Anda di halaman 1dari 79

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN


PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR
ANAK USIA 4 – 5 TAHUN DI TK
GEBANG KECAMATAN
BONANG KABUPATEN
DEMAK

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Ujian Akhir

Program Pendidikan Diploma III Kebidanan

Di Akademi Kebidanan Pemkab Kudus

Oleh

INDARTI

NIM : 07.115

AKADEMI KEBIDANAN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS
2010
@ 2010

Hak Cipta Ada Pada Penulis


HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul ”Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang Alat Permainan Edukatif Dengan Perkembangan Motorik Kasar

Anak Usia 4 – 5 Tahun Di TK Gebang Kecamatan Bonang Kabupaten

Demak” telah disetujui untuk diseminarkan di Ujian Karya Tulis Ilmiah pada :

Hari :

Tanggal :

Kudus, Juni 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Endah Wijayanti, S.SiT Noor Ningsih, S.SiT

NIPD. 067 923 45


HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul :

”HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT


PERMAINAN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK
KASAR ANAK USIA 4 – 5 TAHUN DI TK GEBANG KECAMATAN
BONANG KABUPATEN DEMAK” telah dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Pemkab Kudus pada :

Hari :

Tanggal :

Yang telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.

Kudus, Juni 2010

Tim Penguji

Penguji I Penguji II

Endah Wijayanti, S.SiT Yoedo Soetrisno, SKM


NIPD. 067 923 45 NIP. 19710308 199401 1 001

Mengetahui
Direktur Akademi Kebidanan
Pemerintah Kabupaten Kudus

Nonie Dwiastuti, SKM


Pembina TK. I
NIP. 19550719 198003 2 004
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ilmu sehingga penulis

dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu mendo`akan dan mendukungku.

3. Saudara-saudaraku yang selalu memberikan support kepadaku.

4. Seluruh pembimbing yang telah sabar dalam memberikan bimbingan.

5. Pembimbing (Bu Endah dan Bu Noor Ningsih) yang telah membimbing

dan memberi support kepada saya, sehingga saya mampu menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini. Terima kasih Bu atas bimbingannya.

6. Best prend (Nury, lista,Gendox Nita, Nepy, Fika, mah Rina, Kholim, Lupy

dut, Indah Gembrut ) terima kasih ya selama 3 tahun ini kalian telah jadi

sahabat terbaikku dan slalu bersamaku disaat suka maupun duka.Don`t

Forget Me Best Prend

7. Semua teman-temanku tingkat 3 senasib seperjuangan yang siap

membantuku dalam setiap kesulitan.


MOTTO

Hidup adalah Anugrah dari Yang Kuasa,

maka hargailah hidup ini dengan kebaikan

Tanamlah suatu kebaikan pasti kita akan

memetik kebaikan itu pula

Orang tua adalah awal dari kebahagiaan

dan kesuksesan

Mari kita berjuang untuk sebuah masa

depan

Ingat dan kenanglah gurumu, karna

tanpamu guru dunia kan menangis pilu

dan bangsa ini takkan maju


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat

serta inayahnya, sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan

judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan

Edukatif Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4 – 5 Tahun Di

TK Gebang Kecamatan Bonang Kabupaten Demak”.

Penulis juga menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini

penyusun mengucapkan terima kpasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Nonie Dwiastuti, SKM, selaku direktur Akademi Kebidanan Pemerintah

Kabupaten Kudus.

2. Endah Wijayanti, SSiT, selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan

dan bimbingannya kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Noor Ningsih, SSiT, selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan

dan bimbingannya kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Siti Widayah, Amd.Keb, selaku pembimbing lahan yang telah memberikan

bimbingannya selama praktek dilahan.


5. Ibu Ambar selaku Kepala TK Gebang yang telah memberikan ijin melakukan

penelitian.

6. Keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan materiil dan moril kepada

penulis.

7. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan bantuan.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan

seperti apa yang diharapkan, yang merupakan bukti-bukti nyata keterbatasan

penulis sebagai insan biasa yang penuh dengan segala kekurangan dan kekhilafan.

Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi semua

dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

Kudus, 2010

Penulis
Akademi Kebidanan Pemerintah Kabupaten Kudus
Karya Tulis Ilmiah
Indarti
2010

ABSTRAKSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN


EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK
USIA 4-5 TAHUN DI TK GEBANG KECAMATAN BONANG
KABUPATEN DEMAK

V Bab, 65 halaman, 8 tabel, 8 lampiran.


Latar Belakang : Masa balita merupakan periode tumbuh kembang seorang anak.
Sebab, pada masa ini terjadi perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas,
emosional yang merupakan landasan bagi perkembangan anak selanjutnya dan
masih banyak anak balita yang ditemukan pada masa tumbuh kembangnya
mengalami keterlambatan.Masa kanak-kanak seharusnya merupakan masa
bermain yang diharapkan dapat menumbuhkan kematangan dalam pertumbuhan
dan perkembangan, sehingga apabila masa tersebut tidak digunakan sebaik
mungkin maka akhirnya akan mengganggu tumbuh kembang anak.
Teori Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang.Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat
perkembangannya.Motorik kasar adalah aspek yang berhubungandengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar.Metode Penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu : Analisa
korelasi yang dapat diketahui berdasarkan nilai r hasil analisis korelasi. Dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebesar 30 ibu yang
mempunyai anak usia 4-5 tahun di TK dan sampel sebesar 30 responden.
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu tentang APE yang
kurang dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun yang ada
penyimpangan 2 orang (6,7%), meragukan 1 orang (3,3%), sesuai 0 orang (0%),
Tingkat pengetahuan ibu tentang APE yang cukup dengan perkembangan motorik
kasar anak usia 4-5 tahun yang ada penyimpangan 0 orang (0%), meragukan 6
orang (20%), sesuai 9 orang (30%), Tingkat pengetahuan ibu tentang APE yang
baik dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun yang ada
penyimpangan 0 orang (0%), meragukan 1 orang (3,3%), sesuai 11 orang (36,7%).
Kesimpulan Berdasarkan hasil x2 hitung (23,788) > x2 tabel (9,488) ) df : 4
dengan taraf signifikan 5%, maka disimpulkan ada hubungan tingkat pengetahuan
ibu tentang APE dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4–5 tahun
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan ibu
Perkembangan Motorik Kasar anak Usia 4-5 Tahun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HAK CIPTA ADA PADA PENULIS............................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v

HALAMAN MOTTO.................................................................................... vi

KATA PENGANTAR..................................................................................... vii

ABSTRAKSI.................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

E. Sistematika Penulisan................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pengetahuan........................................................ 9

B. Konsep Dasar Alat Permainan Edukatif..................................... 12

C. Konsep Dasar Perkembangan..................................................... 20

D. Konsep Dasar Perkembangan Motorik...................................... 36

E. Konsep Dasar Perkembangan Motorik Kasar............................ 37

F. Kerangka Teori........................................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan dan Jenis Penelitian ................................................ 40

B. Kerangka Konsep....................................................................... 40

C. Ruang Lingkup........................................................................... 41

D. Subyek Penelitian....................................................................... 41

E. Variabel Penelitian...................................................................... 42

F. Definisi Operasional .................................................................. 43

G. Instrumen Penelitian................................................................... 44

H. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 45

I. Teknik Analisa Data................................................................... 46


J. Validitas dan Reliabilitas Data................................................... 46

K. Metode Pengolahan Data........................................................... 50

L. Etika Penelitian.......................................................................... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian........................................................................... 53

B. Pembahasan................................................................................. 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 64

B. Saran............................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Base

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di TK

Gebang Bonang Demak 2010

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di

TK Gebang Bonang Demak 2010

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di

TK Gebang Bonang Demak 2010

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif di TK

Gebang Bonang Demak 2010


Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan

Motorik Kasar di TK Gebang Bonang Demak 2010

Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan

Edukatif Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4

– 5 Tahun
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Pengumpulan Data

Lampiran 2 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 3 : Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 : Tabulasi Data Penelitian

Lampiran 7 : Hasil Statistik

Lampiran 8 : Daftar Singkatan

Lampiran 9 : Jadwal Penelitian

Lampiran 10 : Lembar Konsultasi


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia pada tahun 2007, Angka Kematian Balita (Akaba)

sebesar 44 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Balita

(Akaba) di Jawa Tengah pada tahun 2009 adalah sebesar 10,12 per 1000

kelahiran hidup. (http://. datastatistik. indonesia. com)


Hal ini berkaitan dengan pembangunan kesehatan sebagai bagian

dari upaya membangun manusia seutuhnya, antara lain diselenggarakan

melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak

masih dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, semua

itu ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus

meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang

optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial. (DepKes RI, 2006:1)
Perkembangan adalah segala perubahan yang terjadi pada anak

dilihat dari berbagai aspek, mencakup perkembangan motorik kasar,

motorik halus, bahasa dan perilaku. (Aziz, 2008 : 19)


Salah satu perkembangan yang penting adalah perkembangan

motorik kasar yaitu gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau

seluruh anggota tubuh dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.


Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh

kembang seorang anak. Sebab, pada masa ini terjadi perkembangan

kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran sosial, emosional yang


merupakan landasan bagi perkembangan anak selanjutnya. (Effiana,

2009:2)
Widodo Judarwanto mengatakan, angka kelainan jiwa pada anak

diperkirakan mencapai 5 – 10 % dari populasi anak. Kelainan dibidang

perkembangan anak dibagi dalam dua kelompok besar yaitu kelainan

spesifik serta kelainan yang menyeluruh. Jumlah anak yang terkena

autisme pun makin bertambah. Jumlah tersebut sangat mengkhawatirkan

mengingat sampai saat ini penyebab autisme masih misterius. Di indonesia

hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penderita namun

diperkirakan jumlah anak autisme dapat mencapai 150 – 200 ribu orang.

(http://usebrains.wordpress.com)
Dan masih banyak anak balita yang ditemukan pada masa tumbuh

kembangnya mengalami keterlambatan yang dapat disebabkan oleh

kurangnya pemenuhan kebutuhan pada diri anak, termasuk di dalamnya

adalah kebutuhan bermain. Masa kanak-kanak seharusnya merupakan

masa bermain yang diharapkan dapat menumbuhkan kematangan dalam

pertumbuhan dan perkembangan, sehingga apabila masa tersebut tidak

digunakan sebaik mungkin maka akhirnya akan mengganggu tumbuh

kembang anak. (Aziz, 2008 : 35)


Bermain merupakan suatu aktivitas di mana anak dapat melakukan

atau mempraktikkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap

pemikiran dan menjadi kreatif. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan

stimulasi dalam kemampuan keterampilan maka seharusnya diperlukan

suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu

kebutuhan bagi dirinya. Sebagai kebutuhan, sebaiknya aktivitas bermain


juga perlu diperhatikan secara cermat, bukan hanya dijadikan sarana untuk

mengisi kesibukan atau mengisi waktu luang. (Aziz, 2008 : 35)


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi

perkembangan anak secara optimal. Apabila orang tua kurang memahami

fungsi dari alat permainan, maka alat permainan yang dibelinya tidak

dapat berfungsi secara efektif. (Rekawati, 2005 : 73)


Alat permainan pada anak hendaknya disesuaikan dengan usianya

dan tahap perkembangan anak. Selain itu, orang tua juga harus

memperhatikan hal ini, sehingga alat permainan yang diberikan dapat

berfungsi dengan benar dan dapat merangsang perkembangan anak secara

optimal. Yang perlu diperhatikan adalah alat permainan tersebut harus

aman dan mempunyai unsur edukatif bagi anak. Karena jenis permainan

tertentu hanya cocok untuk anak dengan usia tertentu pula. Dengan

memberikan kebebasan bermain pada anak, maka orang tua dapat

mengetahui suasana hati anak. (Rekawati, 2005 : 73)


Selama anak bermain perlu diperhatikan kekurangan dan kelebihan

permainan yang dilakukan anak. Permainan harus dapat menstimulasi

perkembangan kreativitas anak serta perkembangan mental dan emosional,

sehingga orang tua harus mengarahkan agar sesuai dengan proses

kematangan perkembangan tersebut. Pada anak yang mendapatkan atau

terpenuhi kebutuhan bermainnya dapat terlihat adanya suatu pola

perkembangan yang baik (Aziz, 2008 : 35).


Pada usia 4-5 tahun ketahanan tubuh anak terbentuk dengan

sempurna. Ia tidak canggung dalam melakukan aktivitas fisik, berlari,


melompat, menari, memanjat, melempar, dan menangkap bola. Ia pun siap

bergabung dalam permainan berkelompok atau olahraga.


(Effiana, 2009 : 228)
Permainan anak usia 4-5 tahun karakteristik mainannya adalah

assosiative play, drarmatik play, skill play. Jenis-jenis mainannya adalah

sepeda roda tiga, mobil-mobilan, alat-alat masak, olahraga, berenang dan

ski, balok besar dengan macam-macam ukuran, menghitung, krayon, cat

air, buku gambar dengan kata-kata sederhana, dan boneka tangan.

(Suherman, 2000 : 73)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan motorik anak

usia dini di PAUD Firdaus menurut orang tua pada umumnya baik. Hal ini

ditunjukkan dengan tercapainya seluruh indikator kemampuan motorik

anak usia dini. Sedangkan pemanfaatan APE (Alat Permainan Edukatif) di

PAUD Firdaus juga sudah tersedia lengkap dan sesuai dengan

penggunaannya.. (www. Karya_ilmiah. com)


Sebagai gambaran umum anak usia 4 – 5 tahun yang sekolah di Tk

Mekar Asih desa sidomulyo, Kecamatan Wonosalam , Kabupaten Demak


Tabel 1.1
Jumlah anak usia 4 - 5 tahun di TK Mekar Asih Kecamatan

Wonosalam Kabupaten Demak.

Usia Anak TK Jumlah Anak TK Persentase (%)


4 tahun 15 27,7%
5 tahun 39 72,2%
Jumlah 54 100 %
Sumber : Buku absen TK Mekar Asih, Sidomulyo
Dari tabel di atas didapatkan data bahwa anak usia 4 – 5 tahun

yang sekolah di Tk Mekar Asih, wonosalam ,Demak ada 54 anak. Dimana


yang paling banyak terdapat pada anak usia 5 tahun yaitu 39anak (72,2%)

dan anak usia 4 tahun sebanyak 15 anak (27,7%).


Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk meneliti

“Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan

Edukatif dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4 – 5

Tahun Di TK Mekar Asih,Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak

Tahun 2011”.

B. Hipotesa
Ho : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan

edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4 – 5 tahun.


Ha : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang alat

permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4

– 5 tahun.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar pada

anak usia 4 - 5 tahun.


2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan

edukatif.
b. Diketahuinya perkembangan motorik kasar anak usia 4 – 5 tahun.
c. Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang alat

permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar pada

anak usia 4 - 5 tahun.


D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Menambah informasi dan wawasan dalam ilmu kebidanan khususnya

tentang hubungan pengetahuan ibu terhadap permainan edukatif

dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 4 – 5 tahun.


2. Bagi Peneliti
Merupakan sarana bagi peneliti sebagai bahan latihan dalam rangka

melaksanakan kegiatan penelitian secara langsung di lapangan.


3. Bagi Orang Tua Murid
Sebagai bahan masukan bagi orang tua sehingga mengetahui

perkembangan anak. Dengan begitu orang tua akan memberikan alat

permainan edukatif yang sesuai dengan usia anak.


4. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan masukan bagi tenaga kesehatan yang diharapkan berguna

untuk pemberian alat permainan edukatif yang tepat pada balita dan

deteksi dini perkembangan anak melalui KPSP.

E. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penelitian.


BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari Konsep Dasar Pengetahuan, Konsep Dasar

Alat Permainan Edukatif, Konsep Dasar Perkembangan,

Konsep Dasar Perkembangan Motorik, Konsep Dasar

Perkembangan Motorik Kasar.


BAB III : METODE PENELITIAN
Terdiri dari Rancangan Penelitian, Kerangka Konsep,

Ruang Lingkup, Subyek Penelitian, Variabel Penelitian,

Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik

Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, Validitas dan

Reabilitas Data, Metode Pengolahan Data, Jadwal

Penelitian.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian dan

pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Terdiri atas kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORITIS
1. KONSEP DASAR PENGETAHUAN
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (over behavior)


Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari dengan pengetahuan. (Notoatmodjo, 2003 : 121)


Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :


a. Awarenes (kesadaran)
Yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus

(obyek) terlebih dahulu.


b. Interest
Yaitu orang mulai tertarik pada stimulus.
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut)
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial
Orang telah memulai perilaku baru.
e. Adoption
Subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesedaran dan sikapnya terhadap stimulus.


Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. (Notoatmodjo,

2003)

Menurut Notoatmodjo (2003 : 122) pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

mengatakan dan sebagainya.


b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, meramalkan terhadap objek yang telah

dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam

konsep atau situasi lain.


d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi kasih

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambar (membuat

bagan), membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.


e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi

yang ada
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatukriteria yang telah ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.


Menurut Setiawan (2010 : 116) untuk mengetahui tingkat

pengetahuan seseorang dikategorikan menjadi tiga yaitu :


1) Dikatakan baik jika mendapat nilai 66 – 100 %
2) Dikatakan cukup jika mendapat nilai 56 – 65 %
3) Dikatakan kurang jika mendapat nilai < 55 %

2. KONSEP DASAR ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)


a. Definisi Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat

mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan

tingkat perkembangannya, serta berguna untuk mengebangkan

aspek fisik, bahasa, kognitif dan sosial anak. (Soetjiningsih, 1995)


Pengembangan aspek fisik dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan

fisik anak, seperti belajar berjalan atau merangkak, naik turun

tangga, dan bersepeda. Pengembangan bahasa dilakukan dengan

melatih berbicara dengan menggunakan kalimat yang benar.


Pengembangan aspek kognitif dilakukan dengan pengenalan suara,

ukuran, bentuk, warna objek, dll. Sementara pengembangan aspek

sosial dilakukan dengan cara berhubungan atau berinteraksi dengan

orang tua, saudara, keluarga dan masyarakat. (Rekawati, 2005 : 78)


Untuk memberikan stimulus untuk berbagai aspek

perkembangan, maka diperlukan alat permainan yang bervariasi.

Dengan aktivitas bermain yang bervariasi diharapkan ada

keseimbangan antara bermain aktif dengan bermain pasif. Bermain

aktif merupakan aktivitas bermain yang membuat anak

memperoleh kesenangan dan yang dilakukan sendiri, misalnya

dengan :
1. Mengamati atau menyelidiki (exploratory play), misalnya

memeriksa, memperhatikan, mencium, menekan, dan kadang-

kadang berusaha membongkar alat permainan.


2. Membangun (construction play), misalnya berusaha untuk

menyusun balok-balok menjadi bentuk rumah, mobil, dll.


3. Bermain peran (dramatic play), misalnya bermain sandiwara,

rumah-rumahan, dan boneka.


4. Bermain bola voli, sepak bola, dll.
Sedangkan bermain pasif merupakan suatu hiburan atau

kesenangan yang diperoleh dari orang lain. Dalam hal ini, anak

berperan pasif itu hanya melihat atau mendengar saja, misalnya

melihat gambar, mendengarkan cerita, menonton TV, dll.

(Rekawati, 2005 : 78)


Anak yang melakukan aktivitas bermain baik aktif maupun

pasif, hendaknya didampingi orang tua agar anak memperoleh

penjelasan mengenai hal-hal yang belum diketahuinya dan dapat


mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak. Serta orang tua

dapat memberikan alat permainan yang edukatif pada anaknya.


(Rekawati, 2005 : 78)
b. Manfaat Alat Permainan Edukatif
1) Memahami diri sendiri dan mengebangkan harga diri
2) Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan

mengembangkan kepercayaan diri


3) Melatih mental anak
4) Meningkatkan daya kreativatas dan membebaskan stres anak
5) Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
6) Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak
(Effiana, 2009 : 38)

c. Syarat-syarat Alat Permainan Edukatif


Menurut Ngastiyah, (2005 : 14) ada beberapa syarat alat permainan

edukatif yaitu :
1) Aman
Mainan tidak boleh terlalu kecil, catnya tidak mengandung

racun, tidak ada bagian-bagian yang tajam, dan tidak mudah

pecah. Karena pada usia ini anak mengenali mainan dengan

memegang, mencengkeram, atau memasukkan kedalam

mulutnya.
2) Ukuran dan berat
Alat Permainan Edukatif harus sesuai dengan ukuran anak.

Bila mainan teerlalu berat anak akan susah memindah-

mindahkan dan jika menjatuhinya akan menimbulkan bahaya.


3) Desain harus jelas
Alat Permaian Edukatif harus mempunyai ukuran, susunan dan

warna tertentu serta jelas maksudnya.


4) Fungsi yang jelas
Alat Permainan Edukatif harus mempunyai fungsi untuk

mengembangkan aspek perkembangan anak seperti motorik,

bahasa, kecerdasan, dan sosialisasi.


5) Variasi alat permainan edukatif
Alat Permainan Edukatif sebaiknya dapat dimainkan dengan

berbagai variasi tetapi jangan terlalu sulit agar anak tidak

frustasi atau terlalu mudah sehingga anak akan bosan.


6) Walaupun sederhana Alat Permainan Edukatif harus menarik

warna dan bentuknya


7) Alat Permainan Edukatif tidak mudah rusak, mudah didapat.
d. Jenis Permainan
Menurut Effiana (2009 : 45), jenis permainan dibagi menjadi dua

yaitu permainan aktif dan permainan pasif.


1) Permainan aktif meliputi :
a) Bermain bebas
Dalam permainan ini, anak melakukan eksperimen,

menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

Permainan ini akan mengambilkan keterampilan untuk

mengontrol, mendorong eksperimentasi, dan

mengembangkan kepercayaan diri dalam menentukan

pilihan serta menyalurkan keinginan anak.


b) Bermain drama atau peran
Bermain peran lazim dilakukan anak usia 3 – 5 tahun. Anak

dapat mempelajari banyak peran dan perkembangan

kognitifnya (pemikirannya) akan makin baik.

c) Bermain air atau pasir


Melalui permainan air, anak dapat mengembangkan

perasaan dan kebebasan serta kepuasan. Selain itu bermain

air atau pasir dapat menjadi sarana untuk menyalurkan

energinya.
d) Bermain musik dan menari
Bermain musik dapat mengambangkan kepekaan,

membebaskan ekspresi, dan mengembangkan tingkah laku

sosialnya. Selain mengembangkan kreativitas, tari dan

musik juga mengembangkan kemampuan kognitif

(berfikir), afektif (emosi), dan motorik (gerak otot) anak.

Bahkan hubungan anak dan orang tua menjadi semakin

dekat.
e) Permainan bongkar pasang (puzzle) dan menyusun balok
Bermain bongkar pasang atau menyusun balok melatih

kemampuan motorik halus, konsentrasi, dan melatih

koordinasi mata dan tangan.


f) Permainan olahraga atau kelompok
Permainan olahraga adalah aktivitas fisik dimana anak

dapat menyalurkan energinya. Sementara itu, dalam

permainan berkelompok anak akan belajar bekerja sama,

jujur, dan mematuhi aturan-aturan. Permainan kelompok

membuat anak dapat memainkan peran pemimpin, menilai

diri dan kamampuannya secara realistik, serta memahami

konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukannya.


2) Permainan pasif meliputi :
a) Mendengarkan cerita (dongeng dan buku)
Permainan mendengarkan cerita akan menumbuhkan dan

mengembangkan imajinasi anak. Selain itu, hubungan anak

dengan orang tua pun akan terjalin lebih erat.


b) Membaca
Membaca akan memperluas wawasan serta pengetahuan

anak, sehingga kreativitas dan kecerdasannya akan semakin

berkembang.
c) Menonton televisi
Dengan menonton televisi anak akan mendapatkan

tambahan pengetahuan serta ide-ide tentang hal-hal yang

dapat dimainkan.
e. Fungsi Bermain Pada Anak
Sebelum memberikan berbagai stimulasi dari jenis permainan

pada anak, maka orang tua seharusnya mengetahui maksud dan

tujuan permainan yang akan diberikan pada anak. Hal tersebut

bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak lebih lanjut.


Menurut Aziz, (2008 : 35) ada beberapa fungsi bermain pada anak

diantaranya :

1. Membantu perkembangan sensorik dan motorik


Pada perkembangan motorik, apabila sejak usia bayi

kemampuan motorik sudah dilakukan rangsangan maka

kemampuan motorik akan cepat berkembang dibandingkan

dengan tanpa stimulasi, rangsangan atau stimulasi yang

dimaksud tersebut dapat diberikan melalui suatu permainan.


2. Membantu perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan,

hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain. Misalnya, mampu

memahami objek permainan, mampu membedakan khayalan

dan kenyataan.
3. Meningkatkan kemampuan sosialisasi anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, misalnya

pada saat anak merasakan kesenangan terhadap kehadiran

orang lain.
4. Meningkatkan kreativitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreativitas,

dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan


yang ada dan mampu memodifikasi objek yang digunakan

dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif.

5. Meningkatkan kesadaran diri


Bermain pada anak dapat membuat dirinya sadar dengan orang

lain yang merupakan bagian dari individu yang saling

berhubungan.
6. Mempunyai nilai moral pada anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri pada

anak, hal ini dapat dijumpai ketika anak sudah mampu belajar

benar atau salah dari budaya di rumah atau di sekolah.


f. Permainan untuk anak usia 4 – 5 tahun
Pada usia ini sehubungan dengan perkembangan motorik kasar

ketahanan tubuh anak terbentuk dengan sempurna. Ia tidak

canggung dalam melakukan aktivitas fisik seperti berlari,

melompat, menari, memanjat, melempar, dan menangkap bola. Ia

pun siap bergabung dalam permainan berkelompok dan olahraga.

(Effiana, 2009 : 228)

3. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN


a. Definisi Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak

halus, bicara, dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.

(Depkes RI, 2006 : 4)


Menurut Suherman (2000) perkembangan adalah

perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi

psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu tertentu menuju

kedewasaan.
b. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai ciri-ciri yang

saling berkaitan antara lain :


1) Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan,

misalnya perkembangan pada seorang anak akan menyertai

pertumbuhan otak dan serabut saraf.


2) Perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan

selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan,

sebelum melewati tahapan sebelumnya, misalnya seorang anak

tidak akan bisa berjalan sebelum anak bisa berdiri. Karena itu,

perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan

menentukan perkembangan selanjutnya.


3) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik

dalam perkembangan fungsi organ maupun perkembangan

pada masing-masing anak.


4) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur

dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik,

misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran

sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri

sebelum berjalan.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip –

prinsip yang saling berkaitan antara lain :


a) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan

belajar.
Kematangan merupakan proses yang terjadi dengan

sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu.

Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari

latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh

kemampuan menggunakan sumber potensi yang

dimilikinya.
b) Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak.

Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat

diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan

umum ke tahapan spesifik dan terjadi berkesinambungan.


(Depkes RI, 2006 : 4)

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Menurut Aziz (2008 : 10) faktor-faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang adalah :


1) Faktor Herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam

mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor-faktor lain.

Faktor herediter meliputi : bawaan, genetik, jenis kelamin, ras,

dan suku bangsa.


2) Faktor Lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam

menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki.

Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal

(lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal

(lingkungan setelah bayi lahir).


a) Lingkungan Prenatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari

konsepsi sampai lahir yang meliputi : gizi pada waktu ibu

hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin dan

hormonal.
(1) Lingkungan Mekanis
Lingkungan mekanis adalah segala hal yang

mempengaruhi janin atau potensi janin dalam uterus.

(2) Radiasi dapat menyebabkan kerusakan organ otak dan

jaringan.
a. Infeksi dalam kandungan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin.


b. Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan

gangguan dalam plasenta sehingga kemungkinan

bayi lahir dengan berat badan yang kurang.


c. Faktor imunitas dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin karena

menyebabkan terjadinya abortus atau karena

ikterus.
d. Stres dapat mempengaruhi kegagalan tumbuh

kembang janin.
(3) Zat Kimia atau Toksin
Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan,

alkohol atau kebiasaan merokok oleh ibu hamil.


(4) Hormonal
Hormon-hormon ini mencakup hormon somatotropin,

plasenta, tiroid dan insulin. Peran hormon

somatotropin (growt hormone), yaitu disekresi

kelenjar hipofisis janin sekitar minggu ke-9 dan


produksinya meningkat pada minggu ke-20. Hormon

plasenta (human plasental lactogen) berperan dalam

nutrisi plasenta.
b) Lingkungan Postnatal
Lingkungan setelah lahir juga mempengaruhi tumbuh

kembang anak yang meliputi :


(1) Budaya lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini yang dimaksud

adalah budaya dimasyarakat yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Budaya

lingkungan dapat menentukan bagaimaa seseorang

atau masyarakat mempersepsikan pola hidup sehat.


(2) Status sosial ekonomi
Anak dengan keluarga yang memilki sosial ekonomi

tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup

baik dibandingkan dengan anak yang sosial ekonomi

rendah.
(3) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen ysng penting

dalam menunjang kelangsungan proses pertumbuhan

dan perkembangan. Dalam nutrisi terdapat kebutuhan

zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan seperti protein, karbohidrat, lemak,

mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan nutrisi

seseorang tidak atau kurang terpenuhi maka dapat

menghambat pertumbuhab dan perkembangan anak.


(4) Iklim dan cuaca
Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan

dan perkembangan. Misalnya pada saat musim

tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah

diperoleh, namun pada saat musim yang lain justru

sebaliknya.
(5) Olahraga atau latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik dapat mengacu

perkembangan anak karena dapat meningkatkan

sirkulasi darah sehingga suplai oksigen keseluruh

tubuh dapat teratur serta dapat meningkatkan

stimulasi perkembangan tulang, otot dan pertumbuhan

sel lainnya.
(6) Posisi anak dalam kandungan
Secara umum, anak pertama atau tunggal memiliki

kemampuan intelektual lebih menonjol dan cepat

berkembang karena sering berinterksi dengan orang

dewasa, namun dalam perkembangan motoriknya

kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi

yang biasanya dilakukan saudara kandungnya.

(7) Status kesehatan


Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada

pencapaian pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini


dapat terlihat apabila anak berada dalam kondisi sehat

dan sejahtera, maka percepatan untuk tumbuh

kembang menjadi sangat mudah dan sebaliknya.


3) Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang

anak antara lain hormon somatotropin, tiroid, dan

glukokortiroid.
(1) Hormon somatotropin
Berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan

dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartigi dan

system skeletal.
(2) Hormon tiroid
Berperan menstimulasi metasbolisme tubuh.
(3) Hormon glukokortiroid
Berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari

testis (untuk memproduksi testoteron) dan ovarium (untuk

memproduksi estrogen), selanjutnya hormon tersebut akan

menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak laki-laki

maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.

d. Aspek-aspek Perkembangan
1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang

berhubungandengan kemampuan anak melakukan pergerakan

dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk,

berdiri, dan sebagainya.


2) Gerak halus atau motorik halus adalak aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot

kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti

mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.


3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon


terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah,

dan sebagainya.
4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri,

membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu

atau pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya. (Depkes RI, 2006 : 7)


e. Periode Tumbuh Kembang Anak
1) Masa Bayi umur 0 – 11 bulan
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu :
a) Masa neonatal umur 0 – 28 hari
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan

terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya fungsi dari

organ-organ.
b) Masa post (pasca) neonatal umur 29 hari – 11 bulan
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses

pematangan berlangsung secara terus menerus terutama

meningkatnya fungsi sistem saraf.


2) Masa anak dibawah 5 tahun (anak balita umur 12 – 59 bulan)
Pada masa ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan

terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar

dan gerak halus). Periode penting dalam tumbuh kembang anak

adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung

pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya.


3) Masa anak prasekolah (anak umur 60 – 72 bulan)
Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil dan

terjadi perkembangan dengan akivitas jasmani yang bertambah


dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir. (Depkes RI,

2006 : 7)
Perkembangan pada anak mencakup perkembangan

motorik halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan

bahasa, dan perkembangan perilaku / adaptasi sosial.

Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu mulai

memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar

dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang,

menempatkan obyek ke dalam wadah, makan sendiri, serta

membuat coretan di atas kertas. Perkembangan motorik kasar dapat

diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama

1-5 detik, melompat dengan satu kaki. Perkembangan bahasa

diawali dengan adanya kemampuan menyebutkan hingga empat

gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menghitung.

Perkembangan perilaku / adaptasi sosial dengan kemampuan

bermain sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan

sederhana dengan gaya tubuh serta mengenali anggota keluarga

(Aziz, 2008 : 19).


f. Penilaian Perkembangan Anak
Untuk menilai perkembangan anak, dapat dilakukan dengan

skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan

kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP). Tujuan skrining

atau pemeriksaan perkembangan anak adalah untuk mengetahui

perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.


Alat yang digunakan adalah :
1) Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9 - 10

pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah

dicapai anak. Sasaran KPSP adalah anak umur 0 – 72 bulan


2) Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola

tenis, kubus berukuran 2,5 cm sebanyak 6 buah, kacang tanah,

potongan biskuit kecil berukuran 0.5 – 1 cm.


Cara menggunakan KPSP :
a) Pada waktu pemeriksaan anak harus dibawa.
b) Tentukan umur anak dan pilih KPSP yang sesuai umur

anak.
c) KPSP terdiri dari dua macam pertanyaan, yaitu :

Pertanyaan yang dijawab oleh ibu dan perintah petugas

untuk melakukan tugas yang tertulis pada KPSP.


d) Tanyakan pertanyaan secara berurutan, setiap pertanyaan

hanya ada satu jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban

dalam formulir.
Interpretasi hasil KPSP :
(1) Hitung jumlah jawaban
Jawaban Ya, bila ibu anak menjawab anak bisa, pernah,

sering atau kadang-kadang melakukannya. Dan jawaban

Tidak, bila anak menjawab anak belum pernah

melakukan, tidak pernah melakukan, atau ibu anak

tidak tahu.
(2) Dikatakan perkembangan anak sesuai dengan tahap

perkembangannya (S), jika jumlah jawaban “Ya” = 9

10.
(3) Dikatakan perkembangan anak meragukan (M), jika

jumlah jawaban “Ya” = 7 atau 8.


(4) Dikatakan perkembangan anak kemungkinan ada

penyimpangan (P), jika jumlah jawaban “Ya” = 6 atau

kurang.
(5) Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban

“Tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar,

gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan

kemandirian). (DepKes RI, 2006 : 48)


g. Faktor-Faktor Yang Mampengaruhi Perkembangan Dalam

Bermain
1) Faktor kesehatan
Faktor kesehatan ini merupakan faktor utama yang dapat

menentukan status kesehatan anak secara umum. Faktor ini

ditentukan oleh status kesehatan anak itu sendiri, status, gizi,

dan kondisi sanitasi. (Aziz, 2008 : 4)


2) Stimulasi
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan dengan cara

memberikan permaianan atau bermain, mengingat dengan

bermain anak akan belajar. (Aziz, 2008 : 35)

3) Lingkungan
Anak yang dibesarkan dilingkungan yang kurang menyediakan

peralatan, waktu dan ruang bagi anak akan menimbulkan

aktivitas bermain anak berkurang.


4) Pengetahuan Orang Tua tentang Alat Permainan Edukatif
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi

perkembangan anak secara optimal. Apabila orang tua kurang

memahami fungsi dari alat permainan, maka alat permainan

yang dibelinya tidak dapat berfungsi secara efektif.


Alat permainan pada anak hendaknya disesuaikan dengan

usianya dan tahap perkembangan anak. Selain itu, orang tua

juga harus memperhatikan hal ini, sehingga alat permainan

yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan dapat

merangsang perkembangan anak secara optimal. Yang perlu

diperhatikan adalah alat permainan tersebut harus amam dan

mempunyai unsur edukatif bagi anak. Karena jenis permainan

tertentu hanya cocok untuk anak dengan usia tertentu pula.

Dengan memberikan kebebasan bermain pada anak, maka

orang tua dapat mengetahui suasana hati anak. (Rekawati,

2005 : 73)
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru

teman-temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Dan cara

yang paling baik adalah diberitahu orang tuanya, karena anak

akan lebih terarah dan lebih berkembang pengetahuannya

dalam menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang

tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat permainan

yang diberikan umumnya, maka dapat membuat hubungannya

dengan anak cenderung menjadi kurang akrab. Oleh karena itu,

dalam bermain anak perlu ditemani orang tua agar dapat

terjalin hubungan yang akrab dan sekaligus memberikan

kesempatan pada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan

yang dialami oleh anaknya. (Rekawati, 2005 : 77)


h. Faktor Pendukung Perkembangan Anak
Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak sangat

diperlukan terutama pada saat masih dibawah usia 5 tahun (balita).

Peran aktif tersebut yang dimaksud adalah usaha langsung terhadap

anak, dan peran lain yang penting adalah menciptakan lingkungan

rumah sebagai lingkungan sosial yang dialami oleh anak. Untuk

membantu anak untuk mencapai perkembangan yang optimal atau

sesuai yang diharapkan, orang tua perlu memberikan stimulasi

yang sesuai dengan umur anak dan prinsipnya. (Suherman, 2000:5)

Stimulasi merupakan kegiatan merangsang kemampuan dasar

anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal, kurangnya

stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang

bahkan gangguan yang menetap. (DepKes RI, 2006 : 15)

i. Gangguan Tumbuh Kembang Anak


1) Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh

perkembangan anak. Karena kemampua berbahsa sensitif

terhadap keterlambatan pda sistem lainnya, sebab melibatkan

kemampuan kognitif, motorik, psikologis, emosi dan

lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi menyebabkan

ganggaun bicara dan bahasa, bahkan gangguan ini dapat

menetap.
2) Serebral Palsy
Merupakan suatu kelainan geraka dan postur tubuh yang tidak

progesif, yang disebabkan oleh suatu kerusakan atau gangguan

pada sel – sel motorik pada susunan syaraf pusat yang sedang

tumbuh.
3) Sindrom Down
Anak dengan sindrom down adalah individu yang mempunyai

kecerdasan terbatas.
4) Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang

rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk

belajar dan beradaptasi.

5) Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang

gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif

berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga

gangguan tersebut sangat luas dan berat. Gangguan

perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang

interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. (DepKes RI, 2006 :

13)

4. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN MOTORIK


a. Pengertian Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik merupakan pengembangan

pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat saraf, urat

saraf, dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik ini

sangat tergantung pada kematangan otot dan saraf anak. (Effiana,

2009 : 42)
b. Jenis Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Perkembangan motorik kasar
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan gerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot

besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

2. Perkembangan motorik halus


Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menulis,

dan sebagainya. (Depkes RI, 2006 : 7)

5. KONSEP DASAR PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR


a. Pengertian Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar atau gerak kasar adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan dan

sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri,

dan sebagainya. (Depkes RI, 2006 : 7)


b. Tahap Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar pada tiap tahap perkembangan anak

adalah sebagai berikut :


1) Masa anak usia 1 – 2 tahun
Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan

motorik kasar secara signifikan. Pada masa ini anak sudah

mampu melangkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18

bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan

dipegang. Pada akhir tahun kedua sudah mampu berlari-lari

kecil, menendang bola, dan mulai mencoba melompat.


2) Masa Prasekolah
Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali

dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1 –

5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit

kejari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan

berjalan dengan bantuan. (Aziz, 2008 : 20)


B. KERANGKA TEORI

Tingkat
Perkembangan Anak Pengetahuan
Usia 4-5 tahun
 Tahu
 Memahami
Faktor yang mempengaruhi  Aplikasi
Tumbuh Kembang  Analisis
 Sintesis

Kesehatan Lingkungan Pegetahuan orang tua tentang Stimulasi


alat permainan edukatif
Deteksi Dini
Tumbuh Kembang
Ada Penyimpangan Tidak Ada Penyimpangan

Penyimpangan Penyimpangan Gangguan pendengaran Penyimpangan


Pertumbuhan Perkembangan dan Penglihatan Mental Emosional

KPSP
Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan
Gerak Halus Sosialisasi dan Bicara dan Gerak Kasar Penilaian :
Kemandirian Bahasa  Sesuai (S)
 Meragukan (M)
 Ada Penyimpangan
(P)

Ada Perubahan dalam Perkembangan Optimal


Penyampaian Keluarga

Sumber : Depkes RI, 2006, Effiana, 2009, Rekawati, 2005

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. RANCANGAN DAN JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan studi korelasi (Correlation

study) yaitu penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel.

Menurut sifat dasar penelitian, penelitian ini termasuk jenis penelitian

yang menggunakan sample untuk mengambil kesimpulan pada populasi.


Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Cross

sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran /

observasi data variabel independen dan dependen dinilai secara simultan

pada satu saat, jadi tidak follow up (lanjutan). (Nursalam, 2008 : 83)

B. KERANGKA KONSEP
Hubungan antar variabel
Variable independent Variable dependent

Pengetahuan Ibu Tentang Alat Perkembangan Motorik Kasar Anak


Permainan Edukatif konsep hubungan pengetahuanusiaibu
Kerangka
4 – 5 Tahun
tentang alat

permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 4

- 5 tahun di TK Gebang Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

C. RUANG LINGKUP
1. Ruang Lingkup Materi
Materi penelitian meliputi materi tentang pengetahuan ibu tentang alat

permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4 –

5 tahun.
2. Ruang Lingkup Sasaran
Sasaran penelitian adalah ibu yang mempunyai anak usia 4 – 5 tahun.
3. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 april – 17 april 2010
D. SUBYEK PENELITIAN
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti.(Notoatmodjo,

2005 : 79)
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukn

dalam suatu penelitian. (Saryono, 2008)


Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai

anak usia 4 – 5 tahun yang berada di TK Gebang. Jumlah populasi 30

orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu

populasi. (Saryono, 2008)


Sampel adalah sebagian yang diambil secara keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmodjo,

2005 : 79)
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia

4 – 5 tahun.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel dalam

penelitian. Pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling

jenuh.
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dimana semua populasi

ibu yang mempunyai anak usia 4 – 5 tahun di TK Gebang menjadi

sampel penelitian.
Hal ini bisa dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil atau kurang

dari 30 orang.

E. VARIABEL PANELITIAN
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007)


Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu :
1. Variable Independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu

tentang alat permainan edukatif.


2. Variable Dependent dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik

kasar anak usia 4 – 5 tahun.

F. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. (Nursalam, 2008 : 101)

No Variabel Definisi Parameter Kategori Skala


Operasional
1. Pengetahuan Pengetahuan ibuKuesioner Baik : 66 – Ordinal
ibu tentang tentang alat
Dinilai dengan 100 %
alat permainan yang menggunakan 5 Cukup :
permainan dapat item pertanyaan. 56 – 65 %
edukatif mengoptimalkan Setiap item diberi Kurang : <
perkembangan skor nilai 1 untuk 55 %
anak sesuai danjawaban yang
tingkat benar dan 0
perkembangan untuk jawaban
nya yang salah.
Pengetahuan ibu
tentang APE
meliputi :
1. Pengertian
2. Manfaat
3. Jenis
4. Syarat
2. Perkembang Perkembangan Dinilai dengan Jika Ordinal
an motorik meliputi aspek KPSP jawaban
kasar anak yang “Ya” :
usia 4-5 berhubungan a. Sesuai :
tahun dengan 9 – 10
kemampuan b. Meragu
anak melakukan kan : 7
pergerakan dan –8
sikap tubuh c. Ada
yang melibatkan penyim
otot-otot besar. pangan
:<6

G. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah alat – alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. (Notoadmodjo, 2005)


Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang diberikan kepada

responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk

kuesioner tertutup. (Nursalam, 2008)


Dan untuk perkembangan anak menggunakan KPSP (Kuesioner Pra

Skrining Perkembangan). (Deples RI, 2006)


Dengan kisi-kisi kuesioner sebagai berikut :
1. Pengertian Alat Permainan Edukatif
2. Manfaat Alat Permainan Edukatif
3. Jenis Alat Permainan Edukatif
4. Syarat Alat Permainan Edukatif
5. Tahap perkembangan motorik kasar anak usia 4 – 5 tahun

H. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek

dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. (Nursalam, 2008)


1. Data Primer
Untuk pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif menggunakan

data secara langsung dari responden melalui cara mengisi angket atau
kuesioner yang diberikan kepada responden dan diisi sendiri oleh

responden. (Saryono, 2008)


Dan untuk perkembangan anak balita diperoleh dari Kuesioner Pra

Skrining Perkembangan (KPSP). (Depkes, 2006)


2. Data Sekunder
Merupakan data pendukung yang berhubungan dengan penelitian,

meliputi data yang diperoleh dari kohort balita.


I. TEKNIK ANALISA DATA
1. Analisa yang digunakan adalah Analisa Bivariat yaitu data yang didapat

dianalisa dengan menggunakan uji statistik Chi Square (X2). Untuk

melihat hubungan antara variabel independen, variabel dependen

dengan taraf signifikan 0,05 kemudian hasil perhitungan dibandingkan

dengan tabel X2. Jika X2 hitung kurang dari X2 tabel maka “Ha” diterima

yang artinya ada hubungan variabel independen dengan variabel

dependen.
Dalam penelitian analisa yang digunakan adalah analisa bivariat,

yang dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi dengan menggunakan rumus Chi Square atau Chi Kuadrat :


2
k (fo-fh)
2
X =∑
i=1 fh

keterangan :
X2 : Nilai chi square
fo : Frekwensi observasi
fh : Frekwensi harapan
K : Konstanta
Dalam penelitian ini menggunakan derajat kesalahan atau signifikan

5 % dengan derajat kebebasan :


(dk) = (b-1) (k-1)
= (3-1) (3-1)
=4
Keterangan :
b = baris
k = kolom
2. Uji korelasi koefisien kontingensi digunakan untuk mencari hubungan

dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel, bila variabel yang

dikorelasikan berbentuk kategori (gejala ordinal). (Arikunto, 2006)


Kemudian dilakukan pengujian korelasi koefisien kontingensi

menggunakan rumus :
C=

Keterangan :
C = koefisiensi kontingensi
N = jumlah populasi
X2 = nilai chi kuadrat

J. VALIDITAS DAN RELIABILITAS DATA


Dalam penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner yang diberikan

kepada responden. Di sini responden diminta untuk menjawab pertanyaan

dalam kuesioner yang telah disediakan. Setelah itu responden menjawab

pertanyaan dengan jawaban yang telah tersedia dengan memberikan

jawaban yang benar.


1. Validitas
Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam mangumpulkan data. (Nursalam, 2008)


Pada penelitian ini alat ukur dikatakan valid apabila dapat dipergunakan

untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai anak usia 4

– 5 tahun.
Uji validitas dalam penelitian ini adalah uji validitas instrumen

penelitian. Untuk menghitung validitas maka dilakukan dengan cara

menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total

menggunakan rumus Product Moment, adapun rumusnya adalah sebagai

berikut (Sugiyono, 2007).

n  XY - (X) . (Y)
r =

( n X2 - (X)2 ) . ( nY2 - (Y)2 )


Keterangan:

r : Indek-korelasi antara dua variabel

X : Skor rata-rata dari X

Y : Skor rata-rata dari Y

Setelah diperoleh harga r hitung, selanjutnya untuk dapat

diputuskan instrumen tersebut reliabel atau tidak, maka harga tersebut

dikonsultasikan dengan harga r tabel. Jika koefisien korelasi (r) hitung

lebih besar dari koefisien r tabel pada taraf kesalahan 5% maupun 1 %,

maka instrumen kemampuan kerja tersebut reliabel dan dapat

dipergunakan untuk penelitian. (Sugiyono, 2007).


Pada penelitian ini uji validitas dilakukan pada 30 responden

dengan jumlah pertanyaan 5 item. Dikatakan valid jika r hitung > r tabel,

nilai r tabel didapatkan dari tingkat signifikan 0,05 dengan jumlah

responden 30 didapatkan hasil valid yaitu r hitung > r tabel (0,361). Hasil

perhitungan 4 item pertanyaan dan2 item pertanyaan tidak valid, namun

karena keterbatasab waktu dalam penelitian ini maka kuesioner tetap

dibagikan kepada responden untuk dijadikan sebagai penelitian.


2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila

fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam

waktu yang berlainan. (Nursalam, 2008)


Untuk menguji reliabilitas kuesioner dianalisa dengan menggunakan

rumus Alfa Cronbach yang rumusnya adalah sebagai berikut (Sugiyono,

2007):

K 1- i S2
r = ( k – 1) St2
Dimana:

r : kuefisien reliabilitas yang dicari

K : mean kuadrat antar subjek (jumlah butir pertanyaan)

S21 : mean kuadrat kesalahan (varian butir-butir pertanyaan)

St2 : varian total test

Rumus untuk varian total dan varians item:

X2 t _ ( Xt)2
t
S2 = n n2

JKi JK s
i
2
S = n _ n2

Dimana : JKi = Jumlah kuadrat seluruh skor item

JKs = Jumlah kuadrat subyek.

Angket atau kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha > 0,6.

(Arikunto, 2006)

Berdasarkan hasil uji validitas didapatkan hasil alpha cronbach

0,680 sehingga sesuai ketentuan diatas bahwa uji reliabilitas pada

kuesioner ini termasuk dalam reliabel tinggi. Hasil secara lengkap dapat

dilihat dalam lampiran.


K. METODE PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan

langkah – langkah sebagai berikut :

1. Editing
Memeriksa daftar pertanyaan yang diserahkan oleh para

pengumpul data.
2. Coding
Kegiatan untuk mengklasifikasikan data atau jawaban dari para

responden kedalam kategori.


3. Tabulating
Kegiatan untuk memasukkan data – data hasil penelitian kedalam

distribusi frekuensi sesuai dengan variabel yang diteliti.


4. Procecing
Memasukkan data dalam kuesioner kedalam paket program

komputer, salah satu paket progrsm komputer yang sudah umum

digunakan untuk memasukkan data adalah paket program SPSS For

Window.

5. Scoring
Memberikan penilaian terhadap item-item yang perlu diberikan

penilaian atau skor.


(Saryono, 2010)

L. ETIKA PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menekankan masalah etika dalam

pemberian kuesioner kepada responden yang meliputi :


1. Informent consent (persetujuan penelitian)
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak

responden selama pengumpulan data. Responden yang bersedia

diminta untuk menandatangani lembar persetujuan sedangkan yang

tidak bersedia peneliti tdak memaksa dan menghormati haknya.


2. Anominity (tanpa nama)
Sebelum menjaga kerahasiaan identitas, responden tidak

diharuskan untuk mencantumkan dilembar kuesioner atau nama

dicantumkan dalam inisial huruf kemudian lembar tersebut diberi kode

tertentu.
3. Confidentially (kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang dberikan oleh

responden.

(Aziz, 2007)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


TK Gebang terletak di Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

Letak berbatasan dengan beberapa wilayah di sekitarnya, antara lain :


a. Sebelah Barat : Desa Morodemak
b. Sebelah Timur : Desa Margolinduk
c. Sebelah Utara : Desa Purworejo
d. Sebelah Selatan : Desa Glondong
Penelitian ini dilakukan di TK Gebang Kecamatan Bonang Kabupaten

Demak. Salah satu institusi pendidikan yang berada di desa Gebang

Kecamatan Bonang Kabupaten Demak yang letaknya tidak jauh dari BPS

Siti Widaya. Adapun jarak TK Gebang sekitar 250 meter dari BPS Siti

Widayah dan lokasinya cukup strategis. Sarana dan prasarana yang

tersedia sangat mendukung kegiatan belajar mengajar.


B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini

yaitu ibu yang mempunyai anak usia 4 – 5 tahun yang sekolah di TK

Gebang Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

a. Berdasarkan Umur Responden

Tabel 4.1 Disrtibusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di

Desa Gebang Bonang Demak 2010

Umur Resp. Frekuensi Persentase


< 20 tahun 2 6,7 %
20-35 tahun 26 86,7 %
>35 tahun 2 6,7 %
Total 30 100 %
(Sumber : Data Primer, 2010)
Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa responden

dengan umur < 20 tahun sebanyak 2 orang (6,7 %), responden

dengan umur 20-35 tahun sebanyak 26 orang (86,7 %), dan

responden dengan umur > 35 tahun sebanyak 2 orang (6,7 %).


b. Berdasarkan Pendidikan Responden

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di

Desa Gebang Bonang Demak tahun 2010

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


SD/MI 17 56,7 %
SMP/MTS 10 33,3 %
SMA/SMK/MA 3 10 %
Total 30 100 %
(Sumber : Data Primer, 2010)
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

adalah lulusan SD/MI terdapat 17 orang (56,7 %), responden


dengan lulusan SMP/MTS terdapat 10 orang (33,3 %), responden

dengan lulusan SMA/SMK/MA terdapat 3 orang (10 %).


c. Berdasarkan Pekerjaan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di

Desa Gebang Bonang Demak tahun 2010

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


Ibu Rumah Tangga 24 80 %
Pedagang 4 13,4 %
Tani 1 3,3 %
Swasta 1 3,3 %
Total 30 100 %
(Sumber : Data Primer, 2010)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kebanyakan responden

adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 24 orang (80 %), untuk

pedagang sebanyak 4 orang (13,4 %), untuk tani sebanyak 1 orang

(3,3 %), dan swasta sebanyak 1 orang (3,3 %)

C. Variabel Penelitian
1. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Alat Permainan Edukatif
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di

TK Gebang Demak tahun 2010

Kategori Frekuensi Persentase (%)


Kurang 3 10 %
Cukup 15 50 %
Baik 12 40 %
Total 30 100 %
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

pengetahuan responden berkategori cukup terdiri dari 15 responden (50

%), kategori baik terdiri dari 12 responden (40 %), sedangkan kategori

kurang terdiri dari 3 responden (10 %).

2. Perkembangan motorik kasar anak usia 4 – 5 tahun


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4 – 5
Tahun

Kategori Frekuensi Persentase (%)


Ada Penyimpangan 2 6,7 %
Meragukan 8 26,7 %
Sesuai 20 66,7 %
Total 30 100 %
Sumber : Data Primer (diolah dengan SPSS versi 16, 2010)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar

perkembangan motorik kasar anak usia 4 – 5 tahun berkategori sesuai

terdiri dari 20 anak (66,7 %), kategori meragukan terdiri dari 8 anak (26,7

%), sedangkan kategori ada penyimpangan terdiri dari 2 anak (6,7 %).

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Alat Permainan Edukatif

dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4 – 5 tahun.


Tabel 4.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif
Dengan Perkembangan Anak Usia 4 – 5 Tahun Di TK

Tingkat Pengetahuan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4 – 5 Tahun Total


Ibu Tentang Alat Jumlah
Ada % Meraguk % Sesu %
Permainan Edukatif
Penyimpangan an ai
Kurang 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100 %
Cukup 0 0 6 40 9 60 15 100 %
Baik 0 0 1 8,3 11 91,7 12 100 %
Total 2 6,7 8 26,7 20 66,7 30 100 %
= 23,788 α = 0,05 dk = 4

Sumber : Data Primer

Tabel di atas menunjukkan bahwa :

a. Tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif yang kurang dengan

perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun yang ada penyimpangan

berjumlah 2 orang (6,7 %), yang meragukan berjumlah 1 orang (3,3 %), yang

sesuai berjumlah 0 orang (0 %).


b. Tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif yang cukup dengan

perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun yang ada penyimpangan

berjumlah 0 orang (0 %), yang meragukan berjumlah 6 orang (20 %), yang

sesuai berjumlah 9 orang (30 %).


c. Tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif yang baik dengan

perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun yang ada penyimpangan

berjumlah 0 orang (0 %), yang meragukan berjumlah 1 orang (3,3 %), yang

sesuai berjumlah 11 orang (36,7 %).


Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan ada hubungan antara tingkat

pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan

motorik kasar anak usia 4 – 5 tahun.


Untuk mengetahui hubungan antara varibel yang diteliti dengan

menggunakan uji koefisien kontingensi. Data yang diuji sifatnya kuantitatif

dengan skala data ordinal. Hasil perhitungan korelasi koefisien kontingensi

berdasarkan uji chi kuadrat dapat dilihat pada lampiran. Dan didapat hasil

koefisien kontingensi 0,665 (tingkatan cukup).


Hasil perhitungan uji koefisien kontingensi berdasarkan hasil chi scuare

atau chi kuadrat yang mempunyai tingkat signifikan 5 % dan dk : 4, maka

harga x2 hitung (23,788) > x2 tabel (9,488). Didapatkan harga x2 hitung > x2

tabel, Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, jadi dapat disimpulkan terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif

dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4 – 5 tahun.

D. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pembahasan tentang Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif Dengan Perkembangan

Motorik Kasar Anak Usia 4 – 5 Tahun di TK Gebang sebagai berikut :


1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa responden

terbanyak adalah umur 20-35 tahun dengan persentase 86,7 %, sedangkan

umur yang paling sedikit adalah responden dengan umur ≤ 20 tahun dan ≥

35 tahun dengan persentase 6,7 %.


Umur ini menunjukkan bahwa responden memasuki masa

reproduksi sehat. Pada masa ini merupakan saat dimana sistem reproduksi

sudah matang.
Sebagian besar umur responden adalah 20-35 tahun, hal ini

disebabkan karena kematangan berfikir dan mengasuh anak lebih baik dari

pada umur yang lebih muda.


2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar agar manusia dapat

mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara

lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan formal terdiri

atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. (UU

No 20, 2003)
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden adalah lulusan SD/MI terdapat 17 orang dengan persentase

(56,7 %), dan yang paling sedikit adalah responden dengan lulusan

SMA/SMK/MA terdapat 3 orang dengan persentase (10 %), hal ini

disebabkan karena keinginan untuk melanjutkan sekolah lagi tidak ada dan

mereka lebih memilih bekerja daripada melanjutkan sekolah.


Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap

pengetahuan. Orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

lebih tahu banyak hal dari pada orang dengan tingkat pendidikan rendah.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan oleh manusia untuk

suatu tugas dan kerja untuk menghasilkan uang. (Nursalam, 2001)

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan responden adalah

ibu rumah tangga yaitu sebanyak 24 orang dengan persentase (80 %), dan

yang paling sedikit adalah tani dan swasta sebanyak 1 dengan persentase
(3,3 %), hal ini disebabkan karena ibu mempunyau waktu yang lebih

banyak untuk memperhatikan anaknya terutama dalam pertumbuhan dan

perkembangan.
4. Variabel Penelitian
a. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Tingkat

pengetahuan yang dimulai dari sekedar tahu, memahami yang diartikan

sebagai kemampuan menjelaskan secara benar, kemudian

mengaplikasikannya dalam situasi dan kondisi riil, menganalisis,

mensintesis yang berarti mengggabungkan ke dalam suatu bentuk yang

baru, dan akhirnya evaluasi, akan mempengaruhi seseorang dalam

menyikapi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya, termasuk

pengetahuan tentang alat permainan edukatif.


Hasil penelitian terhadap pengetahuan ibu tentang alat permainan

edukatif menunjukkan bahwa 30 responden sebagian besar mempunyai

pengetahuan berkategori cukup terdiri dari 15 responden (50,0%), kategori

baik terdiri dari 12 responden (40,0%), sedangkan kategori kurang terdiri

dari 3 responden (10,0%). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan

bahwa sebagian besar pengetahuan responden dapat melalui media cetak,

media elektronik, penyuluhan dari petugas kesehatan.


b. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4 – 5 Tahun
Perkembangan motorik kasar atau gerak kasar adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan dan sikap

tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan

sebagainya. (Depkes RI, 2006).


Perkembangan motorik kasar madsa prasekolah ini dapat diawali

dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki, berjalan dengan tumit

kejari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan

bantuan. (Aziz, 2008)


Hasil penelitian terhadap perkembangan motorik kasar anak usia 4-

5 tahun menunjukkan bahwa dari 30 responden sebagian besar

perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun berkategori sesuai terdiri

dari 20 orang (66,7%), kategori meragukan terdiri dari 8 orang (26,7%),

sedangkan kategori ada penyimpangan terdiri dari 2 orang (6,7%).


Perkembangan motorik kasar anak usia 4 – 5 tahun yang sesuai

sebanyak 66,7 %, hal ini disebabkan responden mempunyai cara untuk

mendidik anaknya dengan baik terutama dalam hal pertumbuhan dan

perkembangan dan sebagian besar responden memiliki pengetahuan

tentang alat permainan edukatif yang baik pula.


Perkembangan motorik kasar anak usia 4 – 5 tahun yang

meragukan sebanyak 26,7 %, hal ini disebabkan karena tingkat

pengetahuan tentang alat permainan edukatif sudah baik tetapi belum

semua diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.


Perkembangan motorik kasar anak usia 4 – 5 tahun yang ada

penyimpangan sebanyak 6,7 %, hal ini disebabkan karena tingkat

pengetahuan tentang alat permainan edukatif belum baik.


c. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif

Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4 – 5 Tahun


Dari 30 responden diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu

tentang alat pernainan edukatif yang kurang dengan perkembangan

motorik kasar anak usia 4-5 tahun yang ada penyimpangan berjumlah 2
orang (6,7%), tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif

yang kurang dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun

yang meragukan berjumlah 1 orang (3,3%). Tingkat pengetahuan ibu

tentang alat permainan edukatif yang cukup dengan perkembangan

motorik kasar anak usia 4-5 tahun yang meragukan berjumlah 6 orang

(20,0%), tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif yang

cukup dengan perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun yang

sesuai berjumlah 9 orang (30,0%), tingkat pengetahuan ibu tentang alat

permainan edukatif yang baik dengan perkembangan motorik kasar anak

usia 4-5 tahun yang meragukan berjumlah 1 orang (3,3%), tingkat

pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif yang baik dengan

perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun yang meragukan

berjumlah 11 orang (36,7%).


Berdasarkan tabel di atas didapatkan p value adalah 0,000 < 0,05,

dan x2 hitung (23,788) > x2 tabel (9,488) df : 4 dengan taraf signifikan 5%.

Sehingga disimpulkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu

tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik kasar anak

usia 4-5 tahun.


Sebelum memberikan berbagai stimulasi dari jenis permainan

pada anak, maka orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan

permainan yang akan diberikan pada anak. Hal tersebut bertujuan untuk

mengetahui perkembangan anak lebih lanjut. Pada perkembangan motorik

kasar, apabila sejak usia bayi kemampuan motorik sudah dilakukan

rangsangan maka kemampuan motorik akan cepat berkembang


dibandingkan dengan tanpa stimulasi, rangsangan atau stimulasi yang

dimaksud tersebut dapat diberikan melalui suatu permainan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat

mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat

perkembangannya, serta berguna untuk mengebangkan aspek fisik, bahasa,

kognitif dan sosial anak. (Soetjiningsih, 1995)


Perkembangan motorik kasar atau gerak kasar adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan dan sikap

tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan

sebagainya. (Depkes RI, 2006 : 7)


Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan

perkembangan motorik kasar anak usia 4-5 tahun, dapat diambil

kesimpulan :
1. Berdasarkan umur responden antara 20-35 tahun sebanyak 26 orang

(86,7%), menurut pendidikan sebagian besar responden adalah SD/MI

sebanyak 17 orang (56,7%), dan menurut pekerjaan responden

sebagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga sebanyak 24 orang

(80%).
2. Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif

sebagian besar berkategori cukup terdiri dari 15 responden (50,0%)


3. Berdasarkan perkembangan motorik kasar anak usai 4-5 tahun

sebagian besar berkategori sesuai terdiri dari 20 orang (66,7%)


4. Berdasarkan uji chi square didapatkan p value adalah 0,000 < 0,005,

dan x2 hitung (23,788) > x2 tabel (9,488) df : 4 dengan taraf signifikan

5%. Sehingga disimpulkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan

ibu tentang alat permainan edukatif dengan perkembangan motorik

kasar anak usia 4-5 tahun.

B. Saran
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini agar dapat sebagai masukan atau menambah

informasi, untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan terutama

menambah pengetahuan tentang alat permainan edukatif.


2. Bagi Ibu
Hasil penelitian ini agar dapat digunakan untuk menambah informasi

kepada ibu tentang alat permainan edukatif, sehingga perkembangan

motorik kasar anak usia 4-5 tahun sesuai.


3. Bagi Peneliti
Peneliti hendaknya mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

dalam kegiatan belajar mengajar dengan pengalaman yang nyata

dalanm melaksanakan penelitian, terutama ilmu tentang perkembangan

motorik kasar anak usia 4-5 tahun.


LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Pribadi
Nama : Indarti

Tempat, tanggal lahir : Demak, 25 Maret 1988

Agama : Islam

Alamat : Purwosari RT 02/IV Sayung Demak

B. Riwayat Pendidikan

1. SD N 2 Sayung, lulus tahun 2000

2. SMP N 1 Sayung Demak, lulus tahun 2003

3. SMA ABDI NEGARA Karangtengah Demak, lulus tahun 2006

4. Sejak tahun 2007 sampai sekarang masih tercatat sebagai mahasiswa

Akbid Pemkab Kudus.

DAFTAR SINGKATAN

1. AKABA : Angka Kematian Balita


2. PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini

3. APE : Alat Permainan Erdukatif

4. TK : Taman Kanak-kanak

5. Ha : Hipotesa Alternatif

6. Ho : Hipotesa Nol

7. KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

8. SD : Sekolah Dasar

9. SMP : Sekolah Menengah Pertama

10. SMA : Sekolah Menengah Atas

11. SPSS : Statistical Product and Service Solutions

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :

Yth. Calon responden


Dengan hormat,

Bersama ini saya beritahukan bahwa, saya mahasiswa Akademi Kebidanan


Pemerintah Kabupaten Kudus :

Nama : Indarti

NIM : 07.115

Saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul ” Hubungan


Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif Dengan
Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4 – 5 Tahun”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara sebagai
responden dan kerahasiaan innformasi akan dijaga serta hanya akan digunakan
untuk kepentingan penelitian. Apabila saudara setuju, maka saudara bersedia
menandatangani persetujuan serta menjawab semua pertanyaan yang ada dalam
kuesioner ini.

Atas kerja samanya saya mengucapkan terima kasih dan semoga hasikl
penelitian ini berguna bagi kita semua. Amin.....

Peneliti,

Indarti

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : ..........................................................................................................

Alamat : ..........................................................................................................

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan untuk

mahasiswa Akademi Kebidanan Pemerintah

Nama : Indarti

NIM : 07.115

Judul : “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan

Edukatif Dengan Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4 – 5

Tahun “

Saya merasa penelitian ini tidak berakibat negatif bagi saya, oleh karena itu saya

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Demak, 2010

Responden

( )

KUESIONER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT


PERMAINAN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN
MOTORIK KASAR ANAK USIA 4 – 5 TAHUN
DI TK GEBANG BONANG DEMAK

Tanggal Pengisian Data :

A. Identitas
Nama Ibu :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Pendidikan : a) SD / MI b) SLTP / MTS
c) SLTA / MA d) Akademi / Sarjana

B. Pertanyaan Tentang Alat Permainan Edukatif


Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda

silang (X).
1. Apa yang dimaksud dengan alat permainan edukatif ?
a. Alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak
b. Alat permainan yang bagus
c. Alat permainan yang harganya mahal
2. Manfaat apa yang ada dalam permainan edukatif ?
a. Membuat anak senang
b. Meningkatkan daya kreativitas anak
c. Menjadikan anak cepat bosan
3. Syarat-syarat alat permainan edukatif sebagai berikut.......
a. Aman
b. Bagus
c. Mahal
4. Bermain sepak bola ternasuk jenis permainan yang bersifat dalam.........
a. Permainan aktif
b. Permainan pasif
c. Permainan pasif dan aktif
5. Alat permainan yang dianjurkan untuk anak usia 4-5 tahun adalah.......
a. Alat gambar dan tulis
b. Balok berbentuk huruf, permainan bongkar pasang dan ayunan
c. Jawaban a dan b benar
C. Pertanyaan / Penilaian Perkembangan Motorik Kasar Balita Usia 4 – 5

tahun
KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
Isilah data-data dibawah ini dengan cara memberi tanda () untuk

jawaban Ya atau Tidak

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Dapatkah anak menggayuh sepeda roda


tiga sejauh sedikitnya 3 meter ?

2 Dapatkah anak melompati panjang


kertas seukuran buku yang diletakkan
dilantai dengan mengangkat kedua
kakinya secara bersamaan tanpa
didahului lari.

3 Dapatkah anak berdiri satu kaki tanpa


berpegangan dan mempertahankan
keseimbangan dalam waktu 6 detik ?

4 Dapatkah anak berlari sejauh 10 meter ?

5 Dapatkah anak melompat dengan satu


kaki tanpa berpegangan (lompatan
dengan dua kaki tidak ikut dinilai).
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali
dengan satu kaki ?
M. JADWAL PENELITIAN

Feb Maret April Mei Juni


Nama Kegiatan

Pengajuan Judul

Pembuatan Proposal

Ujian Proposal

Persiapan Magang

Praktek magang dan


pengambilan data
Penyusunan KTI

Ujian KTI
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.

Depkes RI. 2006. Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak,
Jakarta.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta,


Jakarta.

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu


Keperawatan. Salemba medika, Jakarta.

Nursalam., Susilaningrum, Rekawati., dan Utami, Sri. 2005. Asuhan


Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika, Jakarta.

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian kesehatan. Cendekia, Jakarta.

Saryono. 2010. Metodolodi Penelitian Kebidanan. Medikal Book, Yogyakarta.

Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. EGC, Jakarta.

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Yuriastien, Effiana., Prawitasari, Daisy., Febry, Bulan, Ayu. 2009. Games Therapy
Untuk Kecerdasan Bayi dan Balita. PT wahyu Media, Jakarta.

http://. datastatistik. indonesia. com

http://usebrains.wordpress.com
www. Karya_ilmiah. Com

Anda mungkin juga menyukai