Anda di halaman 1dari 35

TUGAS KELOMPOK 3

SYMPTOM ASSESSMENT & SYMPTOM MANAGEMENT : FATIGUE

Disususun Oleh :
Aditya G2A217041
Ratna Kusbandiyah G2A217042
Agna Yesica P G2A217043
Sri Mujayanah G2A217044
Daya G2A217045
Afif Mustikarani P G2A217047
Yosafat Christian CH G2A217049
Eka Dafid G2A217050

PROGRAM LINTAS JALUR S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SEMARANG
2017

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH

B. TUJUAN PENULISAN

C. METODE PENULISAN

D. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN

Kelelahan secara sempit dapat diartikan sebatas lelah fisik yang dirasakan saja. Hal
ini dikarenakan setiap orang yang merasakan kelelahan hanya terbatas pada keluhan-keluhan
fisik yang mereka rasakan saja. Gejala yang ditimbulkan, perubahan fisik dan perasaan yang
dirasakan memang berbeda pada masing-masing individu. Kelelahan juga dapat diartikan
sebagai fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis dimana ditandai dengan adanya
gejala perasaan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh (kelelahan). Kelelahan mudah
ditiadakan dengan istirahat, tetapi jika dipaksakan kelelahan akan bertambah dan sangat
mengganggu.
Kelelahan dapat diartikan sebagai perubahan dari keadaan yang lebih kuat ke
keadaan yang lebih lemah. Kelelahan merupakan kondisi yang ditandai dengan perasaan
lelah dan penurunan kesiagaan serta berpengaruh terhadap produktivitas kerja (Grangjean
dalam Putri 2008).
Kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang
dipengaruhi oleh 2 sistem antagonis yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem
penggerak (aktivitas) tetapi semuanya bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh (Suma’mur 2009)
Dari beberapa pengertian kelelahan yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa kelelahan sebagai sinyal alamiah yang diberikan tubuh karena adanya penurunan
fungsi tubuh akibat proses kerja yang membutuhkan keterpaduan pada seluruh sistem di
dalam tubuh. Saat sistem tersebut mengalami perubahan dari kondisi baik ke kondisi buruk
maka tubuh akan memberikan sinyal kelelahan yang memerlukan pemulihan untuk
mengatasinya. Kondisi fisologis tubuh yang mengalami penurunan,akan menunjukkan
penurunan daya kerja yang akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang
B. PREVALENSI
C. ETIOLOGI/ PREDISPOSISI
D. PATOFISIOLOGI
E. PENGKAJIAN
F. PENATALAKSANAAN

Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
FATIGUE PADA PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL (GGT) YANG
MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD PROF. DR. MARGONO
SOEKARDJO PURWOKERTO

FATIGUE IN ESRD PATIENTS UNDERGOING HEMODIALYSIS IN RSUD


PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO

Sodikin dan Sri Suparti


Program Studi Ilmu Keperawatan , Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Jl Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182

ABSTRAK
Fatigue adalah keluhan umum pasien hemodialisis, prevalensi fatigue sekitar 44,7-97%
dari ringan sampai berat. Fatigue dapat disebabkan oleh faktor fisiologis, akumulasi sampah
metabolik, konsumsi energi berlebihan, kehilangan nafsu makan, inaktifitas fisik, distress
emosional, usia, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, durasi dialisis, dan anemia. Fatigue dapat
menyebabkan penurunan fungsi fisik dan kemampuan aktivitas sehari-hari, kualitas hidup yang
lebih buruk, serta mengurangi kelangsungan hidup. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi dan tingkat fatigue pasien Gagal Ginjal Terminal yang menjalani
hemodialisis. Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional, dan teknik total sampling yaitu 103 responden. Instrumen menggunakan
kuesioner Piper Fatigue Scale (PFS-12) dan analisis mengunakan uji Chi Square. Hasil penelitian
sebagian besar responden mengalami tingkat fatigue sedang (67%) diikuti fatigue ringan dan
berat (16,5%). Tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, riwayat pekerjaan,
pendidikan, akses hemodialisis, frekuensi hemodialisis, nilai Hb, IMT dan lama menderita GGT
dengan tingkat fatigue pasien hemodialisis dengan p value >0,05. Terdapat hubungan signifikan
antara riwayat olahraga dengan tingkat fatigue pasien hemodialisis dengan nilai p value <0,02 (p
value <0,05). Dar penelitian in disimpulkan bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat
fatigue sedang dan terdapat hubungan signifikan antara riwayat olahraga dengan tingkat fatigue.
Penting sekali bagi tenaga kesehatan untuk melakukan pengkajian fatigue pada pasien yang
menjalani hemodialisis .
Kata Kunci : fatigue, hemodialisis, Gagal Ginjal Terminal (GGT)

ABSTRACT
Fatigue is a common complaint hemodialysis patients and the prevalence of fatigue is
approximately 97%-44,7 from mild to severe levels. Fatigue in hemodialysis patients are caused
by physiological factors, including the accumulation of metabolic waste, abnormal energy
consumption, loss of appetite, physical inactivity emotional distress, age, occupation, education,
sex, duration of dialysis, and anemia. Fatigue can lead to decreased physical functioning and
ability to perform activities of daily living, quality of life poorer, as well as reduce the survival.
The Objective of this study is to determine the factors that affect and fatigue levels in ESRD
patients undergoing hemodialysis. The method used a descriptive study analytic using cross
sectional approach, with a total sampling is 103 respondents who undergoing hemodialysis. The
instrument uses a questionnaire Piper Fatigue Scale (PFS -12), data analysis use chi square. This
Results showed that most respondents had moderate levels of fatigue (67%) followed by mild
and severe fatigue (16.5%). There was no relationship between age, sex, occupational, education,
hemodialysis access, frequency of hemodialysis, Hb values, BMI and long-suffering ESRD with
fatigue level hemodialysis patients with p value> 0.05. There is a

57

Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
significant association between exercises history of patients with fatigue hemodialysis patients.
with p value <0.02 (p value <0.05).we can conclude that the most of the respondents experience
moderate levels of fatigue and there is a significant relationship between the history of exercise
to the level of fatigue. It is important for health workers to carry out the assessment of fatigue in
patients undergoing hemodialysis.
Keywords: Fatigue, hemodialysis, End Stage Renal Disease (ESRD)

PENDAHULUAN
Hemodialisis adalah suatu prosedur dimana kotoran dibuang dari darah melalui ginjal buatan
yaitu mesin hemodialisa. Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik
dari dalam darah, mempertahankan keseimbanagan cairan, elektrolit dan asam basa serta
mengembalikan manifestasi kegagalan ginjal yang irreversibel, tetapi tidak menyembuhkan
Gagal Ginjal Terminal (GGT). Cronic Kidney Disease (CKD) adalah adanya gangguan pada
fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel, dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan
uremia (Smeltzer. Bare, Hinkle, & Cheever, 2010; Black & Hawk, 2009).
Dewasa ini pasien GGT yang menjalani hemodialisis terus bertambah. Pasien GGT yang
menjalani hemodialisis di Indonesia dari tahun 2007-2012 jumlahnya adalah 28.982 orang, yang
terdiri dari pasien baru dan pasien aktif. Berdasarkan laporan Indonesian Renal Registry (IRR)
pasien baru yang menjalani hemodialisis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunya.
Berdasarkan karakteristik demografinya, tercatat lebih banyak pasien laki-laki dan, daerah Jawa
Barat merupakan wilayah dengan jumlah pasien terbanyak di Indonesia (4445 pasien) diikuti
Daerah Istimewa Yogyakarta (1914) Bali (1847 pasien), dan Jawa tengah 725 pasien (Indonesian
Renal Registry (IRR), 2012).
Pasien GGT yang menjalani hemodialisis, membutuhkan waktu 12-15 jam untuk dialisa
setiap minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan berlangsung
terus-menerus sepanjang hidupnya (Smeltzer et al, 2010). Terapi hemodialisis saat ini menjadi
terapi utama dalam penanganan pasien GGT (Sudoyo, et al., 2006), terapi ini harus dijalani
pasien seumur hidup yang tentu saja selain manfaatnya juga berdampak pada pasien GGT.
Komplikasi intradialisis yang umumnya sering terjadi adalah hipotensi, kram, mual dan muntah,
sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, demam dan mengiggil (Barkan, et al., 2006). Pasien
yang menjalani hemodialisis mengeluhkan adanya kelemahan otot, kekurangan energi dan
merasa letih. Dampak lain yang dirasakan paling dominan pada pasien GGT yang menjalani
hemodialisis adalah keluhan fatigue.
Prevalensi fatigue cukup tinggi pada pasien yang menjalani hemodialisis yaitu sekitar 44,7-
97%, tingkat fatigue yang dialami mulai dari tingkat rendah sampai dengan berat (Weisbord et
al., 2005., Murtaugh, Addington & Higginson, 2007; Jablonski, 2008; Mollaoglu, 2009; Sajadi et
al, 2010) fatigue didefinisikan sebagai perasaan subjektif dari keletihan yang merupakan
pengalaman tidak menyenangkan dan menyulitkan dalam kehidupan. (Horigan et al, 2012;
Jhamb, et al., 2008; Gordon., Doyle., Johansen., 2011). Fatigue pada pasien hemodialisis
disebabkan oleh faktor fisiologis, termasuk akumulasi sampah metabolik, konsumsi energi yang
abnormal dan kehilangan nafsu makan. Lebih lanjut Fatigue juga disebabkan oleh karena
inaktifitas fisik (kebiasaan yang menetap) dan distress emosional (Horigan, 2012; Gordon, et al
2005).
Menurut Mollaoglu (2009) fatigue adalah masalah berat bagi pasien Hemodialisis saat ini.
Faktor usia, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, durasi dialisis, dan anemia yang berkaitan
dengan tingkat fatigue. Fatigue meningkat seiring dengan rendahnya pendidikan menurunnya
pendapatan dan meningkatnya usia, riwayat hemodialisis lebih lama dan risiko GGT. Hasil

58

Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
penelitian Sulistiani, Yetti, Hariyati (2012) menyebutkan bahwa faktor yang berhubungan
dengan fatigue pada pasien GGT yang menjalani hemodialisis di Indonesia adalah faktor latihan
fisik, lama menjalani Hemodialisis, anemia, penghasilan dan pendidikan yang rendah.
Fatigue dikategorikan menjadi fatigue fisik dan fatigue mental (Horigan, 2012). Fatigue fisik
adalah kurangnya kekuatan fisik dan energi yang membuat mereka merasa hidup berkurang dan
tidak bersemangat, seperti dicuci, lemah, dan seperti dikuras. Fatigue mental adalah kelelahan
mental yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengingat percakapan, nama dan tempat.
Bagaimanapun fatigue adalah gejala non-spesifik dan tak terlihat, dan merupakan fenomena yang
kurang dipahami oleh para profesional kesehatan. Fatigue dapat diartikan sebagai keadan
kontinue antara kelelahan dan kepenatan yang pada akhirnya berujung pdengan penurunan
vitalitas dan energi (Mollaoglu, 2009). Konsekuensi dari fatigue yang dialami oleh pasien yang
menjalani hemodialisis adalah menghambat sosialisasi, merasa terisolasi, kehilangan waktu
bersama keluarga dan kesulitan dalam beraktifitas (Horigan, 2012). Lebih lanjut dampak fatigue
dapat menyebabkan penurunan fungsi fisik dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari, kualitas hidup yang lebih buruk, dan mengurangi kelangsungan hidup (Bonner, Wellard, &
Caltabiano, 2010).
Fatigue pada pasien GGT hemodialisis merupakan salah satu permasalahan keperawatan
yang memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif dari mulai pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi mengingat dampak fatigue pada perubahan fisiologis
dan psikologis (North American, Nursing Diagnosis Association, 2015). Perawat perlu
memahami fenomena fatigue dan memahami arti fatigue bagi pasien GGT yang menjalani
hemodialisis. Penelitian sebelumnya di RSUD Prof Dr. Margono Soekardjo Purwokerto) dan
hubungan adekuasi hemodialisis dengan kulitas hidup (Septiwi, 2011) dan belum ada peneltian
yang berfokus pada konsep fatigue pada pasien GGT yang menjalani hemodialisis.
Sehingga penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui pengalaman dan faktor apa
yang berhubungan dengan fatigue pada pasien GGT yang menjalani hemodialisis di RS Prof Dr.
Margono Soekardjo Purwokerto. Dengan memamahami tingkat fatigue pada pasien yang
menjalani hemodialisis akan membantu perawat dalam menentukan target praktik intervensi
keperawatan dan manajemen fatigue.Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “ Bagaimanakah gambaran dan faktor –faktor
yang mempengaruhi tingkat fatigue pada pasien Gagal Ginjal Terminal (GGT) yang menjalani
Hemodialisis di RSUD Prof Dr. Margono Soekardjo Purwokerto ”?. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dan tingkat fatigue pasien Gagal Ginjal
Terminal yang menjalani hemodialisis di RSUD Prof Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptifi dengan menggunakan pendekatan cross
sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika perbandingan antara faktor risiko
dengan efek melalui pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
dimana setiap subyek penelitian diobservasi hanya sekali (Dharma, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien Gagal Ginjal Terminal yang menjalani hemodialisis di RS
Prof Dr. Margono Soekardjo Purwokerto, yang berjumlah 103 pasien yang diambil dengan
teknik sampling jenuh. Tempat peelitian adalah Unit hemodialisa RSUD Prof Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto Kabupaten Banyumas. Penelitian dilaksanakan pada bulan April –Juni
2015. Variabel penelitian adalah variabel fatigue dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Instrumen Penelitian terdiri dari kuesioner karakteristik responden, karakteristik klinik renspond
dan Kuesioner Piper fatigue scale (PFS)-12. Aanalisa data dialakukan dengan perhitungan
univariat meliputi distribusi, frekuensi dan persentase. Analisis bivariate menggunakan uji chi
square dengan tingkat kemaknaan 0,05.

59
Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pasien dewasa yang terdiagnosis Gagal Ginjal Terminal
(GGT) dan menjalani hemodialisis minimal lebih dari 4 bulan, bisa berkomunikasi dengan
baik dan tidak mengalami gangguan penglihatan. Karakteristik responden dilihat dari data
demografi dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Distribusi frekuensi, persentase karakteristik responden

Deskripsi Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia

< 48 tahun 44 42.7

≥ 48 tahun 59 57.3

Jenis kelamin

Laki-laki 56 54.4

Perempuan 47 45.6

Pendidikan

Rendah 69 67

Tinggi 34 33

Satus Perkawinan

Menikah 86 83.5

Belum menikah 9 8.7


Janda 8 7.8

Pekerjaan

Bekerja 21 20.4

Tidak bekerja 82 79.6


Berdasarkan tabel 1 diketahui jumlah semua responden adalah 103 yang terdiri dari 56
(54.4%) berjenis laki-laki dan 47 (45.6%) perempuan yang sebagian besar berusia lebih dari
48 tahun (57,3%), berpendidikan rendah (67%), tidak bekerja (79,6%) dan dengan status
menikah (79,6%).
Pada tabel 2 menunjukkan karakteristik responden dilihat dari parameter klinik, secara
umum sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin 8-10g/dl (95,1%), IMT ≥18,5
(88,3%) dengan lama hemodialisis dan lama menderita GGT sebagian besar ≥12 bulan
(68,9%
dan 75,7%) serta dengan akses AV shunt (73,8%) dan akses femoral (26,2%). Adapun riwayat
olahraga menunjukkan sebagian besar melakukan olahraga (52,4%).
Tingkat fatigue pasien hemodialisis
Tingkat fatigue pasien dikategorikan menjadi ringan (skor 1-3), sedang (skor 4-6) dan
berat (skor 7-10). Berikut gambaran tingkat fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis
di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto. Pada tabel 3 diketahui sebagian besar responden
mengalami tingkat fatigue sedang (67%) diikuti masing- masing mengalami tingkat fatigue
ringan dan berat (16,5%).
Analisis faktor yang berhubungan dengan tingkat fatigue
Analisis menggunakan uji chi square, karena tidak memenuhi prasyarat asumsi tabel 3x2
makan peneliti menggabungkan tingkat fatigue ringan dan sedang, sehingga kategori fatigue
menjadi 2 yaitu ringan+sedang dan berat

60

Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Tabel 2 Distribusi frekuensi, persentase & karakteristik klinik responden

Deskripsi Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Riawayat Olahraga

Ya 54 52.4

Tidak 49 47.6

Akses Hemodialisis

AV shunt 76 73.8

Femoral 27 26.2

Kadar hemoglobin

8-10 g/dl 98 95.1

10.1-12 g/dl 5 4.9

Indeks Massa Tubuh (IMT)

<18,5 12 11.7

≥18,5 91 88.3

Lama Hemodialisis

<12 bulan 32 31.1

≥12 bulan 71 68.9


Lama menderita GGT

<12 bulan 25 24.3

≥12 bulan 78 75.7

Frekuensi HD

1 kali/mgg 10 9.7

2 kali/mgg 93 90.3
Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat fatigue responden

Klasifikasi fatigue Frekuensi (n) Persentase (%)

Ringan 17 16.5

Sedang 69 67.0

Berat 17 16.5
Pada tabel 4 diketahui faktor yang berhubungan dengan tingkat fatigue adalah riwayat
olahraga responden dengan nilai p= 0.02 (p <0.05), sedangkan untuk variable atau faktor yang
lain seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, akses hemodialisis, kadar Hb, IMT,
lama GGT, lama hemodialisis dan frekuensi HD memiliki p value lebih dari 0.05 (p >0.05),
yang artinya dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan atau keterkaitan antara
variable tersebut dengan kejadian fatigue pasien hemodialisis.
61

Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September ISBN : 978-602-14930-
2015 3-8

Tabel 4 .Analisis faktor yang berhubungan dengan tingkat


fatigue

Tingkat
Variabel fatigue p

Ringan+ sedang Berat

F % f %

Usia

< 48 tahun 36 41.9 8 18.2 0.92a

≥ 48 tahun 50 58.1 9 15.3

Jenis kelamin

Laki-laki 47 45.6 9 8.7 0.89 a

Perempuan 39 37.9 8 7.8

Pendidikan

Rendah 56 54.4 13 12.6 0.36 a


Tinggi 30 29.1 4 3.9

Pekerjaan

Bekerja 20 19.4 1 1.0 0.18b

Tidak bekerja 66 64.1 16 15.5


Riawayat
Olahraga

Ya 35 34 12 11.7 0.02 a

Tidak 51 49.5 5 4.9


Akses
Hemodialisis

AV shunt 62 60.2 14 13.6 0.54 b

Femoral 24 23.3 3 2.9


Kadar
hemoglobin

8-10 g/dl 82 79.6 16 15.5 1.00 b

10.1-12 g/dl 4 3.9 1 1.0


Indeks Massa
Tubuh

<18,5 8 7.8 4 3.9 0.10 b

≥18,5 78 75.7 13 12.6

Lama
Hemodialisis

<12 bulan 27 26.2 5 4.9 0.87 a

≥12 bulan 59 57.3 12 11.7


Lama menderita
GGT

<12 bulan 22 21.4 3 2.9 0.75 b

≥12 bulan 64 62.1 14 13.6

Frekuensi HD

1 kali/mgg 8 7.8 2 1.9 0.66 b

2 kali/mgg 78 75.7 15 14.6


*a *a: uji chi square, *b: Ficher exact
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui secara umum terdiri dari 56 (54.4%) responden berjenis
kelamin laki-laki dan 47 (45.6%) perempuan yang sebgian besar berusia lebih dari 48 tahun
(57,3%), berpendidikan rendah (67%), tidak bekerja (79,6%) dan dengan status menikah
(79,6%). Hasil Peneltian ini juga senada dengan penelitian sebelumnya (Sulistianingsih et al,
2011; Sulistiani et al., 2012) yang menyebutkan bahwa sebagian besar pasien yang menjalani
hemodialisis berusia 40 tahun keatas.
Hasil penelitian Ayu (2010) menyebutkan bahwa rata-rata usia pasien penyakit ginjal kronis
adalah 46,97 tahun. Usia merupakan faktor yang dapat mengambarkan kondisi dan
mempengaruhi kesehatan seseorang. Dimana diketahui setelah usia 40 tahun terjadi penurunan
berbagai fungsi tubuh termasuk didalamnya organ seperti ginjal yang mengalami penurunan
dalam LFG. Setelah usia 40 tahun akan terjadi penurunan LFG secara progresif hingga usia 70
tahun kurang lebih sekitar 50 % dari normalnya (Smeltzer et al, 2010).
Berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin responden sebagian
besar adalah laki-laki (54.4%), hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mollaglu (2009)

62

Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
dengan jumlah pasien hemodialisis laki-laki adalah 56,5%; Ayu (2010) adalah 67.6% ; Yosi,
(2010) yaitu 67.6% dan Sulistianingsih, (2011) adalah 70 %. Pasien berjenis kelamin laki-laki
lebih banyak mengalami penyakit gagal ginjal kronik dibandingkan wanita (Price, 2006).
Karakteristik pendidikan diketahui sebagian besar responden berpendidikan rendah (67%),
tingkat pendidikan rendah disini adalah responden berpendidikan SD sederajat dan pendidikan
tinggi adalah pendidikan SMA dan perguran tinggi. Hasil penelitian ini juga senada dengan
penelitian Mollaglu (2009) yang menyebutkan sebagian besar tingat pendidikan pasien
hemodialisis adalah pendidikan tidak formal dan sekolah dasar (80.3%).
Secara umum sebagaian besar responden tidak bekerja (79,6%), hasil penelitian ini
mendukung penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa sebagian besar pasien hemodialisis
tidak bekerja yaitu sekitar 70% (Sulistianingsih, 2011). Pasien hidup dengan GGT dan harus
menjalani hemodialisis, mengalami berbagai masalah yang kompleks, bisa disebabkan karena
sindrom uremik juga karena kondisi fisik pasien yang mengalami penurunan fungsi fisik (Jhamb
et al., 2008). Responden sebagian besar berstatus menikah (79,6%), hasil ini sesuai dengan
penelitian Sajadi, Farahani, Zanjani, Durmanesh, Zare (2010) yang menemukan bahwa sebagian
besar responden (83.9%) berstatus menikah.
Berdasarkan parameter klinik diketahui sebagian besar responden memiliki kadar
hemoglobin 8-10g/dl (95,1%), hal ini menujukan bahwa pasien-pasien yang menjalani
hemodialisis banyak mengalami kondisi anemia. Anemia adalah kondisi tubuh tidak mempunyai
cukup sel darah merah atau eritrosit. Adanya kerusakan fungsi ginjal menyebabkan penurunan
produksi hormon eritropoietin yang berperan dalam proses eritropoiesis atau pembentukan
eritrosit. Penurunan jumlah eritrosit menyebabkan anemia yang menyebabkan penurunan jumlah
sel darah yang mengangkut oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Penurunan suplai oksigen dan
nutrisi ke seluruh jaringan tubuh menyebabkan pasien mengalami kelelahan yang ekstrem atau
fatigue, anoreksia, gangguan tidur, dan penurunan toleransi terhadap
aktivitas. (Sudoyo etal, 2006; Jhamb et al, 2008). Dari hasil penelitian diketahui satus nutrisi
pasien dalam keadaan baik yaitu IMT ≥18,5 (88,3%) kondisi status nutrisi yang baik dapat
mendukung kondisi fisik pasien hemodialisis. Namun dalam hal ini pengukuran status nutrisi
hanya meggunakan IMT. Pada pasien hemodialisis yang mengalami edema pengukuran IMT
belum dapat mewakili status nutrisinya, sehingga diperlukan pembanding lain.
Lama hemodialisis dan lama menderita GGT sebagian besar ≥12 bulan (68,9% dan 75,7%),
hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah menjalani hemodialisis yang cukup
lama. Frekuensi hemodialisis setiap minggunya pada hasil penelitian menunjukkan sebagian
besar pasien yang melaksanakan cuci darah seminggu dua kali (90.3%) baik itu yang
menggunakan akses AV shunt ataupun Femoral. Adapaun dalam penelitian ini ditemukan pasien
dengan akses AV shunt (73,8%) dan akses femoral (26,2%). Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian sulistiani (2012) yang menemukan sebagian besar responden dalam penelitiannya
adalah 2 kali/minggu (98.6%). Berdasarkan riwayat olahraga atau kegiatan olahraga dirumah
menunjukkan sebagian besar melakukan olahraga (52,4%), jenis olahraga yang dilakukan adalah
berjalan dan latihan peregangan.
Secara umum tingkat fatigue yang dialami adalah tingkat fatigue sedang (67%) diikuti ringan
(16,5%) dan berat (16,5%). Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang menyebutkan
bhawa tingkat fatigue yang dialami pasien HD dari ringan sampai berat, namun lebih didominasi
sedang dan berat (jhamb et al, 2008., Molagllu, 2009;Sajadi et al, 2010: Joswa,Khakha, Mahajan,
2012). Fatigue adalah keluhan umum yang paling dirasakan oleh pasien yang menjalani
hemodialisis disamping keluhan lainnya. Prevalensi fatigue diketahui sekitar prevalensi fatigue
pasien hemodialisis berkisar 44,7%-97% (Weisbord, et al., 2005; Murtaugh, Addington &
Higginson, 2007; Jablonski, 2007; Mollaoglu, 2009; Sajadi, et al., 2010; Horrigan Joshwa,
Khakha, Mahajan, 2012; Biniaz, et al., 2013; Gorji, et al., 2013).
63

Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Fatigue didefinisikan sebagai perasaan subjektif dari kelelahan yang merupakan pengalaman
tidak menyenangkan dan menyulitkan dalam kehidupan (Horigan, et al., 2013). Fatigue pada
pasien hemodialisis dapat disebabkan oleh faktor fisiologis, termasuk akibat adanya akumulasi
sampah metabolik, konsumsi energi yang abnormal dan kehilangan nafsu makan, inaktifitas fisik
dan distress emosional (Horigan, 2012; Gordon, et al., 2005). Menurut et al (2008) fatigue pada
pasien hemodialis dapat dikurangi dengan melakukan pengelolaan fatigue. Latihan fisik dan
yoga telah diteliti sebagai langkah-langkah efektif dalam memperbaiki fatigue.
Analisis bivariat didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat fatigue dengan
karakrteristik demografi yaitu status pekerjaan (p= 0.18), jenis kelamin (p= 0.89), Usia (p= 0.92)
dan status pendidikan (p= 0.36). Hasil penelitain ini sejalan dengan penelitian Sulistiani (2012),
bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik demografi dengan tingkat fatigue, kecuali pada
faktor pendidikan. Penelitian Nazemian, Ghafary, Fotokian, Poorgaaznatein (2006) juga
menyebutkan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat fatigue. Berbeda dengan
penelitian Mollaglu (2009), Jhamb et al (2008) Petchrung (2004) yang menemukan ada
hubungan antara faktor demografi dengan tingkat fatigue. Dimana terdapat korelasi positif
anatara pendidikan, jenis kelamin dengan tingkat fatigue, perempuan lebih mengalami tingkat
fatigue yang lebih berat dibanding laiki-laki. Berbeda dengan hasil penelitian yang menemukan
jenis kelamin lebih banyak laki-laki yang menjalani hemodialisis dengan tingkat fatigue yang
sedikit lebih tinggi dibanding perempuan. Tidak terdapat hubungan antara tingkat fatigue dengan
parameter klinik : frekuensi hemodialisis (p= 0.66), akses hemodialisis (p= 0.54), kadar
hemoglobin (p= 1.00), IMT (p= 0.10), lama hemodialisis (p= 0.87), dan lama menderita GGT
(p= 0.75). Ada hubungan antara riwayat olahraga dengan p= 0.02, yang menujukkan semakin
aktif pasien maka semakin rendah tingkat fatigue.
Beberapa penelitian menyebutkan parameter klinik pasien dapat berhubungan dengan tingkat
fatigue pasien. Fatigue sering dihubungkan dengan kondisi malnutrisi (Jamb et al, 2008). Namun
dalam penelitian ini diketahui status nutrisi semua pasien berada pada status yang baik. Kadar
hemoglobin dapat mendeteksi anamia pada pasien yang menjalani hemodialisis. Anemia
merupakan keadaan yang dapat mengambarkan adanya fatigue secara fisiologis disamping
kondisi fisik (Petchrung, 2004). Dalam penelitian ini walaupun nilai kadar hemoglobin sebagian
besar (79.6%) kurang dari 10 g/dl namun tidak ditemukan korelasinya dengan tigkat fatigue. Hal
ini diperkuat oleh pernyataan bahwa fatigue bukan merupakan parameter yang menentukan
status anemia (Mc Cann & Bore 2000), hal ini juga didukung penelitian (Wiliam, et al., 2007)
yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai lab (Hemoglobine:Hb) dengan fatigue.
Faktor frekuensi hemodialisis, lama menjalani hemodialisis, lama mendererita GGT dan
jenis akses yang digunakan menurut Sulistiani (2012) merupakan faktor situasional terkait
hemodialisis, hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Sulistiani (2012) yang menyebutkan
tidak ada hubungan antara faktor situasional Hemodialisis kecuali faktor lamanya menjalani
hemodialisis. Ada hubungan antara riwayat olahraga dengan p value = 0.02, yang menujukkan
semakin aktif pasien maka semakin rendah tingkat fatigue yang dialami. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian sebelumnya yaitu penelitian Sulistiani (2012) yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara olahraga pasien dengan tingkat fatigue. Pasien hemodialisis dengan
aktivitas yang lebih tinggi sepeerti pada pasien yang masih bekerja berpengaruh terhadap
perbaikan fatigue (Mollaoglu, 2009; Salivan and Mc Carty, 2007; Song dan Kim, 2007). Pasien
hemodialisis tanpa aktivitas dan hanya tinggal dirumah, mengalami penurunan aktivitas
cenderung mempunyai tingkat fatigue yang lebih berat (Liu, 2006).

64

Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
KESIMPULAN
Sebagian besar responden mengalami tingkat fatigue sedang (67%) diikuti masing- masing
mengalami tingkat fatigue ringan dan berat (16,5%). Tidak terdapat hubungan antara usia, jenis
kelamin, riwayat pekerjaan, pendidikan, akses hemodialisis, frekuensi hemodialisis, niali Hb,
IMT dan lama menderita GGT dengan tingkat fatigue pasien hemodialisis di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekardjo Purwokerto dengan nilai p value >0,05. Terdapat hubungan antara riwayat
olahraga pasien dengan tingkat fatigue pasien hemodialisis di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekardjo Purwokerto dengan nilai p value <0,02 (p value <0,05).
Kegiatan edukasi sangat penting dialkkan terkait pasien hemodialisis dan pearawatannya.
Perawat harus menerapkan asuahan keperawatan yang lebih komprehensif dengan mengkaji
tingkat fatigue secara mendalam dan sehingga dapat memberikan intervesi keperawatan terkait.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar rujukan untuk penelitian berikutnya dengan
menambahkan variable – variable lain yang diduga berhubungan dengan tingkat fatigue pasien
hemodialisis, seperti nilai laboratoriaum, penyebab penyakit dan adekuasi hemodialisis.

DAFTAR PUSTAKA
Armiyati Y. (2009). Komplikasi Intradialisis yang dialami pasien CKD saat menjalani
hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Thesis. Universitas Indonesia.
Tidak dipublikasikan.
Astroth, K.S., Russell, C.L., & Welch, J.L. (2013). Non-pharmaceutical fatigue
interventions in adults receiving hemodialysis: A systematic review. Nephrology
NursingJournal, 40(5), 407-427.
Ayu, G.I, (2010). Hubungan antara Quic Blood (Qb) dengan adekuasi hemodialisis pada
pasien yang menjalani HD diruang HD BRSU daerah Tabanan Bali. Thesis. Tidak
dipublikasikan. Universitas Indonesia.
Barkan, R., Mirimsky, A., Katzir, Z. V., & Ghicavii, V. (2006). U.S. Patent Application
12/066,041.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Medical-surgical Nursing: Saunders Elsevier.
Bonner, A., Wellard, S., & Caltabiano, M. (2010). The impact of fatigue on daily activity
in people with chronic kidney disease. Journal of Clinical Nursing, 19(21/22), 3006-
3015.
Bonner, I and Brohart, K, (2008). Weekly energy expenditure andquality of life in
hemodialysis patients. The CANNT Journal. October–December 2008, Volume 18,
Issue 4.
Bossola M, Vulpio C, Tazza L. (2011) Fatigue in chronic dialysis patients.Semin Dialysis
2011;24:550—5.[11].
Dharma, K. K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: Panduan melaksanakan dan
menerapkan hasil penelitian.Penerbit Trans Info Media. Jakarta
Gordon PL, Doyle JW, Johansen KL. Postdialysis fatigue is associated with sedentary
behavior. Clin Nephrol 2011;75: 426—33.
Gorji, M. A. H., et al .(2013). Physiological & Psychosocial Stressors Among
Hemodialysis patients in Educational Hospitals of Northern Iran. Indian Journal of
Palliative Care / Sep-Dec 2013 / Vol-19 / Issue-3
Horigan, A.E. (2012). Fatigue in hemodialysis patients: a review of current knowledge. J
Pain Symptom Manag 2012;44: 715—24.

65

Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2006). Medical Surgical Nursing: Critical
Thinking for Collaborative Care WB Saunders. Philadelphia, PA.
Indonesian Renal Registry (IRR) (2012). Report of Indonesian Renal Registry 5 th. Diakses
tanggal 30 desember 2014 dari www.pernefri-inasn.org/.../5th%20Annual%20Report.
Jablonski Anita (2007). The Multidimensional Characteristics of Symptoms Reported by
Patients on Hemodialysis. NEPHROLOGY NURSING JOURNAL . January-
February 2007 .Vol. 34, No. 1
Jablonski, A (2005). A Model for Identifying Barriers to Effective Symptom Management
at the End of Life. Journal of Hospice and Palliative Nursing. 2005;7(21)
Jhamb M, Pike F, Ramer S, Argyropoulos C, Steel J, Dew MA,et al. (2011). Impact of
fatigue on outcomes in the hemodialysis (HEMO) study. Am J Nephrol
2011;33:515—23.
Jhamb, M., Weisbord, S. D., Steel, J. L., & Unruh, M. (2008). Fatigue in patients receiving
maintenance dialysis: a review of definitions, measures, and contributing factors.
American Journal of Kidney Diseases, 52(2), 353-365.
Johansen KL, Doyle J, Sakkas GK, Kent-Braun JA. (2005). Neural and metabolic
mechanisms of excessive muscle fatigue in maintenance hemodialysis patients. Am J
Physiol Regul Integr Comp Physiol 2005;289:805—13.
Joshwa, B., Khakha, C. D., Mahajan, S. (2012). Fatigue & Depression & Sleep Problems
among Hemodialysis Patients in a Tertiary Care Center. Saudi J Kidney Dis Transpl
2012;23(4):729-735.
Kallenbach, J. Z. (2005). Review of hemodialysis for nurses and dialysis personnel.
Elsevier Health Sciences.
Liu, H. E. (2006). Fatigue and associated factors in hemodialysis patients in Taiwan.
Research in nursing & health, 29(1), 40-50.
Mc Cann, K. & Boore, J.R.P. (2000). Fatigue in persons with renal failure who require
maintenance haemodialysis. Journal of Advanced Nursing, 32(5), 1132- 1142
Mollaoglu, M. (2009). Fatigue in People Undergoing Hemodialysis.June 2009 Dialysis &
Transplantation.
Montague, et al. (2005) . Physiology for Nursing Practice . Elsevier. Mosby
Murtaugh F, Addington-Hall J, Higginson I. The prevalence of symptoms in end stage
renal disease: A systematic review. Advances in Chronic Kidney Disease. 2007;
14(1):82–99. [PubMed: 17200048]
NANDA International.(2015), Nursing Diagnosis and Classification 2015-2017, Wiley
Blackwell, 2015.
Nazemian, F., Gafari, F., Fotokian, Z., & Porgaznain, T. (2006). Stressors and coping
strategies with stress in hemodialysis patients. Med J MashadUniv Med Sci, 49(93),
93-8.
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) International, Nursing
Diagnosis and Classification 2015-2017, Wiley Blackwell, 2014
O'Sullivan, D., & McCarthy, G. (2007). An exploration of the relationship between fatigue
and physical functioning in patients with end stage renal disease receiving
haemodialysis. Journal of clinical nursing, 16(11c), 276-284.
Piper, B. F., Dibble, S. L., Dodd, M. J., Weiss, M. C., Slaughter, R. E., & Paul, S. M.
(1998, May). The revised Piper Fatigue Scale: psychometric evaluation in women
with breast cancer. In Oncology nursing forum (Vol. 25, No. 4, pp. 677-684).
66

Seminar Nasional
Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Reeve, B. B., Stover, A. M., Alfano, C. M., Smith, A. W., Ballard-Barbash, R., Bernstein,
L& Piper, B. F. (2012). The Piper Fatigue Scale-12 (PFS-12)
Sajadi A., Farahani B. F ., Zanjani S., Durmanesh B., Zare M. (2010). Factors affecting
fatigue in chronic renal failure patients treated with hemodialysis. Iranian Journal of
Critical Care Nursing Spring 2010, Volume 3, Issue 1; 33-38
Septiwi, C. (2013). Pengaruh breathing exercise terhadap level fatigue pasien hemodialisis
di RSPAD gatot subroto Jakarta. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarth’s
textbook of medical-surgical nursing (11th ed.). New York: Lippincott Williams &
Wilkins
Song, H. J., & Kim, H. J. (2007). Fatigue associated with kidney disease symptoms in
female patients undergoing hemodialysis. Journal of Korean Academy of
Fundamentals of Nursing, 14(4), 474-482.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2006). Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Edisi Ke-4. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
Jakarta, 1218-20.
Sulistini, R., Yetti, K., & Hariyati, R. T. S. (2012). Faktor Faktor yang Mempengaruhi
Fatigue Pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Indonesia,
15(2).
Weisbord S, Fried L, Arnold R, Fine M, Levenson D, Peterson R, Switzer G. Prevalence,
severity, and importance of physical and emotional symptoms in chronic
hemodialysis patients. Journal of the American Society of Nephrology. 2005;
16(8):2487–2494. [PubMed: 15975996]
Williams, A. G., Crane, P. B., & Kring, D. (2007). Fatigue in African American women on
hemodialysis. Nephrology Nursing Journal, 34(6), 610.
BAB III
TELAAH JURNAL

A. FATIGUE PADA PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL (GGT) YANG MENJALANI


HEMODIALISIS DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO
FATIGUE IN ESRD PATIENTS UNDERGOING HEMODIALYSIS IN RSUD
PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO

B. Sodikin dan Sri Suparti Program Studi Ilmu Keperawatan , Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Jl Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202 Purwokerto 53182

C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dan tingkat fatigue pasien Gagal
Ginjal Terminal yang menjalani hemodialisis.

D. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Sabtu, 26 September 2015 bertempat di

E. METODE PENELITIAN
Menggunakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dan teknik
total sampling yaitu 103 responden. Instrumen menggunakan kuesioner Piper Fatigue
Scale (PFS - 12) dan analisis mengunakan uji Chi Square.

F. HASIL PENELITIAN
Sebagian besar responden mengalami tingkat fatigue sedang (67%) diikuti fatigue
ringan dan berat (16,5%). Tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, riwayat
pekerjaan, pendidikan, akses hemodialisis, frekuensi hemodialisis, nilai Hb, IMT dan
lama
menderita GGT dengan tingkat fatigue pasien hemodialisis dengan p value >0,05.
Terdapat hubungan signifikan antara riwayat olahraga dengan tingkat fatigue pasien
hemodialisis dengan nilai p value <0,02 (p value <0,05). Dari penelitian ini disimpulkan
bahwa sebagian besar responden mengalami tingkat fatigue sedang dan terdapat
hubungan signifikan antara riwayat olahraga dengan tingkat fatigue. Penting sekali bagi
tenaga kesehatan untuk melakukan pengkajian fatigue pada pasien yang menjalani
hemodialisis .

:
PENDAHULUAN
Hemodialisis adalah suatu prosedur dimana kotoran dibuang dari darah melalui ginjal
buatan yaitu mesin hemodialisa.
Hemodialisis bertujuan untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam
darah,mempertahankan keseimbanagan cairan, elektrolit dan asam basa
serta mengembalikan manifestasi kegagalan ginjal yang irreversibel, tetapi tidak
menyembuhkanGagal Ginjal Terminal (GGT).
Cronic Kidney Disease (CKD) adalah adanya gangguan pada fungsi ginjal yang progresif
dan irreversibel, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Smeltzer. Bare,
Hinkle, & Cheever,2010;Black & Hawk, 2009).
Dewasa ini pasien GGT yang menjalani hemodialisis terus bertambah.
Pasien GGT yang menjalani hemodialisis di Indonesia dari tahun 2007 - 2012 jumlahnya
adalah 28.982 orang, yang terdiri dari pasien baru dan pasien aktif. Berdasarkan laporan
Indonesian Renal Registry (IRR) pasien baru yang menjalani hemodialisis di Indonesia
mengalami peningkatan setiap tahunya.
Berdasarkan karakteristik demografinya, tercatat lebih banyak pasien laki - laki dan,
daerah Jawa Barat merupakan wilayah dengan jumlah pasien terbanyak di Indonesia
(4445 pasien) diikuti Daerah Istimewa Yogyakarta (1914) Bali (1847 pasien), dan Jawa
tengah 725 pasien (Indonesian Renal Registry (IRR), 2012).
Pasien GGT yang menjalani hemodialisis, membutuhkan waktu 12 - 15 jam untuk dialisa
setiap minggunya, atau paling sedikit 3 - 4 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan
berlangsung terus - menerus sepanjang hidupnya (Smeltzer et al, 2010).
Terapi hemodialisis saat ini menjadi terapi utama dalam penanganan pasien GGT
(Sudoyo, et al., 2006), terapi ini harus dijalani pasien seumur hidup yang tentu saja selain
manfaatnya juga berdampak pada pasien GGT.
Komplikasi intradialisis yang umumnya sering terjadi adalah hipotensi, kram, mual dan
muntah, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, demam dan mengiggil ( Barkan, et al.,
2006).
Pasien yang menjalani hemodialisis mengeluhkan ada nya kelemahan otot, kekurangan
energi dan merasa letih. Dampak lain yang dirasakan paling dominan pada pasien GGT
yang menjalani hemodialisis adalah keluhan fatigue.
Prevalensi fatigue cukup tinggi pada pasien yang menjalani hemodialisis yaitu sekitar
44,7 - 97 %, tingkat fatigue yang dialami mulai dari tingkat rendah sampai dengan berat
(Weisbord et al., 2005., Murtaugh, Addington & Higginson, 2007; Jablonski, 2008;
Mollaoglu, 2009; Sajadiet al, 2010)
Fatigue didefinisikan sebagai perasaan subjektif dari keletihan yang merupakan
pengalaman tidak menyenangkan dan menyulitkan dalam kehidupan. (Horigan et al,
2012;
Jhamb, et al., 2008; Gordon., Doyle., Johansen., 2011). Fatigue pada pasien hemodialisis
Disebabkan oleh faktor fisiologis, termasuk akumulasi sampah metabolik, konsumsi
energi yang abnormal dan kehilangan nafsu makan. Lebih lanjut Fatigue juga disebabkan
oleh karena inaktifitas fisik (kebiasaan yang menetap) dan distress emosional (Horigan,
2012; Gordon, et al 2005).
Menurut Mollaoglu (2009)
Fatigue adalah masalah berat bagi pasien Hemodialisis saat ini. Faktor usia,
pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, durasi dialisis, dan anemia yang berkaitan dengan
tingkat fatigue. Fatigue meningkat seiring dengan rendahnya pendidikan menurunnya
pendapatan dan meningkatnya usia, riwayat hemodialisis lebih lama dan risiko GGT.
HasilSeminar Nasional
Hasil -
Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978 - 602 - 14930 - 3 - 859 penelitian Sulistiani, Yetti,
Hariyati (2012) menyebutkan bahwa faktor yang berhubungan dengan fatigue pada
pasien GGT yang menjalani hemodialisis di Indonesia adalah faktor latihan fisik, lama
menjalani Hemodialisis, anemia, penghasilan dan pendidikan yang rendah.
Fatigue dikategorikan menjadi fatigue fisik dan fatigue mental (Horigan, 2012).
Fatigue fisik adalah kurangnya kekuatan fisik dan energi yang membuat mereka merasa
hidup berkurang dan tidak bersemangat, seperti dicuci, lemah, dan seperti dikuras.
Fatigue mental adalah kelelahan mental yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk
mengingat percakapan, nama dan tempat. Bagaimanapun fatigue adalah gejala non -
spesifik dan tak terlihat, dan merupakan fenomena yang kurang dipahami oleh para
profesional kesehatan.
Fatigue dapat diartikan sebagai keadan kontinue antara kelelahan dan kepenatan yang
pada akhirnya berujung dengan penurunan vitalitas dan energi (Mollaoglu, 2009).
Konsekuensi dari fatigue yang dialami oleh pasien yang menjalani hemodialisis adalah
menghambat sosialisasi, merasa terisolasi, kehilangan waktu bersama keluarga dan
kesulitan dalam beraktifitas (Horigan, 2012).
Lebih lanjut dampak fatigue dapat menyebabkan penurunan fungsi fisik dan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari - hari, kualitas hidup yang lebih buruk,dan mengurangi
kelangsungan hidup (Bonner, Wellard, & Caltabiano, 2010).
Fatigue pada pasien GGT hemodialisis merupakan salah satu permasalahan keperawatan
yang memerlukan asuhan keperawatan yang komprehensif dari mulai pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi dan evaluasi mengingat dampak
Fatigue pada perubahan fisiologis dan psikologis (North American, Nursing Diagnosis
Association, 2015).
Perawat perlu memahami fenomena fatigue dan memahami arti fatigue
bagi pasien GGT yang menjalani hemodialisis. Penelitian sebelumnya di RSUD Prof Dr.
Margono Soekardjo Purwokerto) dan hubungan adekuasi hemodialisis dengan kulitas
hidup (Septiwi, 2011) dan belum ada peneltian yang berfokus pada konsep fatigue pada
pasien GGT yang menjalani hemodialisis Sehingga penelitian ini penting dilakukan untuk
mengetahui pengalaman dan faktor apa yang berhubungan dengan fatigue pada pasien
GGT yang menjalani hemodialisis di RS Prof Dr. Margono Soekardjo Purwokerto.
Dengan memamahami tingkat fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis akan
membantu perawat dalam menentukan target praktik intervensi keperawatan dan
manajemen fatigue. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
“Bagaimanakah gambaran dan faktor –faktor yang mempengaruhi tingkat fatigue pada
pasien Gagal Ginjal Terminal (GGT) yang menjalani Hemodialisis di RSUD Prof Dr.
Margono Soekardjo Purwokerto”?.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dan
tingkat fatigue pasien Gagal Ginjal Terminal yang menjalani hemodialisis di RSUD Prof
Dr. Margono Soekardjo Purwokerto
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptifi dengan menggunakan pendekatan
cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika perbandingan antara
faktor risikodengan efek melalui pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saatdimana setiap subyek penelitian diobservasi hanya sekali (Dharma, 2011).
Populasi dalampenelitian ini adalah seluruh pasien Gagal Ginjal Terminal yang
menjalani hemodialisis di RS Prof Dr. Margono Soekardjo Purwokerto, yang berjumlah
103 pasien yang diambil dengan teknik sampling jenuh.
Tempat peelitian adalah Unit hemodialisa RSUD Prof Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto Kabupaten Banyumas. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Juni 2015.
Variabel penelitian adalah variabel fatigue dan faktor - faktor yang mempengaruhinya.
Instrumen Penelitian terdiri dari kuesioner karakteristik responden, karakteristik klinik
renspond dan Kuesioner Piper fatigue scale (PFS) - 12. Analisa data dialakukan dengan
perhitungan univariat meliputi distribusi, frekuensi dan persentase. Analisis bivariate
menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan 0,05.
Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-860
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pasien dewasa yang terdiagnosis Gagal Ginjal
Terminal (GGT) dan menjalani hemodialisis minimal lebih dari 4 bulan,
bisaberkomunikasi dengan baik dan tidak mengalami gangguan penglihatan.
Karakteristik responden dilihat dari data demografi dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Distribusi frekuensi, persentase karakteristik responden
Deskripsi Karakteristik
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Usia
< 48 tahun
≥ 48 tahun
44
59
42.7
57.3
Jenis kelamin
Laki
-
laki
Perempuan
56
47
54.4
45.6
Pendidikan
Rendah
Tinggi
69
34
67
33
Satus Perkawinan
Menikah
Belum menikah
Janda
86
9
8
83.5
8.7
7.8
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
21
82
20.4
79.6
Berdasarkan tabel 1 diketahui jumlah semua responden adalah 103 yang terdiri dari 56
(54.4%) berjenis laki
-
laki dan 47 (45.6%) perempuan yang sebagian besar berusia lebih dari 48
tahun (57,3%), berpendidikan rendah (67%), tidak bekerja (79,6%) dan dengan s
tatus menikah
(79,6%).
Pada tabel 2 menunjukkan karakteristik responden dilihat dari parameter klinik, secara
umum sebagian besar responden memiliki kadar hemoglobin 8
-
10g/dl (95,1%), IMT
≥18,5
(88,3%) dengan lama hemodialisis dan lama menderita GGT sebag
ian besar
≥12 bulan (68,9%
dan 75,7%) serta dengan akses
AV shunt
(73,8%) dan akses femoral (26,2%). Adapun riwayat
olahraga menunjukkan sebagian besar melakukan olahraga (52,4%).
Tingkat fatigue pasien hemodialisis
Tingkat fatigue pasien dikategorikan menjadi ringan (skor 1-3), sedang (skor 4-6) dan
berat (skor 7-10). Berikut gambaran tingkat fatigue pada pasien yang menjalani
hemodialisis di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto.
Pada tabel 3 diketahui sebagian besar responden mengalami tingkat fatigue sedang (67%)
diikuti masing -masing mengalami tingkat fatigue ringan dan berat (16,5%).
Analisis faktor yang berhubungan dengan tingkat fatigue
Analisis menggunakan uji chi square, karena tidak memenuhi prasyarat asumsi tabel 3x2
makan peneliti menggabungkan tingkat fatigue ringan dan sedang, sehingga kategori
Fatigue menjadi 2 yaitu ringan+sedang dan berat
Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas
Muhammadiyah Purwokerto,Sabtu, 26 September 2015 ISBN :978-602-14930-3-861
Tabel 2 Distribusi frekuensi, persentase & karakteristik klinik responden
Deskripsi Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Riawayat Olahraga
Ya
Tidak
54
49
52.4
47.6
Akses Hemodialisis
AV shunt
Femoral
76
27
73.8
26.2
Kadar hemoglobin
8
-
10 g/dl
10.1
-
12 g/dl
98
5
95.1
4.9
Indeks Massa Tubuh (IMT)
<18,5
≥18,5
12
91
11.7
88.3
Lama Hemodialisis
<12 bulan
≥12 bulan
32
71
31.1
68.9
Lama menderita GGT
<12 bulan
≥12 bulan
25
78
24.3
75.7
Frekuensi HD
1 kali/mgg
2 kali/mgg
10
93
9.7
90.3
Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat
fatigue
responden
Klasifikasi
fatigue
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Ringan
Sedang
Berat
17
69
17
16.5
67.0
16.5
Pada tabel 4 diketahui faktor yang berhubungan dengan tingkat
fatigue
adalah riwayat
olahraga responden dengan nilai
p
= 0.02
(p <0.05)
, sedangkan untuk variable atau faktor yang
lain seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, akses hemodialisis, kadar Hb,
IMT, lama
GGT, lama hemodialisis dan frekuensi HD memiliki p value lebih dari 0.05
(p >0.05),
yang
artinya dalam penelitian
ini tidak ditemukan adanya hubungan atau keterkaitan antara variable
tersebut dengan kejadian
fatigue
pasien hemodialisis.
Seminar Nasional
Hasil
-
Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Uni
versitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN :
978
-
602
-
14930
-
3
-
8
62
Tabel 4 .Analisis faktor yang berhubungan dengan tingkat
fatigue
*a
*a: uji chi square
, *b: Ficher exact
B
erdasarkan tabel 5.1 diketahui secara umum terdiri dari 56 (54.4%) responden berjenis
kelamin laki
-
laki dan 47 (45.6%) perempuan yang sebgian besar berusia lebih dari 48 tahun
(57,3%), berpendidikan rendah (67%), tidak bekerja (79,6%) dan dengan status men
ikah
(79,6%). Hasil Peneltian ini juga senada dengan penelitian sebelumnya
(Sulistianingsih et al,
2011; Sulistiani et al., 2012)
yang menyebutkan bahwa sebagian besar pasien yang menjalani
hemodialisis berusia 40 tahun keatas.
Hasil penelitian
Ayu (2010
)
menyebutkan bahwa rata
-
rata usia pasien penyakit ginjal
kronis adalah 46,97 tahun. Usia merupakan faktor yang dapat mengambarkan kondisi dan
mempengaruhi kesehatan seseorang. Dimana diketahui setelah usia 40 tahun terjadi
penurunan
berbagai fungsi tubuh t
ermasuk didalamnya organ seperti ginjal yang mengalami penurunan
dalam LFG. Setelah usia 40 tahun akan terjadi penurunan LFG secara progresif hingga
usia 70
tahun kurang lebih sekitar 50 % dari normalnya
(Smeltzer et al, 2010).
Berdasarkan jenis kelamin,
hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin responden sebagian
besar adalah laki
-
laki (54.4%), hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Mollaglu (2009)
Variabel
Tingkat
fatigue
p
Ringan+ sedang
Berat
F
%
f
%
Usia
< 48 tahun
≥ 48 tahun
36
50
41.9
58.1
8
9
18.2
15.3
0.92
a
Jenis kelamin
Laki
-
laki
Perempuan
47
39
45.6
37.9
9
8
8.7
7.8
0.89
a
Pendidikan
Rendah
Tinggi
56
30
54.4
29.1
13
4
12.6
3.9
0.36
a
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
20
66
19.4
64.1
1
16
1.0
15.5
0.18
b
Riawayat Olahraga
Ya
Tidak
35
51
34
49.5
12
5
11.7
4.9
0.02
a
Akses Hemodialisis
AV shunt
Femoral
62
24
60.2
23.3
14
3
13.6
2.9
0.54
b
Kadar hemoglobin
8
-
10 g/dl
10.1
-
12 g/dl
82
4
79.6
3.9
16
1
15.5
1.0
1.00
b
Indeks Massa Tubuh
<18,5
≥18,5
8
78
7.8
75.7
4
13
3.9
12.6
0.10
b
Lama Hemodialisis
<12 bulan
≥12 bulan
27
59
26.2
57.3
5
12
4.9
11.7
0.87
a
Lama menderita GGT
<12 bulan
≥12 bulan
22
64
21.4
62.1
3
14
2.9
13.6
0.75
b
Frekuensi HD
1 kali/mgg
2 kali/mgg
8
78
7.8
75.7
2
151.9 14.6 0.66 b
Seminar Nasional
Hasil-hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Uni
versitas Muhammadiyah Purwokerto,
Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-863 dengan jumlah pasien
hemodialisis laki-laki adalah 56,5%; Ayu (2010) adalah 67.6% ; Yosi, (2010) Yaitu
67.6% dan Sulistianingsih, (2011) adalah 70 %. Pasien berjenis kelamin laki - laki lebih
banyak mengalami penyakit gagal ginjal kronik dibandingkan wanita(Price, 2006).
Karakteristik pendidikan diketahui sebagian besar responden berpendidikan rendah
(67%),tingkat pendidikan rendah disini adalah responden berpendidikan SD sederajat dan
pendidikan
tinggi adalah pendidikan SMA dan perguran tinggi. Hasil penelitian ini juga senada
dengan
Penelitian Mollaglu (2009) yang menyebutkan sebagian besar tingat pend
idikan pasien hemodialisis adalah pendidikan tidak formal dan sekolah dasar (80.3%).
Secara umum sebagaian besar responden tidak bekerja (79,6%), hasil penelitian ini
mendukung penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa sebagian besar pasien
hemodialisis tidak bekerja yaitu sekitar 70%
(Sulistianingsih, 2011). Pasien hidup dengan GGT dan harus menjalani hemodialisis,
mengalami berbagai masalah yang kompleks, bisa disebabkan karena sindrom uremik
juga karena kondisi fisik pasien yang mengalami penurunan fungsi fisik (Jhamb et al.,
2008).
Responden sebagian besar berstatus menikah (79,6%), hasil ini sesuai dengan
penelitianSajadi, Farahani, Zanjani, Durmanesh, Zare (2010) yang menemukan bahwa
sebagian besar responden (83.9%) berstatus menikah.
Berdasarkan parameter klinik diketahui sebagian besar responden memiliki kadar
hemoglobin 8 - 10g/dl (95,1%), hal ini menujukan bahwa pasien - pasien yang menjalani
hemodialisis banyak mengalami kondisi anemia. Anemia adalah kondisi tubuh tidak
mempunyai cukup
sel darah merah atau eritrosit. Adanya kerusakan fungsi ginjal menyebabkan penurunan
produksi hormon eritropoietin yang berperan dalam proses eritropoiesis atau
pembentukan eritrosit. Penurunan jumlah eritrosit menyebabkan anemia yang
menyebabkan penurunan jumlah sel darah yang mengangkut oksigen dan nutrisi ke
seluruh tubuh. Penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh
menyebabkan pasien mengalami kelelahan yang ekstrem atau fatigue, anoreksia,
gangguan tidur, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas. (Sudoyo etal, 2006; Jhamb et
al, 2008).
Darihasil penelitian diketahui satus nutrisi pasien dalam keadaan baik yaitu IMT ≥18,5
(88,3%) kondisi status nutrisi yang baik dapat mendukung kondisi fisik pasien
hemodialisis. Namun dalam hal ini pengukuran status nutrisi hanya meggunakan IMT.
Pada pasien hemodialisis yang mengalami edema pengukuran IMT
belum dapat mewakili status nutrisinya, sehingga diperlukan pembanding lain.
Lama hemodialisis dan lama menderita GGT sebagian besar ≥12 bulan ( 68,9% dan
75,7%), hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah menjalani
hemodialisis yang cukup lama. Frekuensi hemodialisis setiap minggunya pada hasil
penelitian menunjukkan sebagian besar pasien yang melaksanakan cuci darah seminggu
dua kali (90.3%) baik itu yang menggunakan akses AV shunt ataupun Femoral. Adapaun
dalam penelitian ini ditemukan pasien dengan akses AV shunt (73,8%) dan akses femoral
(26,2%). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sulistiani (2012) yang menemukan
sebagian besar responden dalam penelitiannya adalah 2 kali/minggu (98.6%).
Berdasarkan riwayat olahraga atau kegiatan olahraga dirumah
menunjukkan sebagian besar melakukan olahraga (52,4%), jenis olahraga yang dilakukan
adalah berjalan dan latihan peregangan.
Secara umum tingkat fatigue yang dialami adalah tingkat fatigue sedang (67%) diikuti
ringan (16,5%) dan berat (16,5%). Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang
menyebutkan bhawa tingkat fatigue yang dialami pasien HD dari ringan sampai berat,
namun lebih didominasi sedang dan berat (jhamb et al, 2008., Molagllu, 2009;Sajadi et
al, 2010: Joswa,Khakha, Mahajan, 2012).
Fatigue adalah keluhan umum yang paling dirasakan oleh pasien yang menjalani
hemodialisis disamping keluhan lainnya. Prevalensi fatigue diketahui sekitar prevalensi
Fatigue pasien hemodialisis
berkisar 44,7%-97% (Weisbord, et al., 2005;Murtaugh, Addington & Higginson, 2007;
Jablonskiaa, 2007;Mollaoglu, 2009; Sajadi, et al.,2010; HorriganJoshwa, Khakha,
Mahajan, 2012; Biniaz, et al., 2013;Gorji, et al., 2013).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-kelelahan-definisi-jenis.html ( Diakses : 21-
11-2017 , 20.30 )

Anda mungkin juga menyukai