Anda di halaman 1dari 9

TEORI CARING WATSON DAN SWANSON

Rofi Istiyani (1806270116)


Mahasiswa S1 Ekstensi FIK UI Tahun 2018

Caring merupakan aspek penting dalam keperawatan. Caring merupakan inti dari
keperawatan serta tidak dapat dipisahkan dari keperawatan. Menurut Leininger tidak akan ada
curing tanpa caring, tetapi dapat ada caring tanpa curing. Untuk mengetahui lebih dalam tentang
caring, dalam hal ini penulis akan menjelaskan tentang teori caring Swanson dan teori caring
Watson.

A. TEORI CARING WATSON


1. Definisi.
Teori ini disebut juga teori transpersonal. Jeann Watson (1985) meyakini praktik caring
sebagai pusat keperawatan, menggambarkan caring sebagai dasar dalam sebuah kesatuan nilai-
nilai kemanusiaan yang universal (kebaikan, kepedulian dan cinta terhadap diri sendiri dan orang
lain). Caring digambarkan sebagai moral ideal keperawatan, hal tersebut meliputi keinginan
untuk merawat, kesungguhan untuk merawat dan tindakan merawat (caring). Tindakan caring
meliputi komunikasi, tanggapan yang positif, dukungan, atau intervensi fisik oleh perawat
(Kozier, Berman, Erb, & Snyder, 2007).
Teori watson tentang caring adalah model holistik keperawatan yang menyebutkan
bahwa tujuan caring adalah untuk mendukung proses penyembuhan secara total. Hal ini
melengkapi ilmu pengetahuan tradisional dan praktik keperawatan modern. Teori
menggabungkan proses pelayanan manusia dengan lingkungan pemulihan, menyertakan proses
generasi kehidupan dan penerimaan kehidupan dari pelayanan manusia dan pemulihan untuk
perawat dan kliennya. Teori menggambarkan suatu kesadaran perawat untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan menjadi perawat, sakit, dan caring serta pulih. Teori caring transpersonal
menolak pelayanan kesehatan dan tempat pelayanan yang berorientasi penyakit sebelum diobati.
Praktisionis melihat penyebab penyakit klien dan pengobatannya. Selain itu, caring transpersonal
mencari sumber pemulihan dari dalam untuk menjaga, meningkatkan, dan melindungi harga diri
manusia dari dalam dan secara keseluruhan. (Potter & Perry, 2009)
Menurut Watson, caring dapat bersifat spiritual. Caring dapat menjaga manusia melalui
teknologi, sistem pelayanan kesehatan berorientasi pengobatan. Tujuannya adalah pada
hubungan perawat- klien. Fokusnya adalah pada individu di belakang klien dan perawat, yaitu
hubungan pelayanan. Perawat menceritakan tentang pelayanan pemulihan kepada klien sesuai
dengan persepsi perawat. Hal ini membutuhkan tempat selama waktu pelayanan antara perawat
dan klien. Hubungan terbentuk antara yang melakukan pelayanan dan yang menerima pelayanan.
Model bersifat transformatif, karena hubungan memengaruhi perawat dan klien, secara baik atau
buruk. Perawatan pemulihan mendukung proses penyembuhan. Aplikasi model perawatan
Watson memperkaya praktik caring perawat.

Watson membuat model proses keperawatan membantu klien dalam mencapai atau
mengelola kesehatan atau meninggal dengan tenang. Proses keperawatan ini membutuhkan
perawat yang mengetahui tentang kebiasaan manusia dan respons manusia terhadap masalah
kesehatan yang sudah ada atau berpotensi akan timbul. Perawat juga perlu mengetahui
kebutuhan individu, bagaimana responsnya terhadap sesamanya, kekuatan serta keterbatasan
klien dan keluarganya. Selain itu, perawat membantu dan memberikan perhatian serta empati
kepada klien dan keluarganya. Caring mewakili semua faktor yang digunakan perawat untuk
memberikan pelayanan kepada klien. (Potter & Perry, 2009).

2. Konsep Sehat Sakit.


Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person as a
whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan sehat sebagai kondisi
yang utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian
antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Dari beberapa konsep sehat sakit di
atas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip, antara lain:
1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya multidimensional,
yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi.
2. Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi
terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik tertentu, tetapi
berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan yang dinamis.
Sepuluh faktor karatif digunakan sebagai kerangka kerja dalam keilmuan dan praktik
keperawatan. Fokus keperawatan ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit
dan dibangun dari sepuluh faktor karatif, yang meliputi :
a. Terbentuknya sistem yang humanistic dan altruistic pada hubungan perawat-pasien. Faktor ini
menggambarkan adanya kepuasan perawat bila ia dapat menggunakan dirinya untuk
membantu pasien.
b. Menumbuhkan harapan pasien. Faktor ini menunjukkan peran perawat dalam meningkatkan
kesejahteraan pasien dengan membantu pasien mengadopsi perilaku sehat, dengan
menggunakan sugesti secara positif dan dengan mengembangkan hubungan perawat-pasien
yang efektif.
c. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain. Bila perawat dapat mengekspresikan
perasaannya, dia akan mampu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mengekspresikan perasaan mereka.
d. Mengembangkan hubungan saling percaya. Pada hubungan saling percaya, perawat akan
jujur, ikhlas, empati, berbicara dengan nada suara yang tidak tinggi dan berkomunikasi
dengan jelas.
e. Menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Ekspresi perasaan positif dan negatif dapat
membuat perasaan pasien atau perawat tidak enak. Perawat perlu mempersiapkan diri dan
juga mempersiapkan pasien untuk menerima, terutama perasaan negatif.
f. Menggunakan proses penyelesaian masalah dalam pengambilan keputusan. Penggunaan
proses keperawatan pada pemberian asuhan keperawatan merupakan metode penyelesaian
masalah pasien. Hal ini menunjukkan bahwa perawat memiliki otonomi untuk menetapkan
tindakan keperawatan, tidak hanya melalui tindakan medik semata.
g. Meningkatkan proses belajar mengajar melalui proses interpersonal
h. Menyediakan lingkungan biopsikososial dan cultural yang suportif dan protektif
i. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar. Perawat membentu pasien dalam memenuhi
kebutuhan biopsikososio dan spiritual
j. Memberi kesempatan pada pasien untuk mempelajari fenomena yang terjadi. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan pasien suatu pengalaman/pemikiran yang dapat meningkatkan
pemahamannya terhadap dirinya dan orang lain.
3. Konsep Caring Watson Dalam Asuhan Keperawatan
Dalam praktik keperawatan “caring” ditujukan untuk perawatan kesehatan yang holistik
dalam meningkatkan kontrol, pengetahuan dan promosi kesehatan (Tomey & Alligood, 2006).
Teori Watson terletak pada tujuh asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja dalam
pengembangan teori, yaitu:
a. Caring dapat dilakukan dan dipraktikan secara interpersonal.
b. Caring meliputi faktor-faktor karatif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia.
c. Caring yang efektif akan menigkatkan status kesehatan dan perkembangan individu dan
keluarga.
d. Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang berdasarkan saat
ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya.
e. Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan
memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.
f. Caring bersifat healthogenic daripada sekedar curing. Praktek caring mengitegrasikan
pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan. Dan untuk
membantu pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing.
g. Caring merupakan inti dari keperawatan (Teting, 2018).

4. Nilai-Nilai Yang Mendasari Konsep Caring Watson

Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi


metaparadigma yang terdiri dari manusia, kesehatan, lingkungan, serta keperawatan itu sendiri.
(Teting, 2018):
1. Konsep Manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin dirawat,
dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu) Manusia pada dasarnya ingin merasa
dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan merasa menjadi bagian dari
kelompok atau masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa mencintai.
2. Konsep Kesehatan
Kesehatan merupakan sebuah keutuhan dari pikiran fungsi fisik dan fungsi sosial. Hal ini
menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari keadaan
penyakit.
3. Konsep Lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam setiap
keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya,
akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan
mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.
4. Konsep Keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring ditujukan
untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

B. TEORI CARING SWANSON


1. Definisi
Swanson mendefinisikan caring sebagai suatu cara pemeliharaan berhubungan dengan
menghargai oranglain, di sertai perasaan memiliki dan tanggung jawab. Teori ini mendukung
pernyataan bahwa caring merupakan inti dari fenomena keperawatan, tetapi tidak merupakan
sesuatu yang unik terhadap praktik keperawatan.

Teori swanson berguna dalam memberikan petunjuk bagaimana membangun strategi


caring yang berguna dan efektif. Setiap proses caring mempunyai definisi dan subdimensi yang
merupakan dasar untuk intervensi keperawatan. Pelayanan keperawatn dan caring sangat penting
dalam membuat hasil positif pada kesehatan dan kesejahteraan klien. Selanjutnya hasil penelitian
ini digunakan dalam mengembangkan teori untuk menuntun praktik klinis keperawatan. Sebagai
contoh, swanson menguji efek dari konseling berbasis caring pada keadaan emosional wanita di
tahun pertama setelah mengalami keguguran. Konseling berbasis caring secara signifikan
menunjukkan penurunan perasaan depresi dan amarah, terutama pada empat bulan pertama
setelah keguguran.

2. Proses Caring Swanson


Teori caring menurut Swanson terdiri dari lima proses sebagai berikut :
1. Knowing (Mengetahui)
Merupakan upaya perawat untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam
kehidupan pasien.
Subdimensi dari proses knowing adalah :
a. Avioding assumptions (menghindari asumsi-asumsi)
b. Centering on the one cared for (perawat berfokus pada pasien dalam asuhan keperawatan)
c. Assessing thoroughly (melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio-psiko-sosio-
spiritual-cultural)
d. Seeking clues (perawat menggali informasi secara mendalam)
e. Enganging the self of both (melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama
dengan pasien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif)

2. Being with (Bersama)


Merupakan kehadiran secara fisik dan emosional bersama pasien melalui komunikasi
terapeutik dengan memberikan dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi
intensitas perasaan yang tidak diingunkan.
Subdimensi dari proses being with adalah :
a. Being there, perawat dapat menunjukkan kehadiran secara fisik dan emosional bersama
pasien.
b. Convering acaibility, menunjukkan kesediaan perawat dalam membantu pasien dan
memfasilitasi pasien untuk mencapai tahap kesejahteraan/well being.
c. Sharing feelings, berbagi pengalaman bersama pasien yang berkaitan dengan usaha
peningkatan kesehatan pasien.
d. Non-burdering, perawat bekerja sama dengan pasien tanpa memaksa kehendak kepada
pasien dalam melakukan tindakan keperawatan.

3. Doing for (Melakukan)


Berarti bersama-sama melakukan suatu tindakan mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan,
menciptakan kenyamanan serta menjaga privasi dan martabat pasien.
Subdimensi dari proses doing for adalah:
a. Comforting, (memberikan kenyamanan). Dalam melakukan tindakan keperawatan,
perawat memberikan kenyamanan pada pasien dan menjaga privasi pasien.
b. Anticipating (mengatisipasi). Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta
persetujuan pasien dan keluarga.
c. Performing compentently/skillfully (menunjukkan keterampilan). Perawat menunjukkan
kompetensi atau skill sebagai perawat profesional dengan berkomunikasi dan memberikan
kenyamanan dalam tindakannya.
d. Protecting (melindungi). Perawat melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan
keperawatan dan tindakan medis.
e. Preserving dignity (menjaga martabat pasien). Perawat menjaga martabat pasien sebagai
individu atau memanusiakan manusia.

4. Enabling (memberdayakan)
Berarti perawat memberdayakan pasien dengan memberikan dukungan, informasi, dan
memfasilitasi pasien meningkatkan kesembuhan.
Subdimensi dari proses enabling adalah:
a. Informing/explaining (memberikan/menjelaskan informasi). Perawat memberikan
informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan pasien dalam rangka
memberdayakan pasien dan keluarga pasien.
b. Supporting/allowing (mendukung). Perawat memberikan dukungan kepada pasien dalam
mencapai kesejahteraan/kesehatan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
c. Focusing (fokus). Saat bersama pasien, perawat tertuju pada masalah keperawatan yang
dihadapi oleh pasien.
d. Generating alternative/thinking it throught
e. Validating/giving feedback. Perawat memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan
dan memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh pasien dalam usahanya
mencapai kesembuhan.

5. Maintaining belief (kepercayaan)


Yaitu menumbuhkan keyakinan kepada pasien untuk dapat melalui masalah/ keadaannya
dengan menumbuhkan sikap optimis dan membantu mengambil hikmah. Tujuannya adalah
untuk menumbuhkan sikap pasien yang penuh harapan.
Subdimensi dari proses maintaining belief adalah:
a. Beliefing in/ holding in esteem. Perawat menanggapi apa yang pasien rasakan dan percaya
bahwa perasaan-perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang
sedang dalam masa transisi.
b. Maintaining a hope-filled attitude. Perawat menujukkan kepedulian sepenuhnya terhadap
masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata, dan intonasi bicara perawat.
c. Offering realistic optimism. Perawat memberikan harapan yang realistis terhadap keadaan
pasien dan berusaha untuk memengaruhi pasien supaya memiliki optimisme dan harapan
yang sama.
d. Going the distance (menjaga jarak). Perawat menjaga jarak hubungan sebagai perawat-
pasien sampai tujuan perawatan tercapai/berakhir.
C. PENERAPAN TEORI CARING SWANSON DAN WATSON

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, caring merupakan sentral asuhan
keperawatan dan menjadi landasan dalam praktek keperawatan. Caring adalah esensi dari
keperawatan yang membedakan dengan profesi lain dan mendominasi serta mempersatukan
dan menjiwai tindakan keperawatan.

Teori caring pertama kali dikemukakan oleh Jean Watson yang dikenal dengan 10 Faktor
Karatif Caring yang merupakan salah satu jenis teori filosofi keperawatan, kemudian
dikembangkan lagi oleh Swanson (1993) dengan teorinya Model Structure of Caring
(Swanson Caring Theory) yang terdiri dari Maintaining belief (mempertahankan keyakinan
pada kejadian atau transisi dan melihatnya dengan penuh hikmahh), Knowing (berusaha
keras untuk memahami makna atas kejadian pada kehidupan orang lain), Being with
(menunjukkan perasaan kepada orang lain), Doing for (bekerja/melakukan sesuatu untuk
orang lain seperti untuk diri snediri), enabling (memfasilitasi orang lain pada kondisi transisi)
yang masuk dalam jenis teori keperawatan Middle Range, dan pada akhirnya di modifikasi
oleh Carolina dikenal dengan Carolina Care Model dimana ia membuat suatu model caring
yang dapat diaplikasikan pada pelayanan keperawatan ia memperkenalkan Multilevel
rounding, words and way that work, relationship/service component, dan partnerships with
support service.

REFERENSI:
Kozier, B., Berman, A., Erb, G., & Snyder, S. J. (2007). Buku Ajar: Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses & Praktik (7th ed.). Jakarta: EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 1 (7th ed.).
Jakarta: Salemba Medika.
Teting, Bernarda, dkk. (2018). Teori Caring dan Aplikasi dalam Pelayanan Keperawatan.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai