Anda di halaman 1dari 29

PSIKOMETRI

SKALA DAN AITEM

Dosen Pengampu:

Nelia Afriyeni, S.Psi., MA

Poppy Ramadhani, S.Psi., M.Psi,T

Kelompok 2 :

1. Jensy Putri Wilandri 1810321014

2. Aulina Ramadhani 1810321010

3. Yuni Dwi Rahma 1810321016

4. Belinnaya Rachmitha Primadhiati 1810321016

5. Muhammad Rafif Rahmatullah 1810322014


6. Fariza Noor Ilhamy Lubis 1810323004

7. Hanifatul Nisha 1810322002

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami ucapkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Psikometri dengan judul "Skala dan aitem" ini dengan sebaik-baiknya. Tidak
lupa pula sholawat beserta salam selalu dicurahkan kepada Nabi Muhammad saw.
yang telah membawa kita keluar dari zaman kebodohan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber buku dan sumber lainnya sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak
yang berkontribusi, dan beberapa referensi yang kami dapatkan dari berbagai sumber
terpercaya. Terkhusus untuk para dosen yang telah memberikan ilmu dan
pemikirannya, kami juga mengucapkan terima kasih. Dengan selesainya makalah ini,
kami harap dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembuatan rencana
belajar, terutama di perguruan tinggi.

Terlepas dari semua itu, karena keterbatasan pengetahuan maupun


pengalaman, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih sangat banyak kekurangan
dan kekhilafan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, Agustus 2019

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
2.1. Pengertian Skala Psikologi ...................................................................... 3
2.2. Karakteristik Skala Sebagai Alat Ukur Psikologi ..................................... 3
2.3. Perbedaan Skala dan Angket ..................................................................... 3
2.4. Tujuan Skala Psikologi .............................................................................. 4
2.5. Jenis Skala Psikologi ................................................................................. 4
2.6. Penulisan Item ........................................................................................... 7
2.7. Model Penskalaan Dan Pemberian Skor ................................................... 11
2.8. Langkah-langkah Umum Konstruksi Tes .................................................. 18
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 21
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1
1.1 Latar Belakang

Penelitian pada dasarnya merupakan satu upaya memahami masalah-masalah


yang ditemui dalam kehidupan manusia. Dengan penelitian, manusia dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang ada dengan cermat tanpa hanya mengandalkan
pengalaman hidupnya yang belum cukup untuk menjadi dasar yang kuat. Sebagai
mahasiswa yang akan sarjana, dalam membuat skala inilah yang diperlukan dalam
setiap penelitiannya dan untuk menyelesaikan masalahnya, terlebih sarjana psikologi.
Dalam membuat skala, peneliti harus mengasumsikan bahwa fakta dalam fakta
mengandung suatu kontinum yang nyata berasal dari sifat-sifat objek yang diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Skala Psikologi?

1.2.2 Bagaimana karakteristik dari Skala sebagai alat ukur Psikologi?

1.2.3Apa perbedaan Skala dengan Angket?

1.2.4 Apa tujuan adanya Skala Psikologi?

1.2.5 Apa saja jenis-jenis Skala Psikologi?

1.2.6 Bagaimana cara menulis Item?

1.2.7 Apa saja model penskalaan dan pemberian skor?

1.2.8 Bagaimana langkah-langkah umum dalam Konstruksi Tes?

1.3 Tujuan Penulisan

1
1.3.1 Mahasiswa dapat apa yang dimaksud dengan Skala Psikologi

1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik dari skala psikologi sebagai alat ukur
psikologi

1.3.3 Mahasiswa dapat membedakan antara skala dengan angket

1.3.4 Mahasiswa dapat memahami tujuan dari adanya skala psikologi

1.3.5 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami jenis-jenis skala psikologi

1.3.6 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara menulis item 2

1.3.7 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami model penskalaan dan pemberian
skor

1.3.8 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana langkah-langkah


umum dalam konstruksi tes

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Skala Psikologi

Skala adalah seperangkat nomor yang digunakan untuk menjelaskan konstrak


psikologis. Skala psikologi adalah instrumen pengukuran untuk mengidentifikasi
konstrak psikologis. Biasanya skala sering disamakan dengan istilah tes, namun
(dalam pengembangan instrumen ukur) umumnya istilah tes digunakan untuk
penyebutan alat ukur kemampuan kognitif sedangkan istilah skala lebih banyak
dipakai untuk menamakan alat ukur atribut non-kognitif khususnya yang disajikan
dalam format tulis (paper and pencil) (Azwar, 2015).

2.2 Karakteristik Skala Sebagai Alat Ukur Psikologi

Karakteristik skala psikologi sebagai alat ukur psikologi menurut Azwar (2015)
adalah

1. Stimulus atau aitem dalam skala psikologi berupa pernyataan atau pernyataan yang
tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap
indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

2. Skala psikologi berisi banyak aitem.

3. Respon subjek tidak di klasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua
jawaban dapat diterima selama diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

Ciri tersebut menjadi ciri pengukuran terhadap performansi tipikal, yaitu atribut
yang manifestasinya menjadi karakter tipikal seseorang dan cenderung dimunculkan
secara sadar atau tidak sadar dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu
yang sedang di hadapi.

2.3 Perbedaan Skala dan Angket

Dimensi Skala Angket

3
Indikator psikologi yang Aspek diri yang dipersepsi Data factual yang diketahui
diungkap subjek subjek

Arah pernyataan Tidak langsung Langsung

Kesadaran pada tujuan ukur Tidak sadar Sadar

Penilaian respon Prosedur penskalaan Klasifikasi

Jumlah konstrak yang Satu konstrak Banyak konstrak


diungkap

Pengujian reliabilitas Perlu diuji Tidak perlu diuji

Pengujian validitas Kejelasan konsep Kejelasan tujuan

2.4 Tujuan Skala Psikologi

Skala dalam psikologi memiliki dua tujuan utama, yaitu untuk melakukan
diagnosis dan juga prognosis.

2.4.1 Diagnosis

Diagnosis adalah sebuah kesimpulan atas sebuah keadaan saat ini. Kesimpulan ini
didasarkan pada data yang sudah diambil. Data ini adalah akumulasi daripada
kegiatan masa lalu. Diagnosis ini pun disimpulkan atas kriteria – kriteria tertentu.
Misalkan saja; kita hendak melakukan diagnosis seorang anak, sebagai anak yang
berbakat istimewa. Dasarnya dari diagnosis ini adalah ia mempunyai IQ superior,
kreativitas yang tinggi dan semangat dalam belajar. Diagnosis bakat yang istimewa ini
adalah berasal dari three ring concept of Renzulli.

2.4.2 Prognosis

Prognosis adalah sebuah kesimpulan atas apa yang akan terjadi nantinya
(kemungkinan). Apa yang dapat terjadi kepada seseorang tersebut di masa yang akan
datang. Prognosis ini merupakan prediksi dari kita. Prognosis ini memberikan sebuah
gambaran apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan. Misalnya saja: acok
diprognosis untuk berkuliah di Jurusan Psikologi. Acok pun diprediksi dapat
mengikuti kegiatan perkulliahan dengan cepat di sana. Prognosis ini juga merupakan

4
dasar fakta dan data. Acok pun memiliki sebuah kecerdasan yang tergolong tinggi.
Acok juga senang bergaul dan mendengarkan orang berbicara.

2.5 Jenis Skala Psikologi

1. Skala Kepribadian

Karakteristik kepribadian dapat diukur melalui tes projektif, juga dapat diukur
melalui tes non proyektif, yakni yang biasa di sebut dengan inventori kepribadian.
Salah satu bentuk inventori ini adalah laporan (self report), dan salah satu bentuk
laporan diri tersebut adalah angket (questionnaire). Dalam inventori, subjek disajikan
sejumlah pernyataan yang menggambarkan pola-pola perilaku tertentu dan diminta
untuk menyatakan apakah pola-pola perilaku yang dinyatakan tersebut merupakan
karakteristik perilakunya atau bukan, dengan menjawab ya atau tidak, atau dengan
memberikan cek pada salah satu pilihan jawaban yang disediakan. Seperti halnya tes,
inventori ada yang terstandar dan tak terstandar. Beberapa contoh inventori terstandar
antara lain adalah: California F-Scale, yang digunakan untuk mengukur
autoritarianisme; dan Cattell’s Sixteen Personality Factor Questionnaire, yang
digunakan untuk mengukur sejumlah sifat. Beberapa inventori lain yang banyak
digunakan dalam penelitian antara lain adalah Minnesota Multiphasic Personality
Inventory, the Guilford-Zimmerman Temperament Survey, the Mooney Problem
Check List, dan the Edwards Personal Schedule. Iventori telah banyak digunakan
dalam penelitian-penelitian untuk mengetahui hubungan antara karakteristik
kepribadian dengan beberapa variabel seperti inteligensi, prestasi, sikap,
underachievement dari beberapa kelompok populasi atau subjek tertentu (Ary,
Yacobs, & Razavief, 1985).

2. Skala Sikap

Menurut beberapa penulis (Ary at al., 1985; gay, 1987; Friedenburg, 1995), skala
sikap merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap, nilai, dan
karakteristik lain. Dalam skala sikap berisikan nilai-nilai bilangan untuk menilai
subjek, obyek, atau perilaku-perilaku untuk maksud mengkuantifikasikan atau
mengukur kualitas-kualitas. Skala sikap berbeda dengan tes, sebab tidak seperti
halnya hasil tes, hasil pengukuran skala sikap tidak menyatakan kekuatan atau

5
kelemahan, keberhasilan atau kegagalan. Skala sikap mengukur seberapa jauh
individu memiliki karakteristik nilai, keyakinan, minat, atau pandangan terhadap
sesuatu. Sebagai contoh, skala sikap dapat digunakan untuk mengukur sikap remaja
terhadap partai politik, pemilu, atau penggusuran untuk kepentingan pembangunan.
Banyak peneliti mendefinisikan sikap sebagai afek (perasaan) positif atau negatif
terhadap suatu kelompok, institusi, konsep, atau obyek sosial tertentu. Dengan kata
lain, pengukuran sikap pada dasarnya adalah menempatkan individu dalam suatu
kontinum positif (favourable) – negatif (unfavourable) terhadap suatu obyek sikap.

Terdapat beberapa bentuk skala sikap yang dapat digunakan oleh peneliti sebagai
acuan dalam mengembangkan skala sikap, yaitu: (1) summated rating scales (skala
Likert); (2) equal-appering intervals scales (skalaThurstone); (3) cumulative scales
(skala Guttman); dan semantic differential scales (Ary atal., 1995; Gay, 1987;
Friedenberg, 1995). Dari empat model skala sikap tersebut, skala Likert merupakan
tipe yang paling banyak digunakan.

3. Skala Minat

Skala yang menentukan preferensi seseorang untuk bidang atau kegiatan tertentu.
Dan bertujuan untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat minat individu dalam
berbagai kegiatan. Metode pengujian meliputi pengamatan langsung terhadap
perilaku, tes kemampuan, dan hasil yang menonjol dalam kegiatan pendidikan, sosial,
rekreasi, dan kejuruan. Kegiatan yang biasanya direpresentasikan dalam skala minamt
ini beragam terkait dengan bidang pekerjaan, dan hasilnya sering digunakan dalam
panduan kejuruan.

a. Spesifikasi Skala Minat

Menentukan apakah Anda ingin mengukur suatu sifat, kemampuan, keadaan


emosi, gangguan, minat, sikap, atau konstruk lainnya:

-Kemampuan, seperti keterampilan bermusik, keterampilan menulis, kecerdasan, atau


pemahaman membaca

-Karakter Kepribadian , seperti ekstroversi, kreativitas, atau kelicikan

- Gangguan, seperti kegelisahan, depresi, atau gangguan pikiran psikotik

6
- Emosi, seperti kebahagiaan atau kemarahan, itude Sikap, seperti otoriterisme atau
prasangka,minat.

4. Skala Perilaku

Skala perilaku adalah salah satu alat penilaian tertua yang digunakan dalam
kesehatan mental, pendidikan, dan penelitian yang mengukur perilaku secara
kuantitatif. Skala ini biasanya menilai perilaku masalah, keterampilan sosial, dan
fungsi emosional; secara luas digunakan dalam penilaian pengembangan kepribadian,
perilaku adaptif, dan fungsi sosial-emosional; dan bantuan dalam pengambilan
keputusan diagnostik dan dalam perencanaan perawatan dan pendidikan. Skala yang
sudah terbukti ini mudah dikelola, dinilai, dan ditafsirkan serta telah menjadi bagian
integral dari penilaian klinis dan sekolah anak-anak dan remaja.

Berbagai skala penilaian perilaku tersedia untuk digunakan dalam praktik klinis
dan penelitian. Mayoritas skala penilaian perilaku dimaksudkan untuk digunakan
dengan anak-anak, meskipun beberapa dapat digunakan dengan orang dewasa. Skala
Perilaku tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya sumber informasi untuk
keperluan diagnosis atau klasifikasi masalah pendidikan atau psikologis tertentu.

2.6 Penulisan Item

2.6.1 Spesifikasi Skala

Kisi-kisi skala pada dasarnya hanya memuat aspek-aspek, dan bobot relatif
masing-masing aspek. Kisi-kisi tidak menerangkan tentang jumlah item yang
dikehendaki, oleh karena itu, Kisi-kisi skala perlu dilengkapi dengan beberapa
penjelasan paling tidak mengenai format item,format respon, dan jumlah item yang
direncanakan dalam sebuah skala, serta keterangan lain yang dapat menggambarkan
dengan lengkap bentuk item dan bentuk final skala yang sedang dirancang.

2.6.2 Format Item

7
Dari berbagai format item yang banyak digunakan dalam penyusunan skala
psikologi pada dasarnya dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :

a. Bentuk Pernyataan

Ada yang berupa serangkaian kalimat deklaratif saja dan ada yang didahului oleh
beberapa baris kalimat atau gambar sebagai stimulus kemudian diikuti oleh
pernyataan berkenaan dengan stimulus tersebut. Sebagai contoh, berikut adalah item
pernyataan mengenai dialami atau tidaknya suatu kejadian dalam enam bulan terakhir
yang mengindikasikan adanya tekanan batin mengarah kepada depresi.

Pernyataan dengan kalimat deklaratif

“merasa dibenci oleh seseorang” [YA] [TIDAK]

“Perubahan keadaan ekonomi keluarga” [YA] [TIDAK]

Dalam contoh diatas, yang diambil dari skala pengukuran Stres (Prabandari,
1989) kedua itemnya merupakah pernyataan mengenai keadaan atau perasaan yang
dialami oleh seseorang. Setiap jawaban “ya” mengindikasikan adanya stres yang
secara kuantitatif skornya ditentukan lewat proses penskalaan.

Berikut adalah item yang dimaksudkan untuk mengungkap adanya konflik peran-
ganda pada wanita karier (Arinta, 1993). Item tidak langsung berkenan dengan apa
yang telah di alami individu tetapi mengenai perasaannya saat ini.dalam contoh
ini,item juga berupa pernyataan tetapi direspon dengan empat pilihan.

Contoh :

“merasa gelisah di kantor memikirkan anak-anak di rumah”

[HTP] [SJ] [KD] [SS] [HSL]

“merasa tidak sempurna sebagai seorang ibu karena pada saat anak-anak pulang
sekolah saya belum pulang kerja”

[HTP] [SJ] [KD] [SS] [HSL]

Jika subjek menjawab SS dan HSL berarti frekuensi perasaan yang tinggi dan
mengindikasikan tingginya tingkat konflik peran-ganda yang dialami oleh subjek,
sebaliknya jawaban HTP dan SJ mengindikasikan bahwa tingkat konflik peran-ganda
yang dialami responden termasuk rendah.

8
b. Bentuk Pertanyaan

Hanya dapat dibuat dalam serangkaian kalimat tanya atau dibuat dengan
didahului oleh beberapa stimulus berupa kalimat ataupun gambar. Dan ada bentuk-
bentuk item yang merupakan kombinasi keduanya, yaitu item favorable dan item
tidak favorable.

1) Item Favorable

Berisi konsep keprilakuan yag sesuai atau mendukung atribut yang diukur.

Contoh :

“Saya berangkat kerja dengan hati gembira”

Merupakan item favorable karena “berangkat kerja dengan hati gembira”


menunjukkan ciri adanya semangat kerja atau merupakan indikasi semangat kerja
yang tinggi.

2) Item Non Favorable

Merupakan item yang bertentangan atau tidak mendukung ciri perilaku yang
dikehendaki indikator keprilakuannya.

Contoh:

“Dengan imbalan yang saya peroleh sekarang ini saya tidak merasa perlu
untuk bekerja dengan lebih baik”

Pernyataan diatas jelas merupakan contoh item yang tidak favorable atau non
favorable karena isinya mengindikasikan tidak ada atau rendahnya semangat
kerja.

Dalam pemberian skor, setiap respon positif (Ya, Setuju, Selalu, dan
semacamnya) terhadap item favorable akan diberi bobot yang lebih tinggi dari
pada respon negatif (Tidak, Tidak Setuju, Tidak Pernah, dan semacamnya).
Sebaliknya untuk item non favorable, respon positif akan diberi skor yang
bobotnya lebih rendah dari pada respon negatif.

2.6.3 Format Respon

9
Berbagai macam stimulus dalam skala psikologi dapat direspon dalam
berbagai bentuk perilaku seperti menggambar (pada skala-skala proyektif),
menjawab dengan kata-kata, memilih gambar, memilih jawaban yang disediakan,
dan sebagainya.

Respon terhadap pernyataan dalam item paling tidak ada dua macam, yaitu
respon positif dan respon negatif. Respon negatif adalah respon yang menentang
atau menegaskan isi pernyataan, sedangkan respon positif adalah yang
mendukung atau afirmatif terhadap isi pernyataan. Selain kedua macam respon
tersebut, ada respon yang berada diantara keduanya yang tidak bersifat negatif
aau bersifat positif. Respon ini umunya dikenal sebagai respon netral atau respon
tengah.

Contoh: [STS] [TS] [N] [S] [SS]

[HTP] [SJ] [KD] [SS] [HSL]

[STS] [TS] [ATS] [N] [AS] [S] [SS]

Jenjang Kontinum

2.6.4 Kaidah Penulisan Item

a. Gunakan kata dan kalimat yang sederhana, jelas, dan mudah dimengerti oleh
responden namun tetap harus mengikuti tata tulis dan tata Bahasa Indonesia
yang baku.

Penggunaan Bahasa Indonesia baku adalah keharusan, kecuali pada skala-


skala yang ditujukan khusus bagi budaya tertentu yang menggunakan bahasa
daerahnya yang mudah atau dipahami oleh subjek.

b. Tulis item dengan hati-hati sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda


terhadap kata dan istilah yang digunakan.

Hindari penggunaan istilah-istilah khusus yang dikenal hanya dalam


lingkungan terbatas. Istilah yang tidak begitu populer mudah disalah artikan oleh
responden.

10
c. Ingat bahwa penulisan item harus selalu mengacu pada indikator keprilakuan,
jangan menulis item yang berkaitan langsung dengan atribut yang diukur.

Contohnya :

“Saya merasa cemas akan kesepian setelah pensiun“

Item seperti diatas apabila dijawab oleh subjek dengan respon positif seperti
SESUAI atau YA maka harus langsung disimpulkan bahwa subjek merasa cemas,
begitu pula apabila sebaliknya diperoleh jawaban negatif TIDAK harus diartikan
bahwa subjek tidak merasa cemas.

d. Selalu perhatikan indikator perilaku yang hendak diungkap sehingga stimulus


dan pilihan jawaban tetap relevan dengan tujuan pengukuran.

Peneliti sebaiknya tidak membuang waktunya untuk menciptakan atau terus


menciptakan item pada suatu waktu. Peneliti tidak boleh memaksakan kondisinya
karena pada saat itu peneliti akan mudah kehilangan kendali sehingga item yang
diciptakan melenceng atau kurang relevan dengan konsep awal.

e. Cobalah menguji pilihan-pilihan jawaban yang telah ditulis. Adakah


perbedaan arti atau makna antara dua pilihan yang berbeda sesuai dengan
indikator keprilakuannya.

Fungsi item sebenarnya adalah untuk membedakan individu pada aspek yang
akan diukur berdasarkan responnya terhadap item tersebut.

f. Isi item tidak boleh mengandung social desirability yang tinggi, yaitu item
yang isinya sesuai dengan keinginan sosial umumnya atau dianggap baik
oleh norma sosial.

Contohnya :

Seseorang menyalakan rokok dalam bis berAC yang sedang Anda tumpangi.

1) Saya tegur dengan sopan dan baik-baik

2) Saya tunjukkan bahwa saya terganggu dan sangat jengkel

11
Item diatas nampaknya banyak mengandung muatan social desirability.
Pilihan jawaban A mencerminkan perilaku yang sangat sesuai dengan norma
sosial yang pada umumnya berlaku dalam masyarakat sehingga cenderung dipilih
oleh responden, namun bukan disebabkan responden merasa isinya cocok dengan
dirinya tapi karena responden merasa harus melakukan sesuatu dengan cara yang
“baik” dan normatif.

g. Untuk menghindari stereotipe jawaban, sebagian item perlu dibuat dalam


arah favorable dan sebagian lagi dibuat dalam arah non favorable.

Hal ini terutama benar pada item-item skala yang format responnya berupa
pilihan jawaban berjenjang dari STS ke SS.

2.7 Model Penskalaan Dan Pemberian Skor

Semua bilangan hasil pengukuran dapat ditempatkan pada salah satu dari empat
kategori skala yang bersifat hirarkis, yaitu nominal, ordinal interval, dan rasio;
masing-masing kategori mewakili satu taraf pengukuran (Stevens, 1946). Dalam
menyusun inventori kepribadian ada beberapa metode penskalaan yang dapat
diterapkan, yaitu :

1. Expert Rangkings atau Penetapan Urutan Jenjang oleh Ahli

Salah satu contoh dalam metode ini adalah behavioral rangkings of experts atau
penetapan urutan tingkah laku dalam penyusunan Glasgow Coma Skale (GCS).

Langkah-langkah : sekelompok ahli neurologi diminta untuk mengidentifikasikan


sebanyak mungkin jenis tingkah laku yang mencerminkan aneka taraf kesadaran
pasien yang mengalami koma. Jenis tingkah laku yang berhasil diidentifikasi tersebut
selanjutnya diurutkan dalam sejenis kontinum taraf kesadaran, mulali dari taraf koma
berat (deep coma) sampai taraf sadar.

Dalam penyusunan GCS ditemukan bahwa jenis tingkah laku yang ditetapkan
oleh para ahli neorologi dikategorikan dalam tiga wilayah, yaitu :

a. respon membuka mata

12
b. respon verbal, dan

c. respon motor atau gerak

Jenis-jenis respon spesifik pada masing-masing wilayah diurutkan dalam


kontinum mulai dari yang mencerminkan koma berat (1) sampai ke taraf sadar (4 atau
5). Makin tinggi skor total makin baik taraf kesadarannya. Penskalaan dengan metode
expert rangkings seperti diatas menghasilkan pengukuran taraf ordinal.

2. Metode Equal-Appearing Intervals atau Interval Tampak Setara

Metode ini merupakan metode yang dikembangkan oleh L.L. Thurstone (1929,
dalam Gregory, 2007) yang merupakan adaptasi dari metode paired comparisons.
Kedua metode ini didasarkan pada law of comparative judgments atau prinsip
penilaian komparatif yang dikemukakan oleh Thurstone.

Metode pair comparisons dipandang memiliki dua kelemahan yaitu, menuntut


terlampau banyak waktu dan tenaga dari subjek yang diminta menjadi judges atau
penilai. Sehingga metode ini memang hanya cocok digunakan dalam menskala
pernyataan-pernyataan dalam pengukuran sikap atau inventori kepribadian lainnya
jika jumlah pernyataannya tidak terlalu besar (Edwards, 1957).

Sebaliknya metode equal appearing intervals (EAI) danggap lebih sederhana dan
sangat cocok untuk menyusun skala sikap khususnya maupun inventori kepribadian
pada umumnya. Karena dalam metode ini setiap subjek hanya dituntut memberikan
satu penilaian komparatif terhadap setiap pernyataan sehingga tidak masalah jika
pernyataan yang harus diskala berjumlah besar (Edwards, 1957).

Langkah-langkah penyusunan skala sikap atau inventori kepribadian dengan


metode EAI adalah sebagai berikut :

a) Rumuskan sebanyak mungkin pernyataan benar-salah (true-fals statements)


yang mencerminkan variasi sikap positif (favourable) dan negative
(unfavourable) terhadap subjek atau atribut psikologis tertentu yang menjadi
sasaran pengukuran.

13
b) Minta ejumlah subjek untuk menilai taraf favorabilitas-unfavorabilitas masing-
masing perntayaan terhadap objek atau atribut psikologis yang menjadi subjek
pengukuran.

c) Prosedur penilaiannya adalah sebagai berikut : setiap subjek penilaian diminta


menempatkan setiap pernyatan dalam salah satu diantara 11 kategori yang
terentang antara “extremely unfavourable” atau “sangat tidak favorabele”
(kategori 1 dan ditempatkan di sisi paling kiri) dan “extremely favourable” atau
“sangat favorabele” (kategori 11 dan ditempatan di sisi paling kanan),
sedangkan kategori lainnya ditempatkan secara berurutan diantara kedua kutub
ekstrem tersebut (Gregory, 2007).

d) Kategori tersebut diberi label huruf A bagi kategori (extremely unfavourable”


yang ditempatkan di sisi paling kiri diikuti dengan huruf B dan seterusnya
hingga kategori “extremely favourable” di sisi paling kanan dan diberi huruf K
(Edwards, 1957).

e) Hitung nilai skala dan ukuran validitas penilaian subjek terhadap masing-
masing pernyataan. Thurstone dan Chave menggunakan median sebagai nilai
skala dan interquartile range atau Q ( Edwards, 1957). Sedanglan pengaran lain
menggunakan cara yang lebih sederhana, yaitu mean dan SD distribusi
penilaian subjek pada setiap pernyataan.

f) Pernyataan dengan SD besar atau tinggi harus digugurkan sebab hal itu
menunjukkan bahwa pernyataan atau item tersebut ambigu, terbukti dari
besarnya variabilitas penilaian subjek penilai.

Dalam pengadministrasian skala baik dalam rangka uji coba ataupun


pengguanaannya disajikan dalam format dikotomis “Setuju” atau “Tidak Setuju”.
Skor subjek pada skala adalah mean nilai skala dari item-item atau pernyataan-
pernyataan yang disetujui oleh subjek. Penskalaan dengan metode EAI atau
interval tampak setara ini meghasilkan pengukuran pada taraf interval.

1. Skala Likert

Metode yang dikemukakan oleh Rensis Likert (1932, dalam Anderson, 1990)
jauh lebih sederhan dibandingkan dengan metode EAI Thurstone. Intinya, terhadap
setiap pernyataan atau item dalam rangaka mengukur atribut psikologis tertentu

14
subjek diminta menyatakan kesetujuan-ketidaksetujuan dalam rangka kontinum yang
terdiri atas lima respon: “Sangat Setuju” (Strongly Agree), “Setuju” (Agree), “Tidak
Tahu” (Undecided), “Tidak Setuju” (Disagree), dan “Sangat Tidak Setuju” (Strongly
Disagree).

Dalam metode Likert, isi pernyataan dibeakan menjadi dua kategori: (1)
pernyataan favourable, yaitu pernytaan-pernyataan yang bila disetujui atau diiyakan
menunjukan sikap positif atau menyukai objek yang menjadi sasaran penelitian; dan
(2) prnyataan unfavourable, yaitu pernyataan-pernyataan yang bila disetujui atau
diiyakan menunjukkan sikap negative atau tidak menyukai objek yang menjadi
sasaran penelitian (Anderson, 1990).

Langkah-langkah menyusun inventori kepribadian menurut skala Likert


(Anderson, 1990):

a) Merumuskan pernyataan secara favourable atau unfavourable.

b) Meminta kepada sejumlah judges atau penilai yang dipilih dari populasi yang
akan dikenai skala atau inventori, untuk memeriksa pernyataan-pernyataan dan
memilahnya ke dalam tiga kategori : favourable, unfavourable, atau neither.

c) Menggugurkan pernyataan-pernyataan yang gagal diklasifikasikan sebagai


favourable atau unfavourable (pernyataan yang bersifat neither) oleh sebagian
besar penilai.

d) Menuliskan pernyataan-pernyataan yang lolos seleksi dengan urutan rando,


menjadi bentuk skala atau inventori siap uji coba, serta melengkapi dengan
petunjuk yang berisi:

1) Permintaan kepada subjek agar menunjukkan perasaannya terhadap setiap


pernyataan denngan mencentang salah satu dari lima alternative jawaban
yang tersedia.

2) Penjelasan tentang tujuan skala atau inventori, khususnya untuk mengukur


apa.

3) Penegasan bahwa tidak ada jawaban benar atau salah

15
e) Mengadministrasikan versi awal skala (versi uju coba) pada sampel populasi
yang menjadi sasaran skala. Agar meperoleh data yang bermakna, sebaiknya
besar sampel adalah beberapa kali lebih besar dari jumlah pernyataan.

f) Melakukan seleksi akhir terhadap pernyataan-pernyataan dengan cara:

1) Menghitung korelasi antara respon subjek pada setiap pernyataan dengan


skor total skala (rit).

2) Pernyataan yang berkorelasi secara positif namun tidak signifikan atau


secara negative dan tidak signifikan, apalagi berkorelasi secara negative dan
signifikan dengan skor total skala dieliminasi atau digugurkan.

3) Menerima realibilitas himpunan pernyataan yang lolos seleksi sebagai satu


skala dengan koefisien alpha Cronbach.

g) Jika bentuk final skala dipandang memuaskan (jumlah pernyataan antara 20


sampai 30 atau lebih dan memiliki koefisien reliabilitas alpha yang tinggi),
maka skala siap digunakan.

Dalam perkembangannya secara umum ada dua jenis modifikasi terhadap


skala Likert (Anderson, 1990):

a. Modifikasi pada opsi jawaban, bukan hanya 5 tetapi 2,3,4,6 atau bahkan 7.
Alasanya:

1) Penggunaan jumlah genap opsi jawaban, untuk memaksa subjek memilih


antara jawaban favourable atau unfavourable. Artinya, tidak memberi
kesempatan kepada subjek memberikan jawaban netral.

2) Penggunaan opsi jawaban dalam jumlah banyak (>5), untuk meningkatkan


konsistensi internal skala (setara dengan meningkatkan jumlah item pada tes
kognitif berskordikotomis).

3) Penggunaan opsi jawaban dalam jumlah sedikit (<5), agar lebih sesuai bagi
kelompok subjek anak dan/ atau kelompok dewasa yang kurang
berpendidikan.

b. Modifikasi pada format pernyataan, berupa incomplete statements atau


melengkapi pernyataan. Contoh:

16
Saat sekolah diliburkan karena cuaca buruk, saya merasa (a) sangat senang (b)
senang (c) sedih (d) sangat sedih

Kelebihan skala Likert :

1. mudah penyusunannya

2. mudah diterapkan pada aneka objek, situasi, atau setting,

3. mampu mengungkap baik arah (favourable versus unfavourable) maupun


intensitas sikap atau atribut psikologis.

Kelemahan skala Likert: pola jawaban yang berlainan bias menghasilkan skor
total yang sama (Anderson, 1990).

2. Skala Guttman atau Analisis Skalogram

Skala ini dikembangkan oleh Louis Guttman (1944, 1950, dalam Abdi, 2010).
Skala ini terdiri dari serangkaian pernyataan, semua menunjukkan sikap seseorang
terhadap sebuah objek atau menunjukkan pemikiran seseorang atas atribut psikologis
tertentu, dan harus dijawab secara biner atau dikotomis (“Ya” atau “Tidak”) oleh
sekelompok subjek.

Tujuan analisis dengan skala Guttman ialah menemukan sebuah dimensi tunggal
yang dapat dipakai untuk menentukan posisi baik pernyataan maupun para subjek
penjawabnya. Posisi yang ditemukan selanjutnya bias dipakai untuk menentukan nilai
numeric atau skor mereka (Abdi,2010).

Ciri-ciri skala Guttman:

(1) pernyataan-pernyataan mencerminkan perasaan positif yang semakin meninhkat


terhadap objek sikap atau terkait pemilikan atribut psikologis tertentu,

(2) pemilihan (endorsement) suatu pernyataan menyiratkan pemilihan (endorsement)


terhadap setiap pernyataan lain yang memiliki kadar positif yang lebih rendah.

Karena sifatnya ini ada yang menyebutkan skala Guttman ini cumulative scale
(Anderson, 1981, dalam Anderson, 1990).

17
Pengadministrasian dan penskoran skala Guttman secara garis besar : (a) subjek
diminta menyatakan setuju atau tidak setuju setiap pernyataan; (b) skor subjek adalah
jumlah pernyataan yang disetujui atau dipilihnya.

Dalam prakteknya jarang memperoleh data yang cocok dengan model penskalaan
Guttman secara sempurna. Untuk mengatatasi masalah ini menggunakan penerapan
metode Goodenought-Edwards (Abdi,2010). Penyimpangan dari skala ideal tersebut
merupakan random errors. Maka, tujuan penerapan dari metode ini adalah untuk
memulikan atau membersihkan skala Guttman dari data yang cemar.

Tiga langkah menetapkan apakah sebuah skala merupakan skala Guttman dengan
menerapkan Goodenough-Edwards (Anderson, 1990; Abdi, 2010)

a. Memeriksa jumlah “pola jawaban yang tidak sesuai”.

b. Menghitung jumlah kesalahan poada semua pola jawban dai seluruh sampel
responden atau subjek.

1) Jumlah total jawaban = jumlah total dalam skala x jumlah responden.

2) Persentase kesalahan = jumlah total kesalahan / jumlah total jawaban.

3) Coefficient of Reproducibility (CR) = 100 – presentase kesalahan. Syarat skala


Guttman : CR ≥ 90.

a. Menghitung Coefficient of Scalability (CS).

Caranya :

1) Mengurangi minimum marginal reproducibility (MMR) dari coefficient of


reproducibility (CR). Hasilnya disebut percent improvement (PI), yaitu selisih
antara CR actual dan CR minimal. MMR sendiri adalah a chance score, yaitu
presentase approipriate response patterns yang terjadi by chance.

2) Mengrangkan MMR dari 100%. Hasilnyadisebut possible percent improvement


(PPI), yaitu selisih antara CR maksimal dengan CR minimal.

3) Membagi PI dengan PPI. Hasilnya adalah coefficient of scalability (CS). CS


menunjukkan sejauh mana CR secara substansial melampaui angka yang bias
diharapkan by chance. Menurut Guttmsn besarnya CS harus >60 (Anderson,
1990).

18
Kesimpulan:

Pertama, kriteria CR ≥ 90 dan CS >60 merupakan dasar untuk menentukan


keabsahan skala Guttman.

Kedua, skala Guttman sulit disusun, namun jika berhasil ada minimal dua
kelebihannya, yaitu: (a) kita bias menentukan keseluruhan pola jawaban testi terhadap
pernyataan-pernyataan dalam tes hanya berdasarkan sebuah skor total tunggal; (b)
sifat komulatif skala Guttman memungkinkan kita mengukur peruabahan sikap atau
atribut psikologis lain yang menjadi objek pengukukuran (Anderson, 1990).

3. Metode Empirical Keying atau Penskalaan Empiris

Berbeda dari empat metode sebelumnya, metode ini tidak mengandalkan teori
atau penilaian ahli melainkan berdasarkan pada proses empiris. Langkah-langkah
(Gregory, 2007):

a. Memiih suatu kelompok subjek yang secara homogeny dipadang memiliki


atribut psikologis yang sedang menjadi objek pengukuran dalam jumlah atau
kadar yang tinggi melebihi kelompok subjek pada umumnya. Kelompok
semacam ini bias disebut kelompok tipikal atau kelompok kriteria, yaitu
kelompok yang secara tipikal mewakili aatribut psikologis yang sedang menjadi
objek pengukuran.

b. Mengadministrasi pernytaan-pernyataan dalam format “benar-salah” pada


kelompok tipikal dan kelompok subjek umum dengan karakteristik setara
seperti kelompok tipikal, kecuali dalam hal atribut yang sedang diukur.
Kelompok subjrk umum ini di sebut sampel normative.

c. Membandingkan frekuensi jawaban yang mengiyakan dikalangan kelompok


tipikal dan frekuensi jawaban serupa dikalangan kelompok normative pada
setiap pernyataan.

d. Pernyataan-pernyataan yang memiliki perbedaan signifikan atau mencolok


dalam hal frekuensi pengiyaan antara kelompok tripikal dan kelompok
normative.

19
e. Skor kasar skala untuk atribut yang sedang menjadi objek pengukuran adalah
jumlah item atau pernyataan yang diiyakan atau dibenarkan atau dijawab
sebagai benar.

2.8 Langkah-langkah Umum Konstruksi Tes

Awal kerja penyusunan suatu skala psikologi dimulai dari melakukan


identifikasi tujuan ukur, yaitu memilih suatu definisi mengenali dan memahami
dengan seksama teori yang mendasari konstrak psikologi atribut yang hendak diukur.

Kemudian dilakukan pembatasan kawasan (domain) ukur berdasarkan konstrak


yang didefinisikan oleh teori yang dipilih. Pembatasan domain tersebut dilakukan
dengan cara menguraikan konstrak teoritik atribut yang diukur menjadi beberapa
rumusan dimensi atau aspek keperilakuan yang konsep keperilakuannya lebih jelas.
Dengan jelasnya batasan ukur dan adanya dimensi yang lebih pasti bentuk
keperilakuannya maka skala akan mengukur secara komprehensif dan relevan, yang
pada gilirannya akan menunjang validitas isi skala.

Dimensi keperilakuan, sekalipun sudah lebih jelas konsep keperilakuannya,


biasanya masih konseptual dan belum terukur sehingga perlu dioperasionalkan ke
dalam bentuk keperilakuan yang lebih konkret sehingga penulis aitem akan
memahami benar arah respon yang harus diungkap dari subjek. Operasionalisasi ini
dirumuskan ke dalam bentuk indikator keperilakuan (behavioral indicators).

Himpunan indikator-indikator keperilakuan beserta dimensi yang diwakilinya


kemudian dituangkan dalam kisi-kisi atau blue print, setelah dilengkapi dengan
spesifikasi skala, akan dijadikan acuan bagi para penulis aitem.

Sebelum penulisan aitem dimulai, perancang skala perlu menetapkan bentuk


atau format stimulus yang hendak digunakan. Format stimulus ini erat berkaitan
dengan metoda penskalaannya.

Pada tahapan awal penulisan aitem, umumnya dibuat aitem yang jumlahnya
jauh lebih banyak daripada jumlah yang direncanakan dalam spesifikasi skala, yaitu

20
sampai sekitar tiga kali lipat dari jumlah aitem yang nanti akan digunakan dalam skala
final. Hal ini dimaksudkan agar nanti penyusunan skala tidak kehabisan aitem akibat
gugurnya aitem-aitem yang tidak memenuhi persyaratan.

Review pertama harus dilakukan oleh penulis aitem sendiri, yaitu dengan selalu
memeriksa ulang setiap aitem yang baru saja ditulis apakah telah sesuai dengan
indikator perilaku yang hendak diungkap dan apakah juga tidak keluar dari pedoman
penulisan aitem. Hanya aitem-aitem yang diyakini akan berfungsi dengan baik yang
boleh diloloskan untuk mengikuti uji coba empirik dilapangan (field test).

Ketentuan meloloskan aitem dalam tahap evaluasi kualitatif adalah isi aitem
yang bersangkutan logis untuk mengungkapkan indikator (logical validity).

Kumpulan aitem yang telah berhasil melewati proses review kemudian harus
dievaluasi secara kualitatif, yaitu dengan diujicobakan pada sekelompok kecil
responden guna mengetahui apakah kalimat yang digunakan dalam aitem mudah dan
dapat dipahami dengan benar oleh responden sebagaimana yang diinginkan oleh
penulis aitem. Apabila responden kurang mengerti dengan apa yang dimaksud aitem,
maka aitem tersebut memerlukan perbaikan.

Setelah perbaikan bahasa dan kalimat selesai dilakukan, pada tahap berikut
adalah langkah evaluasi terhadap fungsi aitem secara kuantitatif, yaitu berdasar skor
jawaban responden. Data skor aitem dari responden diperoleh dari hasil field-test.

Evaluasi terhadap fungsi aitem yang biasa dikenal dengan isitilah analisis aitem
merupakan proses pengujian aitem secara kuantitatif guna mengetahui apakah aitem
memenuhi persyaratan psikometrik untuk disertakan sebagai bagian dari skala.
Parameter aitem yang diuji paling tidak adalah daya beda aitem atau daya
diskriminasi aitem, yaitu kemampuan aitem dalam membedakan antara subjek yang
memiliki atribut yang diukur dan yang tidak. Daya beda aitem memperlihatkan
kemampuan aitem untuk membedakan individu ke dalam berbagai tingkatan kualitatif
atribut yang diukur berdasar skor kuantitatif.

Hasil analisis aitem menjadi dasar dalam seleksi aitem. Aitem-aitem yang tidak
memenuhi persyaratan psikometrik akan disingkirkan atau diperbaiki lebih dahulu
sebelum menjadi bagian dari skala. Sebaliknya, aitem-aitem yang telah memenuhi
persyaratan pun tidak dengan sendirinya disertakan ke dalam skala. Proses kompilasi

21
akan menentukan mana di antara aitem tersebut yang akhirnya terpilih. Disamping
memperhatikan parameter aitem, kompilasi skala harus dilakukan dengan
mempertimbangkan proporsionalitas aspek keperilakuan sebagaimana dideskripsikan
oleh blue-printnya.

Skala yang secara isi sudah sesuai dengan kisi-kisi indikator perilaku tetap perlu
ditunjukkan secara empirik apakah konstrak yang dibangun dari teori semula memang
didukung oleh data.

Format final skala dirakit dalam tampilan yang menarik namun tetap
memudahkan bagi responden untuk membaca dan menjawabnya. Dalam bentuk final,
berkas skala dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan dan mungkin pula lembar
jawaban yang terpisah. Ukuran kertas yang digunakan perlu disesuaikan dengan
panjangnya skala sehingga jangan sampai berkas skala tampak sangat tebal yang
menyebabkan responden kehilangan motivasi. Pemilihan ukuran huruf perlu juga
mempertimbangkan usia responden jangan sampai memakai huruf berukuran terlalu
kecil sehingga responden yang agak lanjut usia kesulitan membacanya.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Skala adalah seperangkat nomor yang digunakan untuk menjelaskan konstrak


psikologis. Skala psikologi adalah instrumen pengukuran untuk mengidentifikasi
konstrak psikologis.Karakteristik skala psikologi sebagai alat ukur psikologi menurut
Azwar (2015) adalah

4. Stimulus atau aitem dalam skala psikologi berupa pernyataan atau pernyataan yang
tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap
indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

5. Skala psikologi berisi banyak aitem.

6. Respon subjek tidak di klasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”. Semua
jawaban dapat diterima selama diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

Skala dalam psikologi memiliki dua tujuan utama, yaitu untuk melakukan
diagnosis dan juga prognosis. Jenis skala dalam psikologi ada jenis skala kepribadian
dan skala sikap. Dalam penulisan aitem terdapat spesifikasi skala terdapat format
aitem, format respon, dan kaidah penulisan aitem.

Diharapkan dengan adanya skala psikologi ini, dapat membantu perihal tes
psikologi kepada para pemakai tes agar memiliki penilaian tepat tentang kualitas tes,
skor-skor yang dihasilkan, serta dapat menafsirkan hasil tes berdasarkan skor-skor
dengan benar, dan dapat melakukan diagnosis dan prognosis yang sesuai.

23
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marliani, Rosleny. 2010. Pengukuran dalam Penelitian Psikologi. Jurnal Ilmiah


Psikologi, vol.III, No. 1:107-120
Periantalo, Jelpa. 2015. Penyusunan Skala Psikologi: Asyik, mudah dan bermanfaat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Supratiknya, A. 2014. Pengukuran Psikologis. Yogyakarta. Universitas Sanata


Dharma

Widhiarso, Wahyu. (2014). Bahan Kuliah (Skala Psikologi). Fakultas Psikologi


UGM.Yogyakarta

24

Anda mungkin juga menyukai