Anda di halaman 1dari 6

1

Matinya Sang Tadulako

Judul Resensi : Matinya Sang Tadulako

Pengarang : Jamrin Abubakar

Penerbit : Ladang Pustaka, Yogyakarta

Cetakan : Cetakan Pertama, 2013

Kota terbit : Yogyakarta

Tebal Buku : xii + 102 halaman

ISBN : 978-602-I8231-7-O

Jamrin Abubakar adalah seorang penulis biasa dengan aktivitas di Kota Palu dan Donggala,

Sulawesi Tengah. Memulai kariernya pada tahun 1990 dengan mempublikasikan artikel di

surat kabar terbitan Kota Palu dan beberapa tulisan dimuat media terbitan Jakarta. Adapun

salah satu judul buku yang telah ia terbitkan adalah Matinya Sang Tadulako.

Dalam bukunya ini ia menceritakan berbagai cerita rakyat yang berasal dari Sulawesi Tengah.

Dimana Sulawesi tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan

cerita rakyat atau legenda yang telah menjadi lisan di tengah masyarakat. Tujuan pengarang

menerbitkan buku ini agar cerita rakyat atau legenda yang ada di Sulawesi Tengah bisa

diketahui oleh banyak orang . karena dizaman yang serba canggih seperti sekarang para

penutur lisan cenderung mulai berkurang, terutama pada masyarakat perkotaan, sehingga

dikhawatirkan suatu saat banyak cerita rakyat Sulawesi Tengah terancam punah dan tak

diketahui oleh generasi penerus.

Buku ini terdiri dari 11 cerita rakyat, salah satunya yang menjadi judul buku ini “Matinya

Sang Tadulako “. Berkisah panglima yang tak pernah terkalahkan dalam peperangan di bumi
2

“ Tadulako “. Namun dalam pengembaraan cinta, sang tadulako tak berdaya ketika seorang

perempuan ( kekasih yang diKhianati ) menumbuknya dengan alu.tadulako yang perkasa di

medan perang itu akhirnya mati tragis di tanah yang dibebaskannya. Hanya seorang wanita

yang mampu merobokannya.

Cerita lainnya yang tak kalah menarik dan kaya akan pesan-pesan moral antara lain :

MPOLENDA YANG TERKUTUK

Mpolenda adalah seorang pemimpin yang rakus dan bertindak sewenang-wenang terhadap

warga kampungnya. Ia melakukan monopoli terhadap ikan yang ada di danau Wanga.

Sehingga ia dan keluarganya terkena kutukan Dewa karampua. Mpolenda berubah menjadi

patung yang kemudian dibawa dan ditanam oleh penduduk di tengah kampung.

GADIS KULAVI DALAM POHON

Sadomo adalah seorang pemburu yang berasal dari tanah Kaili. Ia pemburu yang handal.

Karena perburuannya di suatu hutan, ia tersesat. Dan ia pun bertemu seorang gadis kulavi

yang keluar dari sebuah pohon besar. Singkat cerita dari pertemuan itu mereka menikah. Ini

lah awal mula asal-usul suku kulavi di Kabupaten Sigi.

TUMBAL DI PULAU PELING

Berawal dari musim paceklik, menyebabkan Baku Putra seorang pemimpin adat sakit dan

akhirnya meninggal. Baku berpesan kepada kedua orang Tuanya untuk menjaga tumbuhan

yang tumbuh di atas kuburnya. Tiba waktunya tumbuhan itu tumbuh menjadi ubi besar yang

kemudian menjadi sumber makanan pokok di Pulau Peling, Kabupaten Banggai Kepulauan.

Konon itulah asal mula adanya Ubi Banggai yang dipercaya sebagai jelmaan dari manusia.

MATINYA SANG TADULAKO


3

panglima yang tak pernah terkalahkan dalam peperangan di bumi “ Tadulako “. Namun dalam

pengembaraan cinta, sang tadulako tak berdaya ketika seorang perempuan ( kekasih yang

diKhianati ) menumbuknya dengan alu.tadulako yang perkasa di medan perang itu akhirnya

mati tragis di tanah yang dibebaskannya. Hanya seorang wanita yang mampu merobokannya.

TRAGEDI YAMAMORE

Yamamore adalah putri seorang Raja Towale yang melarikan diri dari istana karena tidak mau

dikawinkan paksa dengan Raja Dombu. Dalam pelariannya, ia mencemplungkan diri ke

dalam telaga air asin demi tak diketahui keberadaannya. Maka sejak saat itulah Yamamore

menghilang dan nama tempatnya dinamai Pusentasi atau pusat laut.

PERANG MAHADIYAH

Berawal dari keinginan Sang pelaut menaklukkan Negeri Dampelas, akhirnya terjadi

perlawanan dari Mahadiyah. Peperangan pun terjadi hingga telaga yang dijdikan area

pertarungan kemudian menjadi Danau Dampelas di Desa Talaga.

SANG PUTRI DAN BENGGA BULA

Putri cantik dari Tanah Kaili diasingkan karena terserang penyakit cacat ditubuhnya. Dalam

pengasingan itula ia dikejar dan dijilat seekor Bengga Bula (kerbau putih), sehingga kulitnya

sembuh. Sejak itu pula pihak raja dan keturunannya pantang makan daging kerbau putih.

PERKELAHIAN LABOLONG DENGAN LINDU

Berwal dari perkelahian Labolong (seekor anjing raksasa) dengan lindu (belut raksasa) di

sebuah telaga kecil, akhirnya air meluap menjadi danau. Tempat tersebut kemudian dinamai

Danau Lindu yang dalam bahasa setempat Lindu berarti Belut.

LEGENDA SANG PALINDO


4

Patung megalit Palindo atau Molindo di Padang Sepe, dataran tinggi Bada yang mengisahkan

miring dengan tangan mengarah ke kelaminnya itu menunjukkan simbol persatuan orang

Bada zaman dahulu tak mau ditakklukkan.

CERITA KUCING KERAMAT

Dalam mitologi beberapa suku di Sulawesi Tengah, kucing masih dianggap keramat tidak

boleh disakiti atau disiram karena dipercaya akan menimbulkan bencana. Di daerah ini ada

legenda tentang seekor kucing menyelam ke dalam telaga mengambil jarum milik Sang Putri

yang jatuh. Akibatnya, kucing itu basah kuyub dan tak lama kemudian hujan deras dan banjir

datang sehingga terbentuklah sebuah danau besar.

PETUALANGAN SAWERIGADING DI KERAJAAN SIGI

Sang pelaut sawerigading jatuh cinta dengan Ratu Ngiliyano, penguasa Kerajaan Sigi yang

mempesona. Pinangan bisa diterima dengan syarat bila ayam sang pelaut itu menang melawan

ayam jago Kerajaan Sigi, namun saat akan dilakukan perlagaan ayam, tiba-tiba terjadi gempa

dahsyat. Memporak-porandakan negeri Lembah Kaili membuat kapal Sawerigading hancur

dan banjir bandang dan tanah longsor menimbun laut teluk Kaili menjadi lembah. Kini

dikenal dengan sebutan Lembah Palu.

Kelebihan Buku

1. Lewat buku ini pembaca akan diajak menapaki sejarah legenda yang sebelumnya tidak

pernah pembaca ketahui.

2. Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada para pembaca mengenai

legenda atau cerita rakyat yang ada di Sulawesi Tengah. Terutama untuk para

Generasi Muda agar mengetahui sejarah dan budaya yang ada di Provinsi Sulawesi
5

tengah. Karena di zaman Modern ini sudah sangat jarang atau bahkan sudah tidak ada

lagi sumber atau narasumber yng dapat menceritakan tentang sejarah tersebut.

3. Kata-kata yang digunakan juga sangat mudah dimengerti oleh pembaca dan penulis

mampu membawa pembaca bersama alur cerita yang menyenangkan dan penuh

kejutan.

4. Pembaca juga disuguhkan ringkasan cerita yang dapat mempermudah pembaca dalam

mengetahui isi cerita.

5. Penulis juga menyuguhkan keterangan kata-kata daerah di setiap akhir cerita. Hal ini

pula bisa menambah kosa kata si pembaca tentang bahsa daerah khususnya bahasa

kaili.

6. Buku ini ditulis dengan jujur, apa adanya berdasarkan hasil wawancara dan ekplorasi

dari beberapakomunitas etnik dan sumber terpercaya di wilayah Provinsi Sulawesi

Tengah. Jadi tidak ada dramatisasi kisah seperti layaknya Novel yang diangkat dari

kisah nyata. Penulis juga menyertakan sumber penulisan yang semakin memantapkan

pembaca mengenai kisah yang terdapat didalam buku ini.

7. Terdapat pesan-pesan moral disetiap ceritanya.

Kekurangan Buku

1. Buku ini sangat sedikit penjualannya dan gambar ilustrasi yang terdapat dalam buku

ini masih berwarna hitam putih.

2. Selain itu ada beberapa kata yang salah dalam penulisannya. Tapi tidak mengurangi

makna setiap kalimatnya. Contohnya “raksas” yang seharusnya “Raksasa”.

Jadi tunggu apalagi ? Mari kita mulai membaca buku Matinya Sang Tadulako . Ini bukan

hanya sekedar cerita rakyat yang dibukukan tapi buku ini adalah sumber pengetahuan yang

tak akan kita dapatkan disembarang media atau sumber lisan. Buku ini akan mengajak
6

pembaca mengetahui dan lebih mengenal sejarah budaya dan legenda di Provinsi Sulawesi

Tengah. Dengan membaca Kita bisa berkeliling dunia dengan gratis bahkan Kita

mendapatkan banyak ilmu dan menghilangkan ketidaktahuan yang membelenggu di pikiran

Kita.

Anda mungkin juga menyukai