Anda di halaman 1dari 19

Nama saya Alvira Mohamad, saya lahir dan tinggal di

Sukabumi, salah satu kabupaten/kota terluas di provinsi Jawa


Barat dan saya telah mengenyam wajib belajar 12 tahun di sana.
Menjadi salah satu yang dapat merasakan pendidikan di SDSN
5 Cibadak, SMPN 1 Cisaat, dan di SMAN 1 Cibadak adalah
sesuatu yang patut disyukuri oleh saya, karena sekolah-sekolah
tersebut adalah sekolah favorit di lingkungan kelahiran saya.
Banyak sekali pengalaman mengesankan selama berada di sana,
seperti terlibat di OSIS ketika SMP maupun ketika SMA, aktif di
beberapa ekstrakulikuler, dan ikut berbagai perlombaan, hingga
sempat ketika di penghujung SMA mendapat Juara 1 lomba
poster fisika tingkat nasional yang diselenggarakan oleh
FPMIPA UPI.

Pasca lulus SMA, saya melanjutkan studi S1 jurusan Sistem


Informasi di Universitas Komputer Indonesia, Bandung. Saya
sangat bersyukur dapat kuliah di tahun pertama saya setelah
lulus SMA, karena nyatanya masih banyak orang yang belum
bisa meneruskan studi di perguruan tinggi baik karena belum
memiliki kesempatan, maupun karena kondisi-kondisi yang
lain.

Untuk bisa lulus seleksi di kampus ini bisa dibilang tidak sesulit
jika dibandingkan dengan seleksi di perguruan tinggi negeri.
Tapi untuk bisa sampai berada di kampus sekarang ini tidaklah
mudah. Sebelumnya saya telah berjuang di berbagai seleksi
masuk PTN seperti SNMPTN, USMI IPB, SBMPTN, hingga
ujian tulis (UTUL) UGM. Namun tak ada satu pun yang
menyatakan saya diterima, hingga sempat putus asa dan
berpikir tidak bisa kuliah di tahun itu. Bisa dibilang saya terlalu
ambisi untuk bisa kuliah di perguruan tinggi negeri, hingga
akhirnya saya membuka langkah untuk mencoba masuk di
perguruan tinggi swasta. Dan benar saja, ternyata rezeki dan
jalan hidup saya bukanlah di kampus-kampus sebelumnya,
melainkan di Universitas Komputer Indonesia.
Meskipun kuliah di perguruan tinggi swasta, tidak menyurutkan
semangat saya dalam kuliah, karena niat saya adalah belajar
dan mengembangkan minat saya di dunia Teknologi Informasi,
apalagi UNIKOM memberikan fasilitas yang sangat mendukung
bagi saya dalam menuntut ilmu teknologi dan informasi.

Kuliah bagi saya bukan hanya untuk mendapatkan gelar dan


memudahkan dalam mencari pekerjaan. Lebih jauh dan lebih
utama dari itu, kuliah bagi saya adalah jalan menuntut ilmu
yang merupakan sunnatullah sebagai seorang muslim. Seperti
apa yang telah disabdakan oleh sosok panutan umat manusia
yakni Rasulullah SAW, bahwasanya
“Barang siapa yang menghendaki
kehidupan dunia maka wajib baginya
memiliki ilmu, dan barang siapa yang
menghendaki kehidupan Akhirat, maka
wajib baginya memiliki ilmu, dan barang
siapa menghendaki keduanya maka wajib
baginya memiliki ilmu” (HR. Turmudzi).

Dari hadis tersebut meyakinkan saya, jika seseorang sudah


memiliki ilmu tak perlu risau akan kehidupan di akhirat, tak
perlu risau pula akan kehidupan di dunia, apalagi hanya
sekedar mendapatkan pekerjaan.

Di negeri ini, orang yang cerdas bisa dikatakan banyak, tapi


yang cerdas dan peduli terhadap bangsa tidak demikian.
Padahal Rasulullah mengatakan bahwa,
“Sebaik Baik Manusia Adalah Yang Paling
Bermanfaat Bagi Orang Lain” (Hadits
Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath).

Dari hadis dan kenyataan itulah saya menaruh harapan kepada


diri saya pribadi, bahwasanya kelak suatu saat saya harus
memberikan manfaat kepada orang lain dari penerapan ilmu
yang sedang saya pelajari saat ini.

Oleh karena itulah ketika saya berada di penghujung masa putih


abu, saya benar-benar memperhatikan passion apa sebenarnya
yang telah tuhan titipkan ke dalam diri saya. Karena saya yakin,
bila seseorang mengerjakan apa yang dia senangi, maka apapun
akan dia kerjakan secara maksimal. Bila jurusan yang diambil
saja tidak disenangi, bagaimana bisa dia membangun motivasi
belajar dengan baik? Bagaimana bisa dia bertahan karena di
depan pasti banyak tantangan dan hambatan? Tentu alasan
yang paling mungkin untuk bisa menguatkan hal itu
adalah passion nya sendiri, maka itulah pentingnya
menemukan passion pada diri seseorang dan menyalurkannya.

Selain saya merasa nyaman di dunia teknologi informasi, saya


juga memiliki alasan lain mengapa memutuskan untuk terjun di
dunia ini. Teknologi dan informasi merupakan salah satu tolak
ukur kemajuan suatu peradaban negara. Bila peradaban negara
itu maju, salah satu faktor pendorongnya adalah teknologi yang
maju. Sayangnya bangsa Indonesia mayoritas masih berprilaku
konsumtif, sehingga masih sedikit orang yang mau berperan
sebagai kreator dan melakukan inovasi khususnya dalam
produk teknologi, tentu hal ini menyulitkan teknologi Indonesia
untuk maju. Maka sebagai generasi muda, sudah sepatutnya
mulai memupuk semangat dalam berkarya, berhenti menjadi
penikmat, kemudian lakukan inovasi yang dibekali ilmu
dan attitude yang baik. Dan saya sedang membangun visi untuk
itu, untuk bagaimana menjadi bagian kecil dalam memajukan
teknologi dan informasi di Indonesia.

Berbicara mengenai dunia teknologi dan informasi tentu


sangatlah luas, tak bisa seseorang menguasai seluruh sub
bidang yang ada sekaligus. Oleh karena itu saya memutuskan
mengambil konsentrasi di program studi Sistem Informasi.
Informasi tentunya dibutuhkan oleh setiap orang, apapun
kebutuhannya. Sehingga perlu adanya sirkulasi informasi secara
sistematis. Di sinilah peran anak sistem informasi, bagaimana
informasi tersebut dapat saling bertukar secara akurat, cepat,
berkualitas, relevan, dan bermanfaat bagi penerimanya.
Informasi di era digital saat ini boleh jadi sudah bisa bertukar
dengan sangat cepat, tapi bila ditanya apakah informasi yang
bertukar tersebut sudah berkualitas dan relevan? Sebagai
contoh di media sosial? Mungkin jawabannya belum demikian.
Dari pertanyaan dan jawaban itulah saya merasa tertantang
hingga memutuskan untuk mengambil program studi ini.

Rasanya terlalu berat jika saya mengatakan “Aku adalah


generasi unggul kebanggaan bangsa Indonesia” tapi kalimat
tersebut mengandung motivasi yang luar biasa untuk
bagaimana saya harus berkontribusi bagi bangsa ini. Tentunya
dengan kapasitas yang saya miliki, dengan cara dan gaya saya
sendiri, dan dengan membawa ilmu yang saat ini sedang saya
pelajari saat ini.
Saya mahasiswa pascasarjana berusia 23 tahun yang sedang menempuh
pendidikan di Institut Teknologi Bandung. Saat ini saya aktif dalam
Keluarga Mahasiswa Islam Pascasarjana (KAMIL) yang merupakan
organisasi pascasarjana satu-satunya di kampus saya dan Indonesian Youth
Opportunities in International Networking (IYOIN LC-Bandung).
Saya berasal dari daerah yang teletak di ujung timur pulau Jawa, nama
daerahnya adalah kabupaten Banyuwangi. Saat ini saya sedang menempuh
semester 3 dengan program studi yang saya ambil adalah Magister
Pengajaran Fisika. Saya mengambil program studi ini karena relevan
dengan program studi yang saya ambil ketika jenjang Sarjana
yaitu Pendidikan Fisika. Saya mengambil jurusan ini bukan hanya karena
asal-asalan ketika memilih jurusan, namun karena berbagai pertimbangan
yang saya dapat dari orang-orang terdekat saya. Jurusan kependidikan
memang tidak terlalu populer seperti jurusan kedokteran ataupun teknik,
namun saya percaya bahwa jurusan ini adalah tonggak utama lahirnya
generasi unggul yang nantinya dapat membanggakan bangsa Indonesia.
Kita harus selalu ingat dengan tujuan nasional negara kita yang tertuang
dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pada alinea keempat yang salah
satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Cara yang dapat ditempuh
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah lewat pendidikan. Melalui
pendidikan, suatu bangsa dapat mencetak bibit-bibit unggul dan melalui
pendidikan pula, kita dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain pada
berbagai bidang aspek kehidupan misalkan sains, teknologi, maupun
ekonomi.
Indonesia sebenarnya sangat mampu untuk mencetak bibit-bibit unggul
generasi muda karena Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia
(SDM) berupa populasi usia produktif yang jumlahnya sangat besar Potensi
inilah yang perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik agar kualitas
generasinya menjadi generasi yang berkarakter, cerdas , dan kompetitif.
Langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kuliatas generasi penerus
ini adalah melalui pendidikan yang bermutu. Dewasa ini, pemerintah secara
intensif melalukan perbaikan dalam bidang pendidikan yaitu dengan
membuat berbagai kebijakan dan program yang membantu seluruh
masyarakat mendapatkan pendidikan yang bermutu.
Apa yang telah saya jabarkan di atas merupakan salah satu alasan mengapa
saya memilih jurusan kependidikan. Dengan saya masuk ke jurusan
kependidikan saya dapat membantu bangsa ini mencetak generasi unggul di
masa yang akan datang. Menjadi tenaga pendidik yang baik dan berkualitas
akan membentuk generasi yang membanggakan bangsa.
Faktor lain yang memotivasi saya untuk mengambil jurusan magister
pengajaran fisika karena sampai saat ini mata pelajaran fisika merupakan
mata pelajaran yang masih menjadi momok menakutkan bagi siswa bukan
hanya di jenjang SMA tapi juga di jenjang SMP. Dalam mata pelajaran
fisika, siswa dituntut untuk memahami konsep dengan cara
merepresentasikan suatu fenomena kehidupan sehari-hari dalam bentuk
persamaan (rumus).
Beberapa mantan murid ibu saya yang sekarang ada di jenjang SMP pernah
bercerita bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sangat sulit bagi mereka,
banyak rumus yang harus mereka hafal dan juga diharuskan memiliki
kemampuan matematis yang baik dan logika berpikir yang runtut. Ketika
saya praktik mengajar pada jenjang S1 di salah satu sekolah menengah atas
(SMA) di kabupaten Malang, banyak murid saya yang mengeluh bahwa
mereka kurang mengerti fisika, karena terlalu banyak penurunan rumusnya.
Mereka tidak tahu rumus mana yang harus digunakan ketika terdapat suatu
persoalan yang disajikan. Selain itu juga ketika saya mengambil data awal
untuk proyek akhir saya dengan mewawancarai beberapa guru di enam SMA
di kota Bandung didapatkan bahwa, terdapat beberapa materi fisika yang
dianggap sulit bagi siswa. Kesulitan tersebut dikarenakan berbagai hal,
seperti karena materi terlalu abstrak sehingga siswa sulit untuk
membayangkannya, keterbatasan media pembelajaran, serta konsep dasar
yang masih belum dikuasai oleh siswa.
Oleh karena itu faktor-faktor tersebut saya sangat termotivasi untuk
mengambil jurusan pendidikan fisika dan melanjutkan ke magister
pengajaran fisika. Sebagai seseorang yang nantinya akan menjadi tenaga
pendidik yang akan mengabdi untuk mencerdaskan generasi-generasi
penerus nanti, baik itu di sekolah ataupun di perguruan tinggi, saya memiliki
tugas untuk memberikan solusi dalam pembelajaran fisika secara nyata.
Saya akan membuat inovasi-inovasi baru pada media pembelajaran fisika
sehingga tidak ada lagi alasan seorang guru tidak menampilkan simulasi
atau demonstrasi tentang fenomena tertentu pada materi yang akan
diajarkan.
Saya juga akan mengubah pemikiran siswa sekarang yang berpikir bahwa
berlajar fisika itu sulit dan terlalu banyak rumus, sebenarnya belajar fisika
itu menyenangkan karena semua peristiwa yang kita lihat di kehidupan
sehari-hari dapat dijelaskan dengan fisika dan sebenarnya rumusnya tidak
banyak, meraka hanya perlu mengerti hubungan rumus satu dengan yang
lainnya sehingga mereka tidak perlu menghafal begitu banyak rumus. Selain
itu saya akan mentransfer ilmu yang saya dapat kepada rekan kerja saya
tentang media pembelajaran apa saja yang dapat digunakan untuk
menjelaskan suatu materi dan bagaimana cara membuatnya, sehingga kelas
yang diajar tadi tidak akan pernah sehingga menciptakan kelas yang efektif,
efisien, dan menyenangkan. Dan yang terakhir saya akan melakukan
penelitian secara mandiri di bidang kependidikan sehingga saya dapat
memberikan konstribusi positif bagi pendidikan di Indonesia.
Harapan di masa yang akan datang, dengan bertambah baiknya kualitas
pembelajaran di Indonesia serta semakin baiknya sistem pendidikan di
Indonesia, diharapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju,
dan disegani oleh bangsa lain, serta Indonesia bisa menjadi negara dengan
sistem pendidikan terbaik di dunia, sehingga pendidikan di negara kita dapat
digunakan sebagai referensi pendidikan oleh negara-negara lain.
Sebagai mahasiswa pascasarjana, saya memang belum pernah
mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional maupun nasional.
Namun saya akan terus berusaha sehingga nantinya saya bisa
mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional dan nasional
melalui perserta didik yang akan saya bina. InsyaAllah. Meskipun saya
belum memiliki prestasi di tingkat internasional maupun nasional, saya akan
selalu menjaga nama baik bangsa Indonesia dan membuat bangga bangsa
Indonesia dengan tidak terlibat dalam kasus kriminal, penyalahgunaan
narkoba, menjadi teladan bagi orang lain serta saya berusaha sebaik
mungkin untuk menjadi warga negara yang baik. Selain itu, sebagai
mahasiswa dan melalui organisasi yang saya ikuti, saya bisa membantu
masyarakat dengan beberapa kegiatan yang diadakan oleh organisasi saya,
misalkan seperti peduli Bandung yang didalamnya berisi kegiatan sosial
seperti pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga serta memberikan inspirasi
kepada adik-adik yang ada di desa tersebut.
AKU GENERASI UNGGUL KEBANGGAAN
INDONESIA
Saya adalah bagian dari generasi masa depan bangsa besar Indonesia. Penduduk
bangsa kita mayoritas muslim dan tinggal di perkampungan. Saya pun juga
demikian, yaitu lahir di desa panglegur. Panglegur merupakan salah satu desa di
Pulau Madura, jelas saya beragama Islam mulai dari kakek-nenek saya.
Meskipun Pamekasan pada umumnya sudah tidak lagi masuk kabupaten tertinggal
sejak 2014, namun tetap saja kemiskinan menjerat mayoritas masyarakat
Pamekasan, tidak terkecuali keluarga saya. Namun, bagi saya kemiskinan bukan
halangan untuk tetap melanjutkan sekolah sampai jenjang setinggi-tingganya demi
mempersiapkan diri untuk memimpin bangsa di masa yang akan datang, tepat pada
saatnya nanti.

Hairus Saleh, Awardee BU UIN Jakarta

Saya sekolah SD di satu desa beda kampung. Setiap hari saya berangkat sekolah
sejauh 5 km dari rumah saya, yaitu perjalanan sekita 1.5 jam dan ditempuh dengan
jalan kaki. Perjalanan itu saya nikmati dan lalui selama 6 tahun. Perjuangan itu
ternyata tidak sia-sia, karena saya selalu mendapat rangking 3 besar di setiap ujian.
Bahkan saya juga pernah mendapatkan kepercayaan mewakili sekolah untuk
mengikuti olimpiade bahasa Indonesia.
6 tahun saya lalui itu, tidak kemudian perjuangan belajar saya berhenti di sana.
Untuk sekolah MTs saya juga harus berjalan kaki menempuh jarak yang lumayan
jauh, 5 km dari rumah. Itu saya lalui dengan berjalan kaki pulang-pergi. Setiap pagi
dan siang saya melintasi sawah-sawah demi belajar untuk negeriku. Jauhnya jarak
tempuh ke sekolah ternyata membuat saya semakin termotivasi untuk belajar lebih
baik dari yang lain. Buktinya saya sering mendapatkan rangking 1 berturut-turut, dan
rangking paling rendah yang pernah saya dapat waktu itu ialah rangkin 2. Suatu
prestasi yang cukup bagus buat siswa kampung yang mengadu intelektualnya di
lembaga sekolah.
Prestasi bagus yang saya dapatkan di MTs membuat saya mendapatkan
kesempatan untuk ikut seleksi masuk di MANSA Pamekasan. Saya pun mengikuti
alur itu untuk bisa sekolah di sana. Dari sekian ratus orang yang mendaftar sekolah
di sana, yang berasal dari berbagai kabupaten, Saya memperoleh peringkat ke-7
tertinggi nilai ujian masuk. Dari nilai bagus itu, secara otomatis saya dites untuk
kedua kalinya untuk memastikan hasil tes pertama sesuai dengan kemampuan
siswa.
Hasil tes ke-2 membuat nilai saya naik beberapa tingkat menjadi peringkat ke-4 dari
30 orang yang di tes. Prestasi itu berbuah manis, saya mendapatkan beasiswa
penuh dan masuk pada kelas sains. Kelas sains itu sendiri ialah kelas unggulan
yang benar-benar dibina oleh MAN untuk menjadi gerasi bangsa yang benar-benar
unggul. Tentu keberhasilan itu tidak membuat saya malas. Justru semakin saya
mendapatkan kesempatan baik, semakin saya menggunakannya semaksimal
mungkin.
BACA JUGA

 6 POIN WAJIB ADA PADA ESSAY BEASISWA UNGGULAN


 4 Tips Jitu Lulus Beasiswa Unggulan
 Essay Beasiswa Unggulan Terbukti Lulus: Aku Generasi Unggul Kebanggaan Indonesia

Sejak itu saya memulai mengembangkan diri. Mulai belajar bilangan-bilangan


matematika yang rumit, mendalami rumus-rumus fisika yang jelimet, serta mulai
mengembangkan diri di dunia penulisan. Waktu itu, saya sangat senang fisika dan
menulis artikel. Kesenengan terhadap fisika dikembangkan melalui matematika
terlebih dahulu, kemudian mengikuti bimbingan belajar fisika. Jerih payah itu
membuahkan hasil, saya terpilih sabagai fisikawan MANSA di masanya. Tiap ada
olimpiade fisika, pasti saya yang mewakili MANSA. Pernah satu kali saya mendapat
juara 5 di seleksi olimpiade kabupaten menuju ajang olimpiade nasional. Namun
na’as buat saya, saya tidak bisa mewakili MANSA, karena waktu itu lomba diadakan
oleh diknas, dan MANSA tidak diperkenankan meneruskannya ke nasional.
Permasalahpun sempat memanas antar depag Pamekasan dan dinas lantaran itu.
Di samping mendalami fisika, saya juga sangat senang menulis artikel. Sejak kelas 2
MAN, saya sudah aktif menulis di majalah sekolah Cintramu. Di antara judul yang
pernah saya tulis ialah “Sidratul Muntaha”. Tulisan ini menjelaskan tentang Sidratul
Muntaha yang bukan bagian dari planet tatasurya. Tulisan ini merupakan bantahan
terhadap tulisan yang pernah terbit di media yang mengatakan bahwa sidratul
muntaha merupakan bagian dari planet. Tulisan lainnya ialah berjudul “busana kita
kini”. Tulisan ini menjelaskan tentang busana wanita modern yang sudah mulai jauh
dari nilai-nilai agama.
Di samping sekolah di MAN, saya juga belajar di Pondok pesantren untuk belajar
ilmu-ilmu agama, mulai dari fiqih, tasawuf dan lainnya. Masa-masa remaja saya
dipenuhi dengan aktivitas keilmuan. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Bagun
tidur langsung ngaji kitab di pondok. Jam 06.00 pagi berangkat sekolah yang cukup
jauh. Di MANSA belajar sampai jam 17.00, karena masih ada bimbingan bahasa dan
komputer. Setelah dari sekolah dilanjutkan ngaji kitab di pondok hingga jam 22.00.
setelah itu masih menyelesaikan tugas sekolah. Masa-masa itu adalah masa-masa
melelahkan, sampai mata saya rusak (mines) karena kelelahan.
Selulusnya dari MANSA, saya berminat melanjutkan belajar saya di fisika. Namun
apa daya, orang tua tidak mengizinkan. Sebagaimana orang tua mayoritas anak
Madura, mereka sangat senang jika anaknya hebat di bidang agama. Maka saya
pun harus rela melepas fisika dari pikiran saya.
Melepas fisika tidak kemudian saya tidak mempunyai kemampuan di bidang lain.
Masih tersisa satu lagi aktivitas yang saya senangi, yaitu menulis artikel. Tentu
menulis itu membutuhakan pengetahuan ilmiah baik itu agama, filsafat dan tafsir.
Mulai dari MAN saya sudah membaca buku “Sistematika Filsafa” karya Sidi Gazalba
yang saya temukan diperpus. Di samping itu juga buku “Wawasan Al Qur’an” karya
mufassir Indonesia yang hebat itu, Quraish Shihab.
Sejak itu, saya memutuskan untuk beralih dari fisika ke pengetahuan yang
bernuansa teoritis. Maka saya mengambil kuliah S1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta di jurusan Filsafat. Kuliah di UIN pun saya mendapatkan beasiswa full dari
kemenag selama 4 tahun. Beasiswa itu saya dapatkan dari persaingan calon
mahasiswa di seluruh Indonesia.
Kuliah di UIN sangat menakjubkan. Saya menemukan banyak hal yang selama ini
saya impikan di Madura. Pengetahuan teoritis yang sangat luas semua disajikan di
sini. Pemikiran-pemikiran filosof besar yang tidak ditemukan di Madura, saya
temukan di UIN. Ini merupakan kesempatan saya untuk belajar lebih giat lagi, demi
masa depan bangsa. Tentu pengetahuan filsafat Islam ini sangat penting saat ini,
untuk membentengi bangsa saya dari arus radikalisme dan terorisme yang setiap
saat menjadi ancaman.
Bentuk belajar saya di UIN mula-mula berubah drastis, dari yang biasanya belajar
sendiri dan berdiskusi dengan hanya satu teman, di UIN Jakarta, saya dan teman-
teman membentuk forum diskusi mingguan dengan tema-tema bergengsi. Yaitu
tema-tema yang menyangkut masa depan bangsa dan mencoba menjacari jalan
terbaik untuk masa depan bangsa. Hasil diskusi, kami muat dalam wadah bulletin
mingguan yang kami buat dari hasil patungan uang jajan kami dan kemudia kami
sebarkan secara Cuma-Cuma kepada mahasiswa UIN lain. Tidak hanya sebatas itu,
kegiatan tulis-menulis kami bentangkan sampai ke level nasional melalui publikasi di
website dan publikasi di media cetak seperti di Radar Madura, Jawa Pos.
Semangat belajar saya terus tumbuh dan terus melanjutkan kuliah ke jenjang S2 di
SPS UIN Jakarta. Hanya saja kali ini saya tidak mendapatkan beasiswa. Untuk
membiayai itu, saya harus sambil jualan nasi goreng di malam hari, dan kuliah di
siang hari.
Tetapi semangat saya tetap berkobar dengan terus belajar untuk Indonesia yang
lebih baik. Tugas saya kedepan tidaklah mudah, karena menyangkut doktrin yang
melekat di keyakinan tiap elemen bangsa. Saya sebagai mahasiswa di filsafat
mempunyai tanggung jawab membuka pola pikir masyaraka Indonesia agar terus
berkembang dan maju. Tujuannya tidak lain ialah agar bangsa saya mampu
menghadapi arus globalisasi dan mampu menghadapi perubahan-perubahan jaman.
Kita tahu bahwa perubahan suatu bangsa, berawal dari perubahan pola pikir
masyarakatnya. Semakin maju pola pikir masyarakatnya, maka semakin maju juga
bangsanya.
Di samping itu, hambatan bangsa kita kali ini adalah radikalisme yang terus
menjamur. Menurut Profesor Bambang Pranowo, tidak sedikit masyarakat Indonesia
yang terpengaruh ideologi radikalisme teroris sebagaimana dianut Ba’asyir. Hal ini
ditandai oleh banyaknya orang Indonesia yang pergi ke Timur Tengah untuk berlatih
perang dan berjihad. Maka kedepan radikalisme itu menjadi ancaman nyata bagi
bangsa Indonesia. Jika tidak ditangani, Indonesia bisa hancur lebur sebagaimana
terjadi di Timur Tengah.
Maka tugas saya ialah membongkar ideologi radikalisme kemudia diganti dengan
ideologi yang rahmatan lil alamin. Suatu ideologi keislaman yang cinta damai. Yaitu
menawarkan format ideologi keislaman yang mampu membendung radikalisme,
serta mampu mendorong tiap muslim untuk bergerak maju memperbaiki
ketertinggalannya.
Di samping itu, terdapat konsep ajaran agama yang tampaknya perlu direfisi. Seperti
konsep tentang riyak. Konsep riyak tampaknya menjadi salah satu penghambat
kemajuan muslim Indonesia. Betapa banyak orang pintar, tetapi pengetahuan
menjadi tidak bermanfaat disebabkan takut terjerumus pada prilaku riyak.
Sebagaimana yang kita tahu, bahwa riyak cenderung tidak memperbolehkan muslim
untuk menampakkan kemampuannya, kebolehannya. Padahal di era modern,
segela kemampuan dan kelebihan harus semuanya ditampakkan. Hal itu merupakan
benturk promosi yang sangat penting.
Maka dari itu, tampaknya konsep yang dianut oleh muslim Indonesia menjadi
hambatan buat muslim itu sendiri untuk mengembangkan hidupnya menjadi lebih
baik lagi. Saya akan merumuskan kembali konsep-konsep yang menghambat
kemajuan bangsa saya. Itulah peran saya bagi bangsa.
Inilah esai yang telah saya buat dan ajukan kepada Kemendigbud sebagai salah
satu syarat berpartisipasi seleksi beasiswa unggulan. Essay ini terbukti telah
mengantarkan saya menjadi salah satu yang mendapatkan Beasiswa Unggulan.
Esai: Aku Generasi Unggul Kebanggaan Bangsa Indonesia
Esai ini ditulis sebagai salahsatu syarat untuk aplikasi Program Beasiswa
Unggulan Kategori Masyarakat Berprestasi, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Saya membuat aplikasi untuk program Batch 2 tahun 2017

Menisbatkan diri menjadi generasi unggul kebanggaan bangsa rasanya


terlalu berat. Tapi, setidaknya menjadi salahsatu penduduk yang
berkesempatan mendapatkan pendidikan tinggi merupakan sesuatu yang
patut disyukuri.

Saya lahir dan besar di Pangalengan, salahsatu kawasan agropolitan di


Kabupaten Bandung. Di daerah saya, mengenyam gelar sarjana adalah
suatu kemewahan tersendiri melihat sebagian besar penduduk hanya lulus
setingkat SD (43.73%). Bahkan, masih ada masyarakat yang tidak pernah
sekolah (5,96%) yang jumlahnya lebih tinggi daripada yang bergelar
sarjana dan diploma (1,33%)1. Sebagai anak yang terlahir dari keluarga
pra-sejahtera, pencapaian ini tentu sangatlah besar.

Proses panjang wajib belajar 12 tahun ditutup klimaks dengan menerima


beasiswa di salah satu perguruan tinggi terbaik bersama 95 siswa terpilih
lainnya se-Jawa Barat. Bukan langkah yang mudah karena sebelumnya
memang tidak pernah terbesit untuk melanjutkan kuliah, apalagi ke PTN
favorit. Perjalanan menyelesaikan program sarjana saya lalui dengan
berbagai hambatan, baik finansial, fisik, maupun mental. Tetapi, itulah
mungkin yang menempa saya untuk lebih baik. Beberapa pengalaman
berkesan saya tandai sebagai salah satu pencapaian besar dalam hidup
saya.

Tidak diterima di fakultas pilihan pertama tidak menjadikan saya hilang


arah. Saya akhirnya diterima di Program Studi Biologi, tanpa ekspektasi
apapun. Tekanan yang begitu besar di kelas bersama siswa-siswa terbaik
di sekolahnya masing-masing, menurunkan kepercayaan diri saya. Satu
tahun ditempa tekanan saya lalui perlahan-lahan hingga saya mulai
menemukan satu dua topik yang menarik dan mulai bisa membangun
minat di Biologi.

Setelah kuliah saya mulai stabil di Semester 3, saya mulai aktif


berkegiatan di Himpunan Mahasiswa Biologi Nymphaea ITB. Berinteraksi
dengan para senior juga semakin mengasah minat saya di Biologi.
Beberapa kali saya terlibat di ekspedisi dan lomba di berbagai lokasi
hutan, gunung, dan pantai di Jawa Barat dan Jawa Timur. Melalui relasi
dengan senior, saya juga mendapatkan akses untuk melalukan Kerja
Praktek di Freeport Indonesia, Papua. Melalui kegiatan nongkrong di
himpunan ide-ide untuk mengikuti PKM muncul, hingga akhirnya
berkesempatan mengikuti PIMNAS XXVII 2014. Pencapaian-pencapaian
tersebut rasanya sangat sulit diraih jika saya tidak keluar dari krisis
kepercayaan diri di masa-masa awal kuliah.

Selain beraktivitas di himpunan, saya juga menyibukkan diri di kegiatan


akademik. Saya pernah menjadi asisten praktikum beberapa mata kuliah
(2012-2014). Pada salahsatu mata kuliah, saya diberi kepercayaan untuk
memimpin rombongan kuliah lapangan di Jawa Timur. Kejadian itu saya
tandai sebagai salah satu momentum terbaik saya dalam mengasah
kemampuanleadership sambil bekerja di bawah tekanan.

Karena mengambil topik skripsi yang jarang peminat, lumut, saya


berkesempatan bergabung dalam perwakilan Indonesia di workshop yang
diselenggarakan oleh LIPI, Ministry of Environment Japan, dan
ASEAN Centre for Biodiversity untuk peneliti-peneliti muda di bidang
lumut dan paku. Sebagian hasil penelitian S1 saya juga sempat saya
presentasikan diInternational Conference on Forests, Soil and Rural
Livelihood ian a Changing Climate 2014 di Nepal.

Pencapaian-pencapaian tersebut belum tentu diperoleh mahasiswa lain


sehingga mustahil jika saya tidak menandai hal tersebut sebagai bagian
dari kesuksesan terbesar dalam hidup. Pada akhirnya dapat menyelesaikan
kuliah dalam waktu 4,5 tahun dengan predikat cum laude, merupakan
pencapaian yang sangat besar. Melalui bidang ini, saya dapat menemukan
benang merah antara minat saya dengan permasalahan-permasalahan yang
relevan dengan wilayah tempat saya tinggal.

Realita versus Idealita

Lulus dengan memuaskan menjadikan ekspektasi saya sangat besar pada


fase kehidupan setelah lulus. Ekspektasi keluarga, pastilah berharap saya
dapat memperbaiki perekonomian keluarga setelah saya lulus, mencari
pekerjaan tetap, dan hidup bahagia. Tetapi, kondisi tersebut menjadi sulit
ketika ketersediaan lapangan kerja begitu terbatas dan terbentur dengan
keinginan untuk melanjutkan studi. Relitanya memang seorang sarjana
biologi tidak memiliki banyak pilihan ketimbang lulusan ilmu teknik,
karena bidang ilmunya belum tentu aplikatif. ‘Doktrin’ membangun
daerah yang ditempa sejak karantina beasiswa semakin mustahil saya
impementasikan karena saya belum dapat berbuat banyak. Tahun pertama
setelah lulus saya putuskan untuk bekerja membantu penelitian dosen
pembimbing S1 saya.

Saya dilibatkan dalam proyek penelitian bersama World Agroforestry


Centre yang sedang menyusun instrumen tata kelola lansekap ramah emisi
guna menghadapi perubahan iklim. Saya melihat langsung mengikuti
kajain sebuah masalah yang kompleks dan multidispilin. Kontribusi kami
waktu itu sebatas membantu menyediakan data-data biofisik dari lapangan,
di sebuah lansekap di Sumatera Selatan. Selama beberapa bulan, kami
keluar masuk kebun karet dan hutan, tinggal di pemukiman masyarakat
lokal. Bertemu warga secara langsung serta LSM-LSM lokal dan luar
negeri, memperkaya wawasan saya tentang masalah-masalah lain yang tak
kalah kompleks. Dari sana, saya semakin menyadari bahwa menjadi
sarjana biologi saja belum cukup. Tanpa mengenyampingkan kontribusi
kami dalam penelitian tersebut, dampak yang diberikan rasanya masih
kecil. Geliat saya untuk melanjutkan studi menjadi semakin tinggi.

Selesai dengan penelitian, saya memutuskan untuk mengirim aplikasi


beasiswa untuk melanjutkan studi di luar negeri. Dengan nilai bahasa
Inggris yang pas-pasan dan tanpa memiliki Letter of Acceptance, saya
memberanikan diri melamar beasiswa. Dengan persiapan yang terbatas
ketika itu ekspektasi saya terlampau besar. Dua kali mencoba di dua
lembaga beasiswa berbeda, saya akhirnya menyerah. Tuntutan finansial
memaksa saya untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan apapun, bahkan yang
tidak sesuai dengan minat dan latar belakang saya.

Singkat cerita, saya mendapatkan pekerjaan sebagai planner diUniversal


McCann (UM) Jakarta, salahsatu media agencyterkemuka di Indonesia.
Berbekal kemampuan analisis data sewaktu skripsi dan proyek penelitian,
saya cukup cepat beradaptasi dengan pekerjaan. Ternyata ada hikmah lain,
mengambil pekerjaan ini malah memperkaya wawasan saya tentang ilmu
manajemen, komunikasi, media massa, marketing, korporasi, dunia digital,
media sosial, dan perilaku pasar.

Melalui beberapa pertimbangan, saya mencoba menyusun kembali minat


saya untuk melanjutkan studi dan mengundurkan diri dari pekerjaan.
Ketika itu saya juga ditawari pekerjaan untuk membantu penelitian
salahsatu dosen Biomanajemen, kesempatan baik untuk belajar hal baru
sambil mempersiapkan aplikasi studi pascasarjana. Berkaca pada realita
dan sedikit mengidentifikasi masalah di sekitar, saya memantapkan diri
untuk melanjutkan studi magister di Program Studi Biomanajemen ITB.

Saya bergabung dengan tim peneliti sains terapan yang masalah dan
dampaknya langsung bersinggungan dengan kepentingan berbagai pihak,
diantaranya dinamika industri agro nasional dan jejaring pangan kota
Bandung. Beberapa wawasan yang saya dapatkan di perusahaan
periklanan juga membantu saya memahami sedikit teori-teori ekonomi dan
perkembangan pasar yang dibahas dalam riset. Selain itu, berdiskusi
langsung dengan peneliti luar negeri yang menaruh minat pada sektor
peternakan di daerah saya, Pangalengan, semakin memantapkan saya
untuk berkecimpung di Biomanajemen. Latar belakang yang cukup di
bidang Biologi, terutama Ekologi, memberikan warna tersendiri pada
sudut pandang saya dalam memahami masalah-masalah Biomanajemen di
daerah. Mungkin ini adalah titik temu minat dan kontribusi saya untuk
daerah.

Generasi Unggul Kebanggan Bangsa

Saya adalah anak yang tidak cukup beruntung karena dilahirkan dalam
kondisi yang tidak berkecukupan dan tidak memiliki banyak pilihan.
Tetapi, saya sangat beruntung mendapatkan kesempatan mencari dan
memaknai pencapaian-pencapaian melalui proses yang panjang. Namun,
semua itu menjadi sia-sia jika pada akhirnya tidak memberikan manfaat
untuk orang lain.

Meski bukan menjadi lulusan terbaik dengan pencapaian karir yang


cemerlang, saya masih sangat bersyukur masih dikarunia geliat untuk
meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Cerita-cerita ini
sebagian telah saya bagikan ke adik-adik kelas saya di daerah untuk
memotivasi mereka mengejar pencapaian yang lebih besar. Akses
pendidikan dan beasiswa yang semakin mudah serta wahana belajar dan
wahana aktualisasi diri yang semakin bervariasi seharusnya lebih
mempermudah adik-adik kelas saya mengembangkan diri melalui
pendidikan tinggi. Karena membangun daerah, apalagi membangun
bangsa, tidak cukup seorang diri. Pencapaian saya sebagai individu
belumlah dapat berdampak banyak.

Generasi unggul tentu saja memiliki definisi yang beragam dan subjektif.
Kembali lagi, menisbatkan diri sebagai generasi unggul kebanggaan
bangsa Indonesia rasanya cukup berat. Tetapi, saya bisa menegaskan
bahwa saya adalah salahsatu pemuda yang sedang menyiapkan diri untuk
berkontribusi sesuai dengan kapasitasnya sebagai akademisi, karena
generasi unggul kebanggaan bangsa Indonesia tidak ada artinya tanpa
memberikan manfaat untuk orang lain di sekitarnya, sekecil apapun itu

Anda mungkin juga menyukai