Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil penelitian efek pemberian zinc terhadap kadar glukosa darah

dan kadar superoksida dismutase pada tikus diabetes mellitus yang

diinduksi aloksan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bobot Badan Hewan Uji

Perubahan bobot badan pada tikus diabetes mellitus setelah

pemberian zinc dan metformin dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Bobot Badan Tikus


Bobot badan tikus (gram)
Kelompok
Hari ke-0 Hari ke- 3 Hari ke-10 Hari ke-17
I 270 252 242 236
II 252 236 260 264
III 228 212 228 236
IV 238 222 248 250
Keterangan :
I : kelompok kontrol
II : kelompok terapi tunggal metformin 850 mg
III : kelompok terapi tunggal zinc 5 mg/kgBB
IV : kelompok kombinasi metfomin dan zinc

Data pada tabel diatas menunjukkan pada hari ke-3 terjadi

penurunan berat badan pada tiap kelompok hewan uji setelah

mengalami kondisi diabetes mellitus yang diinduksi dengan aloksan. Hal

ini disebabkan karena induksi aloksan dapat merusak sel β pankreas

dengan gejala hiperglikemia, polyuria serta nafsu makan dan minum

meningkat. Insulin yang seharusnya berperan untuk mensintesis

reseptor glukosa sehingga dapat membawa glukosa melintasi membran

sel menjadi terhambat. Akibatnya tubuh kekurangan bahan bakar

34
glukosa dalam proses metabolisme pembentukan energi sehingga

tubuh menggunakan simpanan lain berupa lemak, otot dan protein yang

menyebabkan penurunan bobot badan.

Kelompok I sebagai kelompok kontrol hingga hari ke-17 tetap

mengalami rata-rata penurunan berat badan sebesar 34 gram.

Sedangkan pada hari ke-10 dan hari ke-17 setelah perlakuan dengan

pemberian zinc 5mg/kgBB dan metformin 850 mg, maupun kombinasi

keduanya terjadi peningkatan bobot badan tikus pada tiap kelompok

perlakuan. Kelompok II mengalami rata-rata kenaikan bobot badan tikus

sebesar 12 gram, kelompok III rata-rata kenaikan bobot badan tikus

sebesar 8 gram, kelompok IV rata-rata kenaikan bobot badan tikus

sebesar 12 gram. Peningkatan bobot badan ini menandakan adanya

perbaikan pada tubuh tikus hiperglikemia.

2. Pengukuran Kadar Glukosa Darah

Pemberian Zn menyebabkan perubahan terhadap kadar glukosa

tikus hiperglikemia. Seng digunakan dalam pembentukan butiran

kristal insulin dan saat eksositosis, insulin melepaskan Zn dalam

sirkulasi darah (Al-Maroof, 2006; Quraishi, 2005). Ekskresi Zn yang

berlangsung terus menerus mengharuskan peningkatan kebutuhan

asupan Zn, hal ini yang mengakibatkan defisiensi Zn pada diabetes.

Abnormalitas metabolisme Zn menjadi pemicu patogenesis diabetes

mellitus dan komplikasi yang menyertainya (Al-Maroof, 2006;

Shekokar, 2013). Deplesi Zn melemahkan modifikasi struktural

35
insulin serta menghambat proses sintesis, penyimpanan dan sekresi

insulin (Rochette, 2014). Peningkatan asupan Zn menguntungkan

bagi penurunan kadar glukosa darah diabetes. Seng dapat

memperbaiki struktur, proses sintesis, penyimpanan dan sekresi

insulin sehingga dapat mensintesis transporter glukosa

bertranslokasi dari intraseluler menuju membran plasma (Rochette,

2014, Barrett, 2010). Transporter glukosa membantu molekul

glukosa melintasi membran sel dan mengurangi penumpukan

glukosa di luar sel (Bolkent, 2009).

Data hasil perhitungan kadar glukosa darah tikus diabetes mellitus

setelah pemberian zinc dan metformin dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Kadar glukosa darah pada tikus diabetes setelah pemberian


zinc dan metformin
Kadar glukosa darah (mg/dL)
Kelompok
Hari ke-0 Hari ke- 3 Hari ke-10 Hari ke-17
I 86,13 336,66 338,42 350,78
II 96,94 338,36 145,24 104,63
III 93,57 341,76 188,56 107,30
IV 90,42 326,02 172,48 104,60
Keterangan :
I : kelompok kontrol
II : kelompok terapi tunggal metformin 850 mg
III : kelompok terapi tunggal zinc 5 mg/kgBB
IV : kelompok kombinasi metfomin dan zinc
Data pada tabel 2 menunjukkan data rata-rata kadar glukosa

darah tikus. Pada hari ke-0 kadar glukosa darah puasa hewan uji pada

kelompok I sebesar 86,13 mg/dL, kelompok II sebesar 96,94 mg/dL,

kelompok III sebesar 93,57 mg/dL, dan kelompok IV sebesar 90,42

mg/dL. Pada hari ke-3 kadar glukosa darah mengalami kenaikan setelah

diinduksi dengan aloksan, pada kelompok I kadar glukosa darah

36
sebesar 336,66 mg/dL, kelompok II sebesar 338,36 mg/dL, kelompok III

sebesar 341,76 mg/dL, dan kelompok IV sebesar 326,02 mg/dL.

Peningkatan kadar glukosa terjadi karena adanya kerusakan oksidatif

sel β yang menyebabkan penurunan jumlah sekresi insulin dan

menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga kadar

glukosa meningkat.

Pada hari ke-10 dan hari ke-17 terjadi penurunan kadar glukosa

darah tikus pada kelompok II, III, dan IV, sedangkan kelompok I sebagai

kelompok kontrol tetap mengalami kenaikan glukosa darah pada hari

ke-10 sebesar 338,42 mg/dL dan pada hari ke-17 sebesar 350,78

mg/dL. Presentase penurunan kadar glukosa darah tikus dapat dilihat

pada lampiran 12. Setelah pemberian terapi tunggal metformin pada

kelompok II hari ke-10 mengalami penurunan menjadi 145,24 mg/dL

yakni sebesar 57,07 % dan hari ke-17 mengalami penurunan menjadi

104,63 mg/dL yakni sebesar 70,62%. Pemberian terapi tunggal zinc

pada kelompok III mengalami penurunan pada hari ke-10 menjadi

188,56 mg/dL yakni sebesar 44,82 % dan pada hari ke-17 mengalami

penurunan menjadi 107,30 mg/dL yakni sebesar 68,60%. Sedangkan

pemberian kombinasi zinc dan metformin pada kelompok IV mengalami

penurunan pada hari ke-10 menjadi 172,48 mg/dL yakni sebesar

47,09% dan pada hari ke-17 mengalami penurunan menjadi 104,60

mg/dL yakni sebesar 67,91%. Jadi dari hasil analisis presentase rata-

rata kadar glukosa darah setelah perlakuan dapat disimpulkan bahwa

37
kelompok yang paling baik dalam menurunkan kadar glukosa darah

adalah kelompok II dengan pemberian terapi tunggal metformin yaitu

dengan penurunan kadar glukosa darah pada hari ke-17 mencapai

69,96%.

alasannya

Perubahan kadar glukosa darah pada tikus diabetes mellitus setelah

pemberian zinc dan metformin kadar superoksida dismutase pada tikus

dapat dilihat pada grafik berikut :

400
kadar Glukosa Darah (mg/dL)

350
300
250
200 Hari ke-0
150 Hari ke- 3
Hari ke-10
100
Hari ke-17
50
0
KLP I KLP II KLP III KLP IV
Kelompok Perlakuan

Gambar 1. Grafik Nilai rata-rata kadar glukosa darah Tikus

Keterangan :
KLP I : Kelompok kontrol positif
KLP II : Kelompok terapi tunggal metformin 850 mg
KLP III : Kelompok terapi tunggal zinc 5 mg/kgBB
KLP IV : Kelompok kombinasi metfomin dan zinc

Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk


menunjukkan bahwa perlakuan setiap kelompok pada hari ke-0, hari
ke-3, hari ke-10 dan hari ke-17 terdistribusi normal dengan nilai
p>0,05, sehingga memenuhi syarat untuk dilanjutkan dengan uji One
Way Annova. Analisis Annova menunjukkan nilai signifikansi p<0,05
pada tiap kelompok perlakuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan antar kelompok perlakuan. Untuk

38
mengetahui perbedaan tiap kelompok perlakuan, maka dilakukan uji
Pos-Hoc Annova dengan menggunakan uji Bonferroni dan Games-
Howel test yang diperoleh nilai p<0,05 yang menunjukkan adanya
perbedaan signifikan antar kelompok I dan II, III, IV pada efektivitas
obat terhadap kadar glukosa darah. Tubuh normal membutuhkan Zn
sebagai elemen pertahanan tubuh terhadap radikal bebas, terlebih
lagi tikus hiperglikemia yang mengalami defisiensi Zn. Tikus
hiperglikemia membutuhkan antioksidan seperti Zn dengan dosis
lebih tinggi untuk memperbaiki kerusakan oksidatif akibat reaktivitas
radikal bebas. Seng dosis 5 mg/kg BB yang diberikan untuk tikus
hiperglikemia sudah cukup memperbaiki kadar glukosa darah
namun belum cukup banyak perubahannya apabila dibandingkan
dengan perubahan pada kadar glukosa darah tikus yang diberi Zn
dosis 5 mg/kg BB kombinasi Metformin 850 mg.

Pengukuran Kadar Superoksida Dismutase

Data hasil perhitungan kadar superoksida dismutase pada tikus

diabetes mellitus setelah pemberian zinc dan metformin dapat dilihat

pada tabel 3.

Tabel 3. Data hasil rata-rata kadar superoksidismutase tikus (unit/mL)


Kadar Superoksida Dismutase Tikus (unit/mL)
Kelompok
Hari ke-0 Hari ke- 3 Hari ke-10 Hari ke-17
I 25,27 18,80 18,64 17,92
II 24,30 18,67 22,85 24,35
III 24,46 18,61 21,38 24,49
IV 23,41 19,19 21,79 24,74
Keterangan :
I : Kelompok kontrol
II : Kelompok terapi tunggal metformin 850 mg
III : Kelompok terapi tunggal zinc 5 mg/kgBB
IV : Kelompok kombinasi metfomin dan zinc

Data pada tabel 3 menunjukkan data rata-rata kadar superoksida

dismutase tikus. Pada hari ke-0 kadar superoksida dismutase hewan uji

pada kelompok I sebesar 25,27 unit/mL, kelompok II sebesar 24,30

unit/mL, kelompok III sebesar 24,46 unit/mL, dan kelompok IV sebesar

39
23,41 unit/mL. Kadar superoksida dismutase mengalami penurunan

setelah diberikan perlakuan hewan uji dibuat dalam keadaan diabetes

mellitus yang diinduksi dengan aloksan. Pada kelompok I kadar

superoksida dismutase sebesar 18,80 unit/mL, kelompok II

sebesar18,67 unit/mL, kelompok III sebesar 18,61 unit/mL, dan

kelompok IV sebesar 19,19 unit/mL. Penurunan kadar superoksida

dismutase ini dapat disebabkan karena pertahanan antioksidan SOD

tidak sebanding dengan produksi ROS yang terus menerus pada

keadaan diabetes mellitus.

Presentase peningkatan kadar superoksida dismutase tikus dapat

dilihat pada lampiran 15. Pada hari ke-10 kelompok I sebagai kontrol

positif tetap mengalami penurunan kadar superoksida dismutase

sebesar 18,64 unit/mL dan pada hari ke-17 sebesar 17,92 unit/mL.

Setelah pemberian terapi pada kelompok II dengan menggunakan

metformin, pada hari ke-10 mengalami peningkatan menjadi 22,85

unit/mL yakni sebesar 18,29 % dan hari ke-17 mengalami peningkatan

menjadi 24,35 unit/mL yakni sebesar 23,32%. Pemberian terapi dengan

zinc pada kelompok III mengalami peningkatan pada hari ke-10 menjadi

21,38 unit/mL yakni sebesar 12,95 % dan pada hari ke-17 mengalami

peningkatan menjadi 24,49 unit/mL yakni sebesar 24%. Sedangkan

pemberian kombinasi zinc dan metformin pada kelompok IV mengalami

peningkatan pada hari ke-10 menjadi 21,79 unit/mL yakni sebesar

11,93% dan pada hari ke-17 mengalami peningkatan menjadi 24,74

40
unit/mL yakni sebesar 22,43%. Jadi kelompok yang paling baik dalam

meningkatkan kadar superoksida dismutase adalah kelompok III

dengan pemberian zinc sebagai terapi yaitu dengan peningkatan kadar

superoksida dismutase pada hari ke 17 mencapai 24%.

Perubahan kadar superoksida dismutase pada tikus diabetes

mellitus setelah pemberian zinc dan metformin kadar superoksida

dismutase pada tikus dapat dilihat pada grafik berikut :

30
Kadar Superoksida Dismutase

25

20
(unit/mL)

15
Hari ke-0
Hari ke- 3
10
Hari ke-10
Hari ke-17
5

0
KLP I KLP II KLP III KLP IV
Kelompok Perlakuan

Gambar 2. Grafik nilai rata-rata kadar Superoksida Dismutase Tikus

Keterangan :
KLP I : kelompok kontrol
KLP II : kelompok terapi tunggal metformin 850 mg
KLP III : kelompok terapi tunggal zinc 5 mg/kgBB
KLP IV : kelompok kombinasi metfomin dan zinc

Menurunnya kadar SOD pada kelompok tikus yang diinduksi dengan

aloksan kemungkinan disebabkan karena adanya peningkatan produksi

ROS akibat gangguan metabolisme glukosa. Aloksan yang disuntiikan pada

hewan coba dapat meyebabkan kerusakan sel β pankreas, sehingga

produksi insulin menurun dan menimbulkan hiperglikemia. Pada kondisi

41
hiperglikemia terjadi peningkatan produksi ROS sebagai hasil sampingan

dari beberapa reaksi (Sulistyoningrum, 2012). Zinc bertindak sebagai

antioksidan yang dapat memperlambat atau mencegah terjadinya

kerusakan diakibatkan oleh radikal bebas dengan jalan meredam aktivitas

radikal bebas atau memutus rantai reaksi oksidasi yang disebabkan oleh

radikal bebas (Miryanti,2011)

Alasan interasi kombinasi

Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk

menunjukkan bahwa perlakuan setiap kelompok pada hari ke-0, hari ke-3

dan hari ke-10 terdistribusi normal dengan nilai p>0,05, sehingga

memenuhi syarat untuk dilanjutkan dengan uji One Way Annova,

sedangkan perlakuan pada hari ke-17 tidak terdistribusi normal dengan nilai

p<0,05 maka dilanjutkan dengan Kruskal Wallis test.

Analisis Annova menunjukkan nilai p<0,05 pada perlakuan hari ke-

10 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antar

kelompok perlakuan. Untuk mengetahui perbedaan tiap kelompok

perlakuan, maka dilakukan uji Pos-Hoc Annova dengan menggunakan uji

Bonferroni dan Games-Howel test yang diperoleh nilai p<0,05 yang

menunjukkan ada perbedaan signifikan antar kelompok I dan II, III, IV

terhadap kadar superoksida dismutase.

Uji Kruskal Wallis pada perlakuan hari ke-17 menunjukkan nilai

p<0,05, maka disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antar

kelompok, sehingga dilakukan uji Pos-Hoc Kruskal Wallis dengan

42
menggunakan Uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok.

Uji Mann-Whitney menunjukkan nilai p= 0,009 (p<0,05) yang menunjukkan

adanya perbedaan signifikan antar kelompok I dan II, III, IV efektivitas obat

terhadap kadar superoksida dismutase.

43

Anda mungkin juga menyukai