Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata
tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan1
. Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni, karya cipta atau ciptaan.
Ciptaan tersebut dapat berupa puisi, drama, film, karya-karya koreografis, komposisi
musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak komputer dan
lain sebagainya. Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual,
namun hak cipta berbeda dengan hak kekayaan intelektual lainnya seperti paten yang
memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi sedangkan hak cipta bukan
merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu tetapi hak untuk mencegah orang
lain melakukannya.

Abad ke-21 menjadi titik awal dari munculnya berbagai pelanggaran dalam
bidang hak cipta di Indonesia yang telah meresahkan pelaku seni dan para penulis.
Pelanggaran hak cipta sangat merugikan pencipta dan ahli warisnya, kerugiannya
bukan hanya pada nominal uang yang dihasilkan dari apresiasi masyarakat, akan
tetapi kerugian non materiil yang tidak kalah besarnya dirasakan oleh para pencipta
karya seni atau yang lainnya. Menyadari hal tersebut serta desakan masyarakat luar
dan dalam negeri, pemerintah mengundangkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta, karena undang-undang yang sebelumnya dianggap sudah
tidak sesuai dengan perkembangan zaman ditambah semakin maraknya oknum yang
melanggar ketentuan hak cipta.

Suatu karya intelektual yang dihasilkan oleh seseorang atas dasar


intelektualitasnya, baik berupa invensi maupun karya intelektual lainnya khususnya
hak cipta perlu memperoleh perlindungan guna mencegah segala bentuk eksploitasi
secara komersial oleh pihak lain tanpa kompensasi yang adil kepada pihak yang
menghasilkan karya cipta tersebut. Banyak diantara kita yang tidak sadar bahwa yang
kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari telah melanggar hak cipta orang lain. Salah
satu dari pelanggaran tersebut adalah kegiatan membajak yang telah diterima dan
menjadi sesuatu yang dianggap halal oleh masyarakat. Praktik pembajakan hak cipta
di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat drastis dan sudah sangat
memprihatinkan.

Rumusan masalah

1.Bagaimana dampak pemberian izin peredaran buku di Indonesia?


2.Bagaimanakah dampak pemberian izin terhadap peredaraan buku buknya di Indonesia?
BAB 2

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan padangan kata yang biasa


digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR)
14. Istilah atau terminologi Hak
Kekayaan Intelektual (HKI) digunakan untuk pertama kalinya pada tahun 1790.
Fichte yang pada tahun 1793 mengatakan tentang hak milik dari si pencipta ada
pada bukunya. Yang dimaksud dengan hak milik disini bukan buku sebagai
benda, tetapi buku dalam pengertian isinya15
. Istilah HKI terdiri dari tiga kata
kunci, yaitu Hak, Kekayaan, dan Intelektual.
Adapun kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi
kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu,
karya tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia16
.
Secara garis besar HKI dibagi menjadi dua bagian, yaitu17 :
1. Hak Cipta (Copyrights)
2. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights)
Istilah Copyright (Hak Cipta) pertama kali dikemukakan dalam Berne
Convention yang diadakan tahun 1886.
Dalam Berne Convention, pengertian Hak Cipta tidak dirumuskannya dalam
Pasal tersendiri namun tersirat dalam Article 2, Article 3, Article 11 dan Article
13 yang isinya diserap dalam Pasal 2 jo Pasal 10 Auteurswet 191218. Dalam
Auteurswet 1912 Pasal 1 diatur bahwa : “Hak Cipta adalah hak tunggal dari
Pencipta atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil Ciptaannya dalarn
lapangan kesusastraan, pengetahuan dan kesenian, untuk mengumumkan dan
memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan
oleh Undang-Undang.” Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014
tentang Hak Cipta, mengatur : “Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta yang
timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan ”. Berdasarkan pengertian Hak Cipta
menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak
Cipta, arti dari hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukan bagi
pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut
tanpa izin penciptanya.
Berkaitan dengan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun
2014 tentang Hak Cipta, maka diuraikan lebih lanjut mengenai pengertian dan
sifat Hak Cipta itu 19:
a. Hak Cipta merupakan hak yang bersifat khusus, istimewa atau eksklusif
(Exclusive Rights) yang diberikan kepada Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Ini
berarti, orang lain tidak boleh menggunakan hak tersebut, kecuali dengan izin
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan;
b. Hak yang bersifat khusus meliputi hak Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
untuk mengumumkan Ciptaannya, memperbanyak Ciptaannya dan memberi izin
kepada orang lain untuk mengumumkan atau memperbanyak hasil Ciptaannya
tersebut;
c. Dalam pelaksanaan untuk mengumumkan atau memperbanyak
Ciptaannya,baik Pencipta, Pemegang Hak Cipta, maupun orang lain yang diberi
izin, harus dilakukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku; d.
Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak yang bersifat immaterial yang dapat
beralih atau dialihkan kepada orang lain.

Hak eksklusif dalam hal ini adalah mengumumkan dan memperbanyak, termasuk
kegiatanmenerjemahkan,mengadaptasi,menjual,mengaransemen,mengalihwujudk
an,menyewakan,mengimpor,memamerkan,atau mempertunjukkan kepada publik
melalui sarana apapun. 24 Ciptaan yang bersumber dari hasil kreasi akal dan budi
manusia melahirkan suatu hak yang disebut dengan Hak Cipta. Hak Cipta tersebut
melekat pada diri seseorang Pencipta atau Pemegang Hak Cipta, sehingga lahir dari
Hak 22Penjelasan Undang- Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
23Tamotsu Haozumi, Asian Copyright Handbook, Asia/ Pacific Cultural Centre for
Unesco, Jakarta, 2006, Hlm. 97 24Penjelasan Umum Undang- Undang Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak CIpta 18 Cipta tersebut hak ekonomi (economic rights) dan
hak moral (moral rights). Hak Moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau
pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun
Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan. Dalam Pasal 8 UU Hak Cipta Nomor 28
Tahun 2014 dijelaskan bahwa Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau
pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Hak
ekonomi merupakan hak untuk mengeksploitasi yaitu hak untuk mengumumkan dan
memperbanyak suatu Ciptaan, sedangkan hak moral merupakan hak yang berisi
larangan untuk melakukan perubahan terhadap isi Ciptaan, judul Ciptaan, nama
Pencipta, dan Ciptaan itu sendiri25 . Menurut pasal 5 ayat (1) UU Hak Cipta Nomor
28 Tahun 2014 merupakan hak yang melekat secara pribadi pada diri pencipta. Hak
moral diatur dalam Article 6 bis Berne Convention, ketentuan ini secara garis besar
berisi26:
a. Pencipta mempunyai hak untuk menuntut hasil Ciptaannya;
b. Pencipta dapat mengajukan keberatan atas segala penyimpangan, pemotongan atau
perubahan lain atau tindakan-tindakan yang dapat menurunkan kualitas dari suatu
karya, yang dapat merusak reputasi dari Pencipta. 25Budi Agus Riswandi, Hak
Kekayaan Intelektual dan Budaya HU, Rajawali Pers, Jakarta,2009, Hlm. 187 26Ok
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
Rajawali Pers, Jakarta, 2004, Hlm. 210 19 Pada pokoknya terdapat dua prinsip utama
dalam hak moral, yaitu27:
a. Hak untuk diakui dari karya, yaitu hak dari Pencipta untuk dipublikasikan sebagai
Pencipta atas karyanya, dalam rangka untuk mencegah pihak lain mengaku sebagai
Pencipta atas karya tersebut;
b. Hak keutuhan, yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas penyimpangan atas
karyanya atau perubahan lain atau tindakan-tidakan lain yang dapat menurunkan
kualitas Ciptaannya.

Hukum yang mengatur Hak Cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang berupa
perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup gagasan umum, konsep,
fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau terwakili di dalam ciptaan
tersebut. Sebagai contoh, Hak Cipta yang berkaitan dengan tokoh kartun Miki
Tikus melarang pihak yang tidak berhak menyebarkan salinan kartun tersebut
atau menciptakan karya yang meniru tokoh tikus tertentu ciptaan Walt Disney
tersebut, namun tidak melarang Penciptaan atau karya seni lain mengenai tokoh
tikus secara umum.20 Disamping Hak Cipta, masih ada beberapa pengertian lain
yang terkait dengan Hak Cipta yaitu sebagai berikut: “Pencipta adalah seorang
atau beberapa orang yang secara sendiri atau bersama-sama menghasilkan
suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi”. “Ciptaan adalah setiap hasil karya
cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi,
kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang
diekspresikan dalam bentuk nyata”. “Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta
sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari
Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut dari pihak yang menerima
hak tersebut.” “Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan
satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan bentuk
apapun, secara permanen atau sementara”. “Pendistribusian adalah penjualan,
pengedaran, dan/atau penyebaran Penciptaan dan/atau produk hak terkait”.
“Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau
Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk 20 Hutagulung, S.M, “Hak Cipta”,
diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta, pada tanggal 26 Maret
2015 pukul 11.53 14 melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk
Hak Terkait dengan syarat tertentu”. “Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan
Hak Ekonomi suatu ciptaan atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu”.
“Penggunaan secara komersial adalah pemanfaatan ciptaan/atau produk Hak
Terkait dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari berbagai
sumber atau berbayar”. Menurut Hutauruk ada dua unsur penting yang
terkandung dari rumusan pengertian Hak Cipta yang termuat dalam ketentuan
UndangUndang Hak Cipta Indonesia, yaitu Hak yang dapat dialihkan, dialihkan
kepada pihak lain dan Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun, dan
dengan jalan apa pun tidak dapat ditinggalkan daripada (mengumumkan
karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama
samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya).21 2.)
Hak Cipta sebagai Hak Kebendaan Sebelum mengkaji lebih jauh tentang
keberadaan Hak Cipta sebagai hak kebendaan, maka akan diuraikan terlebih
dahulu yang
dimaksud dengan hak kebendaan. Dalam Bahasa Belanda hak
kebendaan ini disebut zakelijk rect. Prof. Sri Soedewi Masjchoen Fofwan
memerikan rumusan tentang hak kebendaan yaitu “hak mutlak atas suatu
benda di mana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda
dan dapat dipertahankan dengan siapapun juga”.
22
Rumusan bahwa hak kebendaan itu adalah hak mutlak yang juga
berarti hak absolut yang dapat dipertentangkan atau dihadapkan dengan
hak relatif, hak nisbi, atau biasanya disebut juga persoonlijk atau hak
perorangan. Hak yang disebut terakhir ini hanya dapat dipertahankan
terhadap orang tertentu, tidak terhadap semua orang seperti hak
kebendaan.
Hak Cipta merupakan benda bergerak yang tidak berwujud.
Dimana Hak Cipta tersebut dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh atau
sebagian karena warisan, hibah, wakaf, wasiat, perjanjian tertulis, atau
sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan perundangundangan. Hak
Cipta saat ini dapat dijadikan sebagai objek jaminan
fidusia.23
Oleh Mariam Darus Badrulzaman, mengenai hak kebendaan
dibaginya menjadi dua bagian, yaitu: hak kebendaan yang sempurna dan
hak kebendaan terbatas. Hak kebendaan yang sempurna adalah hak
yang memberikan kenikmatan yang sempurna (penuh) bagi si pemilik.
Selanjutnya untuk hak yang demikian dinamakannya hak kepemilikan .
Sedangkan hak kebendaan terbatas hak yang memberikan kenikmatan
yang tidak penuh atas suatu benda. Jika dibandingkan dengan hak milik.
Artinya hak kebendaan terbatas itu tidak penuh atau kurang sempurnanya
jika dibandingkan dengan hak milik.24
Maka yang dimaksud dengan hak kebendaan yang sempurna itu
adalah hanya hak milik, sedangkan selebihnya termasuk dalam kategori
hak kebendaan yang terbatas. Jika dikaitkan dengan Hak Cipta dapatlah
dikatakan Hak Cipta itu sebagai hak kebendaan. Pandangan ini dapat dirumuskan
dari pasal 1 Undang-Undang Hak Cipta yang mengatakan bahwa Hak Cipta adalah
hak eksklusif Pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif
setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini menunjukkan bahwa
Hak Cipta hanya dimiliki oleh si Pencipta atau si penerima hak. Hanya namanya yang
disebut sebagai pemegang hak khususlah yang boleh menggunakan Hak Cipta dan ia
dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek lain yang mengganggu atau
menggunakannya tidak dengan cara yang diperkenankan oleh aturan hukum.

Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam Hak Cipta, antara lain:
1. Pencipta
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
2. Ciptaan
Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam
lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.
3. Hak Cipta:
Hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak
mengurangi pembatasan- pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku

4. Pemegang Hak Cipta


adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak
tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak
yang menerima hak tersebut.

5. Pengumuman
adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan, pengedaran, atau
penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa pun, termasuk media
internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu Ciptaan dapat
dibaca, didengar, atau dilihat orang lain.
6. Perbanyakan
Merupakan penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan
maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan
yang sama ataupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen
atau temporer.

7. Lisensi
izin yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemegang Hak Terkait kepada
pihak lain untuk mengumumkan dan/atau memperbanyak Ciptaannya atau
produk Hak Terkaitnya dengan persyaratan tertentu.

E. Pendaftaran Hak Cipta


Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu dwujudkan
dalam bentuk yang nyata.Pendaftaran ciptaan tidak merupakan suatu kewajiban
untuk mendapatkan hak cipta. Namun demikian, pencipta maupun pemegang
hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya akan mendapat surat pendaftaran
ciptaan yang dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila
timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut. Ciptaan dapat
didaftarkan ke Kantor Hak Cipta, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual-
Departemen Hukum dan HAM (Ditjen HKI-DepkumHAM)
Cara yang ditempuh dalam memberikan perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu
yang diunduh di internet dengan cara melalui perlindungan hukum yaitu dengan cara
menegakkan peraturan melalui hukum administrasi negara dengan pendaftaran dan
pengawasan, hukum pidana dan hukum perdata. Pendaftaran hak merupakan tolak
ukur perlindungan hukum.6 Untuk membuktikan pencipta memiliki hak atas hasil
karya ciptanya. Pasal 64 Ayat (2) UUHC menyatakan Pencatatan Ciptaan dan Produk
Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan syarat untuk
mendapatkan Hak Cipta dan Hak Terkait. Menurut penjelasan Pasal 64 Ayat (2)
UUHC tersebut bahwa Pencatatan Ciptaan dan produk Hak Terkait bukan merupakan
suatu keharusan bagi Pencipta, Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait.
Perlindungan suatu Ciptaan dimulai sejak Ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan
karena pencatatan. Hal ini berarti suatu Ciptaan baik yang tercatat maupun tidak
tercatat tetap dilindungi. Untuk memperoleh pencatatan ciptaan di Kementrian
Hukum dan HAM Republik Indonesia, pemohon dapat melakukan pengajuan
permohonan melalui tiga alternatif, yaitu :7 a. Melalui Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI). b. Melalui Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia. c. Melalui Kuasa Hukum Konsultan HKI yang terdaftar. Adapun
tahapan-tahapan dalam mendaftarkan hak cipta sebagai berikut :8

a. Alur Pengajuan Permohonan Pencatatan Ciptaan Alur pengajuan


permohonan

pencatatan ciptaan merupakan tahapan yang harus dilalui oleh pemohon hingga
memperoleh bukti/tanda bukti mengajukan permohonan pencatatan ciptaan. Alur
permohonan pencatatan ciptaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

BAB 3
Tn.sastra adalah seorang penulis berkewaeganegraan Indonesia.salah satu karyanya adalah
teritologi yang mengisahkan tentang kehidupan seorang protagonis dengan latar belakang Indonesia
sejak kemerdekaan sampaireformasi.membuat banyak penerbit luar negeri tertarik untuk memohon izin
untuk menerjemah ke dalam bahasa inggris.
1.bagaimana perlindungan haknya?
Perlindungan terhadap karya sasrta yang di akan di terbitkan ulang dengan cara mendaftarkan
haknya sesuai dengan ketentuan perundang undangan
2.sejauh mana haknya terlindungin?
Dari penjelasan di atas makan haknya akan terlindungin
3.bagaimana dampak pemberian izin terhadap peredaraan buku bukunya di Indonesia?

4.apakah hak hak yang harus disastrai apabila diangkat kelayar lebar agar haknya terlindungi

Anda mungkin juga menyukai