PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan kadar bilirubin serum total
yang lebih 10 mg % pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada
kulit, sclera dan organ lain, keadaan ini mempunyai potensi menimbulkan
Kern Ikterus. Ikterus Neonatarum merupakan salah satu keadaan yang
menyerupai penyakit kulit yang terdapat pada bayi baru lahir, terjadinya
hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL (Bayi Baru
Lahir) karena dapat menjadi penyebab gangguan tumbuh kembang bayi.
B. Etiologi
Dikatakan hiperbilirubinemia apabila ada tanda-tanda sebagai berikut :
a. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama.
b. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
c. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus cukup bulan 12,5
mg% pada neonatus kurang bulan.
d. Ikterus yang disertai proses hemolisis Ikterus disertai dengan berat
badan lahir kurang 2000 gr, masa esfasi kurang 36 mg, defikasi,
hipoksia, sindrom gangguan pernapasan, infeksi trauma lahir kepala,
hiplogikemia, hiperkarbia.
Adapun penyebab dari ikterus diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Produksi bililirubin yang berlebihan.
2) Gangguan dalam proses ambil dan konjugasi hepar.
3) Gangguan transportasi dalam metabolisme bilirubin.
4) Gangguan dalam ekresi.
C. Patofisiologi
D. Macam-macam Ikterus
Ikterus dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, antara lain adalah :
1. Ikterus Fisiologis
Warna kuning akan timbul pada hari kedua atau ketiga dan tampak
jelas pada hari kelima sampai keenam dan menghilang sampai hari
kesepuluh. Ikterus fisiologis tidak mempunyai dasar patologis potensi
menjadi kern ikterus. Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik
biasa, kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12
mg/dl dan pada BBLR 10 mg/dl, dan akan hilang pada hari keempat belas,
keceptan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
2. Ikterus Patologis
Ikterus ini memiliki dasar patologi, ikterus timbul dalam 24 jam
pertama kehidupan : serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl. Terjadi
peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam. Konsentrasi
bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan
12,5 mg% pada bayi cukup bulan ikterus yang disertai dengan proses
hemolisis (inkompatibilitas darah), defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis).
Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl
per jam atau lebih 5 mg/dl perhari. Ikterus menetap sesudah bayi umur 10
hari (bayi cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir BBLR.
Dibawah ini adalah beberapa keadaan yang menimbulkan ikterus
patologis :
a. Penyakit hemolitik, isoantibodi karena ketidakcocokan golongan
darah ibu dan anak seperti Rhesus Antagonis, ABO dan
sebagainya.
b. Kelainan dalam sel darah merah pada defisiensi G-6-PD (Glukosa-
6 Phosfat Dehidrokinase), talasemia dan lain-lain.
c. Hemolisis : hematoma, polisitemia, perdarahan karena trauma
lahir.
d. Infeksi : septisemia, meningitis, infeksi saluran kemih, penyakit
karena toksoplasmosis, sifilis, rubella dan sebagainya juga
hepatitis.
e. Kelainan metabolik : hipoglikemia, galaktosemia.
f. Obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin
seperti solfonamida, salisilat, sodium benzoat, gentamisin, dan
sebagainya.
g. Pirau enterohepatik yang meninggi : obstruksi usus letak tinggi,
penyakit Hiscprung, stenosis, pilorik, mekonium ileus dan
sebagainya.
E. Gambaran Klinis
Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar, letargi
(lemas), kejang, tidak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dan
akhirnya epistotonus. Jika bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi
spasme otot, epistotonus, kejang, stenosis, yang disertai ketegangan otot.
Dapat pula terjadi ketulian, gangguan bicara, dan retardasi mental. Perut
buncit, pembesaran di hati, feses berwarna seperti dempul, bayi tidak mau
minum.
F. Komplikasi
Apabila tidak tertangani secara serius akan terjadi kern ikterus yaitu
kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada
korpus striatum, thalamus, nucleus, serta subtalamus, hipokempus, nucleus
merah didasar ventrikel IV.
G. Penatalaksanaan
Tahap awal dengan melakukan pencegahan, ikterus dapat dicegah dan
dihentikan peningkatannya dengan cara :
1. Pengawasan antenal yang baik .
2. Menghindari obat yang dapayt meningkatkan ikterus pada masalah
kehamilan missal : oksitosin
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonates.
4. Penggunaan fenobarbital Pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
5. Pemberian makanan yang bergizi.
6. Pencegahan infeksi.
Cara mengatasi hiperbilirubinemia .
1. Mempercepat proses konjugasi
(pemberian fenobarbital diberikan 1-2 hari sebelum ibu melahirkan)
2. Memberikan substrat yang kurang untuk trasportasi inkonjugasi
pemberian albumin.
3. Melakukan dekomposisi bilirubin dan foto terapi.
4. Tranfusi tukar
Jika kadar bilirubin mencapai kadar yang mengkhawatirkan, sebaiknya
bayi dirawat untuk mendapat terapi sinar. Untuk sementara pemberian ASI
dihentikan, sambil dilakukan pemeriksaan. Namun ada kalanya kasus bayi
kuning terjadi karena kurangnya pemberian ASI pada hari-hari pertama,
karena ASI pada hari-hari pertama masih sedikit dan pengeluaran feses
sedikit. Dokter biasanya akan meminta ibu menyusui lebih sering sehingga
ASI lebih banyak dan pengeluaran kotoran bayi lebih lancar.
Pelaksanaan pemberian terapi sinar yang perlu diperhatikan :
1. Pemberian terapi sinar selama 100 jam
2. Lampu yang dipakai tidak melebihi 500 jam (maksimal sampai 500
jam).
3. Baringkan bayi telanjang, hanya genetalia yang ditutup dengan popok
mini saja agar sinar dapat merata ke seluruh tubuh.
4. Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya.
5. Posisi bayi sebaiknya diubah- ubah.
6. Perhatikan suhu bayi agar selalu 36,5 oC-37 oC dan observasi suhu tiap
4-6 jam sekali.
7. Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi
8. Perhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak.
9. Jika setelah pemberian terapi 100 jam bilirubin tetap tinggi / kadar
bilirubin dalam serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu
belum mencapai 500 jam digunakan, selanjutnya hubungi dokter
mungkin perlu tranfusi tukar.
10. Pada kasus ikterus karena hemolitis diperiksa setiap hari, yang
diperhatikan pada pemberian tanpa sinar.
Pasang label, kapan terapi dimulai dan kapan selesainya. Hitung 100 jam
sampai tanggal berapa. Sebelum digunakan cek lampu apakah lampu sudah
semuanya menyala. Tempelkan pada alat terapi sinar penggunaan yang
beberapa kali pada bayi itu, untuk memudahkan mengetahui kapan mencapai
500 jam penggunaan.
H. Pemeriksaan Fisik
Secara klinis ikterus neonatus menurut (Suryono,indarso,WHO,2003)
dapat di lihat setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Amati ikterus pada
siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas
dengan sinar lampu dan tidak bisa di lihat dengan penerangan yang kurang,
terutama pada neonatus yang kulitnya gelap. Penilaian pada neonatus itu lebih
sulit apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar. Tekanan kulit
secararingan memakai jari tangan untuk mematikan dengan warna kulit dari
jaringan subkutan, timbulnya pada ikterus yang mempunyai arti penting pula
dalam diagnosis dalam penatalaksanaan penderita karena pada saat timbulnya
ikterus itu mempunyai keterkaitan yang erat dengan kemungkinan dari
penyebab ikterus tersebut.
Pemeriksaan yang dilakukan dari ujung rambut sampai kaki.
K. Discharge planning
1. Ajarkan orang tua cara merawat bayi agar tidak terjadi infeksi dan
jelaskan tentang daya tahan tubuh.
2. Jelaskan pada orang tua pentingnya pemberian ASI apabila sudah tidak
ikterik . namun bila penyebabnya bukan dari jaundice ASI tetap
diteruskan pemberianya
3. Jelaskan pada orang tua tentang komplikasi yang mungkin terjadi dan
segera lapor dokter / perawat
4. Jelaskan untuk pemberian imunisasi
5. Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan
L. Diagnosa keperawatan
1. Ikterik Neonatus
Berhubungan dengan :
- berhubungan dengan berat badan abnormal (>7-8% pada bayi baru
lahir yang menyusui ASI : 15% pada bayi cukup bulan
- pola makan tidak ditetapkan dengan baik
- bayi menunjukkan kesulitan dalam transisi kehidupan ekstrauterin
- usia neonatus 1-7 hari
- feses(mekonium) terlambat keluar
NOC :
- Breasfeeding inefektif
- Breasfeeding interupted
- Liver function, risk of impaired
- Blood glucose, risk for unstable
Kriteria Hasil :
- Menyusui secara mandiri
- Tetap mempertahankan laktasi
- Perumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal
- Mengetahui tanda tanda penurunan suplai ASI
- Ibu mampu mengumpulkan dan menyimpan ASI secara aman
- Penyapihan pemberian ASI diskontinuitas progresif pemberian ASI
- Kemampuan penyedia perawatan untuk mencairkan
menghangatkan dan menyimpan asi secara aman
- Menunjukkan teknik dalam memompa asi
- Berat badan bayi = masa tumbuh
- Tidak ada respon alergi sistemik
- Respirasi status: jalan nafas, pertukaran gas dan ventilasi nafas
bayi adekuat
- TTV bayi dalam batas normal
- Penerimaan konsisi kesehatan
- Dapat mengontrol kadar glukosa darah
- Mdapat memanajemen dan mencegah penyakit semakin parah
- Tingkat pemahaman untuk dan pencegahan komplikasi
- Dapat meningkatkan istirahat
- Status nutrisi adekuat
- Control resiko proses infeksi
NIC :
- Meninjau sejarah ibu dan bayi untuk faktor risiko untuk
hiperbilirubinemia (misal ketidakcocokan Rh atau ABO ,
polistemia, sepsis, prematuritas, mal presentasi)
- Amati tanda-tanda ikterus
- Agar serum bilirubin tingkat sebagai protokol per yang sesuai atau
permintaan praktis primer
- Melaporkan nilai laboratorium untuk praktis primer
- Tempat bayi di isolette
- Intruksikan keluarga pada prosedur fototerapi dan perawatan
- Terapkan tambalan untuk menutup pada kedua mata, menghindari
tekanan yang berlebihan
- Hapus tambalan mata setiap 4 jam atau ketika lampu mati kontak
orang tua dan makan
- Memantau mata untuk edema, drainase, dan warna
- Tempat fototerapi lampu diatas bayi pada ketinggian yang sesuai
- Periksa intensitas lampu sehari-hari
- Monitor TTV per protokol atau sesuai kebutuhan
- Ubah posisi bayi setiap 4 atau per protokol
- Memantau tingkat bilirubin serum per protokol atau permintaan
praktisi
- Mengevaluasi status neurologis setiap 4jam
- Amati tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit menurun,
kehilangan berat badan
- Timbang setiap hari
- Mendorong 8 kali menyusui setiap hari
- Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam terapi cahaya
- Intruksikan keluarga fototerapi di rumah yang sesuai
2. Resiko kekurangan Volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif
volume cairan ( evaporasi) ,diare .
Definisi : penurunan cairan intravaskuler ,interstisial ,dan / atau
intrasellular . ini mengarah ke dehidrasi ,kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium .
Batasan karakteristik :
- Kelemahan
- Haus
- Penurunan turgor kulit / lidah
- Membran mukosa / kulit kering
- Peningkatan denyut nadi , penurunan tekanan darah ,penurunan
volume / tekanan nadi
- Pengisian vena menurun
- Perubahan status mental
- Konstentrasi urine meningkat
- Temperature tubuh meningkat
- Hematokrit meninggi
- Kehilangan berat badan seketika ( kecuali pada thirul spacing )
Faktor faktor yang berhubungan :
- Kehilangan volume cairan secara aktif
- Kegagalan mekanisme pengaturan
NOC :
- Fluid balance
- Hydration
- Nutritional status food and fluid intake
Keriteria hasil :
- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB ,BJ urine
normal ,HT normal
- Tekanan darah ,nadi ,suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda tanda dehidrasi ,elastisitas turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab ,tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC :
Fluid management
- Timbang pokok /pembalut jika diperlukan
- Pertahankan catatan hidrasi ( kelembaban membrane mukosa ,nadi
adekuat ,tekanan darah ortostatik ) ,jika diperlukan
- Monitor vital sign
- Monitor masukan makanan /cairan dan hitung intake kalori harian
- Kolaborasikan pemberian cairan IV
- Monitor status nutrisi
- Berikan cairan IV pada suhu ruangan
- Dorong masukan oral
- Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Tawarkan snack ( jus buah ,buah segar )
- Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
- Atur kemungkinan tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia management
- Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan hematokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor responpasien terhadap penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk menambah intake oral
- Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
- Monitor adanya gagal ginjal
3. Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan panas ( efek
fototerapi ), dehidrasi.
Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal
Batasan karakteristik :
- Penyakit / trauma
- Peningkatan metabolisme
- Aktivitas yang berlebih
- Pengaruh medikasi / anastesi
- Ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat
- Terpapar dilingkungan panas
- Dehidrasi
- Pakaian yang tidak tepat
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
NIC :
Fever treatment
Temperature regulation
- Bowel elimination
- Fluid balance
- Hydration
- Electrolyte and Acid bace balance
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Pathway
Peningkatan
Gangguan fungsi Gangguan Gangguan Peningkatan
produksi
hatbilirubin transportasi ekskresi sirkulasi
enterohepatk
HIPERBILIRUBINEMIA
hipotalamus MK : Diare
MK : Ikterik Neonatus
Vase kontriksi
Pengeluaran Volume
cairan dan intake
penguapan
MK : Resiko
MK : Hipertermi kekurangan Volume
cairan