Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar


deviasi atau lebih dari kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih
dari presentil 90. 1,2 Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis
yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. 1,3 Lebih dari 85% neonatus
cukup bulan kembali dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh
keadaan ini. 2 Insiden hiperbilirubinemia di Amerika 65%, Malaysia 75%,
sedangkan Surabaya 30% pada tahun 2000, dan 13% pada tahun 2002. 4,5
Ikterus atau Jaundice terjadi akibat akumulasi bilirubin dalam darah sehingga
kulit, mukosa, dan atau sklera bayi tampak kekuningan. 4 Hal tersebut
disebabkan karena adanya akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. 1,3

Hiperbilirubinemia merupakan istilah yang sering dipakai untuk ikterus


neonatorum setelah ada hasil laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar
bilirubin. Ikterus akan tampak secara visual jika kadar bilirubin lebih dari 5-7
mg/dl. 1,2.6 Hiperbilirubin merupakan keadaan yang umum terjadi pada bayi
preterm maupun aterm. 4 Peningkatan kadar bilirubin > 2 mg/dL sering
ditemukan hari hari pertama setelah lahir. 4 60% neonatus yang sehat mengalami
Ikterus.7 Pada umumnya,peningkatan kadar bilirubin tidak berbahaya dan tidak
memerlukan pengobatan. Namun beberapa kasus berhubungan dengan dengan
beberapa penyakit, seperti penyakit hemolitik, kelainan metabolisme dan
endokrin , kelainan hati dan infeksi.8-9 Pada kadar lebih dari 20mg/dL, bilirubin
dapat menembus sawar otak sehingga bersifat toksik terhadap sel otak.

Kondisi hiperbilirubinemia yang tak terkontrol dan kurang penanganan yang


baik dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti bilirubin ensefalopati dan
kernikterus akibat efek toksik bilirubin pada sistem saraf pusat dimana pada
tahap lanjut dapat menjadi athetoid cerebral palsy yang berat.1 Penelitian
bertujuan mengetahui bebearapa faktor risiko ( infeksi pada ibu, adanya riwayat
obstetri ketuban pecah dini, air ketuban keruh, dan eksklusifitas pemberian ASI )
terhadap hiperbilirubinemia pada neonatus.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Penyakit Hiperbilirubinemia?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami pengertian, penyebab mengenai


hiperbilirubinemia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyakit Hiperbilirubinemia

A. Definisi
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan kadar bilirubin serum total
yang lebih 10 mg % pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada
kulit, sclera dan organ lain, keadaan ini mempunyai potensi menimbulkan
Kern Ikterus. Ikterus Neonatarum merupakan salah satu keadaan yang
menyerupai penyakit kulit yang terdapat pada bayi baru lahir, terjadinya
hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL (Bayi Baru
Lahir) karena dapat menjadi penyebab gangguan tumbuh kembang bayi.

B. Etiologi
Dikatakan hiperbilirubinemia apabila ada tanda-tanda sebagai berikut :
a. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama.
b. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
c. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus cukup bulan 12,5
mg% pada neonatus kurang bulan.
d. Ikterus yang disertai proses hemolisis Ikterus disertai dengan berat
badan lahir kurang 2000 gr, masa esfasi kurang 36 mg, defikasi,
hipoksia, sindrom gangguan pernapasan, infeksi trauma lahir kepala,
hiplogikemia, hiperkarbia.
Adapun penyebab dari ikterus diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Produksi bililirubin yang berlebihan.
2) Gangguan dalam proses ambil dan konjugasi hepar.
3) Gangguan transportasi dalam metabolisme bilirubin.
4) Gangguan dalam ekresi.

C. Patofisiologi

Meningkatnya kadar bilirubin dapat juga disebabkan produksi yang


berlebihan. Sebagian besar bilirubin berasal dari destruksi eritrosit yang
menua. Pada neonatus 75 % bilirubin berasal dari mekanisme ini. Satu gram
hemoglobin dapat menghasilkan 34 mg bilirubin indirek (free billirubin) dan
sisanya 25 % disebut early labeled bilirubin yang berasal dari pelepasan
hemoglobin karena eritropoeis yang tidak efektif di dalam sumsum tulang,
jaringan yang mengandung protein heme dan heme bebas. Pembentukan
bilirubin diawali dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin.
Setelah mengalami reduksi biliverdin menjadi bilirubin bebas, yaitu zat yang
larut dalam lemak yang bersifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah
melewati membran biologik, seperti plasenta dan sawar otak (Kosim, 2012).
Di dalam plasma, bilirubin tersebut terikat/bersenyawa dengan
albumin dan dibawa ke hepar. Dalam hepar menjadi mekanisme ambilan
sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hepar dan masuk ke
dalam hepatosit. Di dalam sel bilirubin akan terikat dan bersenyawa dengan
ligandin (protein Y), protein Z, dan glutation S- tranferase membawa bilirubin
ke reticulum endoplasma hati (Kosim, 2012). Dalam sel hepar bilirubin
kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukoronide dan sebagian kecil
dalam bentuk monoglukoronide. Ada dua enzim yang terlibat dalam sintesis
bilirubin diglukoronide yaitu uridin difosfat glukoronide transferase
(UDPG:T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide.
Sintesis dan ekskresi diglukoronide terjadi di membran kanalikulus (Hasan
dan Alatas, 2007).

D. Macam-macam Ikterus
Ikterus dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, antara lain adalah :
1. Ikterus Fisiologis
Warna kuning akan timbul pada hari kedua atau ketiga dan tampak
jelas pada hari kelima sampai keenam dan menghilang sampai hari
kesepuluh. Ikterus fisiologis tidak mempunyai dasar patologis potensi
menjadi kern ikterus. Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik
biasa, kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12
mg/dl dan pada BBLR 10 mg/dl, dan akan hilang pada hari keempat belas,
keceptan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
2. Ikterus Patologis
Ikterus ini memiliki dasar patologi, ikterus timbul dalam 24 jam
pertama kehidupan : serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl. Terjadi
peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam. Konsentrasi
bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan
12,5 mg% pada bayi cukup bulan ikterus yang disertai dengan proses
hemolisis (inkompatibilitas darah), defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis).
Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl
per jam atau lebih 5 mg/dl perhari. Ikterus menetap sesudah bayi umur 10
hari (bayi cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir BBLR.
Dibawah ini adalah beberapa keadaan yang menimbulkan ikterus
patologis :
a. Penyakit hemolitik, isoantibodi karena ketidakcocokan golongan
darah ibu dan anak seperti Rhesus Antagonis, ABO dan
sebagainya.
b. Kelainan dalam sel darah merah pada defisiensi G-6-PD (Glukosa-
6 Phosfat Dehidrokinase), talasemia dan lain-lain.
c. Hemolisis : hematoma, polisitemia, perdarahan karena trauma
lahir.
d. Infeksi : septisemia, meningitis, infeksi saluran kemih, penyakit
karena toksoplasmosis, sifilis, rubella dan sebagainya juga
hepatitis.
e. Kelainan metabolik : hipoglikemia, galaktosemia.
f. Obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin
seperti solfonamida, salisilat, sodium benzoat, gentamisin, dan
sebagainya.
g. Pirau enterohepatik yang meninggi : obstruksi usus letak tinggi,
penyakit Hiscprung, stenosis, pilorik, mekonium ileus dan
sebagainya.

E. Gambaran Klinis
Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar, letargi
(lemas), kejang, tidak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dan
akhirnya epistotonus. Jika bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi
spasme otot, epistotonus, kejang, stenosis, yang disertai ketegangan otot.
Dapat pula terjadi ketulian, gangguan bicara, dan retardasi mental. Perut
buncit, pembesaran di hati, feses berwarna seperti dempul, bayi tidak mau
minum.

F. Komplikasi
Apabila tidak tertangani secara serius akan terjadi kern ikterus yaitu
kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada
korpus striatum, thalamus, nucleus, serta subtalamus, hipokempus, nucleus
merah didasar ventrikel IV.

G. Penatalaksanaan
Tahap awal dengan melakukan pencegahan, ikterus dapat dicegah dan
dihentikan peningkatannya dengan cara :
1. Pengawasan antenal yang baik .
2. Menghindari obat yang dapayt meningkatkan ikterus pada masalah
kehamilan missal : oksitosin
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonates.
4. Penggunaan fenobarbital Pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
5. Pemberian makanan yang bergizi.
6. Pencegahan infeksi.
Cara mengatasi hiperbilirubinemia .
1. Mempercepat proses konjugasi
(pemberian fenobarbital diberikan 1-2 hari sebelum ibu melahirkan)
2. Memberikan substrat yang kurang untuk trasportasi inkonjugasi
pemberian albumin.
3. Melakukan dekomposisi bilirubin dan foto terapi.
4. Tranfusi tukar
Jika kadar bilirubin mencapai kadar yang mengkhawatirkan, sebaiknya
bayi dirawat untuk mendapat terapi sinar. Untuk sementara pemberian ASI
dihentikan, sambil dilakukan pemeriksaan. Namun ada kalanya kasus bayi
kuning terjadi karena kurangnya pemberian ASI pada hari-hari pertama,
karena ASI pada hari-hari pertama masih sedikit dan pengeluaran feses
sedikit. Dokter biasanya akan meminta ibu menyusui lebih sering sehingga
ASI lebih banyak dan pengeluaran kotoran bayi lebih lancar.
Pelaksanaan pemberian terapi sinar yang perlu diperhatikan :
1. Pemberian terapi sinar selama 100 jam
2. Lampu yang dipakai tidak melebihi 500 jam (maksimal sampai 500
jam).
3. Baringkan bayi telanjang, hanya genetalia yang ditutup dengan popok
mini saja agar sinar dapat merata ke seluruh tubuh.
4. Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya.
5. Posisi bayi sebaiknya diubah- ubah.
6. Perhatikan suhu bayi agar selalu 36,5 oC-37 oC dan observasi suhu tiap
4-6 jam sekali.
7. Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi
8. Perhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak.
9. Jika setelah pemberian terapi 100 jam bilirubin tetap tinggi / kadar
bilirubin dalam serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu
belum mencapai 500 jam digunakan, selanjutnya hubungi dokter
mungkin perlu tranfusi tukar.
10. Pada kasus ikterus karena hemolitis diperiksa setiap hari, yang
diperhatikan pada pemberian tanpa sinar.
Pasang label, kapan terapi dimulai dan kapan selesainya. Hitung 100 jam
sampai tanggal berapa. Sebelum digunakan cek lampu apakah lampu sudah
semuanya menyala. Tempelkan pada alat terapi sinar penggunaan yang
beberapa kali pada bayi itu, untuk memudahkan mengetahui kapan mencapai
500 jam penggunaan.
H. Pemeriksaan Fisik
Secara klinis ikterus neonatus menurut (Suryono,indarso,WHO,2003)
dapat di lihat setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Amati ikterus pada
siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas
dengan sinar lampu dan tidak bisa di lihat dengan penerangan yang kurang,
terutama pada neonatus yang kulitnya gelap. Penilaian pada neonatus itu lebih
sulit apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar. Tekanan kulit
secararingan memakai jari tangan untuk mematikan dengan warna kulit dari
jaringan subkutan, timbulnya pada ikterus yang mempunyai arti penting pula
dalam diagnosis dalam penatalaksanaan penderita karena pada saat timbulnya
ikterus itu mempunyai keterkaitan yang erat dengan kemungkinan dari
penyebab ikterus tersebut.
Pemeriksaan yang dilakukan dari ujung rambut sampai kaki.

1. Kepala : Pada bayi ikterus terlihat menguningnya atau jaringan


lain di kepala akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh (Hasan dan
Alatas, 2007).
2. Muka : Tanda klinis pada bayi ikterus pada muka yaitu pada
puncak hidung dan mulut berwarna kuning (Marmi dan Rahardjo,
2012).
3. Mata : Sklera pada bayi ikterus berwarna kuning (Varney,
2008).
4. Kulit : Pada bayi dengan ikterus kulit berwarna kuning akibat
akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih (Hidayat, 2008).
5. Dada : Pada bayi ikterus dada berwarna kuning (Marmi dan
Rahardjo, 2012).
6. Abdomen : Pada bayi dengan ikterus tanda klinis pada abdomen
yaitu perut bayi berwarna kuning dan memeriksa adanya
pembesaran hati dan limpa (Marmi dan Rahardjo, 2012).
7. Ekstremitas : Pada bayi dengan ikterus tanda klinis pada
ekstremitas yaitu kaki dan tangan terdapat warna kuning (Marmi
dan Rahardjo, 2012).
8. Genetalia : Pada bayi dengan ikterus ketika BAK warna urine
gelap (Varney, 2008).
9. Anus : Pada bayi dengan ikterus pengeluaran BAB pada
warna feses bayi akan lebih terang (Varney, 2008).
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Untuk pemeriksaan serum bilirubin
(bilirubin total dan inderek) harus di lakyukan dengan neonatus yang
mengalami ikterus. Teutama pada bayi yang nampak sakit atau bayi-bayi yang
tergolong resiko pada diagnosis. Namaun untuk bayi yang mengalami ikterus
berat bisa di lakukan dengan terapi sinar sesegara mungkin, dan jangan
menunda terapi sinar dengan menunggu hasil untuk pemeriksaan kadar serum
bilirubin. Pemeriksaan tambahan yang sering di lakukan untuk evaluasi untuk
menetukan penyebab ikterus antara lain:

a. Golongan darah an ‘Coombs test’


b. Darah lengkap dan hapusan darah
c. Hitung retikulosit, skrining G6 PD atau ETCOc
d. Bilirubin inderek
Untuk pemeriksaan serum bilirubin total harus di ulang setiap 4-24
jam tergantung untuk usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum
albumin juga perlu di ukur untuk menentukan pilihan terapi sinar ataukah
tranfusi tukar

J. Masalah Yang Lazim Muncul Pada Klien

1. Ikterik Neonatus berhubungan dengan berat badan abnormal , pola


makan tidak ditetapkan dengan baik, bayi menunjukkan kesulitan dalam
transisi kehidupan ekstrauterin, usia neonatus 1-7 hari, feses(mekonium)
terlambat keluar

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif


volume cairan (evaporasi), diare.

3. Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan panas (efek foto


terapi ), dehidrasi.

4. Diare berhubungan dengan efek foto terapi.

5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pigmentasi


( jaundice), hipertermi, perubahan turgor kulit, eritema.

K. Discharge planning
1. Ajarkan orang tua cara merawat bayi agar tidak terjadi infeksi dan
jelaskan tentang daya tahan tubuh.
2. Jelaskan pada orang tua pentingnya pemberian ASI apabila sudah tidak
ikterik . namun bila penyebabnya bukan dari jaundice ASI tetap
diteruskan pemberianya
3. Jelaskan pada orang tua tentang komplikasi yang mungkin terjadi dan
segera lapor dokter / perawat
4. Jelaskan untuk pemberian imunisasi
5. Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan

L. Diagnosa keperawatan
1. Ikterik Neonatus
Berhubungan dengan :
- berhubungan dengan berat badan abnormal (>7-8% pada bayi baru
lahir yang menyusui ASI : 15% pada bayi cukup bulan
- pola makan tidak ditetapkan dengan baik
- bayi menunjukkan kesulitan dalam transisi kehidupan ekstrauterin
- usia neonatus 1-7 hari
- feses(mekonium) terlambat keluar
NOC :
- Breasfeeding inefektif
- Breasfeeding interupted
- Liver function, risk of impaired
- Blood glucose, risk for unstable
Kriteria Hasil :
- Menyusui secara mandiri
- Tetap mempertahankan laktasi
- Perumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal
- Mengetahui tanda tanda penurunan suplai ASI
- Ibu mampu mengumpulkan dan menyimpan ASI secara aman
- Penyapihan pemberian ASI diskontinuitas progresif pemberian ASI
- Kemampuan penyedia perawatan untuk mencairkan
menghangatkan dan menyimpan asi secara aman
- Menunjukkan teknik dalam memompa asi
- Berat badan bayi = masa tumbuh
- Tidak ada respon alergi sistemik
- Respirasi status: jalan nafas, pertukaran gas dan ventilasi nafas
bayi adekuat
- TTV bayi dalam batas normal
- Penerimaan konsisi kesehatan
- Dapat mengontrol kadar glukosa darah
- Mdapat memanajemen dan mencegah penyakit semakin parah
- Tingkat pemahaman untuk dan pencegahan komplikasi
- Dapat meningkatkan istirahat
- Status nutrisi adekuat
- Control resiko proses infeksi
NIC :
- Meninjau sejarah ibu dan bayi untuk faktor risiko untuk
hiperbilirubinemia (misal ketidakcocokan Rh atau ABO ,
polistemia, sepsis, prematuritas, mal presentasi)
- Amati tanda-tanda ikterus
- Agar serum bilirubin tingkat sebagai protokol per yang sesuai atau
permintaan praktis primer
- Melaporkan nilai laboratorium untuk praktis primer
- Tempat bayi di isolette
- Intruksikan keluarga pada prosedur fototerapi dan perawatan
- Terapkan tambalan untuk menutup pada kedua mata, menghindari
tekanan yang berlebihan
- Hapus tambalan mata setiap 4 jam atau ketika lampu mati kontak
orang tua dan makan
- Memantau mata untuk edema, drainase, dan warna
- Tempat fototerapi lampu diatas bayi pada ketinggian yang sesuai
- Periksa intensitas lampu sehari-hari
- Monitor TTV per protokol atau sesuai kebutuhan
- Ubah posisi bayi setiap 4 atau per protokol
- Memantau tingkat bilirubin serum per protokol atau permintaan
praktisi
- Mengevaluasi status neurologis setiap 4jam
- Amati tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit menurun,
kehilangan berat badan
- Timbang setiap hari
- Mendorong 8 kali menyusui setiap hari
- Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam terapi cahaya
- Intruksikan keluarga fototerapi di rumah yang sesuai
2. Resiko kekurangan Volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif
volume cairan ( evaporasi) ,diare .
Definisi : penurunan cairan intravaskuler ,interstisial ,dan / atau
intrasellular . ini mengarah ke dehidrasi ,kehilangan cairan dengan
pengeluaran sodium .
Batasan karakteristik :
- Kelemahan
- Haus
- Penurunan turgor kulit / lidah
- Membran mukosa / kulit kering
- Peningkatan denyut nadi , penurunan tekanan darah ,penurunan
volume / tekanan nadi
- Pengisian vena menurun
- Perubahan status mental
- Konstentrasi urine meningkat
- Temperature tubuh meningkat
- Hematokrit meninggi
- Kehilangan berat badan seketika ( kecuali pada thirul spacing )
Faktor – faktor yang berhubungan :
- Kehilangan volume cairan secara aktif
- Kegagalan mekanisme pengaturan
NOC :
- Fluid balance
- Hydration
- Nutritional status food and fluid intake
Keriteria hasil :
- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB ,BJ urine
normal ,HT normal
- Tekanan darah ,nadi ,suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda –tanda dehidrasi ,elastisitas turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab ,tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC :
Fluid management
- Timbang pokok /pembalut jika diperlukan
- Pertahankan catatan hidrasi ( kelembaban membrane mukosa ,nadi
adekuat ,tekanan darah ortostatik ) ,jika diperlukan
- Monitor vital sign
- Monitor masukan makanan /cairan dan hitung intake kalori harian
- Kolaborasikan pemberian cairan IV
- Monitor status nutrisi
- Berikan cairan IV pada suhu ruangan
- Dorong masukan oral
- Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Tawarkan snack ( jus buah ,buah segar )
- Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
- Atur kemungkinan tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia management
- Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan hematokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor responpasien terhadap penambahan cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk menambah intake oral
- Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
- Monitor adanya gagal ginjal
3. Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan panas ( efek
fototerapi ), dehidrasi.
Definisi : suhu tubuh naik diatas rentang normal

Batasan karakteristik :

- Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal


- Serangan atau konvulsi ( kejang )
- Kulit kemerahan
- Pertambahan RR
- Takikardi
- Saat disentuh tanan terasa hangat

Faktor-faktor yang berhubungan :

- Penyakit / trauma
- Peningkatan metabolisme
- Aktivitas yang berlebih
- Pengaruh medikasi / anastesi
- Ketidakmampuan/penurunan kemampuan untuk berkeringat
- Terpapar dilingkungan panas
- Dehidrasi
- Pakaian yang tidak tepat

NOC : Thermoregulation

Kriteria Hasil :

- Suhu tubuh dalam rentang normal


- Nadi dan RR dalam rentang normal
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

NIC :

Fever treatment

- Monitor suhu sesering mungkin


- Monitor IWL
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- Monitor penurunan tingkat kesadaran
- Monitor WBC, Hb, Hct
- Monitor intake dan output
- Berikan anti piretik
- Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
- Selimuti pasien
- Lakukan tapid sponge
- Berikan cairan intravena
- Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
- Tingkatkan sirkulasi udara
- Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation

- Monitor suhu minimal tiap 2 jam


- Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
- Monitor TD, nadi, dan RR
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
- Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
- Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negative dari kedinginan
- Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
- Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring

- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD , nadi RR , sebelum selama dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad ( tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
4. Diare berhubungan dengan efek fototerapi
NOC:

- Bowel elimination
- Fluid balance
- Hydration
- Electrolyte and Acid bace balance

Kriteria hasil :

- Feses berbentuk, BAB sehari sekali-tiga hari


- Mejaga daerah sekitar rectal dari iritasi
- Tidak mengalami diare
- Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
- Mempertahankan turgor kulit
NIC: Diarhea Management :

- Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointernal


- Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare
- Instruksikan pasien/keluaga untuk mencatat warna, jumlah ,
frekuensi dan konsistensi dari feses
- Evaluasi intake makanan yang masuk
- Identifikasi faktor penyebab dari diare
- Monitor tanda dan gejala diare
- Observasi turgor kulit secara rutin
- Ukur diare/keluaran BAB
- Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus
- Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi protein, dan
tinggi kalori jika memungkinkan.
- Instruksikan untuk menghindar laksative
- Ajarkan tekhnik menurunkan stress
- Monitor persiapan makanan yang aman
5. Resiko kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan pigmentasi
( jaundice), hipertermi, perubahan turgor kulit , eritema.
NOC : Tissue Integrity : skin and muccos membranes

Kriteria hasil :

- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan ( sensasi, elastisitas,


temperature, hidrasi, pigmentasi )
- Tidak ada luka/lesi pada kulit
- Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya sedera berulang
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami

NIC :Pressure Management

- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar


- Hindari kerutan pada tempat tidur
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Mobilisasi pasien ( ubah posisi paien ) setiap 2 jam sekali
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Oleskan lotion atau minyak / baby oil pada daerah yang terkekan
- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Monitor status nutrisi pasien
- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Pathway

Peningkatan
Gangguan fungsi Gangguan Gangguan Peningkatan
produksi
hatbilirubin transportasi ekskresi sirkulasi
enterohepatk

HIPERBILIRUBINEMIA

Bilirubin Indirek Fototerapi Peningkatan


pemecahan bilirubun

Toksik bagi jaringan Perubahan suhu Pengeluaran cairan


lingkungan empedu di usus
MK : kerusakan Saraf Aferen Peristaltc usus
Integritas kulit

hipotalamus MK : Diare
MK : Ikterik Neonatus
Vase kontriksi
Pengeluaran Volume
cairan dan intake
penguapan
MK : Resiko
MK : Hipertermi kekurangan Volume
cairan

Anda mungkin juga menyukai