Anda di halaman 1dari 2

Pemerkosaan merupakan kekerasan seksual yang mengakibatkan trauma terhadap

korbannya baik penderitaan lahir maupun batin Tindak pidana pemerkosaan terhadap
anak dibawah umur dan pemerkosaan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayah
kandung, merupakan salah satu masalah hukum yang sangat penting untuk dikaji
secara mendalam. Karena dalam penegakan hukum terhadap pelaku pemerkosaan
dipandang masih belum seimbang dibandingkan dengan kerugian yang dialami oleh
anak dan perempuan. Tindak pidana pemerkosaan yang menimpa para anak dan
perempuan ini merupakan perbuatan yang melanggar norma sosial, norma agama
bahkan melanggar hukum negara.

Namun, sebagaimana kata ketahui, pada tanggal 11 Juli 2019 fenomena yang sangat
memprihatinkan di tengah-tengah masyarakat, yaitu seorang ayah memperkosa anak
perempuannya sendiri, baik secara paksa maupun secara suka rela, salah satu contoh
yang berada di daerah Manokwari Barat, Papua. Seorang ayah tega memperkosa anak
kandungnya sendiri yang masih berusia yang baru saja lulus dibangku Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Pelaku TW (45) diketahui sudah 3 kali melakukan
hubungan badan dengan anaknya. Hal ini menunjukkan betapa bejatnya moral ayah
tersebut jika ia melakukannya secara paksa, dan betapa bejatnya moral ayah dan
anaknya itu jika mereka berdua melakukannya secara suka rela.

Seharusnya hal itu tidak boleh terjadi. Seorang ayah yang normal tidak akan bernafsu
melihat anak perempuannya, karena ia adalah darah dagingnya sendiri. Seorang ayah
seharusnya memelihara dan melindungi anak perempuannya itu. Namun, anak yang
seharusnya dilindungi malah justru dirusak dan dihancurkan masa depannya oleh
ayahnya sendiri. Ini menunjukkan terjadinya kebejatan dan kerusakan moral yang
parah di dalam masyarakat kita akhir-akhir ini. Tidak ada akal sehat atau agama atau
adat istiadat yang menerima hal ini. Oleh karena itu, segala upaya harus dikerahkan
oleh semua pihak baik para ulama, pemerintah, tokoh masyarakat dan bahkan seluruh
lapisan masyarakat agar ke depan kejadian tersebut tidak terulang atau semakin meluas.

Berdasarkan hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Aktivitas-
aktivitas seksual oleh lelaki atau perempuan yang telah menikah dengan lelaki atau
perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk perzinaan. Dalam al-Quran,
dikatakan bahwa semua orang muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan
dilarang oleh Allah.

Sanksi hukum bagi seorang ayah melakukan tindak pidana pemerkosaan terhadap anak
kandungnya, berdasarkan ketentuan hukum positif di Indonesia, ia dapat dijerat dengan
pasal-pasal : (1) Pasal 285 KUHP, dihukum karena memperkosa, dengan hukuman
penjara selama-lamanya 12 tahun,” dan Pasal 291 apabila kejahatan seksual
mengakibatkan luka luka, maka pelakunya diancam hukuman maksimal 12 tahun, (2)
Pasal 8 Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang PKDRT, dipidana penjara
paling lama 12 tahun atau denda paling banyak 36 juta rupiah dan dipidana penjara
paling singkat 4 tahun, paling lama 15 tahun atau denda paling sedikit 12 juta dan
paling banyak 300 juta, “ dan (3) Pasal 81 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, di mana sanksi hukum yang diberikan maksimal dipenjara
selama 15 tahun. Dalam tinjauan Hukum Islam, seorang ayah yang
berzina/memperkosa anak kandungnya berarti berzina dengan mahramnya. Ketika ia
secara sah terbukti memperkosa anak kandungnya, dan selama 12-15 tahun dipenjara
sesuai putusan hakim pengadilan, maka dengan sendirinya ia tidak dapat bertindak
sebagai wali dalam pernikahan anak kandungnya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai