolah tidak kondusif lagi rumah. Namun, proses sekolah-rumah
bagi perkembangan anak umumnya tidak hanya mengambil lokasi di
5. Orang tua menginginkan hubungan rumah saja tetapi dapat dilakukan di mana
keluarga yang lebih dekat dengan anak saja dengan sarana apa saja untuk
6. Orang tua merasa sekolah yang baik menunjang proses pendidikan anak. Jadi
semakin mahal dan tidak terjangkau setiap orang tua yang memilih sekolah-
7. Anak-anak memiliki kebutuhan khusus rumah sebagai pengembangan potensi anak
yang tidak dapat dipenuhi di sekolah memiliki cara dan metode yang berbeda
umum dalam menyampaikan bahan ajar dengan
8. Orang tua memiliki keyakinan bahwa kata lain bahwa sekolah rumah bersifat
sistem yang ada tidak mendukung nilai- unique.
nilai keluarga yang dipegangnya
9. Orang tua merasa terpanggil untuk PENDEKATAN DAN METODE
mendidik sendiri anak-anaknya DALAM SEKOLAH RUMAH
Berangkat dari alasan-alasan tersebut, Karena setiap keluarga mempunyai
sekolah-rumah menjadi salah satu nilai dan latar belakang yang berbeda maka
pendidikan alternatif bagi orang tua untuk setiap keluarga akan melahirkan pilihan-
mengembangkan potensi anak. pilihan model sekolah-rumah yang
Dalam sekolah-rumah, orang tua beragam.
memiliki tanggung jawab secara penuh Menurut Sumardiono (2007:34–36)
untuk terlibat dalam proses dan Saputro (2007:139 – 142), pendekatan
penyelenggaraan pendidikan anak. Karena sekolah-rumah memiliki rentang yang lebar
berangkat dari kebutuhan atau minat anak, antara yang sangat tidak terstruktur
dalam sekolah-rumah sejak kecil anak-anak (unschooling) hingga yang sangat
dibiasakan untuk belajar mandiri. Anak terstruktur, seperti:
dibiasakan mengenali apa yang 1. School at home approach yaitu model
berhubungan dengan dirinya sendiri seperti pendidikan yang serupa dengan yang
mengenali minat, kekuatan, kelemahan, dan diselenggarakan di sekolah.
gaya belajar mereka. Pada tingkat awal (pra 2. Unit studies approach yaitu model
sekolah dan SD) orang tua memiliki andil pendidikan yang berbasis pada tema
yang besar yaitu memberikan (unit study). Pendekatan ini banyak
pendampingan kepada anak secara ketat dipakai orang tua homeschooling.
sehingga kemandirian anak dalam Dalam pendekatan ini, siswa tidak
mengenali kebutuhannya dan mencari belajar satu mata pelajaran tertentu
sumber pengetahuan atau keterampilan (matematika, bahasa, IPA, IPS), tetapi
yang menjawab kebutuhannya. mempelajari banyak mata pelajaran
Pada tingkat yang lebih tinggi, sekaligus melalui sebuah tema yang
biasanya anak-anak sekolah-rumah semakin dipelajari. Metode ini berkembang atas
mandiri. Karena terbiasa berinisiatif dan pemikiran bahwa proses belajar
aktif dalam proses pendidikannya, anak- seharusnya terintegrasi (integrated)
anak sekolah rumah biasanya terlatih bukan terpecah-pecah (segmented).
Zaenal Abidin, Variasi Pembelajaran Matematika 159

Misalnya dengan tema tentang mendesain sendiri program


transportasi, anak-anak dapat belajar homeschooling yang sesuai, dengan
mengenal bentuk ban (matematika), memilih atau menggabungkan dari
kecepatan (IPA), profesi sopir/kernet sistem yang ada.
(IPS), dan sebagainya. Menurut Survey National Home
3. Charlotte Mason atau The living book Education Research Institute terhadap 7300
approach yaitu model pendidikan orang dewasa yang mengikuti program
melalui pengalaman dunia nyata. homeschooling yaitu terdapat 71% orang
Pendekatannya dengan mengajarkan dewasa yang mengikuti homeschooling
kebiasan baik, keterampilan dasar yang terlibat aktif dalam masyarakat, 58,9%
(membaca, menulis, berhitung) serta merasa sangat bahagia, dan 73,2%
mengekspose anak dengan pengalaman berpendapat memiliki kehidupan yang
nyata, seperti berjalan-jalan, menarik dibandingkan populasi pada
mengunjungi museum, mengunjungi umumnya (Kusumowardhani, 2007).
taman matematika, berbelanja ke pasar,
menghadiri pameran, dan sebagainya. KURIKULUM DAN BAHAN AJAR
4. The classical approach adalah model Untuk memilih kurikulum bahan ajar,
pendidikan yang dikembangkan dengan homeschooler dapat memilih bahan paket
pendekatan kurikulum yang (bundle) atau bahan-bahan terpisah
distrukturkan pada tiga tahap (unbundle). Pada bahan terpaket,
perkembangan anak yang disebut homeshcooler menggunakan kurikulum
trivium. Penekanannya adalah pada yang sudah disediakan oleh lembaga yang
kemampuan verbal dan tertulis anak, menyediakan layanan tersebut. Pemilihan
jadi pendekatannya berbasis bahan terpaket memberikan kemudahan dan
teks/literatur (bukan gambar/image). kepraktisan karena homeschooler tidak
5. The Waldorf approach adalah model perlu mencari-cari bahan yang diperlukan.
pendidikan yang dikembangkan oleh Homeschooler juga dapat
Rudolph Steiner. Pendekatan yang mengembangkan kreativitasnya untuk
dilakukan adalah menciptakan setting menentukan kurikulum dan materi-materi
sekolah yang mirip keadaan rumah. yang digunakannya. Jadi, setiap
6. The Montessori approach adalah model homeschooler bebas untuk menentukan
pendidikan yang dikembangkan oleh kurikulum yang terbaik bagi anaknya.
Dr. Maria Montessori. Pendekatan ini Jika homeschooler ingin
mendorong penyiapan lingkungan menggunakan kurikulum dari Departemen
pendukung yang nyata dan alami, Pendidikan Nasional sebagai acuan,
mengamati proses interaksi anak-anak kurikulum dapat diambil secara gratis di
di lingkungan, serta terus situs www.puskur.net. Kurikulum itu dapat
menumbuhkan lingkungan sehingga menjadi acuan bagi homeschooler di dalam
anak-anak dapat mengembangkan penyelenggaraan pembelajaran anak-anak.
potensinya baik secara fisik, mental Untuk materi ajar, homeschooler
maupun spiritual. dapat menggunakan buku-buku yang paling
7. Unschooling approach didasarkan pada disukai anak, tanpa harus tergantung
keinginan anak untuk belajar secara memilih buku dari penerbit tertentu.
natural. Jadi pendekatan ini tidak Sebenarnya materi ajar untuk proses
berangkat dari textbook, tetapi dari homeschooling sangat melimpah, bahkan
minat anak yang difasilitasi. tidak terbatas, karena proses belajar pada
8. The eclectic approach memberikan homeschooling tidak dibatasi dengan
kesempatan pada keluarga untuk pengayaan dan tidak harus menggunakan
160 LEMBARAN ILMU KEPENDIDIKAN JILID 36, NO. 2, DESEMBER 2007

buku. Artinya bahan-bahan yang tersedia di efektif dalam meningkatkan minat dan
dunia nyata yang ada di dekat anak dapat pengetahuan matematika anak.
dimanfaatkan sebagai bahan ajar. 3. Menggunakan pengalaman sehari-hari
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI dalam memberikan pemahaman
KELUARGA HOMESCHOOLING matematika anak.
Dalam homeschooling, tidak ada 4. Pengalaman sehari-hari akan membuat
batasan dalam pengembangan model materi yang dipelajari anak tidak hanya
pembelajaran matematika. Metode belajar berupa teori semata, tetapi benar-benar
yang digunakan adalah yang paling cocok dirasakan kegunaannya dalam
dengan gaya belajar anak. Untuk kehidupan mereka. Dalam konteks
meningkatkan efektivitas pembelajaran tersebut terdapat pola pembelajaran
matematika di sekolah-rumah, digunakan kontekstual (contextual learning) yang
hal-hal dan peristiwa-peristiwa sehari-hari mengkaitkan setiap materi pelajaran
yang ada di sekitar anak. Seperti dengan contoh kehidupan sehari-hari.
mengenalkan angka melalui permainan ular 5. Tidak terpaku pada model belajar
tangga, mengajarkan satuan berat saat mengajar
mengajak anak berbelanja ke pasar, 6. Homeschooling membuka peluang yang
menjelaskan operasi aljabar seperti besar bagi anak untuk belajar
penjumlahan dan pengurangan dengan matematika secara mandiri. Jadi tidak
cerita atau menggunakan mistar bilangan, selalu harus mengajari anak dalam
mengenalkan bangun datar dengan sedotan, setiap proses belajar, tetapi
mengajarkan konsep keliling dengan tali membiasakan anak untuk senantiasa
dan penggaris, dan masih banyak cara yang mandiri dengan mendorong anak-anak
lain. Semakin dekat materi belajar dengan untuk berinisiatif belajar dan
minat anak, maka semakin tinggi menemukan solusi matematis sendiri.
penyerapan materi yang dipelajarinya. 7. Dalam hal ini orang tua dapat berperan
Pengalaman sehari-hari yang dialami anak sebagai pendamping dan atau fasilitator
tidak hanya bermakna sebatas teori saja, untuk membantu anak-anak
tetapi benar-benar bermakna untuk menemukan sumber pengetahuan yang
kehidupan mereka. dibutuhkannya.
Dalam praktiknya perlu adanya 8. Membiasakan anak untuk terus
persiapan yang matang dalam bereksperimen dalam matematika.
menyampaikan pembelajaran matematika 9. Dalam rangka meningkatkan efektivitas
bagi para keluarga yang menjalani proses belajar matematika, jangan
homeschooling. pernah berhenti untuk mengekspose
1. Memilih model pembelajaran anak-anak dengan beragam proses
matematika yang sesuai. pembelajaran matematika. Semakin
2. Berangkat dari keunikan yang dimiliki banyak terekspose dengan beragam
masing-masing anak, maka keluarga stimulus, semakin kaya wawasan anak
homeschooling harus bisa memilih tentang matematika.
model pembelajaran matematika yang 10. Memanfaatkan sumber daya sekitar.
pas yang tetap berfokus pada anak. 11. Manfaatkan semua anggota keluarga,
Setiap anak memiliki kemampuan tetangga, atau teman sebagai sumber
matematika yang berbeda, dan mereka belajar matematika (resource person)
memiliki gaya belajar matematika yang bagi anak-anak.
berbeda. Oleh karena itu, pemilihan 12. Memanfaatkan teknologi internet
model pembelajaran matematika yang sebagai sarana belajar matematika.
sesuai dengan kondisi anak akan sangat
Zaenal Abidin, Variasi Pembelajaran Matematika 161

13. Banyak ide dan informasi yang bisa banyak pengalaman yang diberikan orang
didapatkan dari internet tentang tua kepada anak, maka semakin banyak
bagaimana mengajarkan materi pulalah pemahaman yang akan diperoleh
matematika. Mengingat bahwa tidak anak.
semua orang tua dapat mengajarkan Meskipun dalam homeschooling,
matematika dengan baik, maka orang anak memiliki kemandirian untuk
tua pun harus pandai dalam mencari ide mengembangkan potensi dirinya, namun
untuk menyampaikan materi tetap orang tualah yang menjadi penuntun,
matematika kepada anak. Dengan pendamping sekaligus sebagai fasilitator
internet akan memudahkan orang tua dalam menumbuhkembangkan potensi
dalam melakukan eksplorasi-eksplorasi anak.
untuk memperkaya pengetahuan tentang
matematika. DAFTAR PUSTAKA
14. Memberikan evaluasi tentang kegiatan Kusumowardhani, R. 2007. Pengembangan
belajar matematika anak. Potensi Anak Melalui
15. Dalam memberikan evaluasi dari setiap Homeschooling. Makalah.
kegiatan anak dapat dilakukan dengan Disampaikan pada tanggal 12
cara yang santai dan tidak harus formal Desember 2007 dalam Seminar
yang penting orang tua dan anak belajar Kurikulum “Homeschooling Sebuah
mengetahui apa yang berhasil dan gagal Kebutuhan Belajar atau Trend”.
untuk diperbaiki di waktu yang Semarang
berikutnya. Nugroho. 2007. Home Schooling &
Ideologi Pendidikan. Makalah.
PENUTUP Disampaikan pada tanggal 12
Banyak tantangan dalam mengajarkan Desember 2007 dalam Seminar
di sekolah-rumah. Tantangan tersulit bagi Kurikulum “Homeschooling Sebuah
keluarga secara umum yang Kebutuhan Belajar atau Trend”.
menyelenggarakan sekolah-rumah adalah Semarang
menjaga falsafah khas dapat diwujudkan Rachman, A. 2007. Homeschooling Rumah
dalam suasana belajar dan proses Kelasku, Dunia Sekolahku. Jakarta :
pembelajaran berdasarkan pengalaman PT Kompas Media Nusantara
yang tumbuh subur dan kreatif dalam Saputro, Abe. 2007. Rumahku Sekolahku:
menata ulang pengalaman berikutnya. Panduan bagi Orang Tua untuk
Tantangan bagi orang tua dalam Menciptakan Homeschooling.
memberikan pembelajaran matematika Yogyakarta: Grha Pustaka.
kepada anak yang mendapatkan pendidikan Sumardiono. 2007. Homeschooling: A leap
di sekolah-rumah adalah upaya memahami for Better Learning. Lompatan Cara
dan mengerti konsep matematika menurut Belajar. Jakarta : PT. Gramedia.
kurikulum yang dipilihnya dalam
penyelenggaraan homeschooling, dan
mentransformasikannya ke dalam sebuah
ide yang disesuaikan dengan kemampuan
anak. Ide yang baik adalah ide yang bisa
menarik anak-anak untuk berkreasi
menemukan sesuatu dari serangkaian proses
pembelajaran yang dilaluinya dan mampu
meningkatkan motivasi anak terhadap
minat dan bakat yang dimilikinya. Semakin

Anda mungkin juga menyukai