Bab Ii
Bab Ii
LANDASAN TEORI
4
5
kerja.Fungsi dari Line Balancing adalah membuat suatu lintasan yang seimbang.
Tujuan pokok dari penyeimbangan lintasan adalah memaksimalkan kecepatan
disetiap stasiun kerja, sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di tiap stasiun
kerja tersebut.
Balancing berasal dari ketidak seimbangan lintasan produksi yang berupa adanya
work in process pada beberapa workstation (Heizer :2005).
Persyaratan umum yang harus digunakan dalam suatu keseimbangan
lintasan produksi adalah dengan meminimumkan waktu menganggur (idle time)
dan meminimumkan pula keseimbangan waktu senggang (balance delay).
Sedangkan tujuan dari lintasan produksi yang seimbang adalah sebagai berikut:
1. Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap workstation
sehingga setiap workstation selesai pada waktu yang seimbang dan
mencegah terjadinya bottleneck. Bottleneck adalah suatu operasi yang
membatasi output dan frekuensi produksi.
2. Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancar.
3. Meningkatkan efisiensi atau produktifitas.
6. Bila alokasi suatu elemen operasi membuat waktu stasiun > CT, maka sisa
waktu ini (CT – ST) dipenuhi dengan alokasi elemen operasi dengan bobot
paling besar dan penambahannya tidak membuat ST < CT.
7. Jika elemen operasi yang jika dialokasikan untuk membuat ST < CT sudah
tidak ada, kembali ke langkah 5.
8. Ketika tidak adalagi task yang dapat ditugaskan tanpa melebihi CT,
lanjutkan ke WS berikutnya.
9. Ulangi langkah 7 dan 8 untuk semua WS sampai semua task telah
ditugaskan.
yang tidak terlalu besar tetapi diikuti oleh banyak operasi lainnya. Langkah-
langkah penyelesaian dengan metode Region Approach adalah sebagai berikut :
1. Buat precedence diagram.
2. Bagi precedence diagram ke dalam wilayah-wilayah dari kiri ke kanan.
3. Gambar ulang precedence diagram,tempat kan seluruh task didaerah
paling ujung sedapat-dapatnya.
4. Dalam tiap wilayah urutkan task mulai dari waktu operasi terbesar sampai
dengan waktu operasi terkecil.
5. Tentukan waktu siklus (CT).
6. Bebankan task dengan urutan sebagai berikut (perhatikan pula
untuk menyesuaikan diri terhadap batas wilayah) :
Daerah paling kiri terlebih dahulu.
Dalam1 wilayah, beban kan task dengan waktu terbesar pertama kali.
7. Pada akhir tiap pembebanan stasiun kerja,tentukan apakah utilisasi waktu
tersebut telah dapat diterima. Jika tidak, periksa seluruh task yang
memenuhi hubungan keter kaitan dengan operasi yang telah dibebankan.
Putuskan apakah pertukaran task-task tersebut akan meningkat kan utilisasi
waktu stasiun kerja. Jika ya, lakukan perubahan tersebut
Terlihat bahwa kecepatan lintasan yang di inginkan lebih kecil dari pada
kecepatan operasi yang paling lambat ( 30’ < 124’), sehingga untuk menentukan
kecepatan lintasan actual sebaiknyaharus dilakukan analisis perbandingan terlebih
dahulu, berdasarkan alternatif kecepatan lintasan yang di ingginkan (30’) atau
waktu operasi yang paling lambat ( operasi 8 =124’ ).
Tetapi untuk contoh kasus dengan penyelesaian metode bobot posisi ini
alternatif yang di pilih adalah kecepatan lintasan actual = waktu operasi yang
paling lambat ( operasi 8 = 124’).
Dengan pilihan alternative ini,perkiraan jumlah produksi per tahun
= 968𝑢𝑛𝑖𝑡
Beberapa yang harus dilakukan agar perkiraan junlah produksi ini tercapai
adalah harus ada 4 lintasan produksi dengan waktu kerja 8 jam kerja atau 2
lintasan produksi dengan 2 shift kerja yang masing-masing memiliki 8 jam kerja.
Dampaknya adalah akan ada penambahan biaya penarikan ( rekrut ) tenaga kerja
dan peningkatan biaya tenaga kerja untuk jam kerja biasa (regular time) karena
bertambahnya tenaga kerja. Disamping itu juga akan ada penambahan biaya
investasi untuk mengadakan mesin / peralatan baru sehubungan dengan adanya
penambahan lintasan dan / atau jumlah yang kerja.
1. Membuat jaringan kerja proses operasi (produksi) dan membuat matriks
keterdahuluan.
2. Membuat bobot posisi.
Bobot posisi adalah jumlah waktu operasi tersenut dan operasi –operasi
yang mengikutinya
12
𝑃
𝑡𝑖𝑚𝑎𝑥 ≤ 𝐶𝑇 ≤
𝑄
Di mana:
14
e. Work station
Work station adalah tempat pada lini perakitan di mana proses perakitan
dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja
efisien dapat ditetapkan dengan rumus berikut:
∑𝒏𝒊=𝟏 𝒕𝒊
𝑲𝐦𝐢𝐧 =
𝑪
Di mana:
Ti : waktu operasi/elemen ( I=1,2,3,…,n)
C : waktu siklus stasiun kerja
N : jumlah elemen
Kmin : jumlah stasiun kerja minimal
∑𝑲
𝒊=𝟏 𝑺𝑻𝒊
𝑳𝑬 = 𝒙𝟏𝟎𝟎%
(𝑲)(𝑪𝑻)
Dimana:
STi : waktu stasiun dari stasiun ke-1
15
i. Balance delay
Sering disebut balancing loss, adalah ukuran dari ketidakefisiensinan
lintasan yang dihasilkan dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan
karena pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun kerja.
Balance delay ini dinyatakan dalam persentase. Balance delay dapat dirumuskan:
(𝒏𝒙𝑪)– ∑𝒏𝒊=𝟏 𝒕𝒊
𝑫= 𝒙𝟏𝟎𝟎%
( 𝒏𝒙𝑪 )
Di mana:
N : jumlah stasiun kerja
C : waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja
∑ 𝑡𝑖 : jumlah waktu operasi dari semua operasi
𝑡𝑖 : waktu operasi
𝐷 :balance delay (%)
j. Smoothness Index
Smoothness Index adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran
relative dari penyeimbangan lini perakitan tertentu.
SI = √∑𝑲
𝒊=𝟏(𝑺𝑻𝒊𝒎𝒂𝒙 − 𝑺𝑻𝒊)
𝟐
Di mana:
St max : maksimum waktu di stasiun
Sti : waktu stasiun di stasiun kerja ke-i
Output production adalah jumlah waktu efektif yang tersedia dalam suatu
periode dibagi dengan cycle time.
𝑻
𝑸=
𝑪𝑻
Di mana:
T : jam kerja efektif penyelesaiaan produk
C : waktu siklus terbesar
regional dan global, oleh karena itu setiap perusahaan berlomba untuk terus
menerus mencari usaha dan cara untuk mampu bersaing dan memiliki keunggulan
kompetitif agar tetap hidup dan berkembang. Inilah globalisasi dan akibatnya
dalam persaingan. Persaingan ini harus di dukung oleh kelancaran proses produksi
dalam perusahan itu sendiri. Ranked position weigth (RPW) merupakan proses
mengidentifikasi kegagalan dalam suatu proses produksi dan menetukan bobot-
bobot dari proses produksi. Penentuan dari beberapa komponen yaitu dengan
menetukan waktu baku , waktu normal, dan waktu siklus. Setelah ketiga
komponen tersebut di hitung dan di tentukan bobot-bobot dari masing-masing
proses, maka dengan mengunakan metode rpw ini di dapatkan hasil yang semula
dalam proses produksi membutuhkan 20 operator dan output 700 pairs per shift
dengan jumlah 24 stasiun , setelah di hitung dengan rpw maka mendapatkan
jumlah yang sangat berbeda dari proses sebelumya yaitu operator hanya
membutuhkan 13 dan dengan menghasilkan output yang sama yaitu 700 pairs per
shift [7].
menukar elemen kerja (exchange) dan menambahkan elemen kerja di stasiun kerja
lain (insert) dengan tetap tidak melebihi waktu siklus dan tidak melanggar
precedence relations. Performansi model usulan diuji dengan menggunakan data-
data dari literatur. Hasil pengujian menunjukkan bahwa model usulan dapat
memberikan solusi yang sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang
telah dipublikasikan [8].