PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
baik orang perorangan yang menjalankan perusahaan atau badan usaha yang
mempunyai kedudukan sebagai badan hukum atau bukan badan hukum. Kegiatan
dilakukan 1 :
merupakan rangkaian berbagai perbuatan hukum yang luar biasa banyak jenis,
ragam, kualitas dan variasinya yang dilakukan oleh antar pribadi, antar perusahaan,
antar negara dan antar kelompok dalam berbagai volume dengan frekuensi yang
tinggi setiap saat di berbagai tempat. Peranan tersebut baik dalam hal mengumpulkan
dana dari masyarakat maupun menyalurkan dana yang tersedia untuk membiayai
1
Sri Redjeki Hartono, Husni Syawali, dan Neni Sri Imaniyati, Kapita Selekta Hukum
Ekonomi, (Bandung : Mandarmaju, 2000), hal. 4.
kegiatan ekonomi yang terjadi pada masyarakat tentunya semakin banyak pula
kebutuhan akan dana sebagai salah satu faktor pendorong dalam menggerakkan roda
pada meningkatnya transaksi perdagangan antar pelaku usaha, dimana satu pelaku
usaha melakukan usaha atau investasi di beberapa negara berdasarkan hukum negara
setempat. 3
Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah menaruh perhatian yang besar terhadap
perbankan. Salah satu pelajaran penting yang dapat ditarik dari krisis perbankan
2
Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas 2 (dua) tujuan. Tujuan pertama adalah sebagai
penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efisien bagi nasabah. Bank menyediakan uang tunai,
tabungan, dan kartu kredit. Hal ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi.
Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efisien, maka barang hanya dapat diperdagangkan
dengan cara barter yang memakan waktu lama.
Tujuan kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak
yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang
lebih produktif. Apabila kedua peranan ini dapat berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan
meningkat. Tanpa adanya perputaran arus dana ini, uang hnya berdiam pada saku seseoranga saja,
karena uang tidak beredar maka masyarakat tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat
dibangun dan dijalankan karena mereka tidak memiliki dana pinjaman. Lembaga keuangan bank
mempunyai peranan strategis dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, lembaga
keuangan bank merupakan suatu lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) dari
penabung (lender) kepada peminjam (borrowers). Sumber : United Nations, Economic and Social
Commission for Asia and the Pacific, (Asia : United Nations, 1998), hal. 72.
3
Mustafa Siregar, Efektivitas Perundang-Undangan Perbankan dan Lembaga Keuangan
Lainnya dengan Penelitian di Wilayah Kodya Medan, (Medan : Disertasi, Universitas Sumatera
Utara, 1990), hal. 1.
menjadi sangat menurun, selain itu berakibat pula pada terganggunya kegiatan
perekonomian. 4
individual bank yang sehat yang pada gilirannya mendukung sistem perbankan yang
sehat. 6 Dengan demikian, ada dua dimensi yang harus tercakup dalam
4
Kelompok Kerja Edukasi Masyarakat di Bidang Perbankan, ”Cetak Biru Edukasi
Masyarakat di Bidang Perbankan”, http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/0906143C-163D-4A02-BC59-
C2D6C0E31AE9/903/CetakBiruEdukasiMasyarakatdiBidangKeuangan.pdf., diakses pada 12 Mei
2011.
5
Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, otoritas
yang mempunyai power to license adalah Menteri Keuangan. Namun, setelah berlakunya undang-
undang tersebut, Bank Indonesia-lah yang mempunyai kewenangan untuk memberikan izin kepada
Bank.
6
Bagian yang juga sangat penting dalam rangka mengupayakan terciptanya bank dan sistem
perbankan yang sehat adalah kualitas dan integritas pemegang saham pengendali, pengurus, dan
pegawai bank, serta iklim usaha yang kondusif. Sumber : Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan
Perbankan di Indonesia, Cet. Ke-II, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2005).
penting, inovatif, dan prospektif bagi operasional dan produk perbankan untuk
memenuhi kebutuhan semua elemen masyarakat akan jasa perbankan tanpa perlu
ragu lagi mengenai boleh tidaknya memakai jasa perbankan terutama jika ditinjau
dari kaca mata agama. Bahwa yang menjadi kritik sistem perbankan syariah terhadap
kebathilan. 9
7
Sistem perbankan dapat diartikan sebagai kumpulan dari lembaga, kegiatan usaha, serta
cara dan proses pelaksanaan kegiatan usaha yang memungkinkan bank melaksanakan fungsinya
dengan baik. Dalam : Ibid.
8
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perbankan Syariah (UU No. 21 Tahun 2008), (Bandung :
Refika Aditama, 2009), hal. 1.
9
Ibid., hal. 1-2.
dalam Pasal 29 UUD 1945, yakni bahwa : “Negara berdasar atas Ke-Tuhanan Yang
Maha Esa” dan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
Perbankan Syariah pada tanggal 17 Juni 2008 dan telah diundangkan dalam
bahwa : “Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank
syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”. 10 “Bank syariah adalah bank
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah, (UUS), dan
dilakukan oleh suatu bank konvensional, melainkan juga dapat memberikan jasa-jasa
yang tidak dapat diberikan oleh suatu bank konvensional karena jasa-jasa tersebut
10
Pasal 1 angka 1, Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
11
Pasal 1 angka 7, Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
12
Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999),
hal. 59-60.
yang berlandaskan pada konsep transaksi keuangan yang sangat modern dan maju.
Selain itu, hubungan antara bank sebagai pemberi jasa keuangan dan nasabahnya
seimbang terhadap kepentingan kedua belah pihak, baik pihak bank maupun
nasabah. 13
Istilah kredit tidak dikenal di dalam perbankan syariah, karena Bank Syariah
memiliki skema yang berbeda dengan bank konvensional yang dalam menyalurkan
utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah
dalam melakukan usaha. 14 Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
pada Hukum Islam, dan dalam pembiayaan tersebut tidak membebankan bunga
maupun tidak membayar bunga kepada nasabah. Imbalan yang diterima oleh bank
syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabah tergantung dari akad dan
perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan
13
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan
Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta : Djambatan, 1999), hal. 29.
14
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), hal. 32-33.
Islam. 15
Praktik perbankan syariah yang lazim di Indonesia, termasuk juga pada Bank
Syariah Mandiri Krakatau Medan, pada umumnya akad atau perjanjian pembiayaan
yang dipakai adalah akad standar atau akad baku yang klausul-klausulnya telah
disusun sebelumnya oleh bank. Dengan demikian, nasabah sebagai pihak debitur
hanya mempunyai pilihan antara menerima seluruh isi atau klausula dari akad
tersebut atau tidak seluruhnya yang berakibat nasabah tidak akan menerima
pembiayaan tersebut.
bersedia menerima isi perjanjian pembiayaan baku tersebut atau menolak dengan
Hal ini berlaku dan sama di seluruh Bank Syariah Mandiri, baik di kantor pusat
15
Ditinjau dari ketetapan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 53 Tahun 2002,
Paragraf 6, menyatakan bahwa : “Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara shahibul maal
(pemilik dana) dan mudharabah (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di
muka”. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa mudharabah yaitu perjanjian atau akad kerja
sama yang dilakukan nasabah sebagai pengelola dana (mudharib) dan pihak bank sebagai pemilik
dana (shahibul maal) dengan pembagian hasil usaha sesuai dengan nisbah yang disepakati
sebelumnya.
sedangkan bila dilihat dari keabsahan berlakunya perjanjian baku dapat dilihat dari
syarat-syarat subjektif dan objektif dari Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu kesepakatan,
orang-orang atau subjek yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat terakhir
dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Apabila syarat objektif tidak dipenuhi,
perjanjian itu batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan suatu
perjanjian. Apabila syarat subjektif tidak dipenuhi, salah satu pihak mempunyai hak
untuk meminta supaya perjanjian dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan
itu adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara
tidak bebas. 17
hampir seluruh klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain
perubahan. 18 Dalam hal ini konsumen selaku calon debitur berada dalam posisi yang
lemah jika dibandingkan dengan bank sebagai kreditur, dimana terdapat kedudukan
yang tidak seimbang antara konsumen sebagai debitur dan juga bank sebagai
16
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 2002), hal. 17.
17
Ibid
18
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi
Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Institut Bankir Indonesia (IBI),
1993), hal. 66.
sama kuatnya, jika salah satu pihak berada dalam posisi yang lemah, pihak yang kuat
Tidak adanya pilihan bagi salah satu pihak dalam perjanjian ini cenderung
merupakan pihak yang kurang dominan. Terlebih lagi dengan sistem pembuktian
yang berlaku di Indonesia saat ini, jelas tidaklah mudah bagi pihak yang cenderung
dirugikan tersebut untuk membuktikan tidak adanya kesepakatan pada saat dibuatnya
perjanjian baku tersebut, atau atas klausul baku yang termuat dalam perjanjian yang
ada. 20
merupakan piranti hukum yang melindungi konsumen, sehingga tidak dirugikan oleh
para produsen. Hal tersebut perlu diatur karena pada umumnya konsumen di satu sisi
berada pada pihak yang lemah dan sering dirugikan ketika mengkonsumsi suatu
Apabila dilihat dari UUPK, pencantuman klausul baku secara jelas dibatasi,
demikian, para pelaku usaha, dalam hal ini bank syariah yang menyiapkan akad
Perlindungan Konsumen.
19
Ibid, hal. 5
20
Gunawan Widjaja dan Ahmad Miru, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, 2000), hal. 53.
(1) “Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan
untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula
baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila :
a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan
kembali barang yang dibeli konsumen;
c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan
kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang
dibeli oleh konsumen;
d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha
baik langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala
tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh
konsumen secara angsuran;
e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang
atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;
f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat
jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi
objek jual beli jasa;
g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa
aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan
yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya;
h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku
usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak
jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara
angsuran;
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang
pengungkapannya sulit dimengerti;
(3) Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada
dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum;
Medan harus tidak boleh bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No.
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Apabila ada bertentangan dan ada
klausula yang terdapat di dalam standar akad pembiayaan syariah yang digunakan
Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan maka berdasarkan Pasal 18 ayat (3)
sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, maka kedua belah pihak, baik itu Bank Syariah Mandiri
Krakatau Medan ataupun pihak Nasabah akan dirugikan. Kerugian tersebut adalah
tidak ada perlindungan hukum baik bagi pihak bank maupun pihak nasabah itu
dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tersebut. Perlindungan
hukum dimaksud bertujuan agar kedua belah pihak, baik itu pihak Bank maupun
syariah ini tidak diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang ada. Oleh karena itu,
contract yang digunakan oleh bank-bank syariah perlu dibuat Bank Indonesia
B. Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian, langkah utama yang perlu diperhatikan adalah apa
yang menjadi masalah pokok penelitian tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka
Konsumen?
D. Manfaat Penelitian
Terhadap manfaat penelitian ini, dapat dilihat pada 2 (dua) cara, yaitu : secara
teoretis dan secara praktis. 21 Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoretis
21
Penulisan yang benar adalah “Teoretis” dimana pengertian manfaat penelitian secara
teoretis adalah hasil penelitian bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan objek penelitian. Pengertian “Teoretis” di dalam KBBI adalah berdasar pada teori; menurut
teori. Sumber : Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), hal. 1501.
2. Secara Praktis
a. Bagi Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan, secara praktis penelitian ini
Perlindungan Konsumen;
E. Keaslian Penelitian
mahasiswa lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara dan penelitian ini adalah
lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah.
Apabila ternyata ada penelitian yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab
sepenuhnya.
Kota Kisaran (Kajian Dari Profesi Notaris), diteliti oleh Timbang Laut.
dihadapan notaris.
perbankan;
dan
1. Kerangka Teori
mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau
“Suatu teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk
antara konsep”. 23
terintegrasi secara sintaksis yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat diamati
dan fungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang
diamati. 24
kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis si penulis mengenai sesuatu
22
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hal. 80.
23
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal. 19.
24
Lexy J Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990),
hal. 195.
Teori yang digunakan untuk menganalisa masalah dalam penelitian ini adalah
teori penegakan hukum progresif yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo, yang
menyatakan bahwa 26 :
“Pemikiran hukum perlu kembali pada filosofis dasarnya, yaitu hukum untuk
manusia. Dengan filosofis tersebut, maka manusia menjadi penentu dan titik
orientasi hukum. Hukum bertugas melayani manusia, bukan sebaliknya. Oleh
karena itu, hukum itu bukan merupakan institusi yang lepas dari kepentingan
manusia. Mutu hukum ditentukan oleh kemampuannya untuk mengabdi pada
kesejahteraan manusia. Ini menyebabkan hukum progresif menganut ideologi
hukum yang pro-keadilan dan hukum yang pro rakyat”.
Jadi, hukum bertujuan sebagai perlindungan bagi manusia itu sendiri untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak agar dapat hidup, berkembang dan partisipasi secara
Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan, Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang No. 8
merupakan rakyat, dan hukum haruslah pro rakyat. Dengan demikian, terciptalah
Hukum melindungi manusia secara aktif dan pasif. Secara aktif, dengan
25
M. Solly Lubis, Op.cit., hal. 80.
26
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, (Jakarta : Kompas, 2010), hal. 51.
berbagai kebutuhan, menjaga ketertiban dan keamanan, taat hukum dan peraturan
falah. Teori ini berasal dari ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Tujuan hukum
perbankan syariah terkait dengan sistem hukum Islam secara keseluruhan, dan sistem
hukum Islam ini adalah yang ada pada Al-Quran dan Sunnah. Falah berasal dari
bahasa arab yang secara literal berarti kemuliaan dan kemenangan dalam hidup. 28
Istilah falah sendiri Islam diambil dari kata-kata Al-Quran, yang sering dimaknai
27
Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Jakarta : Pembangunan,
1993), hal. 245.
28
Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Al-Falah (keberuntungan) adalah tercapainya
tujuan yang dicita-citakan, berkat ilham yang diberikan Allah pada orang-orang yang bertakwa untuk
menuju jalan keberhasilan. Sumber : Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir : Kamus Arab-
Indonesia, Cet. Ke-XIV, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1997), hal. 1077.
Menurut M. Quraish Shihab, Al-Falah berarti memperoleh apa yang diinginkan, atau dengan
kata lain kebahagiaan. Seseorang baru bisa merasakan bahagia jika mendapatkan apa yang diinginkan.
Akan tetapi, sesuatu yang dianggap sebagai kebahagiaan tidak akan menjadi kebahagiaan kecuali jika
ia merupakan sesuatu yang didambakan serta sesuai dengan kenyataan dan substansinya. Sumber :
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Cet. Ke-V, (Jakarta :
Lentera Hati, 2002), hal. X:256.
Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Al-Falah (keberuntungan) adalah tercapainya tujuan
yang dicita-citakan, berkat ilham yang diberikan Allah pada orang-orang yang bertakwa untuk menuju
jalan keberhasilan. Sumber : Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Cet. Ke-I, (Semarang :
Toha Putra, 1986), hal. II : 62.
Menurut Syekh Ibnul Qayyim : “Orang yang beruntung sejati adalah orang setiap kali ia
bertambah ilmunya, maka bertambah sifat tawadlu’ dan kasih sayangnya, setiap kali bertambah
amalnya, bertambah pula rasa takut dan kewaspadaannya, setiap kali bertambah umurnya, maka
berkuranglah kerakusannya kepada dunia”. Sumber : Majalah Suara Muhammadiyah, “Ghofar Ismail
: Kunci Kesuksesan”.
Menurut John C. Maxwell, orang yang paling beruntung adalah mereka yang mempunyai
visi, mengejarnya, dan membantu orang lain untuk melihatnya (pemimpin). Orang yang memiliki visi
lalu mengejarnya, mereka lebih senang membicarakan tentang masa depan, berpikir positif, tampak
aktif, dan senantiasa bersemangat. Mereka tahu ke arah mana harus melangkah, apa yang harus
dikerjakan, dan selalu berorientasi pada masa depan. Hasilnya, adalah sesuatu yang luar biasa karena
mereka selalu memikirkan rencana untuk masa depan. Sumber : Ary Ginanjar Agustian, Emotional
Spiritual Quotient (ESQ) Berdasarkan Enam Rukun Iman dan Lima Rukun Islam, Cet. Ke-I, (Jakarta :
Penerbit Arga, 2001), hal. 255.
memandang aspek material namun justru lebih ditekankan pada aspek spiritual.
hidup ekonomi, kelangsungan hidup sosial, kelangsungan hidup politik terbebas dari
kelompok, jati diri dan kemandirian, penyediaan sumber daya untuk seluruh
penduduk, penyediaan sumber daya untuk generasi yang akan datang, kekuatan
ekonomi dan kebebasan dari utang, dan kekuatan militer yang tangguh. 29 Jadi garis
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan teori al-falah adalah sebagai
berikut :
َ(ﺍ ْﺑﺘَﻐَﻰ َﻭ َﺭﺍ َء َﺫﻟِﻚَ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُ ُﻢ ْﺍﻟ َﻌﺎ ُﺩﻭﻥ7) (ﻦَ ﻫُ ْﻢ ِﻷَ َﻣﺎﻧَﺎﺗِ ِﻬ ْﻢ َﻭ َﻋ ْﻬ ِﺪ ِﻫ ْﻢ َﺭﺍ ُﻋﻮﻥَ َﻭﺍﻟﱠ ِﺬﻳ8) ﺻﻠَ َﻮﺍﺗِ ِﻬ ْﻢ
َ َﻭﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﻫُ ْﻢ َﻋﻠَﻰ
29
Pusat Kajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia
bekerja sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 2-
3.
Artinya :
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar)
'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka
(Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa
yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka
dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang orang yang beruntung.
Artinya :
Artinya :
Artinya :
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu
kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya?
Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat
keberuntungan.
Artinya :
ﻭﺍ َﺭﺑﱠ ُﻜ ْﻢ َﻭﺍ ْﻓ َﻌﻠُﻮﺍ ْﺍﻟﺨَ ْﻴ َﺮ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗُ ْﻔﻠِﺤُﻮﻥَ ﻳَﺎ ﺃَ ﱡﻳﻬَﺎ ﺍﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﺁ َﻣﻨُﻮﺍ ﺍﺭْ َﻛﻌُﻮﺍ َﻭﺍ ْﺳ ُﺠﺪُﻭﺍ َﻭﺍ ْﻋﺒُ ُﺪ
Artinya :
Artinya :
Artinya :
Teori falah ini dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu untuk kehidupan dunia
dan untuk kehidupan akhirat. Untuk kehidupan dunia, teori falah mencakup tidak
Teori falah digunakan karena teori ini tidak saja memperhatikan masalah
aktivitas perbankan sangat terkait dengan individu dan kolektif dalam pencapaian
kebutuhan. Selain itu, moralitas menjadi faktor yang dominan dalam teori ini,
ditujukan pada saat ini saja, bahkan kepada masa yang akan datang, agar masyarakat
bisa hidup lebih sejahtera, nyaman bersahaja, dan berakhlak mulia, dan terakhir, teori
kontrak standar dalam akad pembiayaan syariah di Bank Syariah Mandiri, pertama
sekali perlu diyakini bahwa pemberian pinjaman kepada nasabah yang ingin
membuka usaha atau urusan apapun adalah terkait dengan keberuntungan (Al-Falah)
karena setiap usaha yang berkembang pasti akan mampu membayar cicilan pinjaman
bank.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebebasan berkontrak. Persoalan
perlindungan nasabah dalam penelitian ini dibatasi dan lebih tertuju pada ketentuan
pasal 18 UUPK guna mengatur perjanjian antara bank dengan nasabahnya dalam
rangka pelaksanaan akad pembiayaan syariah. Hubungan hukum yang terjadi antara
bank dengan nasabah yang terwujud dari suatu perjanjian, dalam hal ini adalah
memperoleh apa yang dikehendakinya. Dalam hukum kontrak asas ini diwujudkan
sama sekali tidak boleh mengadakan intervensi di dalam kehidupan sosial (sosial
golongan ekonomi kuat untuk menguasai golongan ekonomi lemah. Pihak yang kuat
menentukan kedudukan pihak yang lemah. Pihak yang lemah dapat dikatakan berada
dalam cengkaraman pihak yang lebih kuat, hal ini diungkapkan dalam exploitation
Asas kebebasan berkontrak dalam KUH Perdata dapat dilihat dari ketentuan
Pasal 1338 ayat (1) : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Ini berarti setiap orang yang dapat
melakukan perbuatan hukum dapat membuat suatu kontrak dengan pihak lain
mempunyai bargaining position yang seimbang. Jika salah satu pihak lemah, maka
pihak yang memiliki bargaining position lebih kuat dapat memaksakan kehendaknya
untuk menekan pihak pihak lain demi keuntungannya sendiri. Syarat-syarat dalam
kontrak yang semacam itu akhirnya akan melanggar aturan-aturan yang adil dan
layak. Di dalam kenyataannya, para pihak yang saling berhubungan tidak selalu
31
Salim H. S, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta : Sinar
Grafika, 2004), hal. 9.
khususnya Pasal 18. Jadi, kontrak standar Bank Syariah Mandiri baik pusat maupun
cabang tidak boleh memasukkan ketentuan yang dilarang di dalam Pasal 18 ayat (1)
ketentuan perlindungan konsumen tersebut. Oleh karena itu, Pasal 18 ayat (1) dapat
dijadikan sebagai perlindungan hukum bagi nasabah bank yang akan mengajukan
pembiayaan syariah.
beranjak dari satu dasar yang asasi, yaitu kesederajatan mendapat akses dalam
konsumen di dalam tatanan hukum di Indonesia, sebagai norma hukum dan delik
konsumen baginya merupakan suatu tuntutan yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Dalam dunia perbankan, pihak nasabah merupakan unsur yang sangat berperan
32
Sutan Remy Sjahdeini, Op.cit., hal. 9.
33
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Pemberdayaan Hak-hak Konsumen di
Indonesia, (Jakarta : Defit Prima Karya, 2001), hal. 55.
standar pada bank-bank syariah dapat dilihat melalui perspektif teori rekayasa sosial
mampu menjaga kepercayaan dari para nasabahnya. Hukum sebagai alat rekayasa
bagi nasabah.
2. Kerangka Konsepsi
pendapat, pengertian pendapat; rancangan: cita-cita, dan sebagainya yang telah ada
dalam pikiran.
“Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi
dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antar abstrak
dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi
34
Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2004), hal. 35.
35
“Law plays an important role in reconciling and adjusting conflict of interests. Both the
social interest and individual interest prevail over each other. Priority is given to both the interests.
Roscoe Pound has given the concept of Social Engineering for the American Society but this concept
is followed by other countries in resolving disputes”. Sumber : Sai Abhipsa Gochayat, “Social
Engineering by Roscoe Pound : Issues in Legal and Political Philosophy”, (Kolkata : West bengal
National University of Juridical Science, 2010), hal. 2.
menghindari perbedaan penafsiran dari istilah yang dipakai, selain itu juga
bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang telah menjadi hak dan
UUS; 39
36
Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal. 3.
37
Burhan Ashshofa, Op.cit., hal. 28
38
Fahmi Fauzan, “Perlindungan Hukum Nasabah Atas Syarat-Syarat Baku Perjanjian Gadai
(Studi Pada Kantor Pegadaian di Kota Binjai)”, (Medan : Tesis, Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, 2011), hal. i.
39
Pasal 1 angka 16 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang
disepakati;
modal kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal
disepakati;
40
Johannes Gunawan, Reorientasi Hukum Kontrak di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Vol.
22 No. 6, 2003, hal. 45-46.
41
Yusak Laksmana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah,
(Jakarta : Gramedia, 2009), hal. 157-159.
yang dibiayai dan berada dalam suatu Gudang atau tempat yang
10) Gadai Emas BSM merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan
dengan cepat;
11) Talangan Haji BSM merupakan pinjaman dana talangan dari bank
sebagainya;
e. Klausul Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang
usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/ atau perjanjian yang
42
Pasal 1 angka 10, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum
syariah (BUS), unit usaha syariah, (UUS), dan bank pembiayaan rakyat
syariah (BPRS); 47
43
Hondius dalam Sukarmi, Cyber Law : Kontrak Elektronik Dalam Bayang-Bayang Pelaku
Usaha, (Bandung : Pustaka Sutra, 2008), hal. 8. Lihat juga : Mariam Barus Badrulzaman,
“Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat Dari Sudut Perjanjian Baku (Standard)”, Makalah pada
Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlinduang Konsumen diselenggarakan BPHN
Departemen Kehakiman pada 16-18 Oktober 1980 di Jakarta.
44
Pasal 1 angka 1, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
45
Pasal 1 angka 1, Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
46
Pasal 1 angka 1, Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
47
Pasal 1 angka 7, Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
berdiri pada tahun 1973 dengan nama Bank Susila Bakti (dimiliki YKP
BDN dan Mahkota). Pada tahun 1999, bank ini terpengaruhi krisis
Indonesia, Bank Bumi Daya, dan Bank Ekspor Impor Indonesia merger
menjadi Bank Syariah pada tanggal 19 Mei 1999, menjadi Bank Syariah
November 1999. Pada tahun 2002, Bank Syariah Mandiri mendapat status
sebagai Bank Devisa. 48 Dalam penelitian ini, Bank Syariah Mandiri yang
G. Metode Penelitian
hukum yang terwujud dalam kaidah-kaidah hukum dibuat dan ditetapkan oleh
48
Website Resmi Bank Syariah Mandiri, “Sejarah Perusahaan”,
www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/., diakses pada 7 April 2013.
49
Adapun tahap-tahap dalam analisis juridis normatif adalah : merumuskan azas-azas hukum
dari data hukum positif tertulis; merumuskan pengertian-pengertian hukum; pembentukan standar-
standar hukum; dan perumusan kaidah-kaidah hukum. Sumber : Amirudin dan Zainal Asikin,
Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), hal. 166-167.
terkait secara langsung dengan pembiayaan syariah dan perlindungan hukum bagi
nasabah dalam ketentuan kontrak standar. Hal ini dikarenakan penelitian hukum
adalah suatu proses untuk mencari hukum yang mengatur kegiatan di masyarakat. 50
Berdasarkan judul dan permasalahan yang dalam penelitian ini dan supaya
dapat memberikan hasil yang bermanfaat, maka penelitian ini dilakukan dengan jenis
Jenis penelitian normatif sebagai data sekunder ini digunakan dengan maksud
untuk mengadakan pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi
teori. 52 Penelitian normatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti
50
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2005), hal. 29.
51
Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau data sekunder. Sumber : Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), hal 13.
52
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1990), hal 11.
53
Asas-asas hukum adalah dasar kehidupan yang merupakan pengembangan nilai-nilai yang
dimasyarakatkan menjadi landasan hubungan-hubungan sesama anggota masyarakat. Sumber : M.
Solly Lubis, Pembahasan Undang-Undang Dasar 1945, (Bandung : Alumni, 1997), hal. 89.
54
Amiruddin A. Wahab, et.al., “Pengantar Hukum Indonesia”, Bahan Ajar Untuk Kalangan
Sendiri, (Banda Aceh : FH-Unsyiah, 2007), hal. 73.
Khususnya dalam bidang standar kontrak pada pembiayaan syariah yang dibuat oleh
2. Sumber Data
dan berdasarkan pada data sekunder, maka sumber data yang digunakan dapat dibagi
ke dalam beberapa kelompok, yaitu : bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
dan bahan hukum tertier. 55 Data primer adalah data yang hanya dapat diperoleh dari
sumber yang asli atau pertama. Data primer harus secara langsung diambil dari
sumber aslinya melalui nara sumber yang tepat dan yang dijadikan responden dalam
penelitian ini.
perundang-undangan, yaitu:
informasi.
c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan
3. Alat Penelitian
berikut :
penjelasan tentang bahan hukum primer, yaitu berupa dokumen atau risalah
sekunder antara lain: kamus hukum berbagai majalah maupun jurnal hukum.
yang dibahas dalam penelitian ini. 56 Dalam melakukan teknik studi lapangan
4. Analisis Data
maupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan yang diteliti sehingga
dengan logika deduktif-induktif, 58 yaitu berpikir dari hal yang khusus menuju hal
yang lebih umum, dengan menggunakan perangkat normatif, yakni interpretasi dan
konstruksi hukum.
56
Indepth Interview atau wawancara mendalam adalah merupakan proses menggali
informasi secara mendalam, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat
penelitian. Sumber : Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2005), hal. 186.
57
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
1997), hal. 10.
58
Ibid.