Anda di halaman 1dari 15

LABORATORIUM PENGOLAHAN AIR DAN

LIMBAH INDUSTRI
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

MODUL : Lumpur Aktif Konvensional


DOSEN PEMBIMBING : Ir. Endang Kusumawati, MT

Praktikum : 05 September 2019


Penyerahan Laporan : 16 September 2019

Oleh :
Kelompok : VII (Tujuh)
Nama : M. Akhid Maulana Akbar (171411053)
M. Nur Missuari (171411054)
M. Rizky Pradhana (171411055)
Kelas : 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengolahan air limbah secara aerobik mikroorganisme mengoksidasi dan
mendekomposisi bahan-bahan organik dalam air limbah dengan menggunakan oksigen
yang disuplai oleh aerasi dengan bantuan enzim dalam mikroorganisme. Pada waktu yang
sama mikroorganisme mendapatkan energi sehingga mikroorganisme baru dapat
bertumbuh. Proses pengolahan secara biologi yang paling sering digunakan adalah proses
pengolahan dengan menggunakan metode lumpur aktif.
Pengolahan limbah dengan lumpur aktif merupakan proses biologis menggunakan
mikroorganisme untuk mendegradasi bahan-bahan organik yang terkandung dalam limbah
cair. Proses lumpur aktif berlangsung dalam bak aerasi yang dilengkapi bak sedimentasi
untuk memisahkan endapan lumpur dari air limbah yang telah terolah. Kualitas effluent
tergantung pada karakter mikroorganisme pembentuk lumpur aktif, antara lain sifat
pengendapannya dan kondisi bak sedimentasi.
Dengan menerapkan sistem ini didapatkan air bersih yang tidak lagi mengandung
senyawa organik beracun dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan. Air tersebut dapat
dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri selanjutnya seperti
cooling tower, boiler laundry, toilet flusher, penyiraman tanaman, general cleaning, fish
pond car wash, dan kebutuhan air yang lainnya. Diharapkan pemanfaatan sistem daur ulang
air limbah akan dapat mengatasi permasalahan persediaan cadangan air tanah demi
kelangsungan kegiatan industri dan kebutuhan masyarakat akan air.

1.2 Tujuan Percobaan

a. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik dalam lumpur aktif dan konsentrasi
kandungan organik setelah percobaan berlangsung selama seminggu.
b. Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) yang
mewakili kandungan mikroorganisme dalam lumpur aktif.
c. Menentukan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah dalam
lumpur aktif.
d. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan bahan
organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam lumpur aktif
terhadap bahan organik mula-mula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Proses lumpur aktif (activated sludge) pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik
yang mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Udara
disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba
membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan.

Sistem Lumpur Aktif


Di dalam limbah yang mengandung bahan organik terdapat zat-zat yang merupakan
makanan dan kebutuhan-kebutuhan lain bagi mikroorganisme yang akan digunakan dalam
proses lumpur aktif. Proses lumpur aktif adalah salah satu proses pengolahan air limbah secara
biologi, dimana air limbah dan lumpur aktif dicampur dalam suatu reaktor atau tangki aerasi.
Padatan biologis aktif akan mengoksidasi kandungan zat di dalam air limbah secara biologis,
yang di akhir proses akan dipisahkan dengan sistem pengendapan. Istilah lumpur aktif
diterapkan baik pada proses maupun padatan biologis di dalam unit pengolahan.
Proses lumpur aktif terdiri dari dua tangki (gambar 1), yaitu :
 Tangki aerasi, di dalam bak ini terjadi reaksi penguraian zat organik oleh
mikroorganisme dengan bantuan oksigen terlarut.
 Bak pemisah (Clarifier): yaitu tempat lumpur aktif dipisahkan dari cairan untuk
dikembalikan ke tangki aerasi, kelebihannya dibuang.

Gambar 1. Proses Lumpur Aktif

Deskripsi Proses Lumpur Aktif

Aliran umpan air limbah bercampur dengan aliran lumpur aktif yang dikembalikan
sebelum masuk rektor. Campuran lumpur aktif dan air limbah membentuk suatu campuran
yang disebut cairan tercampur (mixed liquor). Memasuki aerator, lumpur aktif dengan cepat
memanfaatkan zat organik dalam limbah untuk mendegradasinya.
Kondisi lingkungan aerobik diperoleh dengan memberikan oksigen ke tangki aerasi.
Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan penyebaran udara tekan, aerasi permukaan secara
mekanik, atau injeksi oksigen murni. Aerasi dengan difusi udara tekan atau aerasi mekanik
mempunyai dua fungsi, yaitu pemberi udara dan pencampur agar terjadi kontak yang sempurna
antara lumpur aktif dan senyawa organik di dalam limbah.
Pada tangki pengendapan (clarifier), padatan lumpur aktif mengendap dan terpisah
dengan cairan sebagai effluent. Sebagian lumpur aktif dari dasar tangki pengendap dipompakan
kembali ke reaktor dan dicampur dengan umpan yang masuk, sebagian lagi dibuang.
Dalam reactor mikroorganisme mendegradasi bahan-bahan organik dengan persamaan
stoikiometri pada reaksi di bawah ini (Metcalf dan Eddy,1991):

Nutrisi yang diberikan bagi mikroorganisme pendegradasi limbah dalam lumpur aktif
konvensioanal diberikan sesuai dengan perbandingan BOD:N:P = 100:5:1. Glukosa digunakan
sebagai sumber karbon, KNO3 sebagai sumber nitrogen, KH2PO4 sebagai sumber phospor.
Dalam percobaan ini nutrisi yang diberikan bagi mikroba berupa limbah air sintetis. Hal ini
dimaksudkan agar penentuan efisiensi pengolahan limbah dalam lumpur aktif konvensional
dapat dihitung dengan lebih akurat.
Rasio kuantitas nutrisi yang ditambahkan ke dalam mixed liquor terhadap kuantitas
mikroba tersuspensi digunakan sebagai ukuran sehat tidaknya pertumbuhan mikroba tersebut.
Rasio food to microorganism (F/M) yang ideal untuk sistem lumpur aktif konvensional
berkisar antara 0,2 – 0,5 kg BOD/hari//kg MLVSS. Jika rasio F/M terlalu besar maka akan
terdapat dominasi pertumbuhan bakteri filamen yang menyebabkan lumpur aktif sulit
mengendap. Jika F/M terlalu kecil maka akan terbentuk busa yang brasal dari pertumbuhan
bakteri yang berbentuk busa. Maka nilai F/M yang ideal merupakan parameter kunci yang
menjadi acuankeberhasilan pengoprasian sistem lumpur aktif.
Penetapan COD (Chemical Oxygent Demand)
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi
K2Cr2O7digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).
Penetapan MLVSS
Konsentrasi biomassa atau organisma dinyatakan dalam mg/L VSS (Volatile
Suspended Solid). Prinsip pengukuran berdasarkan gravimetri, yaitu analisa berdasarkan
penimbanganberat dan dilakukan dengan cara penyaringan, pemanasan dan penimbangan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan

ALAT BAHAN
1. Peralatan Lumpur Aktif Konvensional 1. Glukosa
2. Labu Erlenmeyer 250 ml 2 buah 2. KNO3
3. Corong Gelas 2 buah 3. KH2PO4
4. Cawan Porselin 2 buah 4. HgSO4
5. Desikator 1 buah 5. H2SO4
6. Neraca Analitis 1 buah 6. K2Cr2O7
7. Oven 1 buah 7. FAS
8. Furnace 1 buah 8. Indikator ferroin
9. Hach COD Digester 1 buah 9. Kertas Saring
10. Tabung Hach 3 buah

3.2 Prosedur Kerja


 Penentuan kandungan organik (COD) dari sampel

Melakukan pengenceran
sampel 20 kali (masing- Memasukkan 2,5 mL Menambahkan 3,5 mL
masing dari reaktor sampel ke dalam tabung pereaksi Kromat dan 1,5
diambil 2,5 mL sehingga Hach mL pereaksi H2SO4
menjadi 50 mL)

Memasukkan tabung
Mentitrasi dengan larutan
Mengeluarkan tabung Hach pada Hach COD
Ferro Amonium (FAS)
Hach dari Digester dan Digester dan
0,204 N dengan indikator
biarkan dingin memanaskannya pada
ferroin sebanyak 3 tetes
suhu 150°C selama 2 jam

Melakukan pekerjaan
Menghentikan titrasi jika diatas untuk aquadest
terjadi perubahan warna sebagai blanko
dari hijau menjadi coklat
 Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
Memanaskan cawan pijar selama 1 jam
dalam Furnace pada T = 600oC dan kertas
saring selama 1 jam dalam Oven pada T =
105oC

Mendinginkan cawan pijar dan kertas saring


menggunakan desikator

Menimbang cawan pijar (a gram) dan kertas


saring (b gram) sampai didapat berat yang
konstan

Menyaring 40 mL air limbah sampel


menggunakan kertas saring yang sudah
diketahui beratnya

Memasukkan kertas saring berisi endapan


ke dalam cawan pijar dan memanaskannya
dalam Oven pada T = 105oC selama 1 jam

Menimbang cawan pijar yang berisi kertas


saring dan endapan sampai didapat berat
konstan (c gram)

Memasukkan cawan pijar yang berisi kertas


saring dan endapan ke dalam Furnace pada
suhu 600 oC selama 2 jam

Menimbang sampai didapat berat konstan


(d gram)
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Keadaan Sampel


 pH influen :7
 DO influen : 6,75 mg/L
 T influen : 25 oC

4.2 Penentuan Kandungan COD


Jenis Volume FAS yang digunakan (ml) secara Duplo
Larutan Tabung 1 Tabung 2 Rata-Rata
Blanko 2,5 2,4 2,45
Sampel 2,2 1,9 2,05

 a (volume FAS untuk blanko) = 2,45 mL


 b (volume FAS untuk sampel influen) = 2,05 mL
 c (normalitas FAS) = 0,1 N
 d (berat equivalen Oksigen) =8
 p (pengenceran) = 20 kali
 Volume sampel = 2,5 mL

4.3 Penentuan Kandungan MLVSS

Volume sampel = 40 ml

Berat (gram)
Cawan pijar (a) 35,1058
Kertas saring (b) 1,1599
Cawan pijar + kertas saring + endapan yang
37,1174
dipanaskan dalam Oven (c)
Cawan pijar + kertas saring + endapan yang
35,1171
dipanaskan dalam Oven kemudian Furnace (d)
4.4 Penentuan Konsentrasi Nutrisi bagi Mikroorganisme

Zat Jumlah yang Dibutuhkan (gram)


Glukosa (C6H12O6) 4,69
KNO3 1,69
KH2PO4 0,21

4.5 Perhitungan
a. Menentukan COD Dari sampel
(𝑎−𝑏) 𝑥 𝑐 𝑥 1000 𝑥 𝑑 𝑥 𝑝
COD =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(2,45−2,05) 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 1000 𝑥 8 𝑥 20
=
2,5 𝑚𝐿
= 2560 mg O2/L (COD awal)
COD akhir = mg O2/L (nanti)

b. Menentukan kandungan MLVSS

(𝑐−𝑎)−𝑏
TSS (Total Suspended Solid) = 𝑋106
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

(37,1174−35,1058)−1,1599
= 𝑋106
40

= 21292 mg/L

(𝑐−𝑑)−𝑏
VSS (Volatile Suspended Solid) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
x 106

(37,1174−35,1171)−1,1599
= 𝑋106
40

= 21010 mg/L
FSS (Fixed Suspended Solid) = TSS – VSS
= 21292 – 21010
= 282 mg/L
c. Menentukan efisiensi pengolahan

𝑪𝑶𝑫 𝒂𝒘𝒂𝒍−𝑪𝑶𝑫 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓


ɳ= x 100 %
𝑪𝑶𝑫 𝒂𝒘𝒂𝒍

𝟐𝟓𝟔𝟎 𝐦𝐠 𝐎𝟐/𝐋 −𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝐦𝐠 𝐎𝟐/𝐋


ɳ= x 100 % = 67,66%
𝟐𝟓𝟔𝟎 𝐦𝐠 𝐎𝟐/𝐋

d. Data Penentuan Komposisi nutrisi mikroba


 Komposisi nutrisi mikroba yang digunakan :
Misal : nutrisi 500 mg BOD/Liter
Perbandingan BOD : N : P = 100 : 5 : 1
Volume tangki lumpur aktif = 10 L
Reaksi : C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O

= 500 mg BOD/Liter x 10 liter


= 5000 mg
= 5 gram
Kebutuhan Nutrisi yang Harus Ditambahkan :
mg 180 mg⁄mmol 1 1 mg
Kebutuhan Glukosa = 500 × ×6 × 10 L × 1000 gram
L 32 mg⁄mmol

= 4,688 gram

101 mg⁄mmol 5
Kebutuhan KNO3 = 4,688 gram × × 100
14 mg⁄mmol

= 1,691 gram

136 mg⁄mmol 1
Kebutuhan KH2PO4 = 4,688 gram × × 100
31 mg⁄mmol

= 0,21 gram
BAB VI

PEMBAHASAN

a. M. Akhid Maulana Akbar (171411053)


b. M. Nur Missuari (171411054)
c. M. Rizky Pradhana (171411055)
BAB VII
KESIMPULAN

1. COD awal sampel limbah cairdengan pengenceran 20 kali sebesar 736 mgO2/lt.
2. COD akhir sampel limbah cair setelah 5 hari sebesar 238 mgO2/lt.
3. Kandungan MLVSS sebesar 45 mg/L.
4. Kebutuhan C6H12O6 sebesar 7,03125 gram , kebutuhan KNO3 sebesar 2,536 gram, dan
kebutuhan KH2PO4 sebesar 0,3085 gram
5. Pengukuran efesiensi pengolahan lumpur aktif diperoleh sebesar 67,66 %.
DAFTAR PUSTAKA
Aninom, tt, “Makalah Lumpur Aktif” https://www.scribd.com/doc/110659623/
Makalah-Lumpur-Aktif diakses pada 21 Oktober 2014
Budiastuti, Herawati. 2011. Lumpur Aktif Konvensional. Bandung : Politeknik Negeri
Bandung.
Metcalf dan Eddy,1991
Herlambang, Arie. 2009. Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil dengan Sistem Lumpur Aktif.
Dalam : http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Tekstil/tekstil.html

Sumada, Ketut. 2012. Pengolahan Air Limbah Secara Biologi Aerob. Jurusan Teknik Kimia
Universitas Pembangunan Nasional

LAMPIRAN

Gambar Keterangan

Sampel yang digunakan untuk penentuan


MLVSS sebanyak 40 mL.
Proses pembuatan nutrisi. Glukosa, KNO3,
dan KH2PO4 yang telah dihitung
kebutuhannya dilarutkan dengan
menggunakan aquades.

Proses pemberian nutrisi kedalam Tangki


Lumpur Aktif.

Tangki Lumpur Aktif


Proses aerasi atau pemberian O2 kedalam
Tangki Lumpur Aktif.

Sampel yang telah ditambahkan Kalium


Bikromat dan Pereaksi Sulfat dan
dimasukkan kedalam Tabung Hach Digester.

Alat titrasi yang berisi larutan Ferro


Amonium Sulfat (FAS) 0,1 N untuk
penentuan nilai COD.

Anda mungkin juga menyukai