Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH SINDROMA DEPRESI

TERHADAP DISFUNGSI EREKSI

Andre M. P. Hutagalung
Christoffel Elim
Herdy Munayang

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstract: Normal sexual function is a bio-psycho-social process which is significantly related


to the quality of life (QOL). Any disturbance in one of the components can be a disaster in
sexual life. Erectile dysfunction is a disability to get an erection or to maintain the erection
well enough for a sexual intercourse, which persists or recurs at least three months conse-
cutively due to either psychogenic or organic disturbances, or both. Some psychogenic dis-
turbances especially depression, anxiety, and relational distress, play some important roles in
ED. Besides that, aging, low testoteron level, physical diseases, and some certain medicines
have to be included.
Keywords: erection, erectile dysfunction, sexual stimulus, depression

Abstract: Fungsi seksual yang normal merupakan suatu proses biopsikososial yang berkaitan
langsung dengan kualitas hidup. Adanya gangguan pada salah satu komponen dapat menjadi
malapetaka bagi kehidupan seksual. Disfungsi ereksi dapat dedefinisikan sebagai suatu keti-
dakmampuan untuk ereksi atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hu-
bungan seksual yang memuaskan, yang menetap atau berulang paling tidak selama tiga bulan
berturut-turut. Gangguan psikogenik khususnya sindroma depresi, ankietas, dan distres
relasional berperan penting dalam hal terjadinya disfungsi ereksi. Disamping itu usia lanjut,
rendahnya kadar testoteron, penyakit fisik, dan beberapa jenis obat perlu diperhitungkan.
Kata kunci: fisiologi ereksi, disfungsi ereksi, stimulus seksual, depresi

Disfungsi ereksi ialah suatu keadaan di ma- Beberapa hal yang tergolong faktor predis-
na ereksi penis tidak dapat dicapai atau di- posisi adalah pandangan negatif tentang
pertahankan untuk melakukan hubungan seks, trauma seks, pendidikan tentang seks
seksual. Kondisi ini dahulu dikenal dengan yang kurang, hubungan keluarga yang ter-
istilah impotensi seksual, yang sebenarnya ganggu, dan tipe kepribadian. Keadaan yang
merujuk pada berbagai masalah seksual tergolong dalam faktor presipitasi antara
yang berkaitan dengan gangguan pada libi- lain adalah akibat psikis karena penyakit
do, gangguan ejakulasi, serta gangguan or- atau gangguan fisik, proses penuaan, keti-
gasme. daksetiaan terhadap pasangan, harapan yang
Disfungsi ereksi dapat diakibatkan oleh berlebihan, depresi, kecemasan dan kehi-
karena faktor psikis dan faktor organik.1-3 langan pasangan atau yang dikenal sebagai
Penyebab-penyebab yang bersifat psikis widower’s syndrome. Sedangkan hal yang
adalah semua faktor dalam periode kehidup- tergolong faktor pembinaan adalah pe-
an mulai dari anak hingga usia dewasa. ngaruh pengalaman sebelumnya, hilangnya
Faktor-faktor dalam kehidupan ini dapat daya tarik pasangan, komunikasi yang tidak
dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, baik dan takut yang berkaitan dengan
faktor presipitasi, dan faktor pembinaan.3 keintiman.3
96
Hutagalung, Elim, Munayang; Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis 97

Salah satu gangguan jiwa yang sering dan/atau dengan menggunakan instrumen
mengakibatkan disfungsi ereksi adalah sin- psikometrik seperti Hamilton Rating Scale
drom depresi.4 Penelitan lain yang dilaku- for Depression (HRSD).12
kan di Perancis (ELIXIR Study) terhadap
4557 pasien depresi menunjukkan bahwa 78
EREKSI NORMAL
persen mengalami kehilangan libido 37
persen gangguan ereksi, dan 20 persen Ereksi merupakan persyaratan utama
mengalami disfungsi orgasme.5 bagi pria untuk dapat melakukan hubungan
Penyebab yang bersumber dari faktor seksual.3 Setelah mendapat rangsangan
organik dapat dikelompokkan menjadi fak- yang cukup melalui berbagai mekanisme
tor hormon misalnya kadar hormon prolak- maka penis akan mengalami ereksi melalui
tin yang meningkat dan kadar hormon tiro- berbagai tahapan sehingga dapat dipergu-
id yang rendah, faktor saraf misalnya gang- nakan untuk penetrasi vagina dalam suatu
guan pada faktor saraf parasimpatetik dan hubungan seksual yang normal.
bagian otak yang mengontrol sekresi, fak- Demikian pula kemajuan yang dicapai
tor pembuluh darah arteri misalnya trauma di bidang imunohistokimia juga sangat ber-
pada pembuluh darah arteri, dan faktor peran dalam studi neuroanatomi dan lokasi
pembuluh darah vena misalnya kerusakan yang lebih pasti di dalam menentukan lokasi
dinding pembuluh darah vena.3 Faktor or- area pada otak yang berperan dalam aktivi-
ganik lainnya yaitu obat psikotropik, anti- tas seksual.
depresan, anti-hipertensi, hormon antiko- Selain itu telah dicapai suatu kemajuan
linergik, dan zat-zat psikoaktif lainnya se- yang pesat pula sering dengan ditemukan-
perti alkohol, amfetamin, nikotin dan kana- nya berbagai macam neurotransmiter serta
bis.3 reseptornya yang berkaitan dengan meka-
Pengobatan terhadap disfungsi ereksi nisme ereksi. Pengetahuan tentang neuro-
dapat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu: 1) transmiter dan reseptornya mempermudah
Pengobatan lini pertama yaitu sex therapy pemahaman tentang gangguan ereksi yang
dan obat-obat erektogenik oral, termasuk di diakibatkan oleh berbagai macam obat.
sini adalah yohimbine, apomorfin, Trazo-
done, I-arginine dan Sildenafil sitrat; 2) FISIOLOGI EREKSI
Pengobatan lini kedua yaitu penggunaan
Fisiologi ereksi sebenarnya sangatlah
pompa vakum dan injeksi bahan vasoaktif
rumit. Sampai sekarang fisiologi ereksi ma-
intraurethral papaverin, pentolamin, prota-
sih terus berkembang dan terus diteliti. Ba-
glandin E1, vasoactive intestinal polipep-
nyak sekali penemuan baru yang berhu-
tide (VIP) dan nitroprusside; dan 3) peng-
bungan dengan jalur kompensasi (compen-
obatan lini ketiga yaitu pemasangan pro-
satory pathways), neurotransmiter maupun
tesis pada korpus kavernosum penis, dan
enzim kompleks yang terlibat. Secara ring-
vaso vesektomi.3,6
kas mekanisme ereksi menurut berbagai li-
Salah satu penyebab disfungsi ereksi
teratur garis besarnya dijelaskan pada
dari faktor psikis adalah sindrom depresi.
pembahasan berikut.3,13-16
Sindrom depresi adalah salah satu kum-
pulan gejala psikiatrik yang ditandai oleh
Stimulus (rangsang) seksual
penurunan efek, psikomotor, proses pikir
dan gejala-gejala somatik yang menonjol Rangsang seksual secara umum dapat
antara lain disfungsi ereksi. Penyebab sin- berasal dari 2 cara yaitu: rangsang psikis
drom depresi dapat bersifat biopsikoso- melalui otak (pikiran) dan rangsang fisik
sial.7-10 Untuk menegakkan diagnosis sin- atau refleksogenik melalui panca indera.
drom depresi dapat dilakukan Pedoman Rangsang psikis melalui otak (pikiran)
Diagnostik Gangguan (sindrom) Depresi terjadi karena ingatan, imaginasi, dan fan-
menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis tasi seksual dengan membayangkan hal-hal
Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi III 11 yang erotis. Letak pusat rangsang berada di
98 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 96-106

daerah hipotalamus dan sistem limbik (girus bagai fungsi otonom melalui mekanisme
rektus, bagian medio dorsal dari nukleus yang disebut biofeedback.18,20
thalamus, girus singulat, badan mammilaris, Peran psikologi di dalam ereksi dida-
bagian anterior dari talamus dan hipo- sarkan atas penyesuaian perilaku (behavioal
kampus). Stimulus rangsang ini melibatkan adaptive) pada situasi yang disebut pembe-
saraf panjang simpatis. lajaran spesifik (spesific learning). Dikenal
Dipihak lain, rangsang fisik dan reflek- 2 bentuk pokok dalam sistem belajar bentuk
sogenik melalui panca indera dapat timbul classical conditioning dan bentuk operant
melalui beberapa cara yaitu: visual, dengan conditioning.21 Dalam konsep classical con-
melihat sesuatu yang erotik; auditorik, men- ditioning dikenal 4 aspek utama yaitu un-
dengar sesuatu yang ditangkap oleh otak conditioned stimulus (US), unconditioned
sebagai rangsang seksual misalnya desahan response (UR), dan conditioned response
erotis; olfaktoris, membaui sesuatu yang (CR). Unconditioned stimulus (US) didefi-
membangkitkan gairah taktil, merasakan ra- nisikan sebagai stimulus apapun yang dapat
baan yang dirasakan merangsang syahwat. memproduksi respon (UR) yang tidak dipe-
Rabaan ini terasa merangsang terutama pa- lajari. CS, didefinisikan sebagai stimulus
da daerah-daerah sensitif rangsang. Daerah yang berdasarkan atas asas stimulus ber-
ini adalah bibir, penis, dada, putting, leher, dampingan dengan US, kemudian mampu
belakang telinga, pusar dan sebagainya. Im- menimbulkan respon (CR) yang biasanya
puls rangsang ini melibatkan persarafan tidak terjadi pada kondisi normal alami
parasimpatis. Biasanya rangsang seksual itu misalnya ejakulasi prematur, ejakulasi retar-
merupakan campuran antara aktifitas pikir- da, ejakulasi inkompeten dan kesulitan erek-
an dan panca indera. si. Respon yang tidak alami ini akan tetap
Pusat integrasi dari sistem saraf oto- terjadi selama CS berpasangan atau kadang
nom adalah hipotalamus. Regio medial dan berpasangan dengan US.
anterior hipotalamus merupakan pusat pa-
rasimpatik sedangkan bagian lateral dan Pemrosesan/koordinasi melalui neuro-
posterior merupakan pusat simpatik. Kedua transmiter dan reseptor
pusat ini mengatur berbagai fungsi fisilogis Konsep mengenai komunikasi intra-
melalui pusat batang otak (reticular form- seluler saat ini telah berkembang dengan
ation). Impuls aferen dari emosi yang me- sangat pesat. Penemuan mengenai substan-
nuju pusat di korteks serebri akan melalui si neuroaktif pada terminal saraf, misalnya
dan berkomunikasi dengan hipotalamus. berbagai neuropeptida ternyata membuka
Dengan demikian emosi maupun impuls horison baru dalam pengenalan neurotrans-
dari sistem limbik yang berhubungan de- miter. Dogma yang menyatakan bahwa sa-
ngan kehendak (drive) seksual dan tingkah raf tunggal hanya mempunyai satu macam
laku juga berhubungan dengan hipotalamus neurotransmiter saat ini telah tidak dapat di-
yang akan mengkoordinasi sistem saraf oto- pertahankan lagi. Beberapa macam neuro-
nom yang terlibat.17 Hipotalamus akan
transmiter ternyata dapat dijumpai pada ter-
bereaksi dengan jalur-jalur otonom yang minal sinapsis saraf tunggal. Neurotrans-
mengatur pusat kardiovaskuler dan mem- miter ini diregulasi secara genetis pada
projeksikan impuls ke neuron pra gang- masing-masing saraf. Neurotransmiter ini
lionik dari saraf kranial dan corda spinalis. dilepaskan dari saraf terminal dan akan be-
Ekspresinya bisa bersifat simpatik maupun reaksi pada sel pasca sinaptik (terutama sel
parasimpatik tergantung bagian mana dari saraf dan sel otot polos). Berbagai contoh
hipotalamus yang bereaksi.18 neurotransmiter yang telah ditemukan pada
Di samping regulasi di hipotalamus ada
berbagai binatang percobaan dan dikenal se-
pula regulasi di kelenjar pineal melalui si-
bagai regulator sistem saraf perifer maupun
nyal dari melatonin sebagian pemberi waktu pusat adalah sebagai berikut: 22
(zeitgeber atau time giver).19 Pada penelitian
dan percobaan lain ditemukan kontrol ber- a. Sistem kolinergik: Acethilcholine (Ach)
Hutagalung, Elim, Munayang; Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis 99

b. Sistem Amino Acidergik (amino acid berefek sebagai aktivator maupun inhibitor,
transmitters): Gamma-Aminobutyric misalnya: galanin, metenkephalin (m-ENK),
Acid (GABA); Aspartate; Glutamate; arginin vasopressin (AVP)26, dan endo-
Glycine; Histamine; Taurine. thelin-1 (ET-1).27
c. Sistem Monoaminergik (biogenik amine
transmitters) : Adrenaline (Epinephrine) Penyampaian respon dari otak ke penis
d. Sistem Dopamin dan Noradrenalin yang Respon yang berupa implus dari otak
dikenal juga dengan nama Katekolamin; (sebagian langsung dari nukleus hipotala-
Serotonin (5 Hydroxytryptamine, atau 5- mus) ditransmisikan ke bawah melalui da-
HT); Tryptamine; Oktopamine. erah dorsolateral sumsum tulang belakang
e. Sistem Peptidergik: Angiotensin, Bom- ke daerah lumbosakral yang merupakan pu-
besin; Carnosine; Cholecystokinin; En- sat otonom yang berkaitan dengan proses
dorphins, Dynorphin; Luteinizing Hor- ereksi. Rangsang kemudian diteruskan ke
mon Releasing Hormone (LHRH); Me- saraf dalam rongga panggul dan penis (su-
thionine dan Leucine Enkephalins; Mo- sunan saraf perifer). Impuls rangsang sek-
tilin; Neuromedins (A–C); Neuropeptide sual selain dapat menyebabkan ereksi penis
Y; Neurotensin; Oxytocin, Somatostatin; juga merangsang sistem otonom saraf lain
Substance P (SP); Thyroid Releasing yang berkaitan dengan refleks kencing dan
Hormone (TRH); Vasoactive Intestinal denyut jantung.
Peptide (VIP); Vasopressin. Keutuhan penyampaian saraf rangsang
f. Sistem Purinergik: Adenosin; ADP; pada fase ini sangatlah tergantung pada
AMP; ATP keutuhan jaringan saraf (neurologik) yang
g. Sistem Nitric Oxidergic: Nitric Oxide normal, neurotransmiter yang tersedia yang
(NO) yang diproduksi oleh Nitric Oxide tidak terganggu, dan tergantung pula pada
Synthase (NOS) keutuhan reseptor. Perlu diingat bahwa ke-
tersediaan neurotransmiter misalnya NO sa-
Yang paling dominan di dalam tubuh
ngat tergantung pada NOS sebagai peng-
saat ini adalah sistem nitric oxidergic de-
hasil yang secara langsung tergantung lagi
ngan neurotransmitter NO yang diproduksi
pada hormon testosteron. Dengan demikian
oleh NOS.
tidak dapat dipungkiri bahwa penyampaian
Lokasi pada jaringan target pada alat rangsang dari otak ke penis juga tergantung
pada kadar testosteron, normalitas metabo-
genitalia interna sangat menyebar sehingga
lisme dan kadar obat-obatan yang mempe-
memerlukan inervasi sistem adrenergik dan
ngaruhinya.
non adrenergik, serta komplementer dengan
neurotransmiter. Meksipun serabut saraf
tipe simpatis dan parasimpatis termasuk da- Perubahan aliran darah pada penis
lam sistem kolinergik, tetapi keduanya ber- Secara hemodinamik perubahan aliran
beda dalam reaksinya terhadap neuropeptida
darah pada penis ini dapat dibagi sebagai
dan khususnya NO.23 Pada manusia, ganglia berikut: 28
yang berada di dekat leher vesika urinaria
dan ganglia di daerah posterior serta lateral a. Flaccid phase: Terjadi pada kondisi isti-
prosta, memiliki berbagai neurotransmiter, rahat dimana otot polos trabekular kon-
antara lain tyrosine hydroxylase (TH), dopa- traksi sehingga aliran darah arteri mini-
mine beta hydroxylase (D beta H), calcito- mal dan aliran darah vena ke luar lebih
nin, gene related peptide (CGRP), neuro- cepat. Tekanan korpus cavernosum seta-
peptie Y (NPY), somatostatin (SOM), sub- ra dengan tekanan vena yaitu sekitar 4-6
stance P (SP), vasoactive intestinal peptide mmHg.
(VIP) dan nitric oxide (NO) yang dihasilkan b. Initial filling phase: Stimulasi eferen
oleh nitric oxide synthase (NOS).24,25 Dite- parasimpatik menyebabkan relaksasi otot
mukan pula neurotransmiter lain yang dapat polos sehingga aliran arteri dapat me-
100 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 96-106

ningkat 5-10 kali. Volume meningkat muaskan.3,29-31 Gangguan fungsi ereksi ini
dan dimulai inisiasi vena karena stretch- sudah sejak lama merupakan penyebab ma-
ing venula subtunica dengan sedikit per- salah pada pria dan juga wanita pasangan-
ubahan pada tekanan di dalam korpora. nya.
c. Tumescence phase: Volume meningkat Pada dasarnya disfungsi ereksi meru-
dan tekanan dalam korpora juga mening- pakan suatu gangguan kesehatan di mana
kat. Penutupan vena meningkat seiring terdapat ketidakmampuan seorang pria un-
dengan kompresi tekanan pada venula tuk ereksi atau mempertahankan ereksi da-
subtunika. Aliran arteri mulai berkurang. lam waktu yang cukup untuk mengadakan
d. Full erection phase: Mekanisme veno- hubungan seksual yang memuaskan.3 Dili-
oklusi teraktivasi mengikuti relaksasi hat dari kapan timbulnya disfungsi ereksi
otot polos trabekula. Pada saat ini aliran dapat dibagi menjadi disfungsi ereksi pri-
darah arteri minimal, tetapi yang tampak mer dan sekunder. Disfungsi ereksi yang
adalah penis menjadi kaku (rigid) Teka- sekunder, secara praktis dapat dibagi lagi
nan di dalam korpora kavernosa biasanya menjadi disfungsi ereksi yang sifatnya se-
setara dengan tekanan arteri yaitu sekitar mentara dan yang sifatnya permanen. Oleh
90 – 100 mmHg. karena ada yang bersifat sementara, maka
e. Rigid erection phase: Tekanan di dalam definisi dari disfungsi ereksi haruslah tepat.
korpora cavernosa mungkin setara tem-
porer meningkat sampai beberapa ratus
Penyebab disfungsi ereksi
mmHg sebagai akibat kontraksi dari
muskulus iskhiakavernosus. Pada kondisi Disfungsi ereksi merupakan suatu ke-
ini aliran darah arteri benar-benar nol. lainan dengan penyebab multifaktorial. Ber-
dasarkan penjelasan sebelumnya tentang
Perubahan substansi kimia dan aliran anatomi, persarafan, dan fisiologis ereksi,
darah pada penis sangat tergantung pada dapatlah dimengerti bahwa setiap faktor
keutuhan sirkulasi darah, hormon-hormon, yang mengganggu mekanisme ereksi yang
enzim dan bahan endogen dari penis. Jika normal, mulai dari tingkat pusat di hipo-
produksi NO berkurang, tetapi pemecahan talamus dan kelenjar pinealis (sebagai tem-
NO oleh enzim dihambat maka dengan sen- pat awal penerimaan rangsangan yang bera-
dirinya kadar NO akan meningkat. Jika sal dari pikiran/psikis maupun yang berasal
kadar NO meningkat maka akan terjadi re- dari panca indera) sampai pada organ penis
laksasi otot polos pembuluh arteri sehingga itu sendiri, dapat menimbulkan gangguan
terjadi ereksi. pada ereksi penis. Dengan demikian keti-
dakmampuan seorang pria untuk mencapai
atau mempertahankan ereksi dapat merupa-
DISFUNGSI EREKSI kan hasil akhir dari berbagai kondisi. Secara
Disfungsi ereksi dapat dedefinisikan garis besar penyebab disfungsi ereksi dapat
sebagai suatu ketidakmampuan untuk ereksi dibagi dalam dua kelompok utama yaitu
atau mempertahankan ereksi yang cukup organik dan psikogenik. Selain pembagian
untuk melakukan hubungan seksual yang tersebut ada juga yang membaginya ke
memuaskan, yang menetap atau berulang dalam tipe vaskulogenik dan nonvaskulo-
paling tidak selama 3 bulan berturut-turut.3,5 genik.32 Tipe vaskulogenik dihubungkan de-
Disfungsi ereksi merupakan istilah ngan penyebab organik (vaskular) sedang-
yang saat ini sering dipergunakan sebagai kan tipe non vaskulogenik dikaitkan dengan
pengganti istilah impotensi. Tampaknya, penyebab psikogenik dan neurogenik. Pada
perubahan istilah impotensi menjadi dis- kenyataannya, sampai sekarang dikotomi
fungsi ereksi dimaksudkan untuk menekan- antara penyebab organik di satu sisi dan pe-
kan pada ketidakmampuan mencapai dan nyebab psikogenik dan neurogenik di sisi
mempertahankan ereksi penis yang cukup yang lain sukar dilakukan karena adanya
untuk suatu hubungan seksual yang me- kaitan yang erat di antara kedua kelompok
Hutagalung, Elim, Munayang; Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis 101

penyebab tersebut. Dengan kata lain, dis- Pengobatan disfungsi ereksi


fungsi ereksi akibat faktor organik selalu di- Pengobatan disfungsi ereksi seharusnya
kaitkan dengan faktor psikogenik, demikian ditujukan terhadap penyebab dasarnya. Ke-
pula sebaliknya. Keadaan ini dapat dibukti- mudian diberikan pengobatan untuk mem-
kan dengan adanya kasus-kasus disfungsi bantu memperbaiki fungsi ereksi. 6,56s Ber-
ereksi organik yang manifestasinya lebih dasarkan rekomendasi yang diberikan oleh
berat dari pada kenyataan sebenarnya akibat International Scientific Committee on The
peranan faktor psikogenik yang menyertai- Evaluation and Treatment of Erectile Dys-
nya.33 function pada 1st International Consultation
on Erectile Dysfunction di Paris, Juli 1999
Diagnosis disfungsi ereksi maka pengobatan disfungsi ereksi meliputi
Dalam Diagnostic and Statiscal Manu- empat kelompok; yaitu : (1) Sexual coun-
al of Mental Disorders, edisi keempat selling and education; (2) Oral therapy; (3)
(DSM-IV) disfungsi ereksi dikenal dengan local therapy, dan (4) surgical therapy.35
istilah ”gangguan ereksi laki-laki”. Kriteria
diagnosisnya adalah sebagai berikut: (A) Sexual counselling and education
Ketidakmampuan yang menetap untuk men- Dalam kelompok terapi ini termasuk
capai atau untuk mempertahankan ereksi sex therapy, psychsexual therapy atau ma-
yang adekuat, sampai selesainya hubungan rital therapy. Terapi ini ditujukan bagi indi-
seksual; (B) Gangguan menyebabkan pen- vidu atau pasangan yang memiliki masalah
deritaan yang jelas atau kesulitan inter- yang berkaitan dengan faktor interpersonal
personal; (C) Disfungsi seksual tidak lebih
dan masalah psikologis yang spesifik seperti
baik diterangkan oleh gangguan aksis I distres interpersonal, masalah performa sek-
lainnya (kecuali disfungsi seksual lain), dan sual, disfungsi dalam pola komunikasi, dan
semata-mata bukan efek fisiologis langsung kondisi-kondisi komorbiditas yang mem-
dari satu zat (misalnya, obat yang disalah- pengaruhi fungsi seksual.
gunakan, medikasi) atau sesuatu kondisi Pada sex therapy perlu diketahui ten-
medis umum.34 tang hal-hal berikut: apa yang dialami pa-
Di Indonesia INA-EDACT (Indonesian sien dan bagaimana hal itu terjadi, apa yang
Erectile Dysfunction Advisory Council and diharapkan oleh pasangannya, bagaimana
Training) menganjurkan langkah-langkah pemahaman pasangannya, apa yang sudah
identifikasi disfungsi ereksi sebagai berikut: dilakukan oleh pasangannya untuk meng-
(1) Pengenalan masalah awal dan evaluasi atasi penderitaannya, serta bagaimana kon-
awal; (2) Evaluasi fungsi seksual pria de- disi terakhir. Evaluasi juga dilakukan terha-
ngan menggunakan IIEF-5; (3) Klasifikasi dap hubungan antar pasangan, terutama
disfungsi ereksi; (4) Riwayat seksual, medis yang menyangkut komunikasi seksual. Sela-
dan psikologis; (5) Pemeriksaan fisik; (6) in itu, adanya masalah seksual dalam diri te-
Pengujian laboratorium; (7) Pendidikan Pa- rapis harus diselesaikan agar tidak menim-
sien; (8) Uji diagnostik khusus; dan (9) In- bulkan hambatan dalam proses terapi.3
dikasi Rujukan.6 Keuntungan psychosexual therapy ada-
Untuk menentukan fungsi ereksi dapat lah karena bersifat tak invasif dan dapat di-
digunakan instrumen Erectile Dysfunction pergunakan secara luas. Kerugiannya meli-
Intensity Scale (EDIS). EDIS merupakan puti variabilitas manfaatnya, beban biaya
suatu instrumen self-rating yang terdiri dari yang dapat ditanggung oleh pasien atau pa-
lima pertanyaan dengan lima kemungkinan sangan, dan ketersediaan terapis yang ber-
jawaban pilihan dengan skor satu sampai kualifikasi.
lima. Skor 5-10; disfungsi ereksi berat; skor
11-15; disfungsi ereksi sedang; skor 16-20;
Oral therapy
disfungsi ereksi ringan; dan skor 21-25; ti-
dak menderita disfungsi ereksi.3 Oral therapy dapat merupakan peng-
102 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 96-106

obatan lini pertama bagi sebagian besar pa- an vaskular (microvasclar arterial bypass
sien oleh karena potensinya yang dapat di- dan venous ligation) dan penile implants
andalkan maupun sifatnya yang tak invasif. (Implantasi prostetis penis). Terapi vasku-
Pada umumnya terapi oral bekerja secara lar harus didahului dengan tes evaluasi
sentral (seperti agonis dopaminergik), seca- khusus dan pembedahannya dilakukan oleh
ra sentral dan perifer (seperti penghambat seorang ahli bedah yang berpengalaman.
alfa adrenergik), atau cara perifer (seperti Keuntungan implantasi protetis penis
inhibitor fosfodiesterase 5 atau prekursor adalah berkaitan dengan manfaat dan solusi
nitric oxide (NO), dan sebagai inducer atau jangka panjangnya. Kerugiannya berhu-
sebagai enhancer. bungan dengan sifatnya yang reversibel, in-
Obat-obat yang termasuk dalam kelom- vasif, komplikasi pembedahan dan kegagal-
pok ini adalah yohimbine, apomorfin, fen- an mekanis.
tolamin, sildenafil sitrat, melanotan II, dan
L-arginine. 36,37
SINDROM DEPRESI
Keuntungan terapi oral ini ialah karena
terapi ini mudah diterima oleh pasien, mu- Sindrom depresi adalah suatu kumpul-
dah digunakan, dan relatif bermanfaat. Ke- an gejala psikiatrik yang ditandai dengan
rugiannya berkaitan dengan kontraindikasi, penurunan efek, psikomotor, dan proses pi-
harganya yang relatif mahal, dan kurangnya kir. Gejala-gejala depresi sering kali sulit
data follow up berkaitan dengan pengguna- dikenali dalam praktek sehari-hari oleh ka-
an jangka panjang. rena keluhan yang ada lebih sering berupa
keluhan somatik yang menahun diserta ri-
Local therapy wayat pengobatan yang beraneka ragam na-
Kelompok terapi ini meliputi terapi mun hasilnya tetap kurang memuaskan. Sin-
injeksi intrakavernosum, terapi intrauretral, drom depresi memiliki berbagai gangguan
dan peralatan terapi vakum (vacum device psikiatrik yang terkandung di dalamnya, an-
therapy). Terapi ini diindikasi kepada pasi- tara lain gangguan depresif tingkat ber-
en-pasien yang mempunyai kontra indikasi ulang, episode afektif campuran, distimia
terhadap terapi oral tertentu atau mereka dan siklotimia, gangguan depresif berulang,
yang mengalami efek sampingan dari terapi episode depresif, dan gangguan afektif bipo-
oral. Sebagai tambahan, terapi lokal dapat lar. Penyebab sindrom depresi dapat bersifat
merupakan pilihan terapi pertama berdasar- bio psikososial.7-10
kan pilihan pasien.
Keuntungan dari terapi injeksi penis Diagnosis sindrom depresi
meliputi manfaatnya yang luas, relatif aman Pedoman Diagnostik Sindrom Depresi
dan onset terapi yang cepat. Kerugiannya menurut Pedoman Penggolongan Diagno-
meliputi sifat invasif yang berkaitan dengan sis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi III
dengan cara pemberiannya dan harganya menunjukkan bahwa pada semua tingkatan
yang relatif mahal. Keuntungan dari terapi variasi depresi (ringan, sedang dan berat)
intrauretral adalah karena sifatnya yang pasien biasanya menderita suasana perasa-
kurang invasif. Kerugiannya berhubungan an (mood) yang depresif, kehilangan minat
dengan efek samping lokal maupun siste- dan kegembiraan, dan berkurangnya enersi
mik, harganya yang relatif mahal, dan ter- yang menuju meningkatnya keadaan mu-
jadinya iritasi vagina pada pasangan seksu- dah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasa-
alnya. Keuntungan terapi dengan alat nya ada rasa lelah yang nyata sesudah kerja
vakum adalah karena sifat non farmako- sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah: (a)
logisnya, dapat digunakan sesuai kebutuhan. konsentrasi dan perhatian berkurang, (b)
harga diri dan kepercayaan berkurang, (c)
Surgical therapy gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak
Kelompok terapi meliputi pembedah- berguna, (d) pandangan masa depan suram
Hutagalung, Elim, Munayang; Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis 103

dan pesimistis, (e) gagasan atau perbuatan dase tak reversibel (misalnya phenelzine,
membahayakan diri atau bunuh diri, (f) tranylcypromine), penghambat monoamin
tidak terganggu, (g) nafsu makan berku- oksidase, anti depresan atipikal seperti
rang.11 penghambat ambilan spesifik serotonin (ser-
Pada gangguan depresi lazim ditemu- tralin, fluvoxamine, fluxetine, paroxetine),
kan sindrom somatik yang berupa: hilang- aminoketon (bupropion), dan triazolopyri-
nya minat atau kesenangan pada kegiatan dine (Trazodone). Semua antidepresen yang
yang biasanya dapat dinikmati; tidak ada- tersedia saat ini memerlukan waktu minimal
nya reaksi emosional terhadap lingkungan tiga sampai empat minggu untuk menunjuk-
atau peristiwa yang biasanya menyenang- kan efek terapeutik yang bermakna, walau-
kan; terbangun pagi lebih awal 2 jam atau pun mungkin dapat mulai menunjukkan
lebih dari pada biasanya; perasaan depresi efeknya lebih awal.39
yang lebih parah pada pagi hari; adanya
bukti objektif dari retardasi dan agitasi Hubungan sindrom depresi dengan dis-
psikomotor yang nyata (disebutkan atau di- fungsi ereksi
laporkan oleh orang lain); kehilangan nafsu Sebagaimana diketahui bahwa fungsi
makan secara menyolok; penurunan berat seksual yang normal merupakan suatu pro-
badan; kehilangan libido secara menyo- ses biopsikososial. Dengan demikian, dis-
lok.8,11 Menurut Wright (1991), 40% pasien fungsi ereksi hampir selalu memiliki kom-
depresi yang datang pada terapis sering ponen organik dan psikologi, sehingga
mengeluhkan keluhan fisik dan psikologis.38 gangguan ini membutuhkan evaluasi dan
Untuk menegakkan diagnosis gang- pengobatan yang bersifat multidisiplin.
guan (sindrom) depresi dapat dilakukan Faktor-faktor seperti usia lanjut, menurun-
melalui wawancara psikiatrik berdasarkan nya kadar testosteron, penyakit fisik, peng-
pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III di gunaan obat-obat tertentu dan komorbiditas
atas atau dengan menggunakan instrumen dengan sindrom depresi dapat mengkontri-
psikometrik seperti Hamilton Rating Scale busi terjadinya disfungsi ereksi dan sin-
for Depression (HRSD).12 drom depresi cukup tinggi, akan tetapi hu-
bungan kausalnya belum jelas benar, dan
Pengobatan sindrom depresi lebih sering dianggap bersifat saling mem-
Pengobatan pada sindrom depresi ter- pengaruhi.40
diri dari terapi psikososial dan farmako- Sejak lama telah diketahui bahwa ter-
terapi. Terapi psikososial dapat berupa tera- dapat hubungan antara depresi dan peru-
pi jangka pendek dan terapi jangka panjang. bahan aktivitas seksual. Berkurangnya libi-
Terapi jangka pendek dapat berupa terapi do dan kepuasan dalam hubungan seksual
kognitif, terapi interpersonal, dan terapi dapat merupakan tanda awal dari sindrom
perilaku. Sedangkan psikoterapi berorientasi depresi.5,41-43
psikoanalitik merupakan terapi jangka pan- Hasil survei yang diperoleh dari
jang. Apa yang membedakan antara terapi Massachutte Male Aging Study (MMAS)
psikososial jangka pendek dari pendekatan menunjukkan bahwa 1290 responden ber-
yang berorientasi psikoanalitik adalah ter- usia 40-70 tahun sebanyak 52% menderita
letak pada peranan aktif dan sifat direktif disfungsi ereksi derajat tertentu. Prevalensi
(mengarahkan) dari terapis yang sangat me- ini meningkat dari 5% pada usia 40 tahun
nonjol pada terapi jangka pendek.39 sampai 15% pada usia 70 tahun. Di
Berbagai kelompok obat antidepresan Amerika Serikat, jumlah pasien disfungsi
yang tersedia saat ini adalah: golongan tri- ereksi diperkirakan sebanyak 10-20 juta
siklik (misalnya amitriptilin, klomipramin), dalam kelompok umur terbanyak pada usia
tetrasiklik (misalnya mianserin), pengham- 65 tahun atau lebih. Selanjutnya, pada pe-
bat ambilan serotonin-noradrenalin (misal- nelitian ini ditemukan bahwa faktor psiko-
nya venlafaxine), inhibitor monoamin oksi- logis, termasuk sindrom depresi berhubung-
104 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 96-106

an erat dengan terjadinya disfungsi ereksi. depresi cukup tinggi, akan tetapi hubungan
Berkurangnya minat dalam aktivitas seksual kausalnya belum jelas benar, dan lebih se-
pada 50%-90% individu dengan sindrom ring dianggap bersifat saling mempenga-
depresi. Pada depresi berat, disfungsi ereksi ruhi.
mungkin ditemukan pada hampir 90% dari
kasus, 59% pada depresi sedang, dan 25%
DAFTAR PUSTAKA
pada depresi ringan.44 Walaupun di Indone-
sia belum ada survei yang cukup besar, 1. Jenck F, Moreau JL, Mutel V, Martin
namun dari gambaran pasien disfungsi erek- JR, Haefely WE. Evidence for a role of
si yang datang ke klinik impotensi dapat 5-HTIC receptors in the antiserotonergic
properties of some antidepressant drugs.
diperkirakan hasilnya tidak jauh berbeda
Eur J Pharmacol. 1993; 231: 223-229.
dengan yang terjadi di belahan dunia lain- 2. Nofzinger EA, Thase ME, Reynolds CF.
nya.6 Sexual function in depressed men. As-
Hubungan antara depresi dan disfungsi sessment by self report, behavioural and
ereksi telah dikemukakan oleh beberapa pe- nocturnal penile tumescence measures
nulis. Penelitian Feldman, dkk (1994) dari before and after treatment with cognitive
survei MMAS menemukan adanya korelasi behaviour therapy. Arch Gen Psychiatry.
positif antara disfungsi ereksi dan depresi. 1993; 1: 24-30.
Pada tingkat atau derajat depresi yang mak- 3. Pangkahila JA. Disfungsi ereksi. Dalam:
simum, hubungan kedua gangguan ini Pangkahila W. Editor. Bahagia tanpa
mendekati 90%. Penelitian Araux Pachecho gangguan fungsi seksual. Jakarta: Pener-
bit Kompas, 2001.
(1992), menunjukkan korelasi positif antara
4. Sadock VA. Normal human sexuality and
pasien-pasien yang membutuhkan alat va- sexual dysfunction. Dalam: Sadock, BJ,
kum dengan gangguan depresi. Selanjutnya, Sadock VA. editors. Comprehensive
menurut Ackerman, dkk. (1995) “Konse- Textbook of Psychiatry.7th Ed.
kuensi psikologis disfungsi ereksi telah Philadelpha: Lippincott Williams &
benar-benar nyata, dan seringkali meliputi Wilkins, 2000; p. 1577-1608.
depresi, anxietas dan distres relasional”.45 5. Bonierfale M. Sexual disturbances in 4557
depressed patient: A French Survey.
Psych, 2002; 17 (Suppl 1): 208.
KESIMPULAN 6. IDI. Penatalaksanaan disfungsi ereksi.
Disfungsi ereksi ialah suatu keadaan di Materi Pendidikan Dokter Berkelanjut-
mana ereksi penis tidak dapat dicapai atau an, Jakarta, 1999.
dipertahankan untuk melakukan hubungan 7. Akiskal HS. Mood disorders: introduction
and Overview. Dalam: Sadock BJ,
seksual. Kondisi ini dahulu dikenal dengan Sadock VA, editors. Comprehensive
istilah impotensi seksual, yang sebenarnya Textbook of Psychiatry. 7th Ed. Phila-
merujuk pada berbagai masalah seksual delphia: Lippincott Williams & Wilkins,
yang berkaitan dengan gangguan pada libi- 2000a; p. 1284-97.
do, gangguan ejakulasi, serta gangguan or- 8. Akiskal HS. Mood disorders: clinical
gasme. feature. Dalam: Sadock BJ, Sadock VA,
Fungsi seksual yang normal merupakan editors. Comprehensive Textbook of
suatu proses biopsikososial. Dengan demi- Psychiatry. 7th Ed. Philadelphia:
kian, disfungsi ereksi hampir selalu memi- Lippincott Williams & Wilkins, 2000b;
liki komponen organik dan psikologi, se- p. 1338-76.
hingga gangguan ini membutuhkan evaluasi 9. Kelsoe JR. Mood disorders: genetics.
Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, editors.
dan pengobatan yang bersifat multidisiplin. Comprehensive Textbook of Psychiatry.
Faktor-faktor seperti usia lanjut, menurun- 7th Ed. Philadelphia: Lippincott
nya kadar testosteron, penyakit fisik, peng- Williams&Wilkins, 2000; p. 2482-91.
gunaan obat-obat tertentu dan komorbiditas 10. Gabbard GO. Mood disorders: psycho-
dengan sindrom depresi dapat mengkontri- dynamic aspects. Dalam: Sadock, BJ,
busi terjadinya disfungsi ereksi dan sindrom Sadock VA, editors. Comprehensive
Hutagalung, Elim, Munayang; Pengaruh Faktor-Faktor Psikologis 105

Textbook of Psychiatry. 7th Ed. 22. Bradford HF. Chemical neurobiology.


Philadelphia: Lippincot Williams & New York: WH Freeman; 1986.
Wilkins, 2000; p. 1328 – 1337. 23. Dail WG. Autonomic innervation of male
11. Depkes RI. Pedoman penggolongan dan reproductive genitalia. Dalam: Maggi,
diagnosis gangguan jiwa di Indonesia. CA, editor. Nervous Control of the Uro-
Edisi 3. Jakarta: Departemen Kesehatan genital System. Chur, Switzerland: Har-
RI, 1992. wood Academic Pub, 1993; p. 69-101.
12. Blacker D. Psychiatric rating scales. 24. Jen PY, Dixon JS, Gosling JA. Colocation
Dalam: Sadock BJ, Sadock VA, editors. of tyrosine hydroxylase, nitric oxide
Comprehensive Textbook of Psychia- synthase and neuropeptides in neurons of
try.7th Ed. Philadelphia: Lippincott the human postnatal male pelvic ganglia.
Williams & Wilkins, 2000; p. 755-782. J Auton Nerv Syst. 1996; 59(1-2): 41-50.
13. Jordan GH. Erectile function and dysfunc- 25. Laumann EO, Park A, Rosen RC. Sexual
tion: how it works and what can be done dysfunction in the US: prevalence and
when it doesn’t. Postgard Med. [home- predictors. JAMA, 1999; 281: 537-544.
page on the internet] Februari 1999; 26. Andersson KE, Fovaeus M, Hedlund H,
105(2). [cited 2004 Jun, 3], Available Holmquist F, Lundin S. Immunoreac-
From: URL: http://www./postgraduate- tive arginin vaspressin (AVI) and effects
Medicine/ErectileFunctionAndysfunctio of AVP in the human vas deferens. J
n.htm Urol. 1988; 140: 1054-1057.
14. de Groat WC, Steers WD. Neuroanatomy 27. Luciano LG, D’Orleans-Juste P, Calixto
and neurophysiology of penis erection. JB, Rae GA. Endothelin-I selectively
Dalam: Tanagho EA, Lue TF, McClure protentiates the purinergic component of
RD, editors. Contemporary Manage- sympathetic neurotransmission in rat se-
ment of Impotency and Infertility. minal vesicle. J Cardiovasc Pharmacol.
Philadelphia: Williams & Wilkins, 1998; 1998; 31 (Suppl 1): SS 15-17.
p. 3-27. 28. Rosen RC, Ashton AK. Prosexual drugs:
15. Eardley I, Sethia K. Erectile dysfunction. empirical status of the new aphrodisiacs.
Current Investigation and Managemen. I. Arch Sex Behav. 1993;22: 521-543.
Introduction. New York: Mosby Int Ltd, 29. Kaplan HS. The new sex therapy. First
1998; p. 1-4. Edition. London: Bailliere & Tindal;
16. Van Driel MF. Erectile dysfunction, diag- 1994.
nosis and treatment. Proefschrift. 30. Hyde JS. Understanding human sexuality;
Groningen: Rijks Universiteit Fifth Edition. New York: McGraw-Hill
Groningen; 1991. Inc; 1994.
17. Marieb EN. Anatomy and physiology. 31. Benet AE, Melman A. The epidemiology
California: The Benyamin/Summing Pub of erectile dysfunction. Urologic Clinic
Co; 1989. of North America. 1995; 22: 699-709.
18. Corola R, Harley JP, Noback CR. Human 32. Pryor JP, Dickinson IK. Special inves-
anatomy and physiology. The Autono- tigation. Dalam: Gregoir A, Pryor JP,
mic Nervous System. New York: editors. Impotence-An Integrated Ap-
McGraw-Hill Inc, 1990. proach to Clinical Practice; 1st Ed.
19. Stefanick ML. The cicardian pattern of United Kingdom: Churchill Living-
spontaneous seminal emission, sexual stone, 1993; p.115-126.
activity and penile reflexes in the rat. 33. Brancroft J, Wu FC. Erectile impotence.
Physiol Behav. 1983; 31(6): 737 – 743. British Medical Journal. 1985; 290: 566-
20. Mantini F, Ober WC, Carrison CW, 568.
Welch K. Fundamental of anatomy and 34. Sadock VA. Normal human sexuality and
physiology. Toront: Prentice-Hall Inc, sexual dysfunction. Dalam: Sadock BJ,
1992. Sadock VA, editors. Comprehensive
21. Kockott G. Behaviour therapy of psycho- Textbook of Psychiatry.7th Ed.
genic sexual dysfunction in men. Dalam: Philadelphia: Lippincott Williams &
Hafez ESE, Editor. Human Semen and Wilkins, 2000; p. 1577-1608.
Fertility Regulation in Men. Saint Louis: 35. Jardin A, Wagner G, Khoury S, Giuliano
The CV Mosby Co, 1976; p. 513-24. F, Padma-Nathan H, Rosen R. Erectile
106 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli 2009, hlm. 96-106

dysfunction. Recommenda-tion of the from: URL: http://www.ncbi.nlm.


International Scientific Committee on nih.gov/entrez/query.fcgi?cmd=REtrieve
the: Evaluation and treatment of Sexual &db=Pubmed&list_uids=11122956&do
Dysfunction. 1st International pt=Abstract&itool=iconabstr.
Consultation on Erectile Dysfunction. 41. Priest RG. Impotence. Dalam: Priest RG,
Paris, 1-3 July 1999. Editor. Psychiatry in Medical Prac-
36. Saenz de Tejada I, Ware JC, Blanco R, tice.1st Ed. Great Britian: McDonald &
Pittard JT, Nadig PW, Azadzoi KM et Evans, 1982; p. 142-54.
al. Pathophysiology of prolonged penile 42. Cole M. Physiologica approaches to
erection associated with trazodone use. J treatment. Dalam: Gregoire A, Pryor JP,
Urol. 1991; 145: 60-64. editors. Impotence. An Integrated to
37. Kurt U, Ozkardes H, Altug U, Clinical Practise.1st ed. United Kingdom:
Germiyanoglu C, Gurdal M, Erol D. Churchill Livingstone, 1993; p.129-64.
The efficacy of anti serotonergic agents 43. WHO. Sexual dysfunction. Dalam: WHO.
in the treatment of erectile dysfunction. J Management of Mental Disorder. 2nd Ed.
Urol. 1994; 152: 407. Sydney: WHO Collaborating Center for
38. Waden TA, Stuncard AJ. Psychological Mental Health and Substance Abuse,
consequences of obesity. Dalam: Waden 1997; p. 554-89.
TA, Stuncard AJ, editors. Obesity- 44. Feldman HA, Goldstein I, Hatzichristou
Theory and Therapy, 2nd Ed. New York: DG, Krane RJ, McKinlay JB. Impoten-
Raaven Press, 1993; p. 163-78. ce and its medical and psychosocial
39. Rush JA. Mood disorders: treatment of correlates: result of the Massachusetts
depression. Dalam: Sadock BJ, Sadock male aging study. J Urol. 1994; 151: 54-
VA, editors. Comprehensive Textbook of 61.
Psychiatry.7th ED. Philadelphia: 45. Initili H, Nier D. Self esteem and depres-
Lippincott Williams & Wilkins, 2000; p. sion in men who present with erectile
1373 -85. dysfunction. [homepage on the internet]
40. Seidman SN, Roose SP. The relationship 2003. [cited 2003 Jun.5], Available from:
between depression and erectile dys- URL: http://www.duj. com/NIer.html.ac-
function. [homepage on the internet] cessed, June 5 2003.
2001. [cited 2004 Jun. 5]. Available

Anda mungkin juga menyukai