Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi
padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter
atau multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri,
leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan
dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.(7)

Myoma uteri merupakan jenis tumor uterus yang paling sering ditemukan
dalam otot uterus. Diperkirakan bahwa 20% dari wanita berumur 35 tahun
penderita myoma uteri walaupun tidak disertai gejala-gejala atau sekitar 20-
25% terdapat pada wanita usia reproduktif dan 3-9 kali lebih banyak terdapat
pada wanita berkulit hitam daripada berkulit putih. Mioma uteri lebih banyak
ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena wanita berkulit hitam memiliki
lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita kulit putih. (2,3,4)
Di Indonesia myoma uteri ditemukan 2,39 – 11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Mioma uteri lebih sering didapati pada wanita
nullipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran.
Myoma uteri tidak pernah terjadi setelah menopause bahkan yang telah ada
pun biasanya mengecil bila mendekati masa menopause. Setelah menopause,
hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Bila myoma uteri
bertambah besar pada masa post menopause, harus dipikirkan degenerasi
maligna (Sarcoma).(1,2,3)
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri. Dipercaya
bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari
mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai
abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga
kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : (3)

1. Umur : Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50
tahun yaitu mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia
dibawah 20 tahun. Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah

1
ditemukan. Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan
meningkat pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause.(8)
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif
infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau
apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit
hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian
tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita
mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
5. Obesitas : Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini
mungkin berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen
oleh enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan
jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya
dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.9
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari servik uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan
menurut arah pertumbuhannya dibagi menjadi 3: (1,2,3,5,6)
1. Myoma Submukosa, tumbuh tepat di bawah endometrium dan menonjol ke
dalam cavum uteri. Karena tumbuh di bawah endometrium dan di
endometriumlah pendarahan uterus yang paling banyak, sehingga myoma
submukosa ini paling sering menyebabkan perdarahan uteri yang banyak
dan iregular (menometrorrhagia). Sering juga tumbuh bertangkai yang
panjang dan menonjol melalui serviks menuju ke vagina sehingga dapat
terlihat secara inspekulo dan disebut sebagai Myom Geburt.
2. Myoma Intramural atau Interstitial, tumbuh di dinding uterus di antara
serabut miometrium. Ukuran dan konsistensinya bervariasi, kalau besar atau
multipel dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.

2
3. Myoma Subserosa atau Subperitoneal, tumbuh di bawah tunica serosa
(tumbuh keluar dinding uteus) sehingga menonjol keluar pada permukaan
uterus, diliputi oleh serosa. Myoma subserosa ini juga dapat tumbuh
diantara kedua lapisan peritoneal dari ligamentum latum menjadi “myoma
intraligamenter” yang dapat menekan ureter dan A. iliaca, sehingga
menimbulkan gangguan miksi dan rasa nyeri.

Degenerasi bisa terjadi selama pertumbuhannya maka mioma dapat


mengalami perubahan sekunder atau degeneratif sebagai berikut :
 Atrofi ditandai pengecilan tumor yang terjadi setelah persalinan atau post
menopause.
 Hialin terjadi pada miom yang telah matang ditandai dengan bagian yang
berhenti bertumbuh karena akibat kekurangan pasokan nutrisi dan berubah
warnanya menjadi kekuningan, melunak dan melebar menjadi gelatin.
 Kistik yaitu degenerasi hialin dapat mengalami pencairan sehingga seluruh
tumor menjadi lembek, seolah-olah menyerupai uterus gravid atau kista
ovarium.
 Kalsifikasi terjadi bila ada gangguan sirkulasi, terutama pada myoma wanita
tua. Dapat keras seperti batu “ wombstome”, dengan rotgen dapat dilihat
adanya kalsifikasi.
 Septik, sirkulasi yang tidak adekuat menyebabkan nekrosis sentralis dari
tumor yang kemudian terinfeksi terutama terjadi pada jenis submukosa
akibat adanya ulserasi. Hal ini menyebabkan nyeri perut bawah yang akut
disertai demam.
 Degenerasi merah (Red or Carneous), disebabkan gangguan sirkulasi
darah atau infeksi yang hebat atau torsi dari tangkai tumor. Terutama
ditemukan pada wanita hamil. Terutama terjadi pada kehamilan dan nifas
dikarenakan trombosis vena dan kongesti dengan perdarahan interstitial
(nekrosis sub akut) sehingga pada irisan melintang tampak seperti daging
mentah dan merah yang diakibatkan penumpukan pigmen hemosiderin dan
hemofusin.

3
 Degenerasi Lemak (myxomatous or fatty),merupakan degenerasi
asimtomatik yang jarang terjadi dan merupakan kelanjutan dari degenerasi
hialin dan kistik.
Untuk mendiagnosis mioma uteri adalah dengan anamnesis dicari keluhan
utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor risiko serta kemungkinan
komplikasi yang terjadi. Gejala-gejala myoma hanya terdapat pada 35-50 %
pasien dengan myoma uteri. Gejala myoma uteri tergantung dari (1,2,3) :
 Jenis myoma (subserosa, intramural, submukosa)
 Besarnya myoma
 Lokalisasi myoma
 Perubahan (degenerasi) dan komplikasi yang terjadi
Gejala-gejala myoma uteri yaitu perdarahan yang abnormal, nyeri, tekanan
(presure effect, tumor atau massa di perut bagian bawah,serta gejala-gejala
sekunder lainnya seperti anemia, abortus (kehamilan), infertilitas.
Myoma dapat secara mudah ditemukan dengan pemeriksaan rutin bimanual
dari uterus atau kadang-kadang dengan palpasi pada abdomen bawah.
Pemeriksaan Bimanual akan mengungkapkan tumor padat, keras, teraba
berbenjol-benjol, gerakan bebas, tidak sakit, umumnya terletak di garis tengah
atau agak ke samping dan harus dipastikan bahwa tumor merupakan bagian
dari rahim sedangkan dengan palpasi abdomen akan didapatkan massa yang
padat, bentuk tidak teratur, gerak bebas, dan tidak sakit. Myoma submukosa
kadang kala dapat teraba dengan jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis
dan terasanya benjolan pada permukaan kavum uteri. (1,2,3)
USG pelvik umumnya dapat membantu diagnosis dan menyingkirkan
kehamilan sebagai pembesaran uterus. USG pelvik merupakan pemeriksaan
pencitraan yang paling utama pada kasus myoma tapi bukan berarti USG
pelvik merupakan pengganti pemeriksaan bimanual dari uterus dan
pemeriksaan abdomen.(3)

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?
2. Apakah faktor-faktor predisposisi mioma uteri pada kasus ini ?
3. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat ?

5
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas
Nama penderita : NY. YS
Umur : 62 tahun
Alamat : Waena
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : IRT
Suku bangsa : Aru
Tgl MRS :24 Maret 2019
No. DM : 451644

2.2 Anamnesis
 Keluhan Utama
Keluar bercak darah.
 Riwayat Kehamilan Sekarang
Pasien usia 62 tahun datang dengan membawa surat rujukan dari RSUD
Cenderawasih Dobo dengan Diagnosa miom Uteri. Pasien datang dengan
keluhan keluar bercak-bercak darah dari jalan lahir sejak Oktober 2018.
Bercak yang keluar diakui berwarna coklat kehitaman, dan diakui bercak
yang pertama kali keluar berbau amis. Ganti pembalut sebanyak 1 kali. Pasien
juga mengeluh nyeri pada perut bagian bawah terutama disisi sebelah kanan.
Gangguan BAK berupa sering BAK (+) dan tidak tuntas. Sulit buang air
besar dan nyeri saat BAB (+). Pasien mengaku sudah berhenti haid sejak usia
48 tahun.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asma, malaria, alergi obat
disangkal.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asma, malaria disangkal.

6
 Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali, usia pernikahan 45 tahun.
 Riwayat Obstetri :

No Jenis Penolong BB JK Umur Hidup/mati


persalinan sekarang
1 Spontan Dukun - Laki-laki 3 bulan Meninggal

 Riwayat Kehamilan
P1A0
 Riwayat Sosial Ekonomi
♂ Umur: 64 Tahun, Pendidikan: SD, Pekerjaan: Swasta
♀ Umur: 62 Tahun, Pendidikan: SMA, Pekerjaan: IRT
- Riwayat Menstruasi:

Menarche : 11 Tahun
Siklus Haid : Teratur, 28 hari , lamanya 5 hari.
Gejala Penyerta : Dysmenorhe (-)
- Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Sebelum Hamil

Jenis kontrasepsi :-
Berapa lama :-
Sebab berhenti :-
- Riwayat Psikososial:
Riwayat merokok (-), riwayat minum jamu-jamu (-), riwayat minum-
minuman beralkohol (-).

2.3 Pemeriksaan Fisik


 Status Generalis

Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang


Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 66 kg

7
BMI : BB/TB2 : 66/1,672 = 23,66
Klasifikasi BMI:
Kurus III :<16
Kurus II :16-17
Kurus I :17-18,5
Berat badan normal :18,5-25
Kegemukan :25-30
Obesitas I :30-35
Obesitas II :35-40
Obesitas III :>40
Ibu termasuk berat badan normal
 Tanda-Tanda Vital

- Tekanan Darah : 110/80 mmHg


- Nadi :68 x/m
- Respirasi : 22 x/m
- Suhu Badan : 36,7 oC
- SpO2 : 98 %
Kepala
- Mata : Conjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-/-), pupil
isokor, refleks cahaya (+)
- Hidung : Sekret (-/-), mukosa tidak hiperemis.
- Mulut : Dalam batas normal
- Telinga : Sekret (-/-)
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Thorax
- Jantung : Bunyi jantung I dan II regular, mur-mur (-), gallop (-)
- Paru : Simetris, SN Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-
/-)
- Abdomen : Tampak datar, bising usus (+),teraba massa 3 jari diatas
simfisis
Hati : Tidak teraba, nyeri tekan (-)
Limpa : Tidak teraba, nyeri tekan (-)

8
- Ekstremitas : Akral hangat, edema, CRT < 2 detik
- -

- -

2.4 STATUS GINEKOLOGI


Pemeriksaan luar
Teraba massa setinggi 3 jari diatas simfisis, padat, mobile, nyeri tekan (-).

Inspekulo : tidak dilakukan


2.5 DIAGNOSA SEMENTARA
Mioma uteri
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi 24/03/2019
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai rujukan

Hemoglobin 12,6 gr/dl 13.3-16.6

Hematokrit 37.3 % 35.2-46.7

Leukosit 5.55(103/ul) 3.37-8.83

Trombosit 197 (103/ul) 140-400

Eritrosit 4.27(106/ul) 3.69-5.46

9
PT 11.5 detik 10.2-12.1

APTT 30.9 detik 24.8-34.4

GDS 108mg/dL <=140

SGOT 15.8 U/L <= 40

SGPT 11.9 U/L <= 40

BUN 13.4 mg/dL 7-18

Creatinin 0.35 mg/dL <= 0.95

Albumin 4.1 g/dL 3.5 – 5.2

Kalium darah 3.86 mEq/L 3.50- 5.30

Natrium darah 140.50 mEq/L 135-148

CL darah 106.20 mEq/L 90-106

HBsAg Non reaktif Non reaktif

10
Tanggal Jenis Hasil Nilai rujukan
pemeriksaan
24/03/2019 Urinalisa

Warna Kuning Kuning muda-kuning

Kekeruhan Agak keruh Tidak keruh

Ph 6.0 4,6 - 8,5

Berat Jenis 1.015 1.002 - 1.030

Protein Negatif Negatif: Tidak ada


protein dalam urin
+ 1 : 15-30 mg/dL
+ 2 : 100 mg/dL
+ 3 : 500 mg/dL
+ 4 : 1000 mg/dL

Urobilin Normal Normal

Bilirubin Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif

Lekosit Esterase +2 Negatif

Darah +3 Negatif

11
b.Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Uterus retrofleksi
Kesan miom uteri intramural Ø10, 22 x 9.15 cm

c.Foto Rontgen : (+)


2.7 RESUME
Pasien usia 64 tahun datang dengan membawa surat rujukan dari RSUD
Cenderawasih Dobo dengan Diagnosa miom Uteri. Pasien datang dengan
keluhan keluar bercak-bercak darah dari jalan lahir sejak Oktober 2018.
Bercak yang keluar diakui berwarna coklat kehitaman, dan diakui bercak yang
pertama kali keluar berbau amis. Ganti pembalut sebanyak 1 kali. Pasien juga
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah terutama disisi sebelah kanan.
Gangguan BAK berupa sering BAK (+) dan tidak tuntas. Sulit buang air besar
dan nyeri saat BAB (+). Pasien mengaku sudah berhenti haid sejak usia 48
tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : KU tampak sakit sedang,
kesadaran CM, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 68 x/m, respirasi 22 x/m,
suhu badan 36,9 oC.

2.8 DIAGNOSIS KERJA


Miom Uteri
2.9 RENCANA TERAPI
- Observasi KU dan TTV
- Pro Laparotomi (27/03/2019)
- Informed consent
- Konsul anestesi
- Konsul penyakit dalam

12
- Konsul Jantung
- IVFD RL 500 ml
- Pasang kateter
- Ceftriaxone 2 gr IV

2.8 LAPORAN OPERASI

- Pasien terlentang di atas meja operasi dalam anestesi spinal


- Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
- Daerah operasi dipersempit dengan doek steril
- Dilakuakn insisi mediana inferior pada linea mediana, abdoemen ditembus
secara tajam dan tumpul
- Setelah peritoneum di buka, tampak uterus membesar ukuran 10x8
cm, mengalami perlengketan dengan rectum dan rongga pelvis kiri
dan kanan
- Diputuskan melakukan myomectomy
- Uterus disayat longitudinal dan masa miom dibebaskan
- Uterus dijahit lapis demi lapis dengan vicryl 1.0 hingga lapisan serosa
- Perdarahan dirawat
- Pada eksplorasi lanjut, kedua tuba membesar dan mengalami perlegketan
dengan rongga pelvis kiri dan kanan, diputuskan dilakukan rawat
konservatif
- Perdarahan dirawat
- Rongga abdomen dicuci dengan NaCl 0,9%
- Kemudian dijahit lapis demi lapis
- Peritoneum dijahit
- Fascia dijahit dengan vicryl 1.0
- Kulit dijahit subkutikuler

13
FOTO

- Instruksi Post Operasi :

- Inj. Ceftriaxone 1x2 gr


- Drip metronidazole 3x500 mg
- Gentamisin 2 x 80 mg
- Kaltrofen 2x1 supp
- Ranitidin 2x1 amp
- Asam tranexamat 3x500 mg
- Drip ondancetrom 8 mg + neurobat dalam D5% 500 cc→ 20 tpm
- Tirah baring 24 jam post op
- Puasa 6 jam post op
- Cek Hb post op dan transfusi 1 kolf
- Observasi KU, TTV dan diuresis

14
2.9 Diagnosis Pasca Bedah
Post Miomektomi a/i Mioma Uteri
2.10 Lembar observasi
Waktu follow up 27-03-2019

S Pasien masuk di RR. Nyeri luka operasi (+).


O o KU : Sakit sedang / kesadaran : Compos mentis
o TD :90/60 mmHg, Nadi: 66x/menit, RR: 20x/menit,
SB : 36,9°C
DC produksi 200 cc. warna kunin (observasi selama 2
hari). Post transfusi PRC 1 kolf dari OK.
A Post lapratomi a/i miom uteri
P  Observasi KU, TTV, Diuresis
 Transfusi prc 1 kolf
 Cek Hb post transfuse
Waktu follow up 28-03-2019 (H1)
S Nyeri luka operasi, perdarahan dari jalan lahir (-),
pusing (-).
O o KU : Sakit sedang / kesadaran : kompos mentis
o TD :100/70 mmHg, Nadi: 78x/menit, RR: 20
x/menit, SB : 36,4°C
o DC : 1100 cc (buang), 290 cc (tertampung).
A Post miomektomi a/i miom uteri
P  Observasi KU, TTV,
 Infus RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1x2 gr
 Drip metronidazole 3 x 500 mg
 Kaltropen sup 2 x2
 Rantidin 2 x 1
 Kalnex 3 x 1
 Drip Ondancentron + neurobion dalam D5% 500
20 tpm

15
Waktu follow up 29-3-2019 (H2)
S Nyeri luka operasi (-), perdarahan dari jalan lahir (-)
Pusing (-), bisa duduk.
O o KU : Sakit Ringan / kesadaran : kompos mentis
o TD :110/80 mmHg, Nadi: 92x/menit, RR:
22x/menit, SB : 36,7°C
o DC : 500 cc
A Post miomektomi a/i miom uteri
P  Observasi KU, TTV
 Infus RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxone 1x2 gr
 Drip metronidazole 3 x 500 mg
 Kaltropen sup 2 x2
 Rantidin 2 x 1
 Kalnex 3 x 1
Waktu follow up 30-03-2019 (H3)
S tidak ada
O o KU : Baik / kesadaran : kompos mentis
o TD :110/80 mmHg, Nadi: 81x/menit, RR:
20x/menit, SB : 36°C
A Post miomektomi a/i miom uteri
P  Observasi KU, TTV
 Advice DPJP aff infus dan DC.
 Inj. Ceftriaxone 1x2 gr
 Drip metronidazole 3 x 500 mg
 Kaltropen sup 2 x2
 Rantidin 2 x 1
 Kalnex 3 x 1
 Ganti terapi Oral
Waktu follow up 31-03-2019
S Tidak ada
O o KU : Baik/ kesadaran : kompos mentis

16
o TD :110/70 mmHg, Nadi: 88x/menit, RR:
20x/menit, SB : 36,6°C.
A Post miomektomi a/i miom uteri
P  CoAmoxiclav 3 x 1
 Asam Mefenamat 3 x 1
 Livron BPlex 2 x 1
 Vit. Albumin 2 x 1
Waktu follow up 1-04-2019
S Tidak ada
O o KU : Baik/ kesadaran : kompos mentis
o TD :100/60 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR:
20x/menit, SB : 36,6°C.
A Post miomektomi a/i miom uteri
P  CoAmoxiclav 3 x 1
 Asam Mefenamat 3 x 1
 Livron BPlex 2 x 1
 Vit. Albumin 2 x 1
 Rencana BPL

17
BAB III
PEMBAHASAN

1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?


Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita P1A0
berusia 62 tahun dengan diagnosa mioma uteri. Pada anamnesa dapat diketahui
pasien datang dengan keluar bercak darah dari jalan lahir sejak Oktober 2018.
Bercak yang keluar diakui berwarna coklat kehitaman, dan diakui bercak yang
pertama kali keluar berbau amis. Ganti pembalut sebanyak 1 kali. Pasien juga
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah terutama disisi sebelah kanan.
Gangguan BAK berupa sering BAK (+) dan tidak tuntas. Sulit buang air besar
dan nyeri saat BAB (+). Pasien mengaku sudah berhenti haid sejak usia 48
tahun.
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot
polos rahim. Mioma dapat tumbuh disetiap bagian dari dinding uterus. Mioma
intramural adalah mioma yang terdapat didalam dinding uterus. Mioma
submukosum merupakan mioma yang terdapat pada sisi dalam dari kavum
uteri dan terletak dibawah endometrium. Mioma subserous adalah mioma yang
terletak di permukaan serosa dari uterus dan mungkin akan menonjol keluar
dari miometrium. Dalam mendiagnosa mioma uteri dapat berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gejala yang timbul
sangat bergantung pada tempat sarang mioma ini berada (intramural,
submukosa, subserous), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang
terjadi.
Keluhan yang dikeluhkan oleh pasien tidak sesuai dengan teori dimana pada
miom uteri akan didapatkan gejala berupa adanya perdarahan abnormal yang
hanya terjadi pada usia reproduksi (gangguan haid) sedangkan pada kasus ini
pasien sudah berusia 62 tahun dimana pada usia tersebut sudah tidak keluar
darah haid yang artinya pasien sudah memasuki masa post menopause (usia 48
tahun). Myoma uteri tidak terjadi sebelum menarche (pubertas) dan di bawah
pengaruh hormon, myoma biasanya tumbuh pada masa reproduktif. Myoma

18
uteri tidak pernah terjadi setelah menopause bahkan yang telah ada pun
biasanya mengecil bila mendekati masa menopause.

Sedangkan menurut kepustakaan perdarahan pasca menopause merupakan


salah satu dari sekian banyak kasus yang datang ke pelayanan ginekologi
karena penyebab dasar dari keganasan endometirum. Pada kasus ini keluhan
yang disampaikan oleh pasien sesuai dengan teori Ca endometrium , dimana
pada Ca Endometruium terjadi perdarahan yang abnormal pasca menopause
yang teratur dan berkelanjutan. Ca Endometrium dapat menyebar antara lain
dalam myometrium menuju ke peritoneum dan parametrium, melalui tuba uteri
ke ovarium, ke uterus dan serviks, ke arteri dan vena di uterus,atau ke daerah
panggul. Invasi myometrium dan metastasis terjadi relatif lambat.11
Persentase terjadinya Ca Endometrium menurut Scottish Cancer
Dikutip dari kepustakaan 10

Gejala klinis selain perdarahan, kadang tidak disertai rasa nyeri, kecuali
infeksi intrauteri atau obstruksi serviks, Keputihan berlebih, berbau busuk yang
dapat terjadi sesekali. Pemeriksaan bimanual sangat penting untuk melihat
apakah ada pembesaran dari uterus dan untuk mengetahui posisi dan mobilitas
uterus. Uterus biasanya menjadi lebih besar, lebih bulat, dan tidak terlalu
lunak. Dilakukan pemeriksaan penunjang dengan USG tidak tepat
berdasarakan teori perdarahan pasca menopause, yang dicurigai sebagai suatu
keganasan endometrium untuk membantu menegakkan diagnosis selain dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan kuretase bertingkat dengan
kawalan hietereoskopik.1,11

19
2. Apakah faktor predisposisi dari mioma uteri ?
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial.
Faktor predisposisi:
 Usia (reproduktif 35-45 tahun)
Tidak sesuai dengan teori karena mioma uteri paling sering memberikan
gejala klinis antara 35-45 tahun sedangkan pasien sudah berusia 62
tahun. Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah
menopause. Bila myoma uteri bertambah besar pada masa post
menopause, harus dipikirkan degenerasi maligna (Sarcoma).
 Paritas (Nullipara)
Pasien P1A0 sesuai dengan teori bila dilihat dari paritas namun tidak bisa
dipastikan bila hanya berdasarkan paritas. Berdasarkan teori mioma uteri
lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil,
atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
 Faktor ras dan genetik pada wanita ras tertentu
Bila dilihat dari status genetik, pasien mengaku tidak memiliki riwayat
penyakit keluarga yang sama seperti yang diderita oleh pasien saat ini.
Sehingga bila dilihat faktor genetik tidak sesuai dengan teori. Pada teori
wanita berkulit hitam angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari
faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga
ada yang menderita mioma uteri..

20
 Obesitas

Bila dilihat bedasarkan status BMI pasien yaitu


BMI : BB/TB2 : 66/1,672 = 23,66
Klasifikasi BMI:
Kurus III :<16
Kurus II :16-17
Kurus I :17-18,5
Berat badan normal :18,5-25
Kegemukan :25-30
Obesitas I :30-35
Obesitas II :35-40
Obesitas III :>40
Ibu termasuk berat badan normal. Hal ini tidak sesuai dengan teori sebab
pada teori, obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh
enzim aromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah
estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan
peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.
3. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?
Pada pasien diambil tindakan yaitu laparatomi elektif dengan miomektomi
belum tepat. Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin memiliki
anak sehingga perlu mempertahan fungsi uterus dan tidak ingin dilakukan
histerektomi. Miomektomi dipilih karena pada pasien ini masih tidak ingin
dilakukan histerektomi.
Berdasarkan teori terapi utama pada karsinoma endometrium adalah
pembedahan. Termasuk mengangkat bagian uterus, serviks dan struktur
Adneksa. Jika uterus telah diangkat, harus dilakukan pemeriksaan patologi
anatomi. Ca endometrium dengan metastasis adalah kemoterapi merupakan
terapi paliatif, dengan harapan kecil untuk mengontrol penyakit dalam jangka
panjang.12

21
BAB IV
KESIMPULAN

• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka


pasien didiagnosis dengan mioma uteri belum tepat. Keluhan yang
disampaikan oleh pasien lebih mengarah kepada Ca Endomterium, dans
seharunya dialkukan pemeriksaan penunjang dengan kuretase bertingkat bila
didapatkan keluhan seperti diatas.
• Faktor presdisposisi pada mioma Uteri adalah usia reproduktif, paritas ,ras
serta genetik, fungsi ovarium, dan obesitas.
• Penangan laparatomi dengan tindakan miomektomi belum tepat pada kasus
ini, indikasi untuk pasien dengan keluhan perdarahan post menopause
seharusnya dilakukan histerektomi dengan kecurigaan adanya keganasan
endometrium.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar Mochammad, Baziad Ali, Prabowo Prajitno. Ilmu Kandungan. Edisi 3.


Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2014. p 274-279.
2. Bagian Obstetri Ginecologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung : Ginecologi, Elstar Offset, Bandung, 6 : 154 – 163.
3. Cunningham, F Gary ; Mac Donald, Paul C ; Gant, Norman F : Obstetri
Williams , edisi 18, EGC, Th 1995.
4. DeCherney, Alan H; Nathan Lauren : Current Obstetric & Ginecologic
Diagnosis & Treatment, 9 th edition, International Edition, 2003, 36 : 693-699.

5. Herbst, Arthur L., M.D., et al; Comprehensive Gynecology, second edition,


Mosby Yearbook, 1992, 511-518.

6. Hacker, Neville F : Essentials of Obstetrics and Gynecology, copy right @


1992 by W.B. Saunders company, Philadelphia, Pennsylvania.

7. Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-


Terapi dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS
Sanglah, Denpasar.

8. Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 2. Jakarta:


EGC.

9. Parker WH. 2007. Etiology, syptomatology and diagnosis of uterin myomas.


87: 725-733.
10. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Investigation of Post Menopausal
Bledding. 2002
11. Pernoll,ML. Benson & Pernoll’s handbook of OBSTETRICS &
GYNAECOLOGY “Disease of The Uterus”. Newyork : McGrawHill.
12. G.Mutch,David. Danforth’s Textbook of Obstetrics & Gynaecology
“UterineCancer”. USA: Blackwell Publishing. 2001.

23

Anda mungkin juga menyukai