LIMBAH INDUSTRI
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020
Oleh :
Kelompok : VII (Tujuh)
Nama : M. Akhid Maulana Akbar (171411053)
M. Nur Missuari (171411054)
M. Rizky Pradhana (171411055)
Kelas : 3B
a. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik dalam lumpur aktif dan konsentrasi
kandungan organik setelah percobaan berlangsung selama seminggu.
b. Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) yang
mewakili kandungan mikroorganisme dalam lumpur aktif.
c. Menentukan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah dalam
lumpur aktif.
d. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan bahan
organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam lumpur aktif
terhadap bahan organik mula-mula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses lumpur aktif (activated sludge) pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik
yang mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Udara
disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba
membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan.
Aliran umpan air limbah bercampur dengan aliran lumpur aktif yang dikembalikan
sebelum masuk rektor. Campuran lumpur aktif dan air limbah membentuk suatu campuran
yang disebut cairan tercampur (mixed liquor). Memasuki aerator, lumpur aktif dengan cepat
memanfaatkan zat organik dalam limbah untuk mendegradasinya.
Kondisi lingkungan aerobik diperoleh dengan memberikan oksigen ke tangki aerasi.
Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan penyebaran udara tekan, aerasi permukaan secara
mekanik, atau injeksi oksigen murni. Aerasi dengan difusi udara tekan atau aerasi mekanik
mempunyai dua fungsi, yaitu pemberi udara dan pencampur agar terjadi kontak yang sempurna
antara lumpur aktif dan senyawa organik di dalam limbah.
Pada tangki pengendapan (clarifier), padatan lumpur aktif mengendap dan terpisah
dengan cairan sebagai effluent. Sebagian lumpur aktif dari dasar tangki pengendap dipompakan
kembali ke reaktor dan dicampur dengan umpan yang masuk, sebagian lagi dibuang.
Dalam reactor mikroorganisme mendegradasi bahan-bahan organik dengan persamaan
stoikiometri pada reaksi di bawah ini (Metcalf dan Eddy,1991):
Nutrisi yang diberikan bagi mikroorganisme pendegradasi limbah dalam lumpur aktif
konvensioanal diberikan sesuai dengan perbandingan BOD:N:P = 100:5:1. Glukosa digunakan
sebagai sumber karbon, KNO3 sebagai sumber nitrogen, KH2PO4 sebagai sumber phospor.
Dalam percobaan ini nutrisi yang diberikan bagi mikroba berupa limbah air sintetis. Hal ini
dimaksudkan agar penentuan efisiensi pengolahan limbah dalam lumpur aktif konvensional
dapat dihitung dengan lebih akurat.
Rasio kuantitas nutrisi yang ditambahkan ke dalam mixed liquor terhadap kuantitas
mikroba tersuspensi digunakan sebagai ukuran sehat tidaknya pertumbuhan mikroba tersebut.
Rasio food to microorganism (F/M) yang ideal untuk sistem lumpur aktif konvensional
berkisar antara 0,2 – 0,5 kg BOD/hari//kg MLVSS. Jika rasio F/M terlalu besar maka akan
terdapat dominasi pertumbuhan bakteri filamen yang menyebabkan lumpur aktif sulit
mengendap. Jika F/M terlalu kecil maka akan terbentuk busa yang brasal dari pertumbuhan
bakteri yang berbentuk busa. Maka nilai F/M yang ideal merupakan parameter kunci yang
menjadi acuankeberhasilan pengoprasian sistem lumpur aktif.
Penetapan COD (Chemical Oxygent Demand)
COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi
K2Cr2O7digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).
Penetapan MLVSS
Konsentrasi biomassa atau organisma dinyatakan dalam mg/L VSS (Volatile
Suspended Solid). Prinsip pengukuran berdasarkan gravimetri, yaitu analisa berdasarkan
penimbanganberat dan dilakukan dengan cara penyaringan, pemanasan dan penimbangan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
ALAT BAHAN
1. Peralatan Lumpur Aktif Konvensional 1. Glukosa
2. Labu Erlenmeyer 250 ml 2 buah 2. KNO3
3. Corong Gelas 2 buah 3. KH2PO4
4. Cawan Porselin 2 buah 4. HgSO4
5. Desikator 1 buah 5. H2SO4
6. Neraca Analitis 1 buah 6. K2Cr2O7
7. Oven 1 buah 7. FAS
8. Furnace 1 buah 8. Indikator ferroin
9. Hach COD Digester 1 buah 9. Kertas Saring
10. Tabung Hach 3 buah
Melakukan pengenceran
sampel 20 kali (masing- Memasukkan 2,5 mL Menambahkan 3,5 mL
masing dari reaktor sampel ke dalam tabung pereaksi Kromat dan 1,5
diambil 2,5 mL sehingga Hach mL pereaksi H2SO4
menjadi 50 mL)
Memasukkan tabung
Mentitrasi dengan larutan
Mengeluarkan tabung Hach pada Hach COD
Ferro Amonium (FAS)
Hach dari Digester dan Digester dan
0,204 N dengan indikator
biarkan dingin memanaskannya pada
ferroin sebanyak 3 tetes
suhu 150°C selama 2 jam
Melakukan pekerjaan
Menghentikan titrasi jika diatas untuk aquadest
terjadi perubahan warna sebagai blanko
dari hijau menjadi coklat
Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
Memanaskan cawan pijar selama 1 jam
dalam Furnace pada T = 600oC dan kertas
saring selama 1 jam dalam Oven pada T =
105oC
Volume sampel = 40 ml
Berat (gram)
Cawan pijar (a) 35,1058
Kertas saring (b) 1,1599
Cawan pijar + kertas saring + endapan yang
37,1174
dipanaskan dalam Oven (c)
Cawan pijar + kertas saring + endapan yang
35,1171
dipanaskan dalam Oven kemudian Furnace (d)
4.4 Penentuan Konsentrasi Nutrisi bagi Mikroorganisme
4.5 Perhitungan
a. Menentukan COD Dari sampel
(𝑎−𝑏) 𝑥 𝑐 𝑥 1000 𝑥 𝑑 𝑥 𝑝
COD =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(2,45−2,05) 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 1000 𝑥 8 𝑥 20
=
2,5 𝑚𝐿
= 2560 mg O2/L (COD awal)
COD akhir = mg O2/L (nanti)
(𝑐−𝑎)−𝑏
TSS (Total Suspended Solid) = 𝑋106
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(37,1174−35,1058)−1,1599
= 𝑋106
40
= 21292 mg/L
(𝑐−𝑑)−𝑏
VSS (Volatile Suspended Solid) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
x 106
(37,1174−35,1171)−1,1599
= 𝑋106
40
= 21010 mg/L
FSS (Fixed Suspended Solid) = TSS – VSS
= 21292 – 21010
= 282 mg/L
c. Menentukan efisiensi pengolahan
= 4,688 gram
101 mg⁄mmol 5
Kebutuhan KNO3 = 4,688 gram × × 100
14 mg⁄mmol
= 1,691 gram
136 mg⁄mmol 1
Kebutuhan KH2PO4 = 4,688 gram × × 100
31 mg⁄mmol
= 0,21 gram
BAB VI
PEMBAHASAN
1. COD awal sampel limbah cairdengan pengenceran 20 kali sebesar 736 mgO2/lt.
2. COD akhir sampel limbah cair setelah 5 hari sebesar 238 mgO2/lt.
3. Kandungan MLVSS sebesar 45 mg/L.
4. Kebutuhan C6H12O6 sebesar 7,03125 gram , kebutuhan KNO3 sebesar 2,536 gram, dan
kebutuhan KH2PO4 sebesar 0,3085 gram
5. Pengukuran efesiensi pengolahan lumpur aktif diperoleh sebesar 67,66 %.
DAFTAR PUSTAKA
Aninom, tt, “Makalah Lumpur Aktif” https://www.scribd.com/doc/110659623/
Makalah-Lumpur-Aktif diakses pada 21 Oktober 2014
Budiastuti, Herawati. 2011. Lumpur Aktif Konvensional. Bandung : Politeknik Negeri
Bandung.
Metcalf dan Eddy,1991
Herlambang, Arie. 2009. Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil dengan Sistem Lumpur Aktif.
Dalam : http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Tekstil/tekstil.html
Sumada, Ketut. 2012. Pengolahan Air Limbah Secara Biologi Aerob. Jurusan Teknik Kimia
Universitas Pembangunan Nasional
LAMPIRAN
Gambar Keterangan