Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI AKUPRESUR TERHADAP

PENINGKATAN NAFSU MAKAN PADA ANAK USIA 1 – 4 TAHUN

Suci Rahmawati1)Atiek Murharyati2)Dedep Nugraha3)


1
Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Sucirahma013@gmail.com
2
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
amorhayati@yahoo.com
3
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita, anak dengan
usia 1 – 4 tahun termasuk kedalam kategori balita. Masalah tumbuh kembang
pada balita salah satunya yaitu masalah gangguan makan.Terapi akupresur
merupakan salah satu upaya non farmakologi yang dapat diberikan untuk
meningkatkan nafsu makan dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada
titik – titik tertentu (titik Zusanli, Zhongwan, Taibai, San Yinjo dan Tianshu) di
bagian tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi akupresur
terhadap peningkatan nafsu makan anak usia 1-4 tahun. Metode penelitian yang
digunakan adalah Quasy Experiment dengan pendekatan pre and post testcontrol
group design, populasi diambil dari Posyandu Desa Kalangan dengan sampel
diambil menggunakan teknik purposive sampling yang berjumlah 18 responden.
Pada penelitian ini pendidikan orang tua terbanyak yaitu pendidikan dasar,
pekerjaan orang tua terbanyak yaitu karyawan swasta dan usia balita terbanyak
yaitu usia 1–3 tahun. Hasil penelitian menunjukkan hasil Uji Independent T-Test
bahwa ada perbedaan tingkat nafsu makan pada kelompok perlakukan dan kontrol
dengan nilai p value = 0,001 (<0,05). Hasil Uji Paired T-Test menunjukkan ada
pengaruh pemberian terapi akupresur terhadap peningkatan nafsu makan pada
balita dengan nilai p value = 0,000 (< 0,05).

Kata Kunci : Akupresur, Nafsu Makan & Anak Usia 1-4 Tahun
Daftar Pustaka : 16 (2004 – 2018)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018

Suci Rahmawati

EFFECT OF ADMINISTRATION OF ACUPRESSURE THERAPY ON


IMPROVEMENT OF APPETITE OF TODDLERS AGED 1-4 YEARS OLD

ABSTRACT
The important period of growth and development of children is the toddler
period. The children aged 1-4 years old belong to the category of toddlers. One of
the growth and development problems encountered by toddlers is eating disorder,
namely: low appetite. Acupressure is one of the non-pharmacological efforts to
improve their appetite by giving massages and stimuli on certain points (Zusanli,
Zhongwan, Taibai, San Yinjo and Tianshu points) on the parts of their body.
This research aims to investigate the effect of acupressure on the increase
of appetite of toddlers aged 1-4 years old. It used the quasi experimental research
method with pre-test and post-test control group design. Its population was all of
the toddlers at Integrated Health Post of Kalangan Village. Purposive sampling
was used to determine its samples. They consisted of 18 respondents.
The result of of the research shows that most of the parents had the latest
education of Primary School, most of the parents were private employees, and
most of the toddlers were aged 103 years old. The result of the independent t-test
shows that the appetite level of the treatment group was different from that of the
control group as indicated by the p-value = 0.001 which was less than 0.05. The
result of the paired t-test shows that the administration of the acupressure therapy
had an effect on the improvement of appetite of the toddlers as indicated by the p-
value = 0.000 which was less than 0.05.

Keywords : Acupressure, appetite, toddlers aged 1-4 years old


References : 16 (2004 – 2018)
1. PENDAHULUAN menjadi 13,3% dan menurun
Status gizi balita merupakan 12,1%, sedangkan kecenderungan
hal penting yang harus diketahui prevalensi anak balita pendek
oleh setiap orang tua dan perlunya (stunting) sebesar 36,8%, 35,6%,
perhatian lebih dalam tumbuh 37,2%. Prevalensi gizi kurang
kembang di usia balita didasarkan (underweight) berturut-turut 18,4%,
fakta bahwa kurang gizi yang 17,9% dan 19,6%. Presentase balita
terjadi pada masa balita ini bersifat dengan gizi kurang (BB/U)
irreversible (tidak dapat pulih) Provinsi Jawa Tengah tahun 2013
(Marimbi, 2010). Perilaku paling sebesar 3,86%, lebih rendah
penting yang dapat mempengaruhi dibandingkan tahun 2012 yang
keadaan gizi yaitu pola makan, sebesar 4,88. Status gizi balita
karena kuantitas dan kualitas menurut jenis kelamin di
makanan dan minuman yang Kabupaten Sragen dengan jumlah
dikonsumsi akan mempengaruhi balita yang ditimbang (laki – laki
tingkat kesehatan individu, terkait dan perempuan) 59.495 balita.
gizi maka pola makan masyarakat Presentase gizi lebih laki – laki
perlu ditingkatkan kearah konsumsi 1.33%, perempuan 1,03%.
gizi seimbang (Kemenkes RI, Presentase gizi baik laki – laki
2015). Masalah makan pada anak 95,68%, perempuan 95,24%.
merupakan hal yang umum dalam Presentase gizi kurang laki – laki
praktek sehari – hari yang lebih 2,55%, perempuan 3,21%. Upaya
disebabkan karena gangguan untuk mengatasi kesulitan makan
perilaku picky dan berdasarkan dapat dilakukan dengan cara
persepsi orang tua atau pengasuh farmakologi dan non farmakologi.
(Sudjatmoko, 2011). Upaya farmakologi yaitu dengan
Riskesdas 2013 menunjukkan pemberian vitamin (Sudjatmoko,
bahwa Indonesia masih memiliki 2011).Sedangkan untuk upaya non
masalah kekurangan gizi. farmakologi dengan menggunakan
Kecenderungan prevalensi kurus tanaman obat tradisional dan
(wasting) anak balita dari 13,6% akupresur (Novitasari Rizky A,
Kurniarum Ari, 2016 & Hartono, Menurut Munjaidah (2015)
2012). menjelaskan bahwa dengan
Akupresur atau yang biasa penekanan pada titik – titik
dikenal dengan terapi totok atau meridian tertentu dapat megatasi
tusuk jari adalah salah satu bentuk kesulitan makan pada balita dengan
fisiopterapi dengan memberikan cara memperlancar peredaran darah
pemijatan dan stimulasi pada titik – pada limpa dan sistem pencernaan.
titik tertentu pada tubuh dengan Secara fisiologi, dengan
metode yang sama dengan rangsangan sentuhan melalui pijat
akupuntur, yang membedakannya dapat mempengaruhi mekanisme
terapi akupresur tidak gelombang otak terutama
menggunakan jarum dalam proses hipotalamus yang merupakan kunci
pengobatannya (Fengge, 2012). dan pusat dari respon rasa lapar dan
Sejalan dengan waktu dan nafsu makan. Hipotalamus juga
bertambahnya pengalaman, terapi akan memperoduksi hormon,
pijat kemudian berkembang dalam termasuk hormon yang
dua arah : pijat atau masase yang mempengaruhi nafsu makan yaitu
termasuk dalam disiplin ilmu ghrelin (Sajidin, M & Kusmawati,
fisioterapi dan akupresurtermasuk 2011) Hal ini serupa dengan
dalam pengobatan alternatif atau penelitian yang dilakukan oleh
ilmu keperawatan komplementer. Nicola, dkk (2004) menjelaskan
Agar nafsu makan kembali normal, hormon ghrelin meningkatkan 31%
pemijatan dilakukan pada titik ST asupan energi pada responden
36 (Zusanli), CV 12 (Zhongwan), terkait dengan peningkatan asupan
SP 3 (Taibai), SP 6 (San Yinjio) makanan yang signifikan.
(Rajin, dkk, 2015). Apabila nafsu
makan berkurang, tambahkan titik 2. PELAKSANAAN
ST 25 (Tianshu) terletak dua cun a. Lokasi dan Waktu Penelitian
kiri dan kanan pusar (Hartono, Penelitian ini dilakukan di
2012). wilayah Kelurahan Kalangan
Kecamatan Gemolong dengan
waktu penelitian pada tanggal 1 menggunakan teknik acak.
Februari – 30 Maret 2018. (Nursalam, 2015).
b. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
ini adalah balita di Posyandu a. Karakteristik Responden
Nusa Indah Kalangan. Teknik Hasil analisa univariat
sampling dalam penelitian ini menggambarkan karakteristik
menggunakan purposive responden berdasarkan
sampling. Adapun jumlah pendidikan orang tua, pekerjaan
sampel dalam penelitian ini orang tua, dan usia anak.
menggunakan rumus estimasi Tabel 1.Karakteristik
Responden
besar sampel untuk penelitian
Berdasarkan
yang bertujuan menguji Pendidikan Orang Tua
hipotesis beda 2 mean Variabel Kelompok Kelompok
Perlakuan Kontrol
kelompok independen dengan
hasil 18 sampel. Pendidikan F % F %

Dasar 5 55,5 4 44
3. METODE PENELITIAN Menengah 3 33,3 3 33,3
Pertama
Penelitian ini menggunakan
Menengah 1 11,1 2 22,2
jenis penelitian kuantitatif, dengan Atas
rancangan penelitian yang Total 9 100,0 9 100,0
digunakan adalah Quasy
experiment dengan pendekatan pre Diketahui dari Tabel

and post test control group design. 1.Distribusi responden

Quasy experiment adalah berdasarkan pendidikan orang tua

rancangan penelitian yang untuk kelompok perlakuan

berupaya mengungkapkan maupun kelompok kontrol

hubungan sebab akibat dengan cara terbanyak yaitu pendidikan tingkat

melibatkan kelompok kontrol di dasar yaitu (55,5%) kelompok

samping kelompok eksperimental perlakuan dan (44,4%) kelompok

dengan pemilihan kelompok tidak kontrol.Hal ini sesuai dengan


penelitian yang dilakukan oleh memasak, menyiapkan makanan,
Perdani, dkk (2016) sebagian dan mendistribusikan makanan.
besar responden
Tabel 2.Karakteristik Responden
dengan tingkat pendidikan Berdasarkan Pekerjaan
rendah (tingkat dasar), semakin Orang Tua

tinggi tingkat pendidikan orang Variabel Kelompok Kelompok


Perlakuan Kontrol
tua maka semakin tinggi pula
pengetahuan dan pengalamannya Pekerjaan F % F %

dalam merawat anaknya khusunya IRT 2 22,2 3 33,3


dalam praktik pemberian Wiraswasta 2 22,2 2 22,2
makannya.
Karyawan 5 55,5 4 44,4
Hasil penelitian yang Swasta
dilakukan oleh Rahayu, dkk.2014) Total 9 100,0 9 100,0
menjelaskan tingkat pendidikan
khususnya tingkat pendidikan ibu
Diketahui dari Tabel
mempengaruhi derajat
2.distribusi responden berdasarkan
kesehatan.Pengetahuan ibu
pekerjaan orang tua untuk
merupakan salah satu faktor yang
kelompok perlakuan lebih banyak
dapat mempengaruhi terjadinya
pekerjaan sebagai karyawan swasta
stunting pada anak
yaitu 5 (55,5%) dan kelompok
balitamendukung pertumbuhan dan
kontrol lebih banyak pekerjaan
perkembangan anak balita
karyawan swasta yaitu 4
(Aridiyah, dkk, 2015).
(44,4%).Berdasarkan penelitian
Menurut peneliti hal ini Arifin (2015) menjelaskan bahwa
terkait peranannya yang paling 60% orang tua bekerja, dilihat dari
banyak pada pembentukan segi pekerjaannya, umumnya
kebiasaan makan anak, karena ibu pekerjaan ibu kurang meluangkan
yang mempersiapkan makanan waktu untuk mengurusi anaknya,
mulai mengatur menu, berbelanja, sehingga tidak sempat untuk
menyediakan makanan yang
dibutuhkan untuk anak usia mengatur menu makanan hingga
tersebut. Karena antara ibu dan menyiapkan makanan.
ayah walaupun keduanya sama –
Tabel 3.Karakteristik Responden
sama bekerja, namun ibu lebih Berdasarkan Usia
mengetahui tentang persiapan Balita

makanan untuk keluarga


Variabel Kelompok Kelompok
khususnya anak. Perlakuan Kontrol

Hal ini sesuai dengan Usia F % F %


Balita
penelitian yang dilakukan oleh 1-3 tahun 8 88,9 7 77,8
Laila, dkk (2018) bahwa status
1-4 tahun 1 11,1 2 22,2
pekerjaan ibu dapat
Total 9 100,0 9 100,0
mempengaruhiperilaku makan pada
anak.Terdapat
perbedaanpembentukkan kebiasaan Diketahui dari Tabel
makan bagi anak-anakapabila ibu 3.Distribusiresponden berdasarkan
mereka sebagai ibu rumah tangga usia untuk kelompok perlakuan
dan jugasebagai pencari nafkah. lebih banyak usia 1 - 3 tahun yaitu
8 (88,9%) dan kelompok kontrol
Menurut peneliti pekerjaan
lebih banyak usia 1 – 3 tahun yaitu
orang tua baik ayah ataupun ibu
7 (77,8%).Hal ini seesuai dengan
sangat berpengaruh terhadap pola
penelitian yang dilakukan oleh
asuh anak khususnya dalam praktik
Welasasih, dkk (2012) pada usia
pemberian makanan.Dalam hal ini
ini (1 – 3 tahun) banyak perubahan
status pekerjaan ibu sangat
pola hidup yang terjadi,
mempengaruhi pembentukkan
diantaranya perubahan pola makan
kebiasaan makan bagi anak – anak
dari yang semula ASI bergeser ke
jika dibandingkan dengan
arah makanan padat, beberapa
pekerjaan ayah, sebab ibu yang
balita mulai mengalami kesulitan
lebih mengetahui mulai dari
makan, sedangkan balita sudah
mulai berinteraksi dengan 9,8. Sedangkan rata – rata tingkat
lingkungan yang tidak sehat. nafsu makan berdasarkan berat
Para ahli menggolongkan usia badan sebelum intervensi pada
balita sebagai tahapan kelompok perlakuan adalah 9,000
perkembangan anak yang cukup dengan nilai tertinggi 11,1 dan nilai
rentan terhadap berbagai serangan terendah 7,4.
penyakit, termasuk penyakit yang c. Tingkat Nafsu Makan
disebabkan oleh kekurangan atau Berdasarkan Berat Badan
kelebihan asupan nutrisi jenis Sesudah Intervensi
tertentu (KemenKes RI, 2015). Tabel 5. Hasil Analisa Tingkat
Nafsu Makan
b. Tingkat Nafsu Makan
Berdasarkan Berat
Berdasarkan Berat Badan Badan Sesudah
Intervensi
Sebelum Intervensi
Tabel 4. Hasil Analisa Tingkat Variabel Distribusi Data
Nafsu Makan
Berdasarkan Berat Mean Min Max
Badan Sebelum
Intervensi Kelompok 9,800 8,2 12,1
Perlakuan
Variabel Distribusi Data Kelompok 12,822 9,0 15,1
Kontrol
Mean Min Max
Diketahui dari Tabel 5.
Kelompok 9,000 7,4 11,1
Perlakuan menunjukkan bahwa hasil rata –
Kelompok 13,244 9,8 15,6 rata tingkat nafsu makan
Kontrol
berdasarkan berat badan sesudah
intervensi pada kelompok
Diketahui dari Tabel
perlakuan adalah 9,800 dengan
4.menunjukkan bahwa hasil rata –
nilai tertinggi 12,1 dan nilai
rata tingkat nafsu makan
terendah 8,2. Sedangkan hasil rata
berdasarkan berat badan sebelum
– rata tingkat nafsu makan
intervensi pada kelompok kontrol
berdasarkan berat badan sebelum
adalah 13,244 dengan nilai
intervensi pada kelompok kontrol
tertinggi 15,6 dan nilai terendah
adalah 12,822 dengan nilai
tertinggi 15,1 dan nilai terendah Tingkat nafsu makan anak
9,0. pada kelompok perlakuan dan
d. Perbedaan Tingkat Nafsu kelompok kontrol mengalami
Makan perbedaan karena kelompok
Tabel 6. Perbedaan Tingkat perlakuan diberi terapi akupresur
Nafsu Makan
yang merupakan terapi
komplemneterdengan tujuan
Pengaruh Kelompok p-value
Akupresur meningkatkan nafsu makan anak
Tingkat Perlakuan 0,001
Nafsu dan Kontrol dengan cara diberi penekanan atau
Makan pijat dititik tertentu. Penekanan ini
dilakukan pada titik Zusanli,
Diketahui dari Tabel 6. Zhongwan, Taibai, San Yinjio dan
menunjukkan hasil Uji Independent Tianshu.
T-Test diperoleh hasil p value
e. Pengaruh Terapi Akupresur
(0,001) < 0,05, maka Ho ditolak
Terhadap Peningkatan Nafsu
dan Ha diterima yang artinya secara
Makan
statistik ada perbedaan tingkat
Tabel 7.Pengaruh Terapi
nafsu makan balita post intervensi Akupresur Terhadap
antara kelompok perlakuan dan Peningkatan Nafsu
Makan
kelompok kontrol. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan
Data Penelitian p-value
Munjaidah (2015) penyebab
tersering pada kasus kesulitan Tingkat nafsu makan 0,000
Post Test kelompok
makan pada balita dikarenakan
perlakuan
gangguan fungsi limpa dan
Tingkat nafsu makan 0,001
pencernaan.Makanan yang masuk
Post Test kelompok
kedalam perut tidak segera dicerna,
kontrol
yang berakibat pada stagnasi
makanan dalam saluran cerna,
Diketahui dari Tabel 4.8
sehingga dapat mengurangi nafsu
menunjukkan hasil uji Paired T-
makan.
test diperoleh hasil p-valuepada
kelompok perlakuan (0,000) perlakuan dan kontrol memiliki
<0,05 dan pada kelompok kontrol rata – rata / mean 9,800 dan
(0,001) < 0,05, maka Ho ditolak 12,822.
dan Ha diterima yang artinya d. Terdapat perbedaan nilai pre test
secara statistik terdapat pengaruh dan post test pada kelompok
akupresur terhadap tingkat nafsu perlakuan dan kontrol dengan p
makan balita pre – post value = 0,001 (α < 0,05).
intervensi pada kelompok e. Terdapat pengaruh tingkat nafsu
perlakuan dan kelompok kontrol. makan pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol dengan p
5. KESIMPULAN value = 0,000 (α < 0,05) dan p
a. Mayoritas responden orang value = 0,001(α < 0,05).
tuanya berpendidikan SD pada
kelompok perlakuan (55,5%) 6. SARAN
dan kelompok kontrol (44,4%). a. Bagi Institusi Pendidikan
Orang tua bekerja sebagai Dapat memberikan informasi
karyawan swasta pada kelompok dan pengetahuan tentang terapi
perlakuan (55,5%) dan pada komplementer yang dapat
kelompok kontrol (44,4%). Usia dilakukan dengan cara seminar
balita kelompok perlakuan lebih maupun pelatihan kepada
banyak usia 1 - 3 tahun yaitu 8 mahasiswa keperawatan
(88,9%) dan kelompok kontrol maupun kebidanan.
lebih banyak usia 1 – 3 tahun b. Bagi Orang Tua
yaitu 7 (77,8%). Dapat memeberikan
b. Tingkat nafsu makan sebelum pengetahuan tambahan dan
intervensi pada kelompok pengobatan alternatif dalam
perlakuan dan kontrol memiliki meningkatkan nafsu makan
rata – rata / mean 9,000 dan pada anak.
13,244.
c. Tingkat nafsu makan sesudah
intervensi pada kelompok
c. Bagi Bidan Desa penelitian dengan terapi yang
Dapat menambah wawasan sama namun berbeda variabel
dalam menangani masalah misalnya lebih melihat pola
nafsu makan pada balita. nafsu makan dari segi asupan
d. Bagi Peneliti Selanjutnya gizi yang diperoleh khusunya
Bagi peneliti selanjutnya pada balita.
sebaiknya mengembangkan
DAFTAR PUSTAKA

Penyakit.Edisi 1.Yogyakarta :
Arifin, Zainul. (2015). Gambaran Rapha Publishing.
Pola Makan Anak Usia 3-5
Tahun Dengan Gizi Kurang Kementrian Kesehatan RI. (2013).
Di Pondok Bersalin Tri Sakti Riset Kesehatan
Balong Tani Kecamatan Dasar.Jakarta : Badan
Jabon – Sidoarjo. Jurnal Penelitian Dan
Midwiferia. Vol. 1.No. 1. Penegmbangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
Aridiyah, FO, Rohmawati &
Ririanty, Mury.(2015). Faktor Kementrian Kesehatan RI. (2015).
– faktor Yang Mempengaruhi Profil Kesehatan Indonesia
Stunting Pada Anak Balita Di 2014.Jakarta : Kementrian
Wilayah Pedesaan Dan Kesehatan RI.
Perkotaan (The Factors
Affecting Stunting on Laila, Daratul, Zainudun &
Toddlers in Rural and Urban Junaid.(2018). Hubungan
Areas).E-Jurnal Pustaka Antara Pengetahuan Ibu Dan
Kesehatan.Vol. 3.No. 1. Pola Makan Terhadap Status
Gizi Lebih Pada Balita Di
Fengge, A. (2012). Terapi Akupresur Wilayah Kerja Puskesmas
Manfaat dan Teknik Mokoau Kota Kendari Tahun
Pengobatan.Yogyakarta : 2018.Jurnal Ilmiah
Crop Cirle Corp. Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat
Hartono, RIW. (2012). Akupresur (JIMKESMAS).Vol. 3.No. 2.
Untuk Berbagai
Marimbi, H. (2010). Tumbuh Nursalam. (2015). Metodologi
Kembang, Status Gizi & Penelitian Ilmu Keperawatan
Imunisasi Dasar Pada : Pendekatan Praktis.Edisi
Balita.Edisi 1.Yogyakarta : 4.Jakarta : Salemba Medika.
Nuha Medika.
Perdani, Zulia P, Hasan &
Munjaidah, A. (2015). Efektivitas Nurhasanah. (2016).
Pijat Tui Na Dalam Hubungan Praktik Pemberian
Mengatasi Kesulitan Makan Makan Dengan Status Gizi
Pada Balita Di RW O2 Anak Usia 3 – 5 Tahun Di
Kelurahan Wonokromo Pos Gizi Desa Tegal Kunir
Surabaya.Jurnal Ilmiah Lor Mauk. JFKT.No. 2. Hlm
Kesehatan. 8. (2). 194 – 195. 17 – 29.
Nicola, dkk (2004). Ghrelin Rahayu, Atikah & Khairiyati,
Increases Energy Intake in Laily.(2014). Resiko
Cancer Patients with Pendidikan Ibu Terhadap
Impaired Appetite: Acute, Kejadian Stunting Pada Anak
Randomized, Placebo- 6 – 23 Bulan (Maternal
Controlled Trial. The Journal Education As Risk Factor
of Clinical Endocrinology & Stunting Of Child 6-23
Metabolism.Vol. 89.No. 6. Months – Old).Jurnal Penel
Gizi Makan. Vol. 37.No. 2.
Novitasari Rizky A, Kurniarum A.
Sajidin, Muhammad & Kusmawati,
(2016). Penggunaan Tanaman
Wanda. (2011). Influence Of
Obat Tradisional Untuk
Massotherapy (Baby
Meningkatkan Nafsu Makan
Squeeze) And Side Dish
Pada Balita.Jurnal
Giving Status of Balita Age
Kebidanan Dan Kesehatan
1-3 Year With Giziless.
Tradisional.Vol. 1.No. 1.
Hlm 1-99.
Sudjatmoko.(2011). Masalah Makan
Pada Anak.Journal of
Medicine.Vol. 10. No.1. Hlm Faktor Yang Berhubungan
36 – 41. Dengan Status Gizi Balita
Stunting. The Indonesian
Welasasih, Bayu D & Wirjatmadi, R Journal of Public Health.Vol.
Bambang.( 2012). Beberapa 8.No. 3. Hlm. 99-104.

Anda mungkin juga menyukai