Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KEPANITERAAN

DEPARTEMEN PROSTHODONSIA
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
AKRILIK

Nama Pasien : Toton Wagiman


Operator : Sofyan Abdullah, S. KG
Kelompok : VII
Pembimbing : drg. Hastoro Pintadi, Sp. Prost

MODUL PROSTHODONSIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN

Definisi gigi tiruan sebagian (GTS) adalah gigi tiruan yang menggantikan
satu atau lebih gigi asli yang hilang (tidak seluruh gigi) yang didukung oleh gigi
yang masih tinggal, mukosa dan daerah tidak bergigi atau hanya didukung oleh
mukosa dan sebagian sadel dapat dipasang atau dilepas oleh pasien.
Gigi tiruan sebagian sangat diperlukan mengingat akibat yang ditimbulkan
karena hilangnya satu gigi atau lebih dalam jangka waktu lama. Beberapa akibat
yang dapat ditimbulkan bila gigi yang hilang tidak dibuat GTS:
1. Migrasi dan rotasi (drifting and tilting)
Hal ini disebabkan karena gigi tidak lagi menempati posisi yang normal untuk
menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan
mengakibatkan kerusakan struktur jaringan periodontal.
2. Erupsi yang berlebih (over eruption)
Bila gigi sudah tidak punya antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih.
Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang
alveolar.Bila hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila disertai
pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami
kemunduran sehingga gigi mulai ekstruksi.
3. Penurunan efesiensi kunyah
4. Gangguan pada sendi TMJ
Hal ini disebabkan pengunyahan yang buruk, atau karena hubungan maksilo
mandibula yang terlalu lama.
5. Beban berlebihan pada jaringan mulut
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih
ada akan menerima tekanan mastikasi yang lebih besar sehingga terjadi
pembebanan berlebihan.
6. Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan
bicara, karena gigi khususnya gigi depan termasuk organ fonetik.
7. Memburuknya penampilan
Menjadi buruknya penampilan karena hilangnya gigi depan akan mengurangi
daya tarik seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern.
8. Terganggunya kebersihan mulut
Adanya ruang interproksimal merupakan predisposisi terbentuknya plak,
debris makanan yang akan terkalsifikasi menjadi kalkulus. Hal ini dapat
menyebabkan resiko karies meningkat.
9. Atrisi
Adanya beban yang berlebihan dapat menyebabkan atrisi pada gigi–gigi
tersebut sehingga lambat laun akan mengurangi dimensi vertikal seseorang.
Adapun tujuan dari dibuatkan gigi tiruan sebagian adalah memperbaiki
fungsi mastikasi, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi fonetik, serta
mempertahankan jaringan mulut agar tetap sehat serta memperbaiki oklusi, serta
mencegah migrasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian gigi tiruan sebagian (GTS) menurut Osborne (1959), adalah


gigi tiruan yang menganti gigi asli yang hilang sebagian dapat dilepas oleh pasien.
Menurut Mc. Craken (1973), GTS adalah suatu restorasi prostetik yang mengganti
gigi asli yang hilang dan bagian lain rahang yang tidak bergigi sebagian,
mendapat dukungan terutama dari jaringan dibawahnya dan sebagian dari gigi asli
yang masih tinggal akan menjadi gigi pegangan.
Macam – macam GTS :
1. Menurut jaringan pendukungnya :
a. tooth supported : dukungannya berupa gigi asli
b. mucosa supported : dukungannya berupa mukosa ujung bebas
c. mucosa and tooth supported : dukungannya berupa mukosa ujung
bebas dan gigi asli
2. Menurut saat pemasangannya :
a. immediate protesa : segera dipasang setelah pencabutan
b. conventional protesa : tidak segera dipasang setelah pencabutan
3. Menurut bahan dipakai :
a. Frame atau metal protesa
b. Akrilik protesa
c. Vulcanite protesa
4. Menurut ada / tidaknya sayap bagian bukal :
a. Open face, dibuat tanpa gusi tiruan di bagian bukal/ labial
(anterior)
b. Close face, dibuat dengan gusi tiruan di bagian bukal/ labial
(posterior)

Klasifikasi gigi tiruan sebagian berdasarkan letak dari daerah yang tidak
bergigi menurut Kennedy, cit. Soelarko R. M. Dan Wachijaati H., (1980) yaitu :
1. Klas I
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi
yang tertinggal pada kedua belah sisi (bilateral Free end).
2. Klas II
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi
yang tertinggal tetapi hanya pada satu sisi saja (unilateral free end).
3. Klas III
Daerah yang tidak bergigi terletak di antara gigi yang masih ada di bagian
posterior (bounded saddle).
4. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati median
line.
Klasifikasi gigi tiruan sebagian berdasarkan letak klamer menurut Miller
ditentukan sebagai berikut :
1. Klas I
Menggunakan dua buah klamer dimana klamer-klamer tersebut lurus
berhadapan dan tegak lurus median line.
2. Klas II
Menggunakan dua buah klamer yang letaknya saling berhadapan dan
membentuk garis diagonal serta melewati median line.
3. Klas III
Menggunakan tiga buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga
apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis, merupakan suatu
segitiga yang terletak di tengah gigi tiruan.
4. Klas IV
Menggunakan empat buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga
apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis lurus, merupakan
suatu segi empat yang terletak di tengah gigi tiruan.

Menurut Austin dan Lidge (1957), gigi tiruan mempunyai beberapa


komponen. Komponen GTS bahan akrilik antara lain :

1. Basis
Suatu bagian GTS yang terbuat dari akrilik untuk mendukung gigi tiruan dan
memindahkan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya.
2. Cangkolan atau klamer
Bagian GTS yang terletak di abutment dan terbuat dari kawat tahan
karat.Fungsi dari klamer yaitu mencegah pergerakan gigi tiruan ke arah
oklusal dan mencegah tekanan oklusal yang berlebihan pada jaringan di
bawahnya. Retainer ada dua macam yaitu : a. Retainer langsung (direct
retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang menahan terlepasnya GTS secara
langsung, berupa lengan retentive ; b. Retainer tidak langsung (indirect
retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang menahan GTS secara tidak
langsung, berupa lengan pengimbang, sandaran/ rest (bagian dari cangkolan
yang bersandar pada bidang oklusal atau incisal gigi pegangan yang
memberikan dukungan vertikal terhadap gigi tiruan).
3. Gigi pengganti
Bagian GTS yang mengganti gigi yang hilang.

Faktor – faktor yang perlu diperhatikan menentukan disain GTS adalah


sebagai berikut :
1. Retensi
Daya perlawanan terhadap lepasnya protesa atau gigi tiruan ke arah oklusal.
Faktor pemberi retensi antara lain kualitas klamer, oclusal rest ,contour,
landasan denture, oklusi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension.
2. Stabilisasi
Perlawanan atas ketahanan terhadap perpindahan tempat GTS dalam arah
horizontal dalam keadaan berfungsi.Stagnasi ditentukan oleh tiga titik
sandaran yang harus meliputi luas permukaan yang sebesar – besarnya agar
beban yang diterima protesa setiap unit bisa sekecil mungkin.Dalam hal ini
semua bagian cengkeram berfungsi kecuali bagian terminal/ ujung lengan
retentive.Gigi yang mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi,
sedangkan gigi yang mempunyai retensi belum tentu mempunyai stabilisasi.
3. Estetika
Dalam prostodonsia, yang berhubungan dengan permukaan GTS adalah :
a. Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam
posisi bagaimanapun.
b. Gigi tiruan harus tampak asli dan pantas untuk tiap – tiap pasien meliputi
warna dan inklinasi/ posisi gigi.
c. Gambaran counturing harus sesuai dengan keadaan pasien.
d. Perlekatan gigi diatas ridge.
Syarat – syarat pemilihan gigi abutmen yang digunakan sebagai pegangan klamer
adalah :
1. Gigi pilar harus cukup kuat.
a. Akarnya panjang
b. Masuk kedalam prosesus alveolaris dalam dan tidak longgar
c. Makin banyak akar makin kuat
d. Gigi pilar tidak boleh goyang
e. Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi penyangga.
2. Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer yang
digunakan.
3. Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus alveolaris,
gigi yang letaknya rotasi atau berputar tidak baik untuk pilar.
4. Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan.
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi yang
letaknya sejajar.
Keuntungan GTS lepasan adalah :
1. Pasien dapat memakai dan melepas sendiri sehingga mudah dan cepat
dalam membersihkannya.
2. Mudah dipreparasi bila ada kerusakan.
3. Harganya relatif murah jika dibandingkan dengan GTC.
Untuk mendapatkan GTS yang baik dalam memenuhi fungsinya maka
pengetahuan yang dimiliki operator harus memadai disamping itu perlu kerjasama
yang baik dengan pasien. Jika pasien sadar akan arti pentingnya GTS maka hal ini
akan sangat mendukung keberhasilan dari perawatan tersebut.

Indikasi perawatan GTS adalah :


1. Hilangnya satu gigi atau lebih.
2. Keadaan yang baik dari gigi yang masih tinggal dan memenuhi
syarat sebagai gigi pegangan.
3. Keadaan prosessus alveolaris yang masih baik.
4. Kesehatan umum pasien dan kebersihan mulut pasien baik.
Tujuan pembuatan GTS adalah :
1. mengembalikan fungsi pengunyahan/ mastikasi
2. mengembalikan fungsi keindahan atau estetik
3. mengembalikan fungsi bicara atau phonetik
4. membantu mempertahankan gigi yang masih tinggal
5. memperbaiki oklusi
6. meningkatkan distribusi beban kunyah
Pembuatan GTS harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. harus tahan lama
2. dapat mempertahankan dan melindugi gigi yang masih ada dan
jaringan sekitarnya.
3. tidak merugikan pasien
4. mempunyai konstruksi dan desain yang harmonis
Pada akhirnya pembuatan GTS sangat tergantung pada peran serta pasien
untuk mau dan dapat beradaptasi dalam pemakaiannya.
III. LAPORAN KASUS

A. Identifikasi
Nama : Tn. Syamsuddin Rumatumia
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Lingkar barat, kasihan. Bantul
No.RM : 023085

B. Anamnesa

1. Pemeriksaan Subyektif
Motivasi : Pasien datang atas motivasi operator untuk dibuatkan gigi tiruan
lepasan.
CC : Pasien ingin membuatkan gigi tiruan yang baru karena gigi tiruan
yang sebelumnya patah sejak 2 bulan yang lalu.
PI : Pasien kehilangan gigi bawah depannya sejak duduk dibangku
SMA kelas 3 karena kecelakaan, dan pasien ke dokter gigi untuk
dibuatkan gigi tiruan lepasan . Dua bulan yang lalu gigi tiruannya
patah karena jatuh dan sekarang tidak bisa digunakan lagi
PDH : Pasien sudah pernah ke dokter gigi sebelumnya untuk dilakukan
pemebersihan karang gigi.
PMH : Pasien tidak dicurigai mempunyai penyakit sistemik. Dan tidak
pernah mendapatkan perawatan rawat inap di Rumah Sakit.
FH : Ayah : Dicurigai mempunyai penyakit Hipertensi.
Ibu : Tidak dicurigai mempunyai penyakit sistemik.

2. Pemeriksaan Obyektif
a. Umum : Jasmani : Sehat.
Rohani : Kooperatif dan komunikatif
b. Lokal :
Ekstra Oral :
Bentuk muka : Simetris.
Pipi : Simetris.
Bibir : Simetris.
Lnn : Tidak teraba
Intra Oral :
Mukosa : Normal
Gingiva : Normal
Lidah : Normal
Palatum : Sedang

Keadaan gigi geligi :

♣ Jumlah : 27

♣ Warna : Putih kekuningan

♣ Bentuk : Normal

Oral hygiene : Baik


c. Odontogram

18: Unerupted | 28: Unerupted


17: - | 27: Karies superfisial
16: Karies superfisial | 26: Karies superfisial
15 [55]: Karies superfisial | 25 [65]: Karies superfisial
14 [54]: - | 24 [64]: -
13 [53]: - | 23 [63]: -
12 [52]: - | 22 [62]: -
11 [51]: - | 21 [61]: -
41 [81]: Missing | 31 [71]: Missing
42 [82]: - | 32 [72]: -
43 [83]: - | 33 [73]: -
44 [84]: - | 34 [74]: -
45 [85]: Karies superfisial | 35 [75]: -
46: Karies superfisial | 36: Karies superfisial
47: Karies superfisial | 37: Karies superfisial
48: - | 38: Unerupted
C. Klasifikasi :
Rahang Bawah : Kennedy Klas IV
IV.PROSEDUR KERJA DAN TAHAPAN PERAWATAN

A. Persiapan di Dalam Mulut/ Mouth Preparation


Merupakan persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuatkan gigi
tiruan sebagian, meliputi :
1. Perawatan periodontal / periodontal treatment, misalnya
pemeriksaan gigi, gusi, dan tulang pendukungnya serta perawatan scalling.
2. Perawatan konservasi / konservatif treatment, misalnya restorasi
gigi yang karies. Hal ini dilakukan untuk mengurangi hambatan, mencari
bidang bimbing, membuat sandaran oklusal dan bila perlu menciptakan
daerah-daerah untuk retensi mekanis.
3. Perawatan bedah / surgical treatment, misalnya pencabutan gigi
yang tidak mungkin dipertahankan

B. Perawatan
KUNJUNGAN I
( Membuat studi model RA dan RB )
Sendok cetak : perforated stock tray No.3
Bahan cetak : alginat
Cara mencetak : mukostatik
Studi model ini dipergunakan untuk mempelajari :
1. Letak gigi abutment
2. Letak klamer
3. Jumlah gigi yang hilang
4. Perluasan basis protesa
Cara Pencetakan
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan ke dalam rongga mulut pasien.
1. Pencetakan Rahang Atas :
a. Pasien duduk dengan posisi sedemikian rupa sehingga kepala dan
punggung terletak pada satu garis lurus, dataran oklusal sejajar lantai.
Mulut pasien setinggi siku operator.
b. Operator berdiri di belakang samping kanan pasien.
c. Sendok cetak rahang atas yang berisis adonan alginat dimasukkan
kemulut pasien dengan menempelkan bagian posterior lebih dahulu lalu
sedikit demi sedikit ke arah amterior sampai seluruh gigi terbenam
alginat. Selanjutnya pasien diinstruksikan mengucapkan “U” lalu
dilakukan muscle triming di bagian bukal dan labial.
d. Setelah alginat setting, sendok cetak dilepas.
2. Pencetakan Rahang Bawah :
a. Sama seperti pada rahang atas, tetapi posisi operator di sebelah kanan
depan.
b. Lidah diangkat keatas.
Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan diisi stone gips lalu diboxing.

KUNJUNGAN II
(Membuat desain gigi tiruan sebagian lepasan )
Tahap-Tahap Pembuatan Desain :
TAHAP I
Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)
Pada rahang bawah, berdasarkan gigi yang hilang, maka kasus ini termasuk klas
IV Kennedy, gigi yang diganti adalah 31 dan 41 . Indikasi protesa adalah protesa
lepasan, desain bilateral tanpa perluasan basis distal.
T A H A P II
Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Dukungan yang dipilih dari kasus ini adalah dukungan kombinasi gigi dan
mukosa karena gigi masih kuat.
T A H A P III
Menentukan jenis penahan
Penahan langsung : RB : Cengkeram C pada gigi 35 dan 45
Penahan tidak langsung : Plat anterior setinggi cingulum
T A H A P IV
Menentukan jenis konektor : plat akrilik
KUNJUNGAN III
( Membuat model Kerja RA dan RB )
Tahap Klinis
1. Membuat model kerja
Alat dan bahan sama seperti pada model studi.
2. Membuat gigitan sentrik
 Fungsi : untuk mendapatkan hubungan yang tepat antara gigi geligi RA
dan RB sesuai sentrik oklusi
Cara : dua lapis malam merah dibuat tapal kuda, ukuran disesuaikan
dengan lengkung gigi pasien. Malam dilunakkan dan pasien
disuruh menggigit malam tersebut.
Tahap laboratoris
1. Memasang model kerja pada artikulator
2. Pembuatan klamer
3. Pemasangan gigi pengganti
4. Model malam
5. Flasking
6. Boiling out
7. Packing
8. Processing
9. Deflasking
10. Fininshing dan Polishing
KUNJUNGAN IV
(Insersi)
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien, yang perlu
diperhatikan antara lain: retensi, stabilisasi, oklusi, keluar masuknya protesa
sejajar as gigi atau dengan arah vertikal, dan kenyamanan pasien.
a. part of insertion and part of removement.
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada
saat pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan
cara pengasahan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
b. Retensi
Yaitu kemampuan bertahan terhadap pelepasan yang merupakan
kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan ke arah oklusal. Retensi ini merupakan satu cara untuk
memberi kekencangan kepada GTS di dalam mulut. Pengecekan
dilakukaan dengan menggerakkan mukosa dan bibir, jika protesa lepas,
maka retensi harus diperbaiki. Diperiksa direct retainer pada lengan
klamer dan indirect retainer pada tepi plat protesa yang menempel pada
cingulum gigi asli.
c. Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang
menyebabkan perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat
dalam keadaan berfungsi, misal pada mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi
gigi tiruan dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan
secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergerakan pada
saat tes ini.
d. Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan
anteroposterior.Dilakukan pengecekan terhadap balancing side, working
side serta ada tidaknya premature kontak.Caranya dengan memakai kertas
artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas dan bawah, kemudian pasien
diminta melakukan gerakan mengunyah.Setelah itu kertas artikualsi
diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi.Pada keadaan normal
terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan gigi.Bila
terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan
pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan metode selective
grinding.Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi traumatik
oklusi.

Setelah GTS dipakai, hal – hal yang perlu disampaikan adalah :


1. GTS diinstruksikan agar dipakai terus – menerus supaya beradaptasi
2. Diberi petunjuk cara pemakaian dan pelepasan GTS
3. Jika tidak dipakai supaya direndam dalam air dingin yang bersih supaya
tidak berubah ukurannya
4. Jangan dipakai untuk makan makanan yang keras dan lengket
5. Kebersihan GTS supaya dijaga
6. Apabila timbul rasa sakit setelah pemasangan GTS, pasien harap segera
kontrol
7. Kontrol satu minggu setelah insersi
KUNJUNGAN V
( Kontrol)
Kontrol dilakukan untuk mengoreksi adanya kesalahan yang mungkin terjadi
setelah pemakaian GTS, dengan cara:
1. Pemeriksaan subyektif
- apakah terdapat keluhan berkaitan dengan GTS ?
- apakah fungsi bicara terganggu ?
2. Pemeriksaan obyektif
Komplikasi setelah pemakaian GTS dapat berupa :
a. Rasa sakit akibat tepi GTS yang tajam maupun karena bagian yang
tertekan
b. Terdapat suara akibat sentrik oklusi yang tinggi sehingga menimbulkan
suara pada bagian oklusal
c. Retensi yang kurang menyebabkan GTS tidak stabil
d. Muntah akibat plat yang terletak terlalu ke posterior
e. Kesukaran berbicara akibat overjet terlalu besar sehingga retensi kurang
g. Kesukaran dalam mengunyah akibat oklusi yang tidak seimbang
h. Gigi tiruan goyang : perlu diperiksa oklusinya dengan kertas
artikulating paper
i. Saliva berlebihan : adanya stimulasi pada glandula salivarius karena
gigi tiruan, namun dapat hilang setelah beradaptasi
V. DISKUSI
Pada kasus ini, pasien kehilangan gigi 31 dan 41 .Pembuatan GTS ini
bertujuan untuk mengembalikan fungsi pengunyahan dan fungsi estetik.
Berdasarkan gigi yang hilang maka kasus ini termasuk klas IV Kennedy
untuk rahang bawah dan merupakan indikasi gigi tiruan lepasan resin. Dalam
membuat gigi tiruan sebagian lepasan perlu pertimbangan sebagai berikut:
a) Retensi
b) Stabilisasi
c) Oklusi
d) Estetis
e) Kenyamanan pemakaian

GTS yang akan dibuat adalah GTS lepasan akrilik rahang bawah dengan

dukungan gigi dimana gigi yang dipilih sebagai gigi abutment/pegangan adalah

gigi 35, dan 45. Pada elemen 35 dan 45 menggunakan direct retainer berupa

cengkeram C.

Basis GTS berupa basis resin yaitu basis resin untuk tempat perlekatan

elemen gigi tiruan dan bagian yang berkontak dengan mulut. Gigi pengganti

terbuat dari resin akrilik dengan warna, bentuk dan ukuran yang sesuai dengan

gigi asli yang masih tinggal dan ruang yang tersedia. Pada pemasangan gigi tiruan

harus dihindari adanya traumatik oklusi.

Base plate terbuat dari bahan akrilik berwarna merah muda disesuaikan

dengan warna mukosa dengan ketebalan 2-3 mm. Base plate tidak boleh

mengiritasi mukosa.

Dikarenakan sudah tidak ada kunci oklusi, maka di perlukan galangan

gigit untuk mencari kunci oklusi. Sebelumnya dilakukan prosesing kawat dan

baseplate terlebih dahulu kemudian pasien diinstruksikan untuk menggigit


galangan gigit setelah itu baru dilakukan prosesing anasir gigi.
DESAIN GIGI TIRUAN LEPASAN AKRILIK
Rahang Bawah
Keterangan:
1. Plat dasar akrilik
2. Cengkeram C (0,8mm)
3. Anasir gigi

VI. PROGNOSA
Diperkirakan hasil perawatan baik karena :
1. Jaringan pendukung baik
2. Kesehatan umum baik
3. Motivasi pasien baik
4. Pasien kooperatif

VII. KESIMPULAN

Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan untuk pasien yang kehilangan


giginya adalah tindakan rehabilitatif yang dapat mengembalikan fungsi mastikasi,
fungsi bicara dan fungsi estetis sehingga dapat mempertahankan kesehatan
jaringan mulut dan mencegah akibat buruk dari hilangnya gigi asli jika tidak
dibuatkan gigi tiruan.Untuk mendapatkan gigi tiruan sebagian lepasan yang baik
diperlukan perencanaan pembuatan yang baik dan benar. Keberhasilan gigi tiruan
sebagian lepasan ditentukan oleh kerjasama yang baik antara operator dan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Applegate, 1959, Essentials of Removable Partial Denture Prosthesis, 2nd ed.,


W.B. Saunders Co. Philadelphia, London.

Battistuzzi, Kayer, A.F., Keltjens dan Plasmans, 1996, Gigi Tiruan Sebagian
(terj.), Widya Medika, Jakarta.

Haryanto, A.G., 1991, Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, Jilid I,
Hipokrates, Jakarta.

Itjingningsih, H.,1980, Dental Teknologi, cetakan I, FKG-Usakti, Jakarta.

Watt, D.M. dan Mac Gregor, A.R.,1993, Penentuan Desain Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan (terj.), Hipokrates, Jakarta.

Yogyakarta, Maret 2014

Mengetahui

Operator Pembimbing

Sofyan Abdullah, S. KG drg. Hastoro Pintadi, Sp. Prost

Anda mungkin juga menyukai