1
2
dan kemampuan verbal; dan aspek nonkognitif seperti minat dan motivasi.
Adapun faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
serta lingkungan media massa dan lingkungan sosial ( Pusat Penilaian
Pendidikan Balitbang Kemdikbud, 2013b). Dari variable tersebut aspek
nonkognitif yaitu motivasi belajar siswa sangat diperlukan. Motivasi belajar
merupakan aspek psikologi yang memberikan kontribusi terhadap
keberhasilan seseorang dalam memahami matematika dengan baik. Motivasi
belajar adalah dorongan atau penggerak yang menyebabkan seseorang untuk
belajar atau mempelajari pelajaran. Semakin tinggi motivasi belajar siswa,
maka akan semakin besar pula keberhasilan belajar yang akan diraih. Dalam
proses pembelajaran, motivasi belajar merupakan salah satu aspek yang
sangat penting. Semakin tepat motivasi itu diberikan, maka akan semakin
berhasil juga pembelajaran itu. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor
yang menentukan keefektifan dalam pembelajaran. Seorang siswa akan
belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya yaitu motivasi belajar.
Dalam pembelajaran dikelas motivasi belajar siswa masih rendah. Hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran guru belum mengembangkan strategi
pembelajaran yang baik. Seseorang akan mulai memiliki motivasi atau
merasa terdorong untuk melakukan sesuatu karena adanya suatu tujuan
tertentu untuk memenuhi atau memuaskan keinginannya, Dalam konteks
pembelajaran maka kebutuhan tersebut merupakan hal yang berhubungan
dengan kebutuhan dalam belajar. Teori behaviourism menjelaskan bahwa
motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respons, dikaitkan dengan
teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih
rumit dan melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek
prilaku.
Berdasarkan hasil penelitian Firnanda, dkk (2015) yang juga terkait
konten change and relationship dalam hal ini adalah tentang materi aljabar
yang dilakukan kepada lima orang siswa SMP mengungkapkan bahwa “masih
ada siswa yang melakukan kesalahan konsep dalam menyederhanakan
bentuk-bentuk aljabar”. Fakta yang diungkapkan dalam penelitian tersebut
5
bahwa siswa dapat mengerjakan soal-soal rutin, namun ketika diberikan soal
non rutin mereka tidak bias. Seperti ketika siswa diberikan soal,
sederhanakanlah 2 a−3 b+ 7 a+5 b . Pada umumnya siswa bias menjawab
benar soal tersebut, yaitu 9 a+2 b . Tetapi ketika diberikan soal non rutin
seperti ”Dapatkah 2 r+ 5 disederhanakan?”, siswa terlihat bingung dan
belum memahami bagaimana menyederhanakan bentuk aljabar tersebut. Ada
siswa menjawab ”dapat” dan menjawab 2 r+ 5=7 r .
Fakta tersebut menunjukkan bahwa dalam mengoprasikan dan
menyederhanakan bentuk aljabar, terindikasi bahwa siswa masih kesulitan
dalam membedakan suku-suku sejenis dan tidak sejenis. Selain itu, terlihat
bahwa siswa masih bingung dalam penjumlahan operasi bilangan seperti pada
2r dan 5. Pada kasus mengenal bilangan dalam studi PISA termasuk
dalam konten quantity. Kesalahan yang dilakukan siswa padan konten
quantity tampak siswa tidak memahami maksud dari soal. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Anisah, Zulkardi, & Darmawijoyo (2011)
mengungkapkan bahwa hal yang dialami siswa dalam konten quantity, yaitu
”siswa kesulitan dalam memahami makna soal konten quantity sehingga
terlihat kemampuan literasi matematika siswa masih rendah”. Doorman dan
Robitzsch (2014) bahwa kesulitan pemahaman (38%) kesulitan transformasi
(42%), kesalahan pemprosesan matematis (17%) dan kesalahan pengkodean
(3%).
Tingkat literasi matematis yang masih rendah dan belum ditemukan titik
akar permasalahan penyebab siswa masih melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan soal literasi matematis merupakan isu penting dalam
pendidikan matematika. Hal ini membutuhkan suatu perhatian dan perlu
diketahui kondisi secara mendalam tentang apa saja yang menjadi penyebab
kemampuan literasi masih rendah dan banyak kesalahan yang yang dialami
oleh siswa dalam menyelesaikan soal literasi matematis. Siswa yang telah
mampu menerapkan pengetahuannya dalam suatu masalah belumtentu dapat
mengaplikasikannya dalam masalah yang berbeda. Sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Ojese (2011) bahwa “siswa perlu untuk mengalami proses
pemecahan masalah dalam berbagai situasi dan konteks yang berbeda agar
6
B. Rumusan Masalah
C. Definisi Operasional
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kemampuan literasi matematis siswa pada
materi aljabar.
2. Untuk menganalisis motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran
matematika pada materi aljabar
3. Untuk menganalisis hubungan antara analisis kemampuan literasi
matematis dan motivasi belajar pada materi aljabar.
E. Kegunaan Penelitian
F. Landasan Teoritis
1. Kajian Teori
a. Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen mendefinisikan belajar
sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.
Raber mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama sebagai
proses memperoleh pengetahuan dan kedua belajar sebagai perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat (Sugihartono, 2007: 74).
Pembelajaran menurut Sudjana (Sugihartono, 2007 : 80) adalah
setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat
menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Erman
Suherman (2001 : 8) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan
upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara optimal. Nasution (2005 : 4)
mendefinisikan pembelajaran sebagai aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan
anak didik sehingga terjadi proses belajar. Lingkungan dalam
pengertian ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat
peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan
dengan kegiatan belajar anak. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dari beberapa definisi pembelajaran menurut para ahli yang telah
diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
merupakan suatu usaha pendidik untuk mengorganisasi atau mengatur
10
b. Kemampuan Matematis
Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang mempunyai arti
kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan (Poerwadarmita, 2005).
Sedangkan menurut Uno (2008), menyatakan bahwa kemampuan
merupakan suatu “merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu
pekerjaan yang bias dilihat dari pikiran, sikap dan prilaku”.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan kemampuan merupakan
kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki individu dalam
menyelesaikan suatu persoalan yang bias dilihat dari pikiran, sikap dan
prilaku.
Pada umumnya, kemampuan matematika merupakan
kemampuan yang telah dimiliki siswa dalam pelajaran matematika.
Menurut NCTM (2000), bahwa kemampuan matematis merupakan
“The process standars-problem solving, reasoning and proof,
communication, connections and representation-highlight way of
acquiring and using content knowledge”. Kemampuan matematis yang
dimaksud NCTM adalah kemampuan pemecahan masalah (problem
solving), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), komunikasi
(communication), koneksi (connections), dan representasi
(representation). Pada penelitian ini ], kemampuan matematis siswa
yang akan diukur adalah kemampuan literasi matematis dengan focus
literasi matematis pada materi aljabar.
c. Kemampuan Literasi Matematis
Literasi merupakan serapan dari kata dalam bahasa Inggris
„literacy‟ yang artinya melek huruf atau kemampuan untuk membaca
dan menulis. Kata „literacy‟ sendiri berasal dari bahasa Latin „littera‟
(huruf). Kemampuan dasar yang harus dimiliki manusia yaitu
kemampuan membaca dan menulis karena sangat berguna bagi
12
b) Menerapkan matematika
Melibatkan penerapan penalaran matematika dan
penggunaan konsep, prosedur, fakta dan alat-alat matematika untuk
mendapatkan solusi. Hal ini meliputi pembuatan manipulasi
ekspresi aljabar dan persamaan atau model matematika lainnya,
menganalisis informasi secara matematis dari diagram dan grafik
matematika, mengembangkan deskripsi dan penjelasan matematika,
serta menggunakan alat-alat matematika untuk memecahkan
masalah (OECD, 2013).
c) Menafsirkan matematika
Menafsirkan matematika adalah merenungkan solusi
matematika atau hasil matematis dan menafsirkan solusi tersebut ke
dalam konteks masalah atau tantangan. Termasuk di dalamnya
meliputi evaluasi solusi atau penalaran matematika dalam kaitannya
dengan konteks masalah, dan menentukan apakah solusi yang
dihasilkan wajar dan masuk akal (OECD, 2013).
Selain ketiga hal tersebut, dalam PISA juga terdapat tujuh
kemampuan dasar matematika yang menjadi pokok dalam proses
literasi matematis (OECD, 2013), yaitu meliputi:
a) Communicating (Komunikasi)
Literasi matematis melibatkan proses komunikasi, sebab
dalam proses pemecahan masalah siswa perlu mengutarakan atau
mengemukakan gagasan, ketika melakukan penalaran terhadap soal
maupun langkah-langkah penyelesaian, selain itu siswa juga perlu
menjelaskan hasil pemikiran atau gagasannya kepada orang lain
agar orang lain juga dapat memahami hasil pemikirannya.
b) Mathematising (Matematisasi)
Kemampuan literasi matematis juga melibatkan kemampuan
matematisasi, yakni kemampuan dalam menerjemahkan bahasa
sehari-hari ke dalam bentuk matematika, baik berupa konsep,
struktur, membuat asumsi atau pemodelan.
16
a) Representation (Representasi)
Kemampuan representasi disini adalah kemampuan dalam
merepresentasikan objek-objek matematika seperti grafik, tabel,
diagram, gambar, persamaan, rumus, dan bentuk-bentuk konkret
lainnya.
b) Reasoning and Argument (Penalaran dan Argumen)
Kemampuan penalaran dan argumen adalah akar dari proses
berpikir logis yang dikembangkan untuk menemukan suatu
kesimpulan yang dapat memberikan pembenaran terhadap solusi
suatu permasalahan.
c) Devising Strategies for Solving Problem (Merancang
strategi untuk memecahkan masalah)
Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang
menggunakan matematika untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
d) Using Symbolic, Formal and Technical Language and
Operations (Penggunaan simbol, bahasa formal, teknis, dan
operasi)
Kemampuan ini melibatkan pemahaman,
penafsiran, kemampuan memanipulasi suatu konteks
matematika yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan
terkait matematika.
e) Using Mathematical Tools (Penggunaan alat matematika)
Kemampuan yang dimaksud adalah mampu menggunakan
berbagai macam alat yang dapat membantu proses matematisasi,
dan mengetahui keterbatasan dari alat-alat tersebut.
Turner (2016) menjelaskan deskripsi kompetensi kemampuan
literasi matematika sebagai berikut :
g) Penggunaan Simbol.
h) Penggunaan Alat dan Teknologi.
Deskripsi kemampuan literasi matematika dalam penelitian
ini adalah pendeskripsian tentang kemampuan literasi matematika
siswa yang berpedoman pada empat komponen literasi matematika
yang terdiri dari :
a) K
omunika
si
Meliputi
:
1) Memahami dan menuliskan informasi yang diketahui dan
ditanyakan terkait dengan tujuan soal.
2) Menyajikan respon yang mungkin, meliputi :
a) Menuliskan rumus yang digunakan untuk
menyelesaikan soal.
b) Menuliskan langkah-langkah
penyelesaian yang mudah dipahami.
c) Menuliskan kesimpulan dari jawaban yang
diberikan.
b) Penggunaan Simbol, Bahasa Formal, Teknik, dan Operasi.
Meliputi :
1) Menggunakan bahasa matematika, berupa simbol,
aritmatika, atau operasi aljabar.
2) Menggunakan definisi, fakta, aturan algoritma dan
prosedur matematika.
3) Menggunakan aturan operasi formal,
berupa perhitungan aritmatika atau pemecahan persamaan.
4) Menggunakan unit pengukuran dan jumlah yang
diturunkan seperti kecepatan dan jarak.
c) Merencanakan Strategi untuk Memecahkan Masalah.
Meliputi :
1) Merencanakan suatu pendekatan atau strategi yang
mengarah pada penyelesaian masalah
2) Menjelaskan tahapan atau langkah-langkah penyelesaian
24
soal.
3) Menerapkan dan melaksanakan strategi penyelesaian soal.
4) Memeriksa kembali.
d) Penalaran dan Argumen. Meliputi :
1) Menghubungkan unsur-unsur masalah yang saling
berkaitan.
2) Memberikan alasan logis yang menghasilkan kesimpulan.
3) Membuat kesimpulan dari solusi yang diberikan.
d. Motivasi Belajar
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif dapat diartikan
sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, aktif pada
saat-saat tertentu untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendekat/
terdesak (Sardiman, 2012). Terry (2003) menyatakan bahwa motivasi
30
3. Kerangka Pemikiran
4. Hipotesis
G. Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian
(utuh) dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode
ilmiah” (Moleong, 2016). Menurut Sukmadinata (2013) bahwa penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan
dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah
ataupun bersifat rekayasa manusia yang lebih memperhatikan menganai
karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Penelitian ini lebih
menekankan pada deskripsi. Sejalan dengan Clandinin & Connelly ( dalam
Creswell, 2016) menyatakan bahwa “di akhir tahap penelitian, peneliti
harus menggabungkan dengan gaya naratif pandangan tentang kehidupan
partisipan dengan pandangan tentang kehidupan peneliti sendiri”. Pada
penulisan hasil penelitian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya dan
mendalam sesuai dengan data asli yang diperoleh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan literasi
matemais pada materi aljabar kelas XI dari segi pencapaian level
kemampuan literasi matematis dan mengukur motivasi belajar siswa. Pada
penelitian ini data-data yang akan diteliti di lapangan adalah tes
kemampuan literasi matematis pada materi aljabar yang dikerjakan oleh
siswa kelas XI dari segi pencapaian level kemampuan literasi matematis,
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menjawab soal tes serta
penyebab siswa melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal tes.
Tahap penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mencakup tahap pra-penelitian, tahap pengolahan data dan analisis data.
Tahap-tahap tersebut menyatakan langkah yang dilalui dalam menganalisis
kemampuanliterasi matematis siswa SMA kelas XI dan motivasi belajar
siswa ditinjau dari segi pencapaian level kemampuan literasi matematis.
Berikut pada konsep alur penelitian.
39
2. Fokus Penelitian
3. Subjek Penelitian
4. Langkah-Langkah Penelitian
6. Instrumen Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan direncanakan mulai dari bulan Desember 2016
sampai bulan April 2017. Jadwal penelitian dapat dilihat pada
Table 4.
45
Tabel 1
Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
Bulan
Apr
Jan Feb Mar Mei
No Jenis Kegiatan 201 201 201 il 201
201
9 9 9 9
9
1. Pengajuan judul penelitian
2. Pembuatan proposal penelitian
3. Seminar proposal penelitian
4. Mengurus surat izin
Melakukan observasi penelitian di
5.
SMA Negeri 3 Ciamis
6. Penyusunan perangkat tes
7. Pengumpulan data
8. Pengolahan data
9. Penyelesaian Tesis
b. Tempat Penelitian
PENELITIAN INI AKAN DILAKSANAKAN DI KELAS XI SMA NEGERI 3
CIAMIS . DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2005. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Johar, R. (2012). Domain PISA untuk Literasi Matematika. Jurnal Peluang, Vol.
1, No.2, hlm.134-145.
Jupri, A., Drjver, P., & Van den Huiven- Panhuizen, M.(2014). Difficulties in
Initial Algebra Learning in Indonesia. Mathematics Education Research
Journal, Vol.26, No. 4,pp. 683-2502.
Kline, M. (1973) Why Johnny Can’t Add: The Failtureof The New Math. New
York: St. Martin’s Press.
id=25713
OECD. 2010. PISA2009 Result : What Students Know and Can Do- Student
Performance in Reading Mathematics and Science (Volume 1).
Paris:OECD Publishing.
OECD. (2010). PISA 2009 Results: Executive Summary. New York: Columbia
University.
OECD. (2013). PISA 2012 Results in Focus: What 15year-olds know and what
they can do with what they know. New York: Columbia University
OECD.(2014).PISA 2012 Results: What Students Know and Can Do- Students
OECD. (2015). PISA 2015 Draft Mathematics Framework. New York: Columbia
University
OECD. (2016). PISA 2015 Results in Focus. New York: Columbia University
OECD. (2016). PISA 2015 Results: Excellence and Equity in Education. Paris:
OECD Publishing.
OECD. (2013). PISA 2012 Assassement and Analytical Framework: Mathematics,
Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy. Diakses dari
http://www.oecd.org pada tanggal 3 Januari 2019, Jam 09.15
Ojese,B. (2011). Mathematical Literacy: Are Able ToPut The Mathematics We
Learn Into Everyday Use?. Journal of Mathematics Education, Vol. 4, No.
1, pp.89-100.
Poerdarminta, W.J.S. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Sari, Rosalia H.S. (2015). Literasi Matematika: Apa, Mengapa dan Bagaimana?.
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. UNY.
Sadirman., 2004. Interaksi & Motivasi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Setiawati, S., Herman, T, & Jupri, A.(2017). Investigating Middle Scholl
Students’Difficult in Mathematical Literacy Problems Level 1 and 2.
Journal of Physics: Conf. Series, 909 (2017) 012063.
Doi:101088/17426596/909/1/012063.
Suherman. E. (2001).Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.