Anda di halaman 1dari 5

A.

Persepsi
1. Pengertian Persepsi
a. Menurut Matlin (1998), persepsi adalah proses aplikasi pengetahuan sebelumnya untuk
memperoleh/mengumpulkan dan menginterpretasikan stimulus yang ditangkap panca indera
(sensory register).
b. Menurut Davidoff (1981), persepsi adalah stimulus yang diterima indera oleh individu di
organisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti apa yang
diindera.
2. Proses Persepsi
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa tahap-tahap persepsi antara lain:
a. Tahap pertama
Merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan
proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.
b. Tahap kedua
Merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya
stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.
c. Tahap ketiga
Merupakan tahap yang dikenal dengan proses psikologik, merupakan proses timbulnya
kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.
d. Tahap keempat
Merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi


Menurut David Krech dan Ricard Crutfield dalam Jalaludin Rahmat (2003:55) membagi
faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Faktor Fungsional
Faktor Fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal
lain yang kita sebut sebagai faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah
obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
b. Faktor Struktural
Faktor Struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek
syarat yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.
4. Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi (dispersepsi) adalah kesalahan atau gangguan persepsi. Menurut
Maramis (1999), terdapat 7 macam gangguan persepsi, yaitu:
a. Halusinasi atau mava
Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada pancaindera
seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar/bangun dasarnya mungkin organik, fungsional
psikotik ataupun histerik. Secara singkat halusinasi adalah persepsi atau pengamatan palsu.
Jenis-jenis halusinasi, yaitu:
a) Halusinasi optik (halusinasi penglihatan)
Apa yang dilihat seolah-olah berbentuk, tidak berbentuk, berwarna, dan tidak berwarna.
b) Halusinasi auditif/akustik
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara manusia, hewan, barang, musik dan kejadian
alami.
c) Halusinasi olfaktorik (halusinasi penciuman)
Halusinasi yang seolah-olah mencium suatu bau tertentu.
d) Halusinasi gustatorik (halusinasi pengecapan)
Halusinasi yang seolah-olah mengecap suatu zat atau rasatentang sesuatu yang dimakan.
e) Halusinasi taktil (halusinasi peraba)
Halusinasi yang seolah-olah merasa diraba, disentuh, dicolek, ditiup, dirambati ulat dan disinari.
f) Halusinasi kinestik
Halusinasi yang seolah-olah merasa badannya bergerak disebuah ruang tertentu dan merasa
anggota badannya bergerak sendiri.
g) Halusinasi viseral
Halusinasi yang seolah-olah ada perasaan tertentu yang timbul ditubuh bagian dalam (mis.
Lambung seperti ditusu-tusuk jarum).
h) Halusinasi hipnagonik
Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang normal, terjadi sebelum tidur.
i) Halusinasi hipnopompik
Persepsi sensorik bekerja yang salah terdapat pada orang normal, terjadi tepat sebelum bangun
tidur.
j) Halusinasi histerik
Halusinasi yang timbulpada neurosis histerik karena konflik emosional.
b. Ilusi
Ilusi adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi) yang
sebenarnya sunguh terjadi karena adanya rangsang pada pancaindera. Secara singkat ilusi adalah
persepsi atau pengamatan yang menyimpang. Contoh: bayangan daun pisang dilihatnya seperti
seorang pejahat, bunyi angin terdengar seperti ada orang yang memanggil namanya, suara
binatang disemak-semak terdengar seperti ada tangisan bayi.
c. Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah perasaan yang aneh tentang dirinya sudah tidak seperti biasa lagi, tidak
menurut kenyataan atau kondisi patologis yang seseorang. Contoh: perasaan bahwa dirinya
seperti sudah di luar badannya, perasaan bahwa kaki kanannya bukan miliknya lagi.
d. Derealisasi
Derealisasi adalah perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan tidak menurut kenyataan
sebenarnya. Contoh: segala sesuatu dirasakan seperti mimpi.
e. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
Somatosensorik adalah suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara simbolik menggambarkan
adanya suatu konflik emosional. Contoh: anestesia yaitu kehilangan sebagian atau seluruh
kepekaan indera peraba pada kulit, perestesia yaitu perubahan pada indera peraba (seperti
ditusuk-tusuk jarum), gangguan penglihatan atau pendengaran, makropsia, dan mikropsia.
f. Gangguan psikofisiologik
Gangguan psikofisiologik adalah gangguan pada tubuh yang disyarafi oleh susunan syaraf yang
berhubungan dengan kehidupan dan disebabkan oleh gangguan emosi. Contoh:
 Kulit: radang kulit, biduran, gatal-gatal, dan banyak cairan pada kulit.
 Otot dan tulang: otot tegang sampai kaku dikepala dan punggung.
 Alat pernafasan: sindrom hiperventilasi (nafas berlebihan).
 Jantung dan pembuluh darah: debaran jantung yang cepat, dan tekanan darah meningkat.
 Alat pencernaan: lambung perih, mual, muntah, kembung, dll.
g. Agnosia
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik sebagian
maupun total sebagai akibat kerusakan otak.

5. Coping Behavior Gangguan Persepsi


Tingkah laku coping yang berhasil maka terjadi penyesuaian antara diri individu dengan
lingkungannya (adaptasi). Otto Soemarwoto (1987), mengungkapkan bahwa adaptasi itu ada tiga
macam, yaitu:
a. Adaptasi Fisiologi, adalah proses adaptasi melalui faal. Contohnya: orang yang hidup di
lingkungan yang tercemar dalam tubuhnya berkembang kekebalan terhadap infeksi.
b. Adaptasi Morfologi, yaitu terjadi perubahan bentuk fisik pada dirinya. Contohnya orang
eskimo yang hidup di daerah dingin mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan kekar.
c. Adaptasi kultural / adjusment, yaitu adaptasi yang terjadi dengan melakukan perubahan pada
lingkungan tempat hidup agar tercapai keseimbangan dengan dirinya. Contohnya penggunaan
alat pendingin ruangan.
Penjelasan mengenai bagaimana manusia mengerti dan menilai lingkungan dapat didasarkan
pada 2 cara pendekatan:
a. Pendekatan pertama, adalah yang dinamakan pandangan konvesional. Bermula dari adanya
rangsang dari luar individu (stimulus), individu menjadi sadar akan adanya stimulus ini melalui
sel-sel syaraf reseptor (penginderaan) yang peka terhadap bentuk-bentuk energi tertentu (cahaya,
suara, suhu). Bila sumber energi itu cukup kuat untuk merangsang sel-sel reseptor maka
terjadilah penginderaan. Jika sejumlah penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam
pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai obyek-obyek,
maka keadaan ini dinamakan persepsi. Secara umum pandangan konvensional ini menganggap
persepsi sebagai kumpulan penginderaan (sensation). Jadi, kalau kita melihat sebuah benda yang
bisa bergerak cepat, punya roda empat maka kumpulan penginderaan itu akan diorganisasikan
secara tertentu, dikaitkan dengan pengalaman dan ingatan masa lalu, dan diberi makna tertentu
sehingga kita bisa mengenal benda itu sebagai mobil. Pandangan seperti ini dinamakan juga
pendekatan konstruktivisme. Akan tetapi, aktivitas mengenali obyek atau benda itu sendiri
adalah aktivitas mental, atau disebut juga aktivitas kognisi (kesadaran yang didapat dari proses
kerja pikiran yang dengannya orang akan waspada terhadap obyek yang ada dalam pikirannya).
Maka sebenarnya otak tidak secara pasif menggabung-gabungkan kumulasi (tumpukan)
pengalaman dan memori, melainkan aktif untuk menilai, memberi makna, dan sebagainya.
Karena adanya fungsi aktif dari kesadaran manusia, pandangan ini digolongkan juga pada
pandangan fungsionalisme. Jadi, secara konvensionalisme, persepsi adalah kegiatan
mengkonstruksikan dari suatu fungsi.
b. Pendekatan kedua, adalah pendekatan ekologik. Pendekatan ini dikemukakan oleh Gibson
(Fisher et al, dalam Sarwono 1992), individu tidaklah menciptakan makna-makna dari apa yang
diinderakannya karena sesungguhnya makna-makna itu telah terkandung dalam stimulus itu
sendiri dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya. Ia berpendapat bahwa persepsi
terjadi secara spontan dan langsung. Jadi, bersifat holistik. Spontanitas itu terjadi karena
organisme selalu menjajaki (eksplorasi) lingkungannya dan dalam penjajakan itu ia melibatkan
setiap obyek yang ada di lingkungannya dan setiap obyek menonjolkan sifat-sifatnya yang khas
untuk organisme bersangkutan. Dengan kata lain menurut Gibson, obyek-obyek atau stimulus
sendiripun aktif berinteraksi dengan makhluk yang mengindera sehingga akhirnya timbul makna-
makna spontan itu. Adapun kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah ia bisa mengubah
kemanfaatan dari suatu stimulus sehingga lebih memenuhi keperluanya sendiri.
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
a. Menurut Wahjosumidjo (1987), motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis yang
membuat seseorang melakukan sesuatu dengan respon dan juga merupakan proses psikologis
yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada
diri seseorang.
b. Menurut Herlina, adalah kekuatan, tanaga, keadaan yang komplek, kesiapsediaan dalam diri
individu dalam bergerak (motion) ke arah tujuan tertentu, baik disadari atau pun tidak disadari.
2. Proses Motivasi
a. Tahap pertama, keadaan yang mendorong, yang biasa disebut drive. Istilah drive sering
digunakan saat keadaan motif memiliki dasar biologis atau fisiologis. Drive dipandang sebagai
pendorong seseorang untuk bertindak. Drive dapat muncul bila organisme kekurangan sesuatu
atau memiliki kebutuhan. Drive juga bisa muncul bila ada stimulus dari lingkungan.
b. Tahap kedua, tingkah laku, yang ditimbulkan oleh karena adanya Drive. Sebagai contoh rasa
lapar mendorong manusia untuk mencari makanan. Cepat atau lambat, bila tingkah laku itu
berhasil, maka kebutuhan maupun drive akan berkurang. Dengan perkataan lain, tingkah laku
pencarian makanan oleh manusia, merupakan alat untuk mendapatkan makanan dan mengurangi
dorongan lapar.
c. Tahap ketiga, tingkah laku manusia diarahkan pada tahap ketiga dari siklus motifasional, yaitu
mencapai tujuan. Contoh siklus motivasi ini adalah pada rasa haus. Kekurangan air pada tubuh
menimbulkan kebutuhan dan dorongan (tahap I), memunculkan tingkah laku mencari air minum
(tahap II), yang merupakan tujuan (tahap III). Minum meredakan kebutuhan air dalam tubuh
sehingga rasa haus terpuaskan, dan siklus motifasional berhenti. Tetapi dengan segera kebutuhan
akan air timbul kembali, maka manusia akan memulai kembali siklus motifasionalnya.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Porter dan Miles, ada 3 faktor utama yang berpengaruh pada motivasi antara lain :
a. Ciri-ciri pribadi seseorang.
b. Tingkat dan jenis pekerjaan.
c. Lingkungan kerja.
4. Gangguan Motivasi
a. Hyperactive/hiperaktif
Ciri anak ini tidak bisa duduk diam dikelas. Kadang anak ini berlarian,meloncat, bahkan
berteria-triak. Anak ini sulit dikontrol untuk melaukan aktifitas secara teratur dan
tertib, serta suka menganggu teman sekelasnya.
b. Distractibility child
Tipe anak ini cenderung cepat bosan, mudah mengalihkan perhatiannya keberbagai objek
lain dikelas, mudah dipengaruhi, dan sulit memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang
berlangsung di kelas.
c. Poor self concept
Ciri anak ini pendiam, sangat perasa atau sensitif, mudah tersinggung,sikapnya pasif dan
cenderung tidak berani bertanya karena merasa diri tidak mampu dan kurang bergaul.
d. Impulsive
Ciri anak ini cepat bereaksi. Anak jenis ini langsung berbicara, tanpa menghiraukan
pertanyaan guru, jawaban spontan, kurang mendukung kemampuan berfikir logis. Anak ini
berteriak pada saat menjawab, ingin menunjukan diri sebagai anak yang pandai, namun jawaban
atau reaksinya mencerminkan ketidakmampuanya, jawabannya tidak sesuai dengan pertanyaan
yang diajukan.
e. Distractive behavior
Anak ini tipe perusak, sikapnya agresif kearah negatif, suka membanting atau melempar.
Anak ini termasuk anak yang bermasalah (trouble maker) sikap mudah tersinggung dengan
tempramen yang tinggi dan suka merusak.
f. Dependency
Ciri anak ini tidak dapat tinggal dikelas tanpa ditemani oleh ibunya,ketergantungan ini dapat
disebabkan oleh sikap ibu yang sangat melindungi anak sehingga saat di sekolahpun harus
ditemani oleh ibu.
g. Withdrawl
Ciri anak ini adalah pemalu dan menganggap dirinya bodoh, sehingga malu pergi
kesekolah. Harga diri rendah yang disebabkan karena latar belakang sosial ekonomi orang tua
yang rendah.
h. Underachiever
Anak ini tidaklah termasuk anak “bodoh”atau “tolol”. Meskipun semangat belajarnya sangat
rendah, sering melipakan PR dan hasil ulangannya selalu rendah. Anak ini potensi intelektualnya
diatas rata-rata. Guru diharapkan memberi perhatian yang serius kepada anak yang berprestasi
dibawah kemampuan ini.
i. Overrachiever
Anak ini memiliki motivasi belajar yang tinggi, cepat merespon dansering tidak menerima
kritik. Sikapnya agak sombong serta merespon dengan sangat cepat. Anak ini tidak bisa
menerima kegagalan dirinya.
j. Slow learner
Anak ini acapkali malas, kalau ditanya biasanya membutuhkan waktu lama untuk
menjawabnya, sering lupa mengerjakan tugasnya, kalaupun dikerja biasanya tidak tuntas dan
cara berfikirnya lamban.
k. Social interception
Sikap anak ini seperti “cuek” ia kurang peka terhadap lingkungannya, sulit membaca ekspresi
guru dan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ini sering dikucilkan oleh teman-teman
sekitarnya.
5. Coping Behaviour Gangguan Motivasi
a. Motivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan menggunakan
ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus
dilakukan. Contoh: seorang komandan akan memberikan hukuman pada anak buahnya apabila
tidak disiplin.
b. Motivasi dengan bujukan (motivacing by enticement), yaitu cara memotivasi dengan bujukan
atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang dimotivasi. Contoh:
mahasiswa berprestasi akan mendapat hadiah berupa bebas membayar SPP selama 2 semester.
c. Motivasi dengan identifikasi (motivating by identification or ego-involvement), yaitu cara
memotivasi dengan menambahkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya
keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai tujuan. Contoh: seorang
mahasiswa belajar giat karena termotivasi bila belajar dengan baik hingga berprestas, yang akan
memetik hasilnya adalah diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai