Anda di halaman 1dari 9

KONVERSI KORAL LAUT (GONIOPORA SP.

) MENJADI
HIDROKSIAPATIT SEBAGAI ADSORBEN LIMBAH INDUSTRI LOGAM
BERAT Cd DENGAN MENGGUNAKAN METODE SONIKASI

Joulman Cipta Alief Anugrah


Pascasarjana Universitas Negeri Makassar., Jl. Bonto Langkasa, Banta-Bantaeng,
Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222
Email: joulmananugrah@gmail.com

ABSTRAK

Sintesis coralline hydroxyapatite (CHAp) dari koral laut yang umumnya


menggunakan metode basah yaitu hidrotermal yang memerlukan suhu dan
tekanan tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkonversi koral laut
Goniopora sp. menjadi CHAp dengan metode sonikasi pada suhu rendah.
Goniopora sp. dikalsinasi pada suhu 900 °C selama 3 jam, kemudian direaksikan
dengan diammonium hidrogen fosfat [(NH4)2HPO4] dan mono kalium fosfat
(KH2PO4) dengan waktu sonikasi 6 jam sampai 24 jam pada suhu 60 °C. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan fase dari koral menjadi
CHAp yang dapat dilihat dari identifikasi pola difraksi sinar-X khas dari
hidroksiapatit dengan derajat kristalinitas sebesar 66% untuk CHAp dengan
waktu sonikasi 24 jam. Spektrum Fourier Transform Infra Red Spectroscopy
(FTIR) menunjukkan puncak serapan khas dari hidroksiapatit yaitu gugus OH
pada 3637 cm-1 sampai dengan 3404 cm-1 fosfat (PO43-) pada 569 cm-1 , 960
cm , dan 1045 cm serta karbonat (CO3 ) pada 1456 cm dan 873 cm-1 .
-1 -1 2- -1

Carbonated hydroxyapatite yang terbentuk adalah tipe-B. Rasio Ca/P yang


dihasilkan untuk CHAp dengan waktu sonikasi 24 jam adalah 1,7.
Penyerapan logam Cd dilakukan melalui teknik adsorpsi menggunakan
hidroksiapatit sebagai adsorben. Penyerapan logam Kadmium dilakukan dengan
pemanasan 75oC dan dilakukan dengan teknik pengendapan Nanopartikel
hidroksiapatit. Alat instrumen spektrofotometri serapan atom diperlukan dalam
penelitian ini. Hasil penyerapan menunjukkan penyerapan 66,36% dari larutan
kadmium atau memiliki Kuantitas 6,77 mg/g ke nanopartikel hidroksiapatit.

Kata Kunci: Koral Laut, Hidroksiapatit

PENDAHULUAN dalam bidang komunikasi. Hal ini


Zaman yang serba teknologi mendorong untuk berkembangnya usaha
mendorong ikut berkembangnya industri dibidang industri elektronik sangat
elektronik. Hal ini karena produk elektronik menjanjikan. Perkembangan industri
yang semakin dibutuhkan dalam membantu elektronik tidak terlempas dari limbah.
aktifitas manusia sehari-hari. Aktifitas yang Identifikasi yang telah dilakukan pada suatu
dilakukan sudah sangat dekat sekali bahkan penelitian komposisi limbah, mendapatkan
hampir semua kegiatan menggunakan alat- komposisi limbah ponsel sebesar 51,87%
alat elektronik seperti saat membantu logam, 21,07% plastik, 25% Kaca, dan 1,25%
pekerjaan rumah tangga dan untuk membantu campuran logam dan plastik. Limbah logam
didominasi oleh baterai yang mengandung Koral sebagian besar terdiri dari
unsur seperti nikel, litium, kadmium, dan kalsium karbonat dalam bentuk kristal
lainnya. Kontribusi limbah logam pada aragonit (CaCO3) yang dapat dengan mudah
elektronik ponsel menunjukkan komposisi dikonversi menjadi biokeramik kalsium
terbesar dari jenis limbah lainnya. fosfat. Telah dilaporkan bahwa, Koral
Logam cadmium termasuk logam menunjukkan pertumbuhan sel dan
berat yang dapat menimbulkan bahaya bagi pembentukan tulang yang mirip dengan
kesehatan manusia. Jika manusia menghirup, jaringan tulang inang. Hidroksiapatit,
menelan debu atau uapnya, menempel di kulit Ca10(PO4)6(OH)2 atau (HA) adalah bahan
atau masuk ke mata dan kemudian diserap kalsium fosfat yang ditemukan di mamalia
oleh tubuh, dapat menimbulkan gejala pada jaringan keras, gigi dan tulang. Karena
tubuh manusia. Studi yang telah dilakukan implikasi biologis, antarmuka antara
terhadap paparan logam Cd menunjukkan komponen logam dan organik dengan kristal
bahwa paparan lingkungan kronis terhadap hidroksiapatit telah menjadi subjek penelitian
Cd yang sekarang berlaku di negara-negara yang menarik. Koral juga merupakan
industri dapat mempengaruhi ginjal dan organisme laut yang menarik untuk
tulang masyarakat umum secara negatif. mempelajari pertukaran fosfat-karbonat dan
Studi ini menunjukkan hubungan yang pertumbuhan preferensial yang diarahkan oleh
konsisten antara berbagai biomarker ginjal komposisi kimia dan morfologi. Dengan cara
dan tulang dan ekskresi kencing Cd yang ini, HA dapat dipersiapkan secara tepat dari
digunakan untuk menilai pembekuan tubuh senyawa alami karbonat-fosfat dari koral
Cd. Kandungan logam berat ini bisa untuk aplikasi dalam biomedis dan teknologi.
terkandung di dalam air atau perairan. Koral laut berasal dari family
Akumulasi yang dilakukan pada perairan di poratidae memiliki beberapa spesies,
Pesisir menunjukkan konsentrasi Cd sebesar diantaranya Porites, Goniopora, Corallina
30,9 ppm. officinalis, Acropora, dan lain-lain tersusun
Hidroksiapatit, Ca10(PO4)6(OH)2 atas rangka kalsium karbonat (CaCO3).
adalah mineral utama penyusun tulang dan Goniopora paling banyak diteliti karena
gigi. Material pengganti tulang yang tersusun memiliki kesamaan mikroskopis dengan
atas hidroksiapatit, telah digunakan secara tulang kanselus. Data dari Global Marine
luas untuk aplikasi biomedis seperti di bidang Aquarium Database (GMAD) menunjukkan
periodontologi dan ortopedi. hidroksiapatit bahwa Indonesia, Fiji, Kepulauan Solomon,
merupakan partikel biomaterial berpori yang dan Tonga memasok lebih dari 95% ekspor
memiliki ukuran nano atau 10-9 m. Sintesis koral dan sebesar 71% diekspor oleh
hidroksiapatit dapat dilakukan melalui Indonesia. Goniopora adalah jenis yang paling
beberapa Teknik. Hidroksiapatit digunakan banyak diekspor setelah Scleractinia.
karena memiliki sifat biokompatibilitas, CHAp cukup efektif dan aman
bioaktivitas, osteokonduktif, non toksik dan secara CHAp cukup efektif dan aman secara
non imunogenik klinis jika digunakan sebagai implan
Hidroksiapatit dapat disintesis substitusi dengan tingkat resorpsi yang lebih
menggunakan bahan sintetis dan dapat pula lambat. Metode konversi koral menjadi CHAp
diekstraksi dari bahan biologi seperti tulang yang umum digunakan adalah metode
sapi, sisik ikan, cangkang telur, maupun hidrotermal. Sintesis hidroksiapatit dari
sumber dari hewan laut atau disebut juga Goniopora yang berasal dari Teluk Mannar di
sumber biogenik. Biogenik antara lain perairan India Selatan. Koral dikalsinasi pada
bersumber dari koral, sponges, moluska, dan suhu 900 °C selama 2 jam kemudian
tulang ikan. Sumber biogenik merupakan dikarakterisasi XRD, FTIR, dan analisis
pilihan yang baik untuk menyintesis termal. Hasilnya menunjukkan bahwa koral
biomaterial karena menyerupai jaringan keras mengalami perubahan fase menjadi CHAp.
pada manusia.
Proses hidrotermal termasuk metode
basah yang identik dengan reaksi senyawa 1. Karakterisasi Hidroksiapatit pada
kimia dalam larutan berair pada suhu tinggi. koral
Suhu yang digunakan berkisar antara 180 °C Bahan kimia yang digunakan antara
sampai dengan 250 °C (Xu et al. 2001; Akram lain diammonium hidrogen fosfat
et al. 2014). Metode basah seperti hidrotermal [(NH4)2HPO4], mono kalium fosfat
memiliki kelemahan yaitu memerlukan (KH2PO4), etanol, ammonium molibdat,
peralatan yang lebih mahal karena dilakukan ammonium vanadat, dan asam klorida dari
pada suhu dan tekanan tinggi. Selain itu, Merck. Sedangkan alat yang digunakan
kristalinitas dan kemurnian fase dari partikel dalam penelitian ini adalah spektrofotometer
yang dihasilkan sulit terkontrol. Untuk Fourier Transform Infra Red
mengatasi kekurangan tersebut perlu Spectrophotometer (FTIR) Prestige 21 model
dilakukan metode lain sebagai alternatif 8400 S, Diffractometer (XRD) XD-610, UV-
metode konversi koral menjadi CHAp. Vis Spectrophotometer UV mini1240,
Metode konversi rangka CaCO3 Scanning Electron Microscope (SEM) JEOL,
menjadi CHAp pada penelitian ini JSM-6390, dan Bransonic-3510 Ultrasonic
menggunakan metode sonikasi. Sonikasi 230 V/355 W - 50/60 kHz.
menyebabkan peronggaan, dimana terbentuk
gelembung udara dalam media air yang dapat 2. Penentuan Kadar Konsentrasi Logam
merangsang reaktivitas spesies kimia yang Berat Cd
terlibat sehingga terjadi reaksi percepatan Bahan kimia yang digunakan yaitu
heterogen antara reaktan padat dan cair secara larutan yang mengandung Cd dengan
efektif. Sonikasi merupakan cara yang efektif konsentrasi +50 ppm. Dan alat yang
untuk menghancurkan partikel menjadi digunakan menentukan kadar konsentras
bentuk yang lebih kecil. Metode sonikasi logam berat dalam larutan yaitu AAS
memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan (Atomic Absorption Spectrophotometry).
metode lain yaitu tidak memerlukan suhu
tinggi dan stabilizer pada prosesnya sehingga Metode
relatif lebih murah, cepat, dan dapat
diaplikasikan pada skala besar. Hal tersebut 1. Karakterisasi Hidroksiapatit pada
dapat dilihat dari penelitian yang melakukan koral
sintesis hidroksiapatit nanokomposit Koral laut Goniopora sp. dicuci
menggunakan ultrasonik pada frekuensi 28/35 menggunakan air hangat dan cairan
kHz-150/320 W. Melalui metode sonikasi pembersih kemudian dikeringkan di dalam
dihasilkan hidroksiapatit yang homogen dan oven. Setelah kering, koral dikalsinasi
terdifusi dengan baik. dengan tanur pada suhu 900 °C selama tiga
Dengan adanya hal tersebut sangat jam, lalu dihaluskan menjadi serbuk dengan
tepat ketika hidroksiapatit dari sampel koral menggunakan mortar. Serbuk koral
digunakan untuk menyerap limbah kadmium kemudian dicuci melalui perendaman dengan
dengan metode sonikasi. Sehingga penelitian etanol, lalu dikeringkan.
ini bertujuan untuk mengkonversi koral laut Konversi Goniopora sp. menjadi
menjadi hidroksiapatit dengan metode CHAp dilakukan dengan metode sonikasi
sonikasi. seperti yang dikerjakan oleh (Rouhani,
Taghavinia, and Rouhani 2010). Sonikasi
BAHAN DAN METODE dilakukan pada suhu yang lebih tinggi untuk
memperoleh hidroksiapatit dengan
Alat dan Bahan kristalinitas yang lebih tinggi. Serbuk
Pada penelitian ini, digunakan koral Goniopora tanur direaksikan dengan
laut yaitu jenis Goniopora sp. dari family diammonium hidrogen fosfat dan mono
poratidae kalium fosfat dengan perbandingan 3:2:1
dalam alat ultrasonik Bransonic-3510 penyusun koral, dapat langsung berubah
Ultrasonic 230 V/355 W - 50/60 kHz. menjadi hidroksiapatit, tanpa melalui fase
Campuran tersebut disonikasi dengan variasi intermediate menjadi kalsit.
waktu 6 jam sampai 24 jam pada suhu 60 °C.
Karakterisasi sifat fisik CHAp yang Karakterisasi Coralline Hydroxyapatite
dilakukan antara lain analisis gugus fungsi dengan Fourier Transform Infra Red
dengan FTIR, analisis kristalinitas dengan Spectrophotometer (FTIR)
XRD, analisis kadar kalsium dengan metode
titrimetri, analisis kadar fosfor dengan Spektrum FTIR dari koral Goniopora
metode MolibdatVanadat menggunakan sp., Goniopora tanur, dan CHAp disajikan
spektrofotometri UV-Vis, serta analisis pada Gambar 2. Koral laut tersusun dari
morfologi bahan dengan SEM-EDX. senyawa kalsium karbonat dengan mineral
penyusun utama adalah aragonit. Hal tersebut
dapat dilihat dari spektrum koral Goniopora
sp. yang terbentuk. Puncak serapan vibrasi
regang OH terlihat di daerah panjang
gelombang 3340 cm-1 sampai dengan 3579
cm-1 dan vibrasi regang C-H pada daerah
2852 cm-1 sampai dengan 2920 cm-1.

Gambar 1. Diagram Skema Ultrasonik

2. Penentuan Kadar Konsentrasi Logam


Berat Cd
Mempersiapkan simulasi limbah
yang mengandung Cd dengan konsentasi +50
ppm. Dilakukan Uji AAS untuk mengetahui
konsentrasi Cd yang terkandung. Setelah itu
melakukan penyerapan logam dengan
menambahkan hidroksiapatit. Lakukan
perhitungan kemampuan penyerapan
hidroksiapatit terhadap konsentrasi Cd dari
hasil perbandingan AAS sebelum dan
sesudah penyerapan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konversi koral laut menjadi


hidroksiapatit menghasilkan coralline
hydroxyapatite (CHAp) dengan persamaan
reaksi sebagai berikut :
10CaCO3 + 6(NH4)2HPO4 + 2H2O  Gambar 2. Spektrum FTIR koral Goniopora, Goniopora
Ca10(PO4)6(OH)2 + 6(NH4)2CO3 + 4H2CO3 tanur, dan CHAp
Selain itu terdapat pula vibrasi regang
Larutan KH2PO4 yang ditambahkan berperan OH dan C=O dari senyawa karboksilat di
sebagai mineralizer untuk mempercepat daerah 2522 cm-1 dan 1784 cm-1. Puncak
proses konversi koral menjadi CHAp dan serapan pada 707 cm-1, 858 cm-1, 1082 cm-1
mencegah terbentuknya fase intermediate. dan 1487 cm-1 merupakan vibrasi karbonat
Aragonit yang merupakan unsur utama (CO32-) yang khas dari unsur aragonit. Setelah
dilakukan proses kalsinasi pada suhu 900°C, sampai dengan 24 jam. Terlihat bahwa pita
puncak serapan vibrasi dari C-H, vibrasi OH serapan OH di daerah 3637 cm-1 yang pada
dan C=O dari senyawa karboksilat pada CHAp hasil sonikasi 6 jam terlihat lebih tajam
daerah 2900 cm-1 sampai dengan 1700 cm-1 intensitasnya, tetapi seiring dengan
yang semula terdapat pada koral sebelum bertambahnya waktu sonikasi menjadi
tanur, menghilang setelah koral ditanur pada semakin kecil. Begitu pula halnya dengan pita
suhu tinggi. Hal tersebut mengindikasikan serapan karbonat di daerah 873 cm-1,
bahwa kandungan unsur organik yang ada menunjukkan intensitas yang semakin
pada koral, hilang karena pemanasan. berkurang seiring dengan bertambahnya
Puncak serapan dengan intensitas waktu sonikasi. Hal tersebut menunjukkan
tajam pada 3639 cm-1 menunjukkan gugus bahwa semakin lama waktu sonikasi, proses
fungsi OH terikat (OH pada struktur koral) konversi Goniopora menjadi CHAp semakin
yang tidak hilang karena pemanasan. Setelah sempurna, yang ditandai dengan adanya
koral direaksikan dengan larutan perubahan unsur karbonat sebagai penyusun
diammonium hidrogen fosfat [(NH4)2HPO4] koral berubah atau mensubtitusi OH dan fosfat
dan mono kalium fosfat (KH2PO4) dengan
metode sonikasi, terjadi konversi Goniopora
menjadi CHAp. Hal tersebut dapat terlihat
dari munculnya pita serapan khas dari
hidroksiapatit pada panjang gelombang 3637
cm-1 sampai dengan 3404 cm-1 yang
merupakan vibrasi regang OH, dan vibrasi
tekuk H-OH pada 1631 cm-1. Vibrasi
deformasi fosfat (PO43-) pada daerah 569 cm-1
dan 603 cm-1 serta vibrasi regang fosfat pada
960 cm-1 dan 1045 cm-1.
Selain itu, terdapat puncak serapan
tajam pada daerah 1456 cm-1 dan 873 cm-1
yang menunjukkan vibrasi regang dan tekuk
C-O dari unsur karbonat (CO32-). Spektrum
CHAp yang dihasilkan memiliki kesamaan Gambar 3. Spektrum FTIR CHAp dengan waktu
dengan CHAp yang diteliti oleh (Sivakumar et sonikasi 6 jam sampai dengan 24 jam
al. 1996). Pita serapan karbonat yang spesifik
pada panjang gelombang 873 cm-1 adalah Hasil spektrum FTIR dapat
vibrasi bending/tekuk C-O (v2) dan vibrasi dikorelasikan dengan hasil pola difraksi sinar-
regang asimetris C-O (v3) pada 1456 cm-1 X yang terbentuk. Proses pencucian
menunjukkan bahwa karbonat yang terbentuk Goniopora tanur dengan etanol juga
adalah tipe-B, dimana karbonat (CO32-) berpengaruh terhadap spektrum FTIR CHAp
mensubtitusi fosfat (PO43-) (Ren and Leng yang dihasilkan (Gambar 4).
2011). Jika dibandingkan dengan Gambar 4 menunjukkan spektrum
hidroksiapatit yang terbentuk secara FTIR CHAp yang diproses dari goniopora
stoikiometri, hidroksiapatit dengan unsur tanur yang sebelumnya dicuci dengan etanol.
karbonat didalamnya menunjukkan sifat Koral yang memiliki struktur berpori, tersusun
osteokonduktivitas dan bioresorbabilitas yang atas 97% mineral (utamanya CaCO3) dan 3%
lebih baik, karena lebih mirip dengan oksida besi-magnesium yang tergabung dalam
komposisi dalam mineral tulang. substansi organik. Substansi organik,
Waktu sonikasi yang dilakukan juga utamanya terdiri dari protein. Pencucian
berpengaruh terhadap spektrum FTIR yang dengan menggunakan etanol bertujuan untuk
dihasilkan. Gambar 3 menunjukkan spektrum membersihkan koral dari substansi organik
FTIR dari CHAp dengan waktu sonikasi 6 jam tersebut.
dengan 29°, antara waktu sonikasi 6 jam dan
24 jam memiliki perbedaan intensitas. CHAp
dengan waktu sonikasi 24 jam memiliki
intensitas puncak yang lebih tinggi daripada
CHAp 6 jam yang mengindikasikan bahwa
semakin lama waktu sonikasi, derajat
kristalinitas CHAp semakin bertambah. Hal
tersebut dikonfirmasi dengan menghitung
derajat kristalinitas CHAp menggunakan
persamaan yang dikerjakan oleh yaitu :

Gambar 4. Spektrum FTIR CHAp dari Goniopora cuci


etanol dengan waktu sonikasi 6 jam sampai dengan 24
jam

Intensitas spektrum OH di daerah


3637 cm -1 pada waktu sonikasi 6 jam terlihat
cukup tajam, namun seiring bertambahnya
waktu sonikasi intensitasnya menjadi
berkurang. Begitu pula halnya dengan
intensitas spektrum karbonat di daerah 873 cm
-1 yang semakin kecil pada waktu sonikasi 24
jam. Terlihat bahwa dengan pencucian etanol,
substansi organik dari goniopora tanur hilang,
sehingga proses konversi goniopora menjadi
lebih baik.

Karakterisasi Coralline Hydroxyapatite


dengan X-Ray Diffraction (XRD)

Pola difraksi sinar-X dari goniopora,


CHAp dengan waktu sonikasi 6 jam dan 24
jam, ditampilkan pada Gambar 5. Pola difraksi
sinarX dari Goniopora sp. memperlihatkan
kesamaan dengan pola XRD aragonit pada
puncak (111) di posisi 26° dan (221) di posisi
52°.
Selain itu terdapat pula pola XRD Gambar 5. Pola difraksi sinar-X dari Goniopora dan
pada posisi 34°, 36° sampai dengan 38°, dan CHAp dengan waktu sonikasi 6 dan 24 jam
46° sampai dengan 48°. Perubahan pola XRD
pada CHAp 6 jam dan CHAp 24 jam dimana Xc adalah derajat kristalinitas, I300
mengindikasikan terbentuknya fase baru adalah intensitas pada puncak difraksi (300),
sebagai hasil dari proses konversi melalui dan V112/300 adalah intensitas pada lembah
sonikasi. Setelah proses konversi, terbentuk antara puncak difraksi (112) dan (300). Dari
pola khas dari CHAp pada posisi 26°, 29°, 32° persamaan tersebut diperoleh perbandingan
sampai dengan 34°, 40°, dan 46° sampai nilai derajat kristalinitas yang disajikan pada
dengan 54°. Variasi waktu sonikasi Gambar 6.
berpengaruh pada intensitas puncak yang Dari grafik pada Gambar 6 terlihat
dihasilkan. Terlihat bahwa pola XRD pada bahwa semakin lama waktu sonikasi yang
puncak (002) dan (210) di posisi 26° sampai
dilakukan dalam proses konversi, semakin sampel CHAp bervariasi sesuai dengan waktu
besar derajat kristalinitas CHAp yang sonikasi. Nilai Ca/P dari sampel CHAp
dihasilkan. CHAp dengan kristalinitas rendah berkisar antara 1,5-2,5 lebih tinggi nilainya
berada dalam fase amorf yang relatif lebih daripada rasio Ca/P untuk sampel CHAp dari
mudah larut daripada CHAp dengan goniopora tanur yang dicuci dengan etanol.
kristalinitas tinggi. Hal tersebut memiliki
kekurangan yaitu dapat menyebabkan proses
disintegrasi terjadi lebih cepat dan reabsorpsi
jika HAp dijadikan implan.

Gambar 7. Grafik rasio Ca/P dari Goniopora dan CHAp


Hidroksiapatit yang diproses dari
sumber sintetik secara stoikiometri, memiliki
nilai rasio Ca/P sebesar 1,67. Tetapi
Gambar 6. Grafik perubahan kristalinitas terhadap waktu
sonikasi
hidroksiapatit yang berasal dari sumber
biologi seperti halnya koral yang diproses
Analisis Rasio Kalsium dan Fosfor (Ca/P) secara non stoikiometri, memiliki nilai Ca/P
dari Coralline Hydroxyapatite yang tidak tepat 1,67.
Hal tersebut disebabkan karena pada
Kadar kalsium dari Goniopora sp. dan sumber biologi juga terdapat unsur trace
CHAp diukur dengan metode titrimetri. Kadar elemen/ion selain unsur Ca dan P yang
kalsium Goniopora sebelum ditanur adalah potensial sebagai material pengganti tulang.
35% dan setelah proses tanur 900 °C dan Rasio Ca/P pada sampel CHAp dengan waktu
dicuci dengan etanol berturut-turut adalah sonikasi 24 jam dihasilkan sebesar 1,7. Nilai
51% dan 53%. Proses tanur menyebabkan tersebut mendekati rasio Ca/P dari
hilangnya unsur organik dari koral, sehingga hidroksiapatit stoikiometri.
setelah ditanur, dengan metode penetapan
yang sama, kadar kalsium semakin Morfologi Coralline Hydroxyapatite
meningkat. Setelah proses konversi dengan dengan Scanning Electron Microscope
larutan diammonium hidrogen fosfat, kadar Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy
kalsium dari CHAp yang terbentuk semakin (SEM-EDX)
berkurang. Kalsium pada CaCO penyusun
koral berubah menjadi kalsium Fosfor dari Morfologi dari sampel CHAp
CHAp 6 jam sampai dengan 24 jam berada disajikan pada Gambar 8. Gambar 8 (a) adalah
pada kisaran 15% sampai dengan 22%, sampel CHAp hasil sonikasi 24 jam dengan
sedangkan kadar fosfor dari CHAp-etanol perbesaran 500 kali. Bentuk dan sebaran
berkisar 17% sampai dengan 26%. CHAp serbuk CHAp tersebut heterogen dan
termasuk biomaterial dalam grup kalsium cenderung terjadi aglomerasi.
fosfat dengan nilai rasio Ca/P berada pada Gambar 8 (b) adalah sampel CHAp
kisaran 0,5-2. Rasio Ca/P dihitung dengan dengan perbesaran 25.000 kali. Dari gambar
melakukan perbandingan antara kadar terlihat morfologi CHAp berbentuk
kalsium dan fosfor 3 yang telah didapatkan. serpihan/flakes irregular (tidak rata) dan
Grafik Ca/P dari Goniopora dan heterogen dengan ukuran berkisar antara 0,06
CHAp disajikan pada Gambar 7. Dari grafik µm sampai dengan 0,67 µm. Bentuk flakes
rasio Ca/P terlihat bahwa nilai Ca/P dari irregular biasanya dihasilkan dari sintesis
hidroksiapatit dengan metode hidrotermal dan teramati pada sampel, berhubungan dengan
sonokimia. adanya unsur karbonat seperti halnya yang
telah dianalisis pada spektrum FTIR.
(a) Penentuan Kadar Konsentrasi Logam
Berat Cd

Penyerapan logam berat Cd dilakukan


berupa simulasi limbah. Untuk penyerapan,
simulasi limbah disiapkan sebanyak 50 ml
dengan pemanasan 75OC. Jumlah
hidroksiapatit yang disiapkan adalah 5 g/L.
Teknik dengan penyerapan ini dilakukan
selama 45 menit. Kemudian dilakukan
penyaringan terhadap larutan. Filtrat yang
didapatkan dilakukan pengukuran dengan
(b) AAS untuk mengukur kandungan Cd yang
tersisa.
Identifikasi AAS terhadap larutan
awal dilakukan pengukuran terlebih dahulu.
Konsentrasi logam berat Cd awal pada larutan
adalah sebesar 51 ppm. Setelah perlakuan
penyerapan dilakukan pengukuran AAS
menunjukkan pengurangan terhadap
konsentrai logam berat Cd sebesar 51 ppm
menjadi 17,14 ppm.
Gambar 8. Foto SEM sampel CHAp 24 jam dengan
Tabel 1. Hasil Penyerapan Logam Berat Cd oleh
perbesaran (a) 500 kali dan (b) 25.000 kali
Nanopartikel Hidroksiapatit
Jenis Logam Konsentrasi Konsentrasi
Awal Akhir
Cd 51 ppm 17,14 ppm

Perhitungan quantity (Q) terhadap daya serap


nanopartikel hidroksiapatit sebesar 6,77 dan
banyaknya konsentrasi yang berkurang
sebesar 66,39%. Kemampuan daya serap
nanopartikel hidroksiapatit ini tergolong
cukup baik, hal ini disebabkan karena pori-
pori yang dimilikinya.
Gambar 9. Spektrum EDX sampel CHAp 24 jam
KESIMPULAN
Spektrum Energy Dispersive X-Ray
Spectroscopy (EDX) dari sampel CHAp 24 Konversi koral Goniopora sp.
jam disajikan pada Gambar 9. Unsur utama menjadi coralline hydroxyapatite (CHAp)
penyusun CHAp seperti kalsium, fosfor, dapat dilakukan dengan metode sonikasi.
karbon, dan oksigen dapat teramati melalui Perubahan fase pada pola difraksi sinar-X
spektrum EDX.Terlihat bahwa unsur C, O, P, menunjukkan terbentuknya CHAp dengan
dan Ca berturut-turut memiliki persentase puncak yang khas milik hidroksiapatit pada
massa 20,23%; 40,27%; 13,28%; dan 26,22%. puncak (211), (112), dan (300) dengan derajat
Unsur karbon (C) dan oksigen (O) yang kristalinitas terbesar pada waktu sonikasi 24
jam yaitu 66%. Dari spektrum FTIR dan EDX
terlihat bahwa hidroksiapatit yang terbentuk
adalah carbonated hydroxyapatite tipe-B,
dimana CO 3 2- mensubtitusi PO 4 3- , dengan
rasio Ca/P sebesar 1,7.
Penyerapan logam berat yang
dilakukan oleh nanopartikel hidroksiapatit
memiliki nilai yang cukup baik dalam
menyerap logam kadmium sebesar 66,39%.
Daya serap (Q) yang diperoleh sebesar 6,77
mg/g. Kemampuan daya serap nanopartikel
hidroksiapatit ini disebabkan karena pori-pori
yang dimilikinya.

REFERENCES

Azharman, Z. 2017. Teknik Penyerapan


Limbah Industri Logam Berat Cd
Dengan Menggunakan Nanopartikel
Hidroksiapatit. Rekayasa Sistem
Industri. Vol. 3, No. 1.

Nabavi, S.M.B., Shushizadeh, M.R., Behfar,


A., Ashrafi, M.G. 2017. Persian Gulf
Corals: A New Hydroxyapatite
Bioceramics in Medicine. International
Journal of Pharmaceutical and
Phytopharmacological Research
(eIJPPR). Vol. 7, No. 5.

Warastuti, Y., Abbas, Basril., dan Suryani,


Nani. 2017. Konversi Koral Laut
Menjadi Hidroksiapatit dengan Metode
Sonikasi. Jurnal Kimia dan Kemasan.
Vol. 39, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai