Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH JUMAT

“Nabi Ibrahim Tauladan Sepanjang Masa dalam Ketaatan dan Pengorbanan”


oleh Ustadz Drs. H. Arif Hasbillah, M. Ag.
Hadirin yang Berbahagia..
Tak ada puji yang paling tinggi kecuali bagi Ilahi Robbi, Pemelihara Alam Semesta dan
Penguasa diri kita. Shalawat teriring salam semoga terlimpah kepada junjungan alam, yakni Nabi
besar Muhammad SAW, keluarga, para Shahabat, serta para pengikut yang setia sampai akhir
zaman.
Hadirin yang Dirahmati Allah..
Ibadah Haji dan Idul Adha tidak lepas dari perjalanan Ruhiyah Nabi Ibrahim AS. yang
patut kita teladan dalam ketaatan dan pengorbanannya. Tidak ada orang yang menyesal bila
pengorbanan ditujukan untuk kekasih yang paling dicintainya, bahkan senang dan bangga
walaupun sebesar apapun pengorbanan itu.
Inilah nampaknya suasana batin yang dialami Nabi Ibrahim AS. dalam menjalankan
perintah Allah ta‘ala. Sekalipun perintahnya diluar batas kemampuan kita, seperti ketika
menyembelih anaknya. Kecintaan kepada anak dan istri tidak mengalahkan kecintaannya kepada
Allah SWT. hingga Beliau diangkat menjadi Imam bagi seluruh umat manusia.
Allah Ta‘ala berfirman :

۞ ‫اس َجا ِعلُكَ اِنِ ْي قَا َل ۗ فَاَت َ َّم ُهنَّ ِب َك ِلمت َربُّه اِ ْبر ٖه َم ا ْبتَلٰٓى َواِ ِذ‬ ِ َّ‫َل قَا َل ۗ ذُ ِريَّتِ ْي َو ِم ْن َقا َل ۗ اِ َما ًما ِللن‬
‫ع ْهدِى يَنَا ُل‬ َ َ‫ال ّٰظ ِل ِم ْين‬
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia
melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan
engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak
cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
[QS. Al-Baqarah (2) : ayat 124]
Hingga Nabi Muhammad SAW diperintahkan mengikuti cara beragamnya Nabi Ibrahim.
Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 123 :

‫ا ْل ُمش ِْر ِك ْينَ ِمنَ كَانَ َو َم ۗا َح ِن ْيفًا اِ ْبر ِه ْي َم ِملَّ َة ات َّ ِب ْع ا َ ِن اِلَ ْيكَ ا َ ْو َح ْينَا ٰٓ ث ُ َّم‬
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), “Ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan
dia bukanlah termasuk orang musyrik.”
Hadirin Rahimakumullah..
Kerelaan berkorban yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim AS. perlu diterapkan pada semua
aspek kehidupan. Tanpa kesediaan berkorban, jangan harap datangnya kejayaan dan kebahagiaan.
Apa saja yang menumbuhkan kita mau berqurban :
1. Merenungi betapa banyak nikmat yang Allah curahkan, sampai kita merasa tidak seberapa
yang kita korbankan disbanding dengan karunia yang Allah limpahkan. Dengan hal itu
akan terdorong untuk senang mengorbankan (menginfaqkan) apa yang kita cintai.
Sebagaimana firman Allah :

‫ت ُ ِحبُّ ْونَ ِم َّما ت ُ ْن ِفقُ ْوا َحتّٰى ا ْل ِب َّر تَنَالُوا لَ ْن‬


“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang
kamu cintai..”
[QS. Ali Imran (3) : ayat 92]
2. Menghindari pembelanjaan yang sia-sia. Banyak sekali hal-hal yang sesungguhnya tidak
diperlukan kita beli hingga menjadi mubadzir dan kurang bermanfaat, bahkan tidak cocok
dengan yang kita butuhkan, akhirnya menjadi sia-sia. Padahal bagi sebagian saudara kita
hal yang sangat pokok pun tidak tercukupinya. Maka berikanlah atau korbankanlah hingga
menjadi barang yang sangat berguna dan bermanfaat . Ingat ! Sikap seorang mukmin selalu
menghindari dari yang sia-sia ‫ معرضون اللغو عن‬hingga tenaga, pikirannya selalu produktif
(melahirkan kebermanfaatan bagi orang lain).
3. Meneladani orang-orang yang senang berkorban dijalan Allah, hingga hidupnya senantiasa
merasakan kepuasan batin yang efeknya sangat berpengaruh bagi kesehatan dan
ketenangan jiwa.
4. Menghilangkan sifat materialistis dalam jiwa masing-masing, jangan dilihat tumpukannya
tapi lihat kebermanfaatannya. Harta tidak dijadikan kebanggaan tapi punya fungsi sosial.
5. Ingatlah pengorbanan itu pada hakekatnya menolong diri kita dari dahsyatnya api neraka.
Bahagia ketika ditolong tapi tentu merasa lebih Bahagia jika dapat menolong, terlebih
kebahagiaan akhirat kelak, yaitu dapatnya pertolongan dan syafa‘at dari Allah SWT, yang
paling kita rindukan.
Banyak hal yang perlu kita teladani dari Nabi Ibrahim AS. Sebagaimana firman Allah dalam
QS. Al-Mumtahanah ayat 4.

‫س َوة لَ ُك ْم كَانَتْ قَ ْد‬ َ ‫َمعَه َوالَّ ِذ ْينَ اِ ْبر ِه ْي َم ِف ْٰٓي َح‬


ْ ُ ‫سنَة ا‬
“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengannya,..”
Diantara yang perlu kita teladani adalah :
1. Ketaatan dan kepasrahannya dalam melaksanakan perintah Allah:

َّ‫ش ِمنَ يَكُ َولَ ْم َحنِ ْيفً ۗا ِ ِّّٰلِ قَانِتًا ا ُ َّمةً كَانَ اِ ْبر ِه ْي َم اِن‬
ْ ‫ا ْل ُم‬
Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan
hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah),”
[QS. An-Nahl (16) : ayat 120]
Dan ini diikuti oleh anak dan istrinya, karena inilah yang paling dia harapkan mempunyai
keturunan yang senantiasa pasrah kepada Tuhan pengurus, pengatur, dan penata seluruh alam ‫أسلمت‬
‫العالمين لرب‬
2. Sikap kritis terhadap berbagai bentuk penyimpangan tauhid.
Firman Allah Ta‘ala :

ْ َ ‫ُّمبِ ْين ضَلل فِ ْي َوقَ ْو َمكَ اَرىكَ اِنِ ْٰٓي ا ِل َهةً ا‬


۞ ‫ص َنا ًما اَتَت َّ ِخذُ ا َز َر ِلَبِ ْي ِه اِ ْبر ِه ْي ُم قَا َل َواِ ْذ‬
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya Azar, ”Pantaskah engkau menjadikan
berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam
kesesatan yang nyata.”
[QS. Al-An‘am (6) : ayat 74]
3. Sanggup menghadapi resiko dalam perjuangan menegakkan kebenaran.
Ketegaran berhadapan dengan berbagai tantangan tercermin dalam kepribadiannya. Beliau
lantang menyuarakan ketauhidan agar manusia terlepas dari kerendahan dan kehinaan. Ketika
manusia melakukan kemusyrikan , dia akan menyembah sesuatu yang lebih rendah dari dirinya,
maka ketika manusia ingin menggapai kemuliaan, satu keniscayaan harus menyembah yang Maha
Mulia. Firman Allah :

‫ّللاِ د ُْو ِن ِم ْن اَفَت َ ْعبُد ُْونَ قَا َل‬


ّٰ ‫ش ْيـًٔا يَ ْنفَعُ ُك ْم َل َما‬ ۗ ُ ‫ّللاِ د ُْو ِن ِم ْن ت َ ْعبُد ُْونَ َو ِل َما لَّ ُك ْم ا‬
َ ‫ف يَض ُُّر ُك ْم َّو َل‬ ّٰ ‫ل‬ۗ َ َ‫اَف‬
َ‫ت َ ْع ِقلُ ْون‬
“Dia (Ibrahim) berkata, “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat
memberi manfaat sedikit pun, dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kamu? Celakalah
kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?”
[QS. Al-Anbiya’ (21) : ayat 66-67]
4. Rela berkorban demi kepentingan Islam dan Umat.
Sekaipun harus mengorbankan yang paling dicintai, agar manusia kelak dikemudian hari mau
berkorban bagi sesamanya, jangankan harta, nyawa sekalipun Beliau ikhlaskan. Kerelaan Nabi
Ibrahim mengorbankan anak mempunyai pengaruh besar bagi peradaban manusia yang rela
mengorbankan apa saja untuk melahirkan kemaslahatan dan kebermanfaatan abgi kehidupan umat
manusia, serta kebahagiaan kehidupan akhirnya.
5. Kepedulian dan Perhatiannya terhadap Masa Depan.
Dia seorang figur yang sangat gelisah menatap hari esok, tercermin dalam do‘a-do‘anya
(pengaduan kepada Allah). Firman Allah :

ِ ‫ص ِل ِح ْينَ ِمنَ ِل ْي َه ْب َر‬


‫ب‬ ّٰ ‫ال‬
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.”
[QS. Ash-Shaffat (37) : ayat 100]
َّ ‫ُدع َۤا ِء َوتَقَبَّ ْل َربَّنَا ذُ ِريَّتِ ْي َو ِم ْن ال‬
ِ ‫صلو ِة ُم ِق ْي َم اجْ عَ ْلنِ ْي َر‬
‫ب‬
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan
kami, perkenankanlah doaku.”
[QS. Ibrahim (14) : ayat 40]

ُ ‫علَ ْي ِه ْم يَتْلُ ْوا ِم ْن ُه ْم َر‬


‫س ْو ًل فِ ْي ِه ْم َوا ْبعَ ْث َربَّنَا‬ َ ‫ا ْلعَ ِز ْي ُز ا َ ْنتَ اِنَّكَ ۗ َويُ َز ِك ْي ِه ْم َوا ْل ِح ْك َمةَ ا ْل ِكت‬
َ َ‫ب َويُ َع ِل ُم ُه ُم ايتِك‬
‫ا ْل َح ِك ْي ُم‬
“Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada
mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
[QS. Al-Baqarah (2) : ayat 129]
Kerinduan kepada anak bukan karena ingin menimang cucu, tapi ingin menjadikan sebagai
pelanjut cita-citanya, maka yang diinginkan adalah yang berkualitas dan shalih. Anak adalah masa
depan, agar kehidupan manusia bias tegak diatas fitrah tauhidnya. Beliau perjuangkan bukan
sekedar berdo‘anya, Beliau ambil resiko yang terberat dalam hidupnya. Beliau mulai dengan
membina generasi yang memiliki karakter aqidah yang benar. Itulah generasi Ibrahim, generasi
Robbani yang ciri utamanya tidak adanya komitmen pada konsepsi selain-Nya. Firman Allah :

‫ّللاُ ُّي ْؤ ِت َيهُ ا َ ْن ِل َبشَر كَانَ َما‬


ّٰ ‫ب‬ َ ‫اس َيقُ ْو َل ث ُ َّم َوالنُّبُ َّوةَ َوا ْل ُح ْك َم ا ْل ِكت‬ ِ َّ‫ّللاِ د ُْو ِن ِم ْن ِل ْي ِع َبادًا ك ُْونُ ْوا ِللن‬
ّٰ ‫َول ِك ْن‬
‫ب تُعَ ِل ُم ْونَ ُك ْنت ُ ْم ِب َما َربَّانِ ٖينَ ك ُْونُ ْوا‬ َ ‫س ْونَ ُك ْنت ُ ْم َو ِب َما ا ْل ِكت‬
ُ ‫ۙ تَد ُْر‬
“Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian,
kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,”
tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab
dan karena kamu mempelajarinya!”
[QS. Ali Imran (3) : ayat 79]
Ini merupakan ciri perjuangan para rasul. Dimulainya dengan membangun Aqidah terlebih
dahulu, bukan melalui perjuangan perbaikan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan hidup dalam
makna duniawi. Dan itu pula yang membedakan dengan para politikus, ekonom, ilmuan, dsb.
Kita lihat sekarang, ketika tidak dibangun diatas dasar Aqidah (tidak punya landasan yang
kokoh, peradaban manusia semakin memprihatinkan, menggelinding tanpa arahan wahyu.
Kemajuan teknologi diiringi dengan punahnya nilai-nilai luhur manusia.
 Pola hidup masyarakat sosial religius bergeser kearah kehidupan yang individual
materialistik;
 Kehidupan sederhana yan produktif berubah kepada pola konsumtif yang sangat boros;
 Hubungan kekeluargaan semakin melonggar;
 Masyarakat agamis menjadi sekuler yang serba boleh;
 Kesucian Lembaga pernikahan semakin kurang dihargai.
Akankah terus meluncur kejurang kehinaan dan kehancuran ? atau segera mengambil pelajaran
dari yang sedang dilakukan para jama‘ah haji.
Haji Adalah :
Haji adalah upaya menyegarkan ketauhidan dan kesinambungan umat dengan Bapaknya
ketauhidan, yaitu Nabi Ibrahim AS.
 Haji adalah madrasah penggemblengan agar menjadi manusia sejati yang semakin kenal
dengan sang pencipta jaga raya ini;
 Melatih untuk tetap mengingat Allah dengan penuh kekhusyu‘an dengan memurnikan
ketundukan dan kepatuhan kepada-Nya;
 Menumbuhkan rasa perdamaian dan persaudaraan diantara sesama manusia;
 Mukhtamar Islam seluruh dunia yang tentu ini tidak bias terlaksana tanpa mentauladani
ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim beserta keluarganya.
Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai