Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
4. Pendahuluan ..................................................................................................................... 1
Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME bahwa Kode Effik Penilai Indonesia dan Standar Penilaian
Indonesia 2013 telah dapat diselesaikan. KEPI dan SPI ini merujuk kepada International Valuation
Standards 2011 yang dikeluarkan oleh International Valuation Standards Council pada Juli 2011, serta
menggunakan referensi dari standar-standar penilaian lainnya di dunia, yang disesuatkan dengan
kebutuhan dan kondisi penilaian di Indonesia. KEPI dan SPI ini adalah edit! ke 5 dan merupakan
bagian dari penyempurnaan berkelanjutan dari SPI terdahulu, yang selan|utnya dliebul sebagai KEPI
dan SPI 2013.
KEPI dan SPI memiliki peran penting bagi pelaku penilaian (para Penilai), maupun pengguna |aia,
Pemerintah, lembaga-iembaga terkait lainnya serta seluruh stakeholders. KEPI merupakan landaian
moral sedangkan SPI merupakan panduan praktek penilaian bagi Penilai di Indoneila, lerla dari ilii
pengguna jasa men|adi acuan dalam memahami dan memanfaatkan hasll penilaian. Semeiitrtirt llu,
dari sisi Pemerintah maupun lembaga terkait lainnya, KEPI dan SPI ini dapat men|adl acuan dalam
melaksanakan pengawasan dan pengembangan profesi Penilai di Indonesia.
KEPI dan SPI 2013 dibuat dengan mengikuti sistematika International Valuation Standards dimana KEPI
merupakan bagian yang terpisah dari SPI, namun dicetak dalam satu kesatuan.
SPI 2013 disusun lebih dengan azas 'principle base', serta dengan landasan cakupan (platform) yang
meliputi penilaian aset properti dan bisnis. Di dalam SPI ini digunakan termlnologi 'aset atau
kewajiban' menggantikan properti, dimana kedua istilah tersebut di SPI ini memiliki pengertian yang
sama dan meliputi Real Properti, Personal Properti, Badan Usahq dan Hak Kepemilikan Finansial.
Pada KEPI dan SPI 2013 ini sudah dilakukan perubahan dan penambahan standar baru untuk bagian
KEPI, KPUP, Standar Umum, dan sebagian Standar Teknis. Sedangkan pada bagian Standar
Penerapan dan sebagian Standar Teknis masih menggunakan SPI 2007 (lihat lampiran Tabel 1 pada
Pendahuluan).
• Pendahuluan
• Standar Umum :
Slandar Teknls i
SPI 306 — Penilalan Terhadap Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum
SPI360-AnalisisHBU
Penyempurnaan KEPI dan SPI 2013 merupakan suatu kegiatan yang bersifat terus menerus untuk
memenuhi tuntutan dan perkembangan profesi Penilaian dan sektor keuangan/dunia bisnis secara
keseluruhan.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak, terutama kepada Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa
Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan Rl sebagai instansi pembina profesi Penilai yang telah sangat
membantu dalam penyelesalan KEPI dan SPI 2013 ini serta proses sosialisasinya. Selain itu, kami juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu memberikan saran dan masukan
dalam penyempurnaan KEPI dan SPI ini.
Dengan diberlakukannya KEPI dan SPI 2013, diharapkan bahwa Penilai akan memiliki profesionalisme yang
lebih tinggi dan dapat memiliki kesetaraan dengan Penilai di negara lainnya yang lebih maju sehingga
memiliki daya saing tinggi di dunia Internasional. Semoga Penilai Indonesia akan terus berkembang maju
dan memiliki peran penting dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan (sustainable development)
menuju Indonesia makmur dan sejahtera.
Ir. Renaaanis Kartomo. MSc. MAPPI (Cert) lr. Hamid Yusuf. MAPPI (Cert)
Ketua KPSPI Ketua Umum MAPPI
Mengetahui >
Tim Pengarah
1. Hartoyo
2. Insukendro
3. Langgeng Subur
4. Machfud Siddik
5. Suryantoro Budisusilo
6. Syaiful Ruky
Nara Sumber
1. Doli D Siregar $& M:>*
2. EddySurkat **/*;
3. Fardly Noeshran
4. Okky Danuza ,
3.0 Definisi
3.1 Etik adalah nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pedoman bagi
seseorang atau kelompok dalam mengatur perilakunya secara profesional.
3.2 Kode Etik adalah kumpulan etik yang dibuatluntuk menjunjung profesi demi
tanggung jawab terhadap profesi, masyarakat dan Ketuhanan Yang Maha
Esa. !
3.3 Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) adalah kumpulan etik yang melandaii
pelaksanaan SPI yang wajib ditaati oleh Penilai, agar seiuruh hasil pekerjaan
penilaian dapat memenuhi persyaratan yang j ditetapkan melalul cara yang
jujur, obyektif dan kompeten secara profesional, sehingga menghasilkan
laporan penilaian yang jelas, tidak menyesatkan dan mengungkapkan semua
hal yang penting.
3.4 Profesi adalah keahlian yang memerlukan pelatihan yang mendalam dalam
suatu bidang ilmu, seni ataupun pekerjaan,! yang dilakukan secara lerui
menerus.
3.5 Standar Penilaian Indonesia (SPI) adalah Standar Profesi Penila) untuk
melakukan kegiatan penilaian di Indonesia. Penilai wajib mematuhi SPI yang
merupakan acuan praktek penilaian di Indonesia.
3.6 Dalam KEPI ini kata "Penilai" dapat berarti "Penilai sebagai perorangan
(individu)" atau "Kantor Jasa Penilai Publik", tergantung pada konteks
kalimatnya.
4.1 Integritas
4.1.1 Prinsip integritas mewajibkan Penilai untuk jujur dan dapat
dipercaya dalam semua hubungan profesional dan bisnii.
4.1.2 Seorang Penilai tidak boleh dengan sengaja melakukan penilalan,
membuat laporan penilaian, membuat surat keterangan atau
komunikasi lain tentang penilaian, apabila mengandung salah satu
hal berikut:
4.1.3 Apabila Penilai menyadari adanya informasi yang tidak benar, maka
harus segera mengambil tindakan terkait dengan Informasi tersebut,
misalnya dengan melakukan revisi atas laporan penilaian. j
4.1.4 Penilai tidak diperkenankan berpartisipasi atau berperan serta dalam
suatu jasa penilaian yang tidak dibenarkan berdasarkan
pertimbangan rasional Penilai umumnya.
4.1.5 Penilai wajib bertindak menurut hukum dan sesuai dengan hukum
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia atau
di negara dimana Penilai menddpat penugasan.
4.1.6 Penilai tidak diperkenankan dengan sengaja salah menafsirkan
kualifikasi profesional yang tidak dimilikinya.
4.2 Objektivitas
4.2.1 Prinsip objektivitas mewajibkan Penilai bekerja secara profesional,
tidak memihak, tidak memiliki kepentingan atau tidak dipengaruhi
orang lain.
4.3 Kompetensi
Kompetensi di bidang penilaian adalah kemampuan, kecakapan dan keahlian
khusus dalam bidang penilaian don. bertanggung jawab terhadap pemberi
tugas, masyarakat, profesi dan asosiasi penilai.
4.3.1 Prinsip kompetensi mensyaratkan Penilai untuk
a. Mempertahankan pengetahuan clan keterampilan profesional
pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa
pemberi tugas menerima layanan profesional yang kompeten,
dan !
b. Bertindak sesuai dengan standar teknis dan profesional yang
berlaku saat memberikan layanan profesional.
4.3.2 Layanan profesional yang kompeten membutuhkon kebijakan
dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan profesional
dalam kinerja; layanan tersebut. Kompetensi profesional dapat
dibagi menjadi dua bagian yang terpisah:
a. Pencapaian kompetensi profesional; dan
b. Pemeliharaan kompetensi profesional.
4.3.3 Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran dan
pemahaman teknis, pengembangan profesi dan bisnis yang
berkelanjutan. Pengembangan profesional yang berkelan|utan
memungkinkan Penilai untuk mengembangkan dan mempertahankan
kemampuan secara kompeten dalam lingkungan profesional.
4.3.4 Ketekunan meliputi tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan
lingkup penugasan, hati-hati, menyeluruh dan tepat waktu.
4.3.5 Seorang Penilai harus mengambil langkah-langkah yang wajar untuk
memastikan bahwa pekerjaan me re k a di bawarj,Motoritas Penilai
dalam kapasitas profesional yang memiliki pelatlhan dan
pengawasan yang tepat.
4.4 Kerahasiaan
4.4.1 Prinsip kerahasiaan mewajibkan semua Penilai untuk tidak
melakukan:
a. Pengungkapan di luar perusahaan; atau penggunaan informasi
rahasia yang diperoleh dari layanan jasa penilaian tanpa
persetujuan kecuali memiliki hak secara legal atau hak profesi
atau kewajiban untuk mengungkapkan, dan
b. Pengungkapan informasi rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan bisnis untuk keuntungan pribadi
atau pihak ketiga.
4.4.2 Penilai harus menjaga kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosial, bersikap waspada terhadap kemungkinan pengungkapan
yang tidak sengaja, terutama untuk rekan bisnis yang dekat atau
anggota keluarga dekat.
4.4.3 Penilai harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh
Pemberi Tugas.
4.4.4 Penilai harus menjaga kerahasiaan informasi dalam perusahaan atau
tim kerja.
4.4.5 Penilai harus mengambil langkah-lqngkah yang wajar untuk
memastikan bahwa staf di bawah pengawasan Penilai dan orang
yang memberikan tugas untuk menghormati tugas Penilai dari
prinsip kerahasiaan.
4.4.6 Dibutuhkan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan yang berkelanjutan
bahkan setelah berakhirnya hubungan kerja dengan klten. Apabila
Penilai melakukan perubahan dalam pekerjaan atau memperoleh
klien baru, Penilai dapat menggunakan pengalaman sebelumnya.
Para Penilai seharusnya tidak menggunakan atau mengungkapkan
informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional atau
bisnis.
Berlkut ini adalah contoh situasi dimana Penilai mungkln diperlukan
untuk mengungkapkan informasi rahasia atau ketika pengungkapan
tersebut mungkin sesuai:
7.3 Tanggung Jawab terhadap Sesama Penilai dan Kantor Jasa Penilai Publik
7.3.1 Penilai tidak dibenarkan melakukan persaingan yang tidak sehat
yaitu antara lain menggunakan imbalan jasa yang lebih rendah
daripada standar imbalan jasa (fee) minimum yang ditetapkan oleh
asosiasi dan atau dengan mempromosikan dirinya sendiri kepada
Pemberi Tugas untuk menggantikan kedudukan atau mengambil alih
penugasan Penilai lain dengan dalih dan cara a pa pun. .^
7.3.2 Mencemarkan atau mencoba untuk mencer^arkqn noma baik Penilai
lainnya dengan memberikan dan atqul menyampaikan ucapan atau
pernyataan kepada pihak lain4>ptau pemberi tugas yang da pat
merugikan kepentingan| dan noma baik Penilai lainnya. ^S^^
7.3.3 Apabila Penilai mengefahui adqnya kecenderungan atau indikasi
bahwa Penilai yang bersangkutan telah melakukan perbuatan
sebagaimana disebutkan pada butir 7.3.1 dan 7.3.2. di atas adalah
menjadi kewajiban setiap Penilai untuk melaporkan kepada pengurus
asosiasi Penilai flan atau Dewan Penilai Indonesia, termasuk
memberikan bukti-bukti yang tersedia yang diperlukan dalam
usahanya mengupayakan pengusutan terhadap Penilai yang
bersangkutan.
7.3.4 Penilai harus melakukan konfirmasi kepada pemberi tugas bahwa
properti atau aset yang akan dinilai tidak dikerjakan secara
bersamaan dengan Penilai lainnya untuk maksud, tujuan, pengguna
laporan dan tanggal penilaian yang sama atau berdekatan (tidak
lebih dari satu bulan).
7.3.5 Apabila Penilai diminta untuk melakukan penilaian yang pernah
dilakukan oleh Penilai lainnya untuk tujuan dan tanggal penilaian
yang sama atau berdekatan (second opinion) maka Penilai wajib
mendapatkan pernyataan tertulis dari Pemberi Tugas mengenai
alasan dilakukannya second opinion dan Penilai wajib memperoleh
akses secara tertulis untuk berkomunikasi dengan Penilai terdahulu.
Dalam hal ini Penilai terdahulu wajib memberikan informasi yang
relevan sesuai penugasan.
Dalam hal pemberi tugas tidak memberikan persetujuannya untuk
melakukan komunikasi dengan Penilai terdahulu, maka Penilai harus
menolak penugasan tersebut.
Namun demikian hasil penilaian seharusnya hanya menjadi salah
satu acuan dalam pengambilan keputusan dan tidak bersifat mutlak.
«sw
Ekonomi dunia yang semakin terintegrasi dan terkait satu sama lain, membutuhkan
informasi yang terstandarisasi bagi pengambilan kebijakan dan keputusan yang akurat
dan dapat dibandingkan antara berbagai negara di berbagai belahan dunia. Peniiaian
telah diterima secara luas dan menjadi rujukan di sektor keuangan maupun sektor lainnya,
baik untuk tujuan pelaporan keuangan, pemenuhan persyaratan perundangan atau tujuan
penjaminan hutang dan aktifitas transaksi lainnya. Untuk itu, dibutuhkan adanya standar
peniiaian yang terus mengikuti perkembangan di dunia internasional sekaligus menjawab
kebutuhan nasional dan dapat menjadi pedoman bagi para Penilai dalam melaksanakan
tugasnya secara profesional. '
Pada bulan Juli 2011, International Valuation Standards Council telah mempublikasikan
International Valuation Standards 2011 yang merupakan standar pengganti IVS 2007
dengan memuat beberapa perubahan yang cukup fundamental. Guna mengikuti
perkembangan tersebut, Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI) sebagai anggota
IVSC melalui Komite Penyusun Standar Peniiaian Indonesia (KPSPI) telah menyusun Kode
Etik Penilai Indonesia dan Standar Peniiaian Indonesia (KEPI dan SPI) 2013, dimana untuk
bagian KEPI, KPUP, Standar Umum (SPI seri 100), dan sebagian Standar Teknis (SPI seri
300) sudah dilakukan perubahan dan penambahan standar baru, tetapi pada bagian
Standar Penerapan (SPI seri 200) dan sebagian Standar Teknis (SPI seri 300) masih
menggunakan SPI 2007 (lihat Tabel 1 pada lampiran).
KPSPI bertugas untuk;
1. Menyusun draft standar baru atau merevisi draft standar lama sesuai dengan sifat
dinamis standar yang terus menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang
terjadi di pasar, termasuk penyusunan KEPI
2. Menyusun Juknis sebagai aturan pelaksanaan yang menjadi acuan 'praktek
pelaksanaan terbaik' [best practice)
3. Melakukan sosialisasi dan diseminasi KEPI dan SPI
Dalam pelaksanaan tugasnya, KPSPI terdiri atas Tim Pengarah dan Tim Penyusun dengan
dibantu Nara sumber, dimana tugas Tim Pengarah adalah memberikan arahan mengenai
prioritas penyusunan standar selain melakukan kajian terhadap draft standar yang dlbuat
oleh Tim Penyusun. Materi ini kemudian menjadi Exposure Draft yang dimintakan
tanggapannya dari pengurus, seluruh anggota asosiasi, maupun stakeholders melalui public
hearing.
KEPI dan SPI 2013 dibuat dengan merujuk kepada International Valuation Standards (IVS)
2011 edisi ke 8 dari sisi sistematika, cara penomoran dan Isi. Sebagalmana dlketahul,
penyusunan SPI se]ak tahun 2000 selalu dibuat dengan merujuk kepada IVS yang
dikeluarkan oleh International Valuation Standards Committee dengan pertimbangan bahwa
Penilai Indonesia perlu dibekali dengan standar peniiaian yang bertaraf international
sehingga mampu mensejajarkan dirinya dengan Penilai lainnya di dunia karena hail!
pekerjaannya sudah mengikuti pedoman yang berlaku secara international. Namun
demikian, SPI juga memuat kandungan lokal untuk memberikan pedoman mengenai
berbagai hal yang bersifat lokal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan atau
regulasi yang berlaku.
* Persyaratan atau panduan yang relevan dari asosiasi Penilai yang diakui oleh
Pemerintah negara yang bersangkutan, serta asosiasi Penilai tersebut adalah anggota
dari Dewan Standar Penilaian Internasional (IVSC).
Apabila menggunakan standar di luar SPIZ Penilai harus mengkonfirmasikan atau
menyepakati hal tersebut dengan pemberi tugas, serta laporan dan semua referensi yang
dipublikasikan harus selalu merujuk kepada alternatif standar yang digunakan.
Penilaian atas properti (aset atau kewajiban) yang terletak di Indonesia yang seluruhnya
atau sebagian dimiliki oleh entitas asing, untuk keperluan laporan keuangan entitas asing
yang bersangkutan, Penilai setelah berkonsultasi dengan entitas asing tersebut dapat
mengadopsi ketentuan di_atas. Namun demikian, persyaratan dari SPI 105 - Pelaporan
Penilaian harus dlpenuhi untuk memperluas cakupannya. |; J^
Indonesia melalui MAPPI merupakan salah satu anggota dari 54 negara atau 74 asosiasi
anggota IVSC, dan dengan demikian meratifikasi penggunaan IVS sebagai acuan standar
penilaian di Indonesia. Dengan perubahan dari IVS Commitee menjadi IVS Council,
lembaga Inl diharapkan akan lebih independen dan profesional dalam penyusunan
standar internasional.
KEPI dan SPI 2013 ini merupakan penyempumaan dari SPI sebelumnya yang terbit di
tahun 1994, 2000, 2002 dan 2007, Penyempumaan SPI dari waktu ke waktu adalah sesuai
dengan dianutnya prinsip perubahan, dimana perubahan tersebut tidak terelakkan serta
akan terus menerus terjadi walaupun dilaksanakan secara bertahap. Untuk hal-hal yang
belum diatur di dalam SPI, digunakan acuan IVS atau standar negara lain yang relevan
dan diakui oleh asosiasi Penilai yang diakui Pemerintah.
Penilai yang melakukan kegiatan penilaian di Indonesia harus memiliki lisensi Penilai Berljin
yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan Rl dan pemenuhan
terhadap KEPI dan SPI bersifat wajib. Keharusan mematuhi SPI ini termaktub di dalam
Peraturan Menteri Keuangan dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga asosiasi.
KEPI dan SPI berlaku sebagai ketentuan wajib bagi Penilai dalam melakukan kegiatan
yang terdlrt dari dan tidak terbatas kepada Penilaian, Penilaian Ulang (Re-appraisals),
Kajiulang Penilaian (Appraisal Reviews), dan Perhitungan Manfaat Ekonomi (Calculation of
Worth). Apabila Penilai menytmpang dari ketentuan ini, maka Penilai harus memenuhi
segala peraturan perundang-undangan yang disyaratkan, yang berlaku untuk kasus
tertentu.
Sejalan dengan hal tersebut, Penilai juga wajib untuk mengikuti diseminasi KEPI dan SPI
yang merupakan bagian dari kegiatan Pendidikan Profesional Berkelanjutan (Continuing
Profoii/onal Development) dimana penyelenggaraannya dilakukan oleh MAPPI yang diakui
Pemerintah bersama dengan Instansi Pembina Kementerian Keuangan Rl.
2. Pendahuluan
Bagian Pendahuluan memberikan penjelasan mengenai konteks umum, maksud dan tu|uan,
sistematika, format dan pemberlakuan KEPI dan SPI.
6. Standar Teknis - SPI seri 300 memberikan petunjuk mengenai penilaian untuk
berbagai jenis aset, metode/teknik penilaian, persyaratan yang harus dipenuhi dalam
melakukan penilaian dan memberikan pahduan untuk berbagai situasi khusus dalam
penilaian serta bagaimana penerapan SPI dalam situasi bisnis dan penyediaan jasa
yang lebih spesifik.
SPI seri 300 ini dibagi dalam kelompok penilaian untuk berbagai jenis aset yang terdiri dari
kelompok Real Properti, kelompok Personal Properti, kelompok Bisnis, Aset Keuangan dan
Kewajiban, serta kelompok penerapan metodologi penilaian dan kelompok standar lainnya.
SPI 300 Penilaian Real Properti
TIga elemen pokok yang membentuk Standar Penilaian Indonesia yaitu bagian Standar
Umum, Standar Penerapan dan Standar Teknis memiliki bobot yang sama dan seluruh
penilaian yang dibuat dengan mengacu kepada Standar Penilaian Indonesia harus
memenuhl berbagai prinsip dan prosedur yang dijelaskan di dalam seluruh dokumen
Standar Penilaian Indonesia ini.
Standar Teknis - SPI seri 300 dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu:
• Standar untuk penilaian kelompok properti mencakup real property penilaian hak sewa, properti
agri, properti dengan bisnis khusus, penilaian massal untuk kepentingan perpajakan, properti
industri pertambangan, pengadaan tanah bag! pembangunan untuk kepentingan umum,
personal properti, mesin dan peralatan.
• Standar untuk penilaian kelompok bisnis, aset keuangan dan kewajiban mencakup aset tidak
berwujud (intangible assets), bisnis dan instrumen keuangan.
• Standar untuk penerapan metodologi penilaian mencakup Pendekatan Biaya untuk Pelaporan
Keuangan dan Ana lis a Discounted Cash Flow - DCF.
• Standar lainnya mencakup analisis HBU, opini kewajaran, inspeksi dan ha I yang
dipertimbangkan, serta kaji ulang penilaian.
Standar Penilaian Indonesia mulai berlaku sejak tanggai ditetapkan dengan masa transisi selama
6 (enam) bulan, dimana dalam masa transisi akan dilakukan disemlnasi dan
§
Pendahuluan -8- SPI2013
2. Keputusan dan laporan dari arbiter, pakar independen dan mediator yang ditunjuk
untuk penyelesaian sengketa. Pengecuaiian disebabkan syarat penugasan biasanya
mengandung persyaratan perundang-undangan atau perjanjian kontraktual tertentu.
3. Penilaian oleh Penilai internal yang dilakukan semata-mata untuk keperluan internal
pemberi tugas, dimana bagian dari laporan atau opini nilai tidak untuk diperlihatkan
atau dikomunikasikan kepada pihak ketiga.
4. Penilaian yang digunakan atau akan digunakan untuk tujuan negosiasi, se pan Jang
tidak dinyatakan memenuhi SPI ini. Pengecuaiian ini tidqk berlaku dalam hal Pemberi
Tugas membutuhkan dikeluarkannya laporan penilaian.
5. Advis penilaian yang diberikan dalam rangka pembelian atau penjualan atau sewa
terhadap suatu nilai yang telah diantisipasi sebelumnya termasuk advis apakah
penawaran tersebut seharusnya diterima atau dibuat. Pengecuaiian ini tidak berlaku
dalam hal Pemberi Tugas membutuhkan dikeluarkannya laporan penilaian.
&$& %!>
6. Barang antik, barang seni, dan barang bergerak, kecuali bila ;5<3tu atau lebih dari
kondisi berikut berlaku: ^ .^iF
a. merupakan bagian dari kepentingan atas tanah dan atau bangunan yang
merupakan obyek penilaian; ^ t? ,J^ -"
b. merupakan bagian dari entitas operasional yang- akan dinilai yang. memiliki
potensi bisnis [trading potential)} '•/ t±,c
c. merupakan bagian di dalam definisi dari Mesin dan Peralatan serta Personal
Properti;
d. merupakan persediaan yang akan dinilai untuk dimasukkan dalam laporan
keuangan.
9. SPI 202 - Penilaian Untuk Tujuan Penjaminan Masih menggunakan SPI 2007- PPI 2
Hutang
10. SPI 203 - Penilaian Untuk Aset Sektor Publik Masih menggunakan SPI 2007- PPI 3
11. SPI 300 - Penilaian Real Properti Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 1
12. SPI 301 - Penilaian Hak Sewa Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 2
13. SPI 302 - Penilaian Properti Agri Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 7
14. SPI 303 - Penilaian Properti dengan Bisnis Khusus Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 15
15. SPI 304 - Penilaian Massal untuk Kepentingan Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 16
Perpajakan
16. SPI 305.- Penilaian Properti Industri Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 17
••'. Pertambangan
17. SPI 306 • Penilai Terhadap Pengadaan Tanah bagi Baru, 2013
Pembangunan untuk Kepentingan Umum
SPI 310 • Penilalan Personal Properti Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 5
IB,
SPI 311 - Penilaian Mesin dan Peralatan Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 3
'9.
SPI 320 - Penilaian Aset Tak Berwujud Perubahan, 2013
20.
SPI 330 - Penilaian Bisnis Perubahan, 2013
21.
SPI 340 - Penilaian Instrumen Keuangan Baru, 2013
22.
SPI 350 • Pendekatan Biaya untuk Pelaporan Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 8
23.
Keuangan
24.
SPI 351 - Anallsis Discounted Cash Flow (DCF) Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 9
25. SPI 360 - Analisis HBU Baru, 2013
26. SPI 361 - Opini Kewajaran Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 6,
butir5.16
27. SPI 362 - Inspeksi dan Hal yang Dipertimbangkan Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 13
28. SPI 363 - Kaji Ulang Penilaian Masih menggunakan SPI 2007 - PPPI 14
Sistematika KEPI dan SPI 2013
KODE ETIK
STANDAR
PENERAPAN PENILAIAN UNTUK ^t IL. JAN UNTUK TUJUAN PENILAIAN ASET SEKTOR PUBLIK
PELAPORAN KEUANGAN ' .N.' ... NAN HUTANG
PENILAIAN HAKSEWA
PENILAIAN TERHADAP
PENGADAAN TANAH SAGI
PEMBANGUNAN UNTUK
KEPENTINGAN UMUM
14.1 Selain untuk menyatakan Dasar Nilai, seringkali asumsi diperlukan untuk
memperjelas beberapa keadaan dari aset dalam pertukaran hipotetis
atau keadaan di mana aset tersebut ditukar. Asumsi tersebut dapat
memiliki dampak yang signifikan pada nilai.
Contoh asumsi tambahan yang umum digunakan, antara lain:
bahwa suatu bisnis dialihkan sebagai entitas operasional yang
lengkap,
bahwa aset yang digunakan dalam suatu bisnis dialihkan tanpa
bisnis-nya, baik secara individu maupun sebagai kelompok,
bahwa suatu aset dinilai secara individual dialihkan bersama dengan aset
pelengkap lainnya (lihat Unit Penilaian butir 1 2.1 dan 1 2.2),
bahwa suatu kepemilikan saham dialihkan baik secara blok (lot) atau
individual,
bahwa suatu properti yang ditempati oleh pemilik sendiri, diasumsikan
dalam keadaan kosong saat dialihkan secara hipotetis.
14.2 Jlka asumsi dibuat dengan mempertimbangkan fakta yang berbeda dengan
yang sebenarnya pada tanggal penilaian, hal ini disebut asumsi khusus (lihat
SPI 103 Lingkup Penugasan). Asumsi khusus sering digunakan untuk
mengilustrasikan akibat dari kemungkinan adanya suatu perubahan terhadap
nilai aset. Kata "khusus" diartikan untuk menegaskan kepada pengguna
laporan bahwa hasil penilaian berdasarkan perubahan keadaan pada saat
penilaian atau yang mencerminkan pendapat yang tidak akan diambil oleh
pelaku pasar pada tanggal penilaian.
14.3 Asumsi dan asumsi khusus harus wajar dan relevan, tanpa mengabaikan
tu|uan penilaian yang dibutuhkan.
1 4.4 Asumsi jenis aset lainnya dapat dilihat pada Standar Teknis terkait.
Idontlflkm! Idcntlfikasl Hak alas Maksud Penggunaan Penentuan Nilal Tanggal Ruang Asumil &
Aiol atau Aset atau Properti Penilaian [Dasar Penilaian] Penilaian Ungkup Kondisi
Properti Penugasan Pembatas
ANAUSIS PENDAHULUAN
PENGUMPULAN DAN PEMIUHAN DATA
PENDEKATAN PENILAIAN
tAPORAN PENILAIAN
1.0 Pendahuluan
Real properti mewakili jumlah yang besar dari kekayaan di dunia, dan penilaiannya
merupakan hal yang fundamental dalam kelangsungan pasar properti dan keuangan
secara nasional dan global. Real properti perlu dtbedakan dari jenis properti lainnya
yaitu personal properti, perusahaan/badan usaha (business) dan Hak Kepemilikan
Finansial (financial interests). Tanpa adanya kualifikasi atau identifikasi lebih lanjut,
kata properti dapat merujuk kepada seluruh atau salah satu dari kategori aset ini.
Karena para penilai seringkali menghadapi tugas yang melibatkan jenis properti
tertentu selain dari real properti atau yang nilainya mencakup beberapa jenis properti,
maka pemahaman mengenai setiap jenis properti untuk membedakan karakteristiknya
menjadi sangat penting.
Walaupun jenis properti menjadi empat kategori terpisah sudah lama dikenal, namun
dengan berkembang pesatnya jenis entitas dan instrumen baru dalam dekade terakhir
ini, maka standar ini telah memberlkan kerangka acuan untuk mengakomodir kelas
properti yang baru tersebut serf a jenis properti khusus telah menjadi semakin banyak
diterapkan dan terlntegrasi dalam praktek penilaian.
3.2.3 Modal kerja bersih dan surat berharga, atau aset lancar bersih,
adalah jumlah dari aset lancar dikurangi kewajiban jangka pendek.
Modal kerja bersih dapat termasuk uang tunai, surat berharga
yang dapat diperdagangkan dan suplai yang likuid dikurangi
kewajiban lancar seperti hutang dan kewajiban jangka pendek.
3.2.4 Aset tak berwujud adalah kepentingan hukum yang melekat pada
entitas yang tidak berwujud. Contoh personal properti tidak
berwujud termasuk hak tagih dan hak untuk menghasilkan
keuntungan dari suatu ide/gagasan. Dalam hal ini yang dinilai
adalah haknya, yaitu hak untuk menagih atau untuk meraih
keuntungan, yang berbeda dengan entitas tidak berwujud itu
sendiri, yaitu hutang atau ide/gagasan.
3.3 Suatu peniiaian yang mencakup balk hak atas benda bergerak (personal
properti) maupun real properti harus terlebih dahulu mengidentifikasl hak
atas benda bergerak dan mempertimbangkan pengaruhnya terhadap
estimasi nilai total yang ditetapkan.
3.3.1 Peniiaian personal properti dapat merupakan bagian dari
penugasan yang lebih besar. Definisi dasar peniiaian dari suatu
personal properti harus sesuai dengan tujuan dari peniiaian
. properti, baik itu untuk jual beli, re nova si atau penghancuran
properti. Personal properti dapat dinilai berdasarkan Nilai Pasar,
Nilai Sisa atau Nilai Likuidasi, misalnya nilai personal properti dari
suatu hotel yang dijual sebagai Properti dengan Bisnis Khusus (PBK)
dibandingkan dengan nilai personal properti dari suatu hotel yang
sudah menghentikan kegiatan usahanya.
3.3.2 Penilai harus mampu memisahkan personal properti dari suatu real
properti, dan dalam situasi tertentu mungkin diperlukan untuk
mengesampingkannya, misalnya dalam peniiaian yang terkait
dengan fungsi Pemerintah seperti perpajakan atau
pengambilalihan properti untuk kepentingan publik [compulsory
acquisition).
3.3.3 Dalam peniiaian aset dari suatu bisnis, Penilai harus
mempertimbangkan apakah aset tersebut dinilai sebagai bagian
dari bisnis yang berjalan (going concern) atau aset terpisah.
5.4.1.1 Contoh yang umum dari aset keuangan yang mewakili hak
kontraktual untuk menerima uang tunai di masa depan
adalah:
a. Piutang dan hutang dagang,
b. Surat Pengakuan Hutang,
c. Pinjaman,
d. Obligasi.
5.4.2 Kewajiban keuangan adalah kewajiban yang
a) merupakan kewajiban kontraktual
(i) untuk memberikan uang tunai atau aset keuangan lainnya
kepada entitas lainnya; atau
(ii) untuk mempertukarkan instrumen keuangan dengan
entitas lainnya di bawah kondisi yang secara potensial
tidak menguntungkan.
Standar ini hendaknya dibaca dalam konteks sesuai dengan pernyataan yang tercantum daiam
Pendahuluan maupun dalam Konsep dan Prinsip Umum Penilaian
1.0 Pendahuluan
1.1 Tujuan dari SPI 101 ini adalah untuk memberikan definisi umum mengenai
Nilai Pasar. SPI 101 juga menjelaskan kriteria umum yang berhubungan
dengan definisi dan penerapan Nilai Pasar dalam penilaian aset atau
kewajiban yang maksud dan tujuannya memerlukan estimasi Nilai Pasar.
1.2 Nilai Pasar adalah representasi nilai dalam pertukaran atau sejumlah uang
yang dapat diperoleh, atas suatu asetjika asettersebut ditawarkan untuk
dijual di pasar (terbuka) pada tanggal penilaian dan dalam kondisi yang
sesuai dengan persyaratan definisi Nilai Pasar. Untuk mengestimasi Nilai
Pasar atas aset (kecuali aset keuangan), seorang Penilai harus terlebih dahulu
menentukan Penggunaan yang Tertinggi dan Terbaik (HBU), merujuk kepada
Konsep dan Prinsip Umum Penilaian butir 12. HBU tersebut dapat berupa
kelanjutan dari penggunaan aset yang ada atau alternatif penggunaan lain.
Penentuan penggunaan yang tertinggi dan terbaik ini ditentukan berdasarkan
data pasar.
1.3 Nilai Pasar diestimasi melalui penerapan pendekatan dan prosedur penilaian
sesuai dengan karakteristik aset, situasi dan kondisi paling memungkinkan
dimana aset tersebut diperjualbelikan di pasar. (Lihat KPUP butir 11 dan Jenis
Properti).
1.4 Semua pendekatan, teknik dan prosedur dalam mengukur Nilai Pasar, jika
dapat diterapkan dan penerapannya dilakukan secara tepat dan benar, akan
menghasilkan Nilai Pasar apabila didasarkan pada kriteria yang berdasarkan
pasar. Perbandingan Data Pasar atau perbandingan pasar lainnya,
hendaknya dikembangkan dari pengamatan pasar. Pendekatan Pendapatan,
termasuk analisis Arus Kas Terdiskonto (DCF) harus didasarkan pada arus kas
dan tingkat pengembalian berdasarkan data pasar. Biaya konstruksi dan
depresiasi seharusnya ditentukan oleh hasil analisis perkiraan biaya
konstruksi dan depresiasi sesuai dengan kelaziman yang ada di pasar atau
dalam praktek penilaian.Meskipun ketersediaan data dan keadaan berkaitan
dengan pasar atau aset itu sendiri yang akan menentukan pendekatan
penilaian yang paling tepat dan relevan, namun hasil penilaian dengan
menggunakan pendekatan atau metode manapun harus menghasilkan Nilai
Pasar jika setiap pendekatan tersebut didasarkan pada data pasar.
1.5 Cara memperdagangkan asetdi pasar akan membedakan penerapan
berbagai pendekatan maupun prosedur untuk mengestimasi Nilai Pasar. Jika
3.0 Definisi
3.1 Nilai Pasar didefinisikan sebagai estimasi sejumiah uang yang dapat diperoleh dari
hasil penukaran suatu aset atau kewajiban pada tanggal penilaian, antara pembeli
yang berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual, dalam suatu
transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan secara layak, di mana kedua
pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-
hatian dan tanpa paksaan.
3.2 Istilah Aset memiliki pemahaman yang sama dengan Properti sebagaimana
dijelaskan didalam KPUP butir 3.0, sehingga istilah aset dalam SPI ini dapat
dipertukarkan dengan properti. Setiap unsur dari definisi Nilai Pasar ini memiliki
kerangka pengertian masing-masing :
3.2.1 "estimasi sejumiah uang..." merujuk pada harga yang dinyatakan dalam
satuan uang (biasanya dalam Rupiah), yang dapat dibayarkan secara
tunai pada tanggal penilaian atas suatu asetdalam transaksi pasar bebas
ikatan. Nilai Pasar diukur sebagai harga yang paling memungkinkan
diperoleh secara wajar di pasar pada tanggal penilaian, dengan memenuhi
definisi Nilai Pasar. Ini merupakan harga terbaik yang dapat diperoleh oleh
penjual secara wajar dan harga yang paling menguntungkan yang dapat
diperoleh oleh pembeli secara wajar pula.
Estimasi ini secara khusus tidak memperhitungkan kenaikan atau
penurunan harga akibat persyaratan atau keadaan khusus seperti
pembiayaan khusus, perjanjian jual dan sewa kembali [sale and
leaseback), pertimbangan khusus atau konsesi-konsesi yang diberikan
oleh orang yang terkait dengan penjualan, atau unsur lain dari Nilai
Khusus.
6.0 Pembahasan
6.1 Konsep dan definisi Nilai Pasar bersifat fundamental terhadap semua praktek
penilaian. Uraian ringkas mengenai prinsip ekonomi dan landasan prosedur
dijelaskan dalam KPUP dan KEPI.
6.2 Konsep Nilai Pasar tidak harus tergantung pada transaksi sebenarnya yang terjadi
pada tanggal penilaian. Nilai Pasar lebih merupakan estimasi harga yang mungkin
terjadi dalam penjualan pada tanggal penilaian sesuai dengan persyaratan definisi
Nilai Pasar. Nilai Pasar merupakan representasi atas harga yang disepakati
pembeli dan penjual pada waktu itu sesuai definisi Nilai Pasar, yang sebelumnya
masing-masing pihak telah mempunyai cukup waktu untuk menguji kemungkinan
dan kesempatan lain serta menyadari bahwa kemungkinan akan diperlukan waktu
untuk menyiapkan kontrak formal dan dokumentasi lainnya.
6.3 Konsep Nilai Pasar menganggap harga yang telah dinegosiasikan akan terjadi
dalam pasar terbuka dan kompetitif, kadang-kadang menimbulkan penggunaan
istilah "terbuka" setelah kata "Nilai Pasar". Kata "terbuka" dan "kompetitif" tidak
memiliki pengertian absolut.
Pasar untuk suatu asetdapat berupa pasar internasional maupun lokal. Pasar
dapat terdiri dari beberapa pembeli dan penjual, atau hanya sedikit pelaku pasar.
Pasar dimana aset ditawarkan bukanlah pasar yang terbatas atau restriktif.
Sebaliknya dengan tidak digunakan istilah "terbuka", tidak mengindikasikan bahwa
transaksi tersebut bersifat individu atau tertutup.
6.5.1 Kondisi pasar pada periode dengan perubahan yang cepat, ditandai
dengan harga-harga yang cepat berubah biasanya disebut kondisi
ketidakseimbangan. Periode ketidakseimbangan ini dapat berlangsung
hingga bertahun-tahun dan dapat mempengaruhi kondisi pasar sekarang
dan masa depan. Dalam keadaan lain, fiuktuasi perubahan ekonomi
dapat menyebabkan data pasar yang tidak menentu. Jika beberapa
penjualan tidak sejalan dengan pasar, maka terhadap data demikian
diberikan bobot yang lebih kecil atau bahkan dapat diabaikan. Hal
tersebut memungkinkan bagi Penilai untuk menetapkan pada tingkat
mana pasar tersebut berada. Harga-harga transaksi perseorangan
mungkin bukan merupakan bukti Nilai Pasar, namun analisis akan data
pasar yang demikian harus dipertimbangkan dalam proses penilaian.
6.5.2 Dalam kondisi pasar yang tidak menentu mungkin tidak banyak
ditemukan "penjual yang berminat menjual dan pembeli yang berminat
membeli". Beberapa transaksi, meski tidak semua, dapat melibatkan
kewajiban finansial, atau kondisi yang mengurangi atau menghilangkan
keinginan pemilik tertentu untuk menjual. Penilai harus
mempertimbangkan semua data yang berkaitan dalam kondisi pasar yang
demikian dan mengaitkan bobot tertentu atas transaksi individual yang
diyakini mencerminkan pasar. Pihak likuidator dan kurator biasanya
berkewajiban untuk mendapatkan harga terbaik dalam penjualan aset.
Meskipun demikian, penjualan dapat terjadi tanpa pemasaran yang layak
atau jangka waktu pemasaran yang cukup.
Penilai harus mempertimbangkan transaksi yang demikian untuk
menentukan apakah data tersebut memenuhi persyaratan dalam definisi
Nilai Pasar dan bobot yang harus dikenakan pada data tersebut.
6.5.3 Selama periode transisi pasar yang ditandai dengan kenaikan atau
penurunan harga yang sangat cepat, terdapat risiko menilai ferlalu
1.0 Pendahuluan
1.1 Tujuan dari SPI 102 ini adalah mengidentifikasi dan menjeiaskan dasar-dasar
penilaian selain dari Nilai Pasar serta menetapkan acuan bagi penerapannya,
dan kemudian, membedakannya dengan Nilai Pasar.
1.2 Meskipun sebagian besar penilaian melibatkan Nilai Pasar, terdapat
keadaan-keadaan yang membutuhkan dasar penilaian selain Nilai Pasar.
Adalah penting baik bagi Penilai maupun para pengguna jasa penilaian untuk
memahami secara jelas perbedaan antara penilaian yang berdasarkan Nilai
Pasar dan selain Nilai Pasar, serta dampak (jika ada) yang diakibatkan oieh
perbedaan konsep-konsep tersebut terhadap penerapannya dalam penilaian.
1.3 Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dan atau kerancuan di antara
Penilai dan pengguna jasa penilaian sehubungan dengan penggunaan dan
penerapan dasar penilaian selain Nilai Pasar, Penilai yang bertanggung jawab
untuk menerapkan SPI ini, harus memastikan bahwa dasar-dasar yang tepat
telah dipilih dengan menggunakan semua cara yang wajar untuk meningkatkan
pemahaman para pengguna penilaian, dan menghindari keadaan yang dapat
menyesatkan masyarakat, serta menyatakan estimasi yang didukung di dalam
laporan secara obyektif.
3.0 Definisi
3.1 Nilai Asuransi (Insurable Value)
Nilai Asuransi adalah nilai aset sebagaimana yang diatur berdasarkan
kondisi-kondisi yang dinyatakan di dalam kontrak atau polis asuransi dan
dituangkan dalam definisi yang jelas dan terinci.
3.2 Nilai dalam Penggunaan {Value in Use)
Nilai dalam Penggunaan merupakan nilai yang dimiliki oleh suatu aset bagi
penggunaan tertentu untuk seorang pengguna tertentu dan oleh karena itu
tidak berkaitan dengan Nilai Pasar.Nilai dalam Penggunaan ini adalah nilai
yang diberikan oleh aset tertentu kepada badan usaha dimana aset tersebut
merupakan bagian dari badan usaha tanpa memperdulikan penggunaan
3.14.1 Nilai Realisasi Bersih untuk Penggunaan yang Ada sebagai kesatuan
operasional adalah perkiraan harga jual dari suatu aset dalam suatu
usaha yang berjalan normal, dikurangi biaya penjualan dan biaya
penyelesaian dengan asumsi bahwa aset akan terus digunakan
sebagai kesatuan operasional.
3.14.2 Apabila kondisi atau pembatasan tertentu diterapkan, Penilai harus
menjelaskan bahwa nilai tersebut adalah Nilai Realisasi Bersih
Terbatas untuk Penggunaan yang Ada sebagai Kesatuan
Operasional dan harus menyatakan pembatasan yang digunakan di
dalam laporan. Pembatasan-pembatasan tersebut da pat meliputi
hal-hal berikut.
5.2 Dalam mengembangkan suatu estimasi nilai selain dari Nilai Pasar, seorang
Penilai harus berhati-hati, memahami dan menerapkan secara tepat metode
dan teknik yang diperlukan untuk menghasilkan penilaian yang layak
dipercaya.
5.3 Untuk meniamin bahwa tidak ada kerancuan antara Nilai Pasar dan Selain
Nilai Pasar, Penilai harus memperhatikan pedoman sebagai berikut:
6.0 Pembahasan
6.1 Nilai dalam Penggunaan (Lihat butir 3.2) merupakan nilai non-pasar yang diukur
dari perspektif pengguna tertentu. Nilai ini kadang-kadang disebut sebagai
"nilai bagi pengguna atau pemilik tertentu". Nilai dalam pertukaran
6.2 Merupakan suatu kebetulan jika Nilai dalam Penggunaan suatu aset sama
dengan Nilai Pasar-nya. Nilai dalam Penggunaan suatu aset cenderung lebih
tinggi dari Nilai Pasar jika perusahaan mampu beroperasi secara lebih efektif
dan efisien dan menguntungkan dibandingkan dengan tipikal perusahaan
sejenis. Sebaliknya, Nilai dalam Penggunaan dapat lebih rendah dari Nilai
Pasar apabila perusahaan tidak menggunakan suatu aset sesuai dengan
kapasitas dan efisiensi maksimumnya.
6.3 Nilai dalam Penggunaan dapat juga menjadi lebih tinggi dari Nilai Pasar
apabila perusahaan memiliki hak-hak produksi, kontrak-kontrak, hak-hak paten
dan lisensi-lisensi, keahlian tertentu, goodwill khusus serta aset tak berwujud
lainnya yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
6.4 Konsep Nilai Investasi mengkaitkan pro pert i khusus dengan investor khusus,
kelompok investor, atau badan usaha dengan kriteria-kriteria dan tujuan-tujuan
investasi yang teridentifikasi. Nilai Investasi suatu aset dapat lebih tinggi atau
lebih rendah dari Nilai Pasar aset. Istilah Nilai Investasi hendaknya jangan
dirancukan dengan Nilai Pasar properti investasi. Perbedaan antara Nilai
Investasi dari suatu aset dan Nilai Pasar memberi motives] bagi pembeli atau
penjual untuk memasuki pasar.
6.5 Nilai Khusus mungkin terdapat pada suatu aset dikarenakan lokasi yang unik,
situasi temporer di bawah kondisi pasar yang luar biasa, atau pembayaran
lebih tinggi oleh seorang pembeli yang mempunyai kepentingan tertentu (Lihat
butir 3.6). Unsur Niiai Khusus dapat dilaporkan secara terpisah dari Nilai Pasar
yang ditetapkan sesuai dengan SPI ini. Nilai Khusus seharusnya tidak disatukan
ke dalam pernyataan Nilai Pasar, karena hal ini dapat menyesatkan dan
dapat diartikan bahwa unsur penambahan nilai tersebut bukan merupakan
suatu hal yang khusus.
6.5.1 Nilai Khusus dapat muncul bila aset memiliki atribut yang
membuatnya lebih menarik bagi pembeli tertentu dibandingkan
dengan pembeli lain di pasar. Atribut ini dapat mencakup fisik,
fungsi, geografis, karakteristik ekonomi atau hukum dari suatu aset,
seperti properti yang bersambungan.
6.5.2 Nilai Pasar mengabaikan semua elemen dari Nilai Khusus, karena
pada tanggal penilaian diasumsikan adanya pembeli yang berminat
dan bukan adanya pembeli tertentu yang berminat.
6.6 Istilah "penjuaian paksa (forced sale)" sering digunakan dalam situasi penjual
berada di bawah paksaan untuk menjual, sehingga akibatnya waktu
pemasaran yang wajar tidak terpenuhi. Harga yang bisa diperoleh dalam
keadaan ini akan tergantung dari sifat tekanan pada penjual dan alasan
penyebab waktu pemasaran yang layak tidak dapat dilakukan. Hal ini juga
mencerminkan konsekuensi penjual yang tidak dapat menjual dalam jangka
waktu yang layak. Harga yang diperoleh dalam penjuaian paksa tidak
dapat diperkirakan secara realistis, kecuali sifat dan alasan atas kendala
dari penjual dapat diketahui. Harga yang akan diterima penjual dalam
6.7 Pengertian dasar Nilai Likuidasi untuk Penggunaan Kembali sama dengan Nilai
Likuidasi (Nilai Jual Paksa), tetapi dalam Nilai Likuidasi untuk Penggunaan
Kembali penilaian dilakukan dengan asumsi properti/fasilitas yang ada secara
utuh akan diteruskan kembali sesuai dengan penggunaannya semula.
6.8 Konsep Nilai Pasar untuk Penggunaan yang Ada meninggalkan asumsi Nilai
Pasar mengenai penggunaan tertinggi dan terbaik. Kegunaan yang utama dari
penilaian adalah pada saat penilai menentukan nilai dari aset yang merupakan
bagian dari usaha yang berkelanjutan. Oleh karena itu adalah tidak berdasar
untuk menggunakan nilai pasar yang menggambarkan penggunaan selain dari
untuk usaha yang berkelanjutan.
6.9 Nilai Penggantian Wajar diartikan sama dengan Nilai Ganti Kerugian
sebagaimana dimaksud dalam UU No. 2 tahun 2012.
6.9.1 Penilaian untuk keperluan ganti kerugian meliputi:
6.9.1.1 Ganti kerugian fisik (material) tanah dan/atau bangunan
dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang
berkaitan dengan tanah.
6.9.1.2 Ganti kerugian non fisik (immaterial) meliputi antara lain
penggantian terhadap kerugian pelepasan hak dari pemilik
tanah yang akan diberikan dalam bentuk uang (premium)
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta kerugian lainnya yang dapat dihitung
meliputi biaya transaksi, bunga (kompensasi masa tunggu),
kerugian sisa tanah, dan kerusakan fisik lainnya (bila ada).
6.10 Nilai Realisasi Bersih dapat dianggap lebih realistis jika dibandingkan dengan
Nilai Pasar dalam hal pemberi tugas bermaksud untuk melepaskan suatu aset.
Penilai harus tanggap bahwa biaya-biaya tidak termasuk kewajiban pajak
yang mungkin timbul dalam pelepasan aset selain dari biaya meterai atau
6.12 Dalam beberapa kejadian, opini Nilai Realisasi Bersih Terbatas dibutuhkan
oleh pemberi pinjaman untuk melaksanakan penilaian properti yang
mengasumsikan jangka waktu tertentu untuk pelepasan properti dan
penyesuaian yang dilakukan untuk biaya penjualan. Jika jangka waktu
kurang dari yang diasumsikan dalam definisi nilai pasar, istilah "nilai realisasi
bersih terbatas" harus digunakan. Laporan harus menyatakan jangka waktu
dan jangka waktu normal yang biasanya dibutuhkan. Jangka waktu ini akan
bervariasi bergantung pada sifat properti dan kondisi pasar pada tanggal
penilaian.
6.13 Definisi Nilai Realisasi Lelang terutama penting dalam konteks penilaian mesin
dan peralatan dan dalam beberapa kasus dari Nilai Likuidasi jika pemberi
pinjaman mensyaratkan lelang sebagai metode penjualan.
6.14 Nilai Sekrap merupakan nilai dari suatu properti (tidak termasuk tanah) yang
sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi, dalam arti keseluruhan ataupun
merupakan bagian-bagian/materialnya, dan umumnya properti berupa mesin
dan peralatan akan dijual berdasarkan berat dan akan dilebur kembali.
6.21.1 penentuan harga yang wajar untuk suatu kepemilikan saham dalam
bisnis tertutup, dapat merupakan harga yang wajar di antarakedua
pihak tertentu dalam kepemilikan bisnis, akan tetapi dapat berbeda
dengan harga yang dapat diperoleh di pasar.
6.21.2 penentuan harga yang wajar antara lessor dan lessee untuk transfer
permanen atas aset yang disewa atau pembatalan kewajiban sewa.
6.22 Properti dapat dinilai atas dasar selain dari Nilai Pasar, atau dapat berpindah
tangan dengan harga yang tidak mencerminkan Nilai Pasar sebagaimana
dijelaskan. Dasar altematif tersebut bisa mencerminkan perspektif non-pasar
dari pemanfaatan atau fungsinya, atau dari kondisi non-pasar dan tidak lazim.
1.0 Pendahuluan
1.1 Dalam pengembangan praktek penilaian, adalah menjadi tanggung jawab
Penilai untuk mendefinisikan permasalahan tugas yang akan
dilaksanakan, menentukan lingkup penugasan sesuai permasalahan yang
telah didefinisikan dan selanjutnya ditindaktanjuti dengan proses
Implementasi dalam bentuk Investigasi dan penerapan pendekatan secara
keseluruhan, sehingga penilaian dimaksud akan memberikan hasil yang
dapat diyakini dan dipercaya.
1.2 Untuk memenuhi kebutuhan pemberi tugas dan meminimalkan
kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dan perselisihan, maka penting
bagi Penilai untuk berusaha menetapkan, memahami, dan menyetujui
kebutuhan dan persyaratan pemberi tugas.
1.3 Lingkup Penugasan (Scope of Work) menetapkan tujuan penilaian yang
disepakati, tingkat kedalaman Investigasi, prosedur yang akan
digunakan, asumsi yang akan dibuat dan batasan penggunaannya.
1.4 Lingkup Penugasan dapat dilihat sebagai bagian yang tak terpisah dari
proses Implementasi dan Pelaporan Penilaian yang diatur oleh SPI, agar
dapat menghasilkan penilaian yang dapat dipercaya [credible).
1.5 Lingkup Penugasan harus tertuang pada penunjukan penugasan atau
perjanjian kerja dan mendapatkan persetujuan tertulis bahwa hal ini akan
berlaku di antara pemberi tugas dan Penilai.
1.6 Penyusunan Lingkup Penugasan memungkinkan Penilai untuk meyakinkan
dirinya dapat memenuhi kebutuhan dan persyaratan pemberi tugas, di
lain pihak pemberi tugas serta penasihat profesionalnya mengetahui
sebelumnya hal-hal yang diharapkan dapat diterima dari seorang Penilai
dan batasan tanggung jawab Penilai terse but.
2.2 SPI 103 Lingkup Penugasan ini berlaku untuk semua Penilaian yang
tercakup dalam SPI.
3.0 Definisi
3.1 Lingkup Penugasan, merupakan dasar dalam pengaturan kesepakatan
penugasan penilaian, tingkat kedalaman investigasi, penentuan asumsi dan
batasan penilaian.
3.2 Investigasi dalam konteks penilaian. Lihat definisi SPI 104 - 3.2
3.3 Kode Ettk Peniiai Indonesia (KEPI). Lihat definisi KEPI - 3.3
3.4 Apabila istilah yang digunakan dalam Lingkup Penugasan Penilaian
didefinisikan di dalam SPI ini, definisi tersebut harus digunakan dan apabila
dianggap sesuai dikutip dalam Lingkup Penugasan.
3.5 Seluruh dasar penilaian yang digunakan dalam Lingkup Penugasan harus
didefinisikan dalam Lingkup Penugasan dengan menggunakan definisi dalam
SPI.
3.6 Definisi-definisi dan istilah yang berhubungan dengan SPI 103 Lingkup
Penugasan ini dapat dilihat di dalam Penjelasan Istilah (Glossary).
SPI ini memberikan pedoman mengenai syarat-syarat Lingkup Penugasan yang harus
dirumuskan oleh Peniiai dan disetujui oleh Pemberi Tugas, dan berlaku juga dalam
penilaian untuk tujuan pelaporan keuangan terkait dengan akuntansi Nilai Wajar yang
merujuk kepada standar akuntansi yang berlaku.
5.5.1 Peniiaian Ulang adalah peniiaian dari suatu Pro pert! yang
sebelumnya dinilai oleh usaha jasa Penilainya. Pemberi Tugas dapat
meminta dilakukan peniiaian secara berkala dalam periode tertentu,
dimana inspeksi ulang di setiap peniiaian mungkin tidak dibutuhkan.
Apabila Penilai sebelumnya telah melaksanakan inspeksi terhadap
properti dan Pemberi Tugas telah memberi konfirmasi secara tertulis
bahwa tidak terdapat perubahan material terhadap properti maupun
lingkungan sekitarnya, Penilai dapat melakukan Peniiaian Ulang
tanpa melakukan inspeksi ulang.
5.5.2 Asumsi mengenai Peniiaian Ulang tanpa melakukan inspeksi
ulang ini harus dicantumkan di dalam Lingkup Penugasan dan
laporan Peniiaian. Penilai harus secara berhati-hati menerima
penugasan tersebut dengan mempertimbangkan jenis properti,
kondisi pasar, persyaratan peraturan atau standar yang berlaku pada
instansi pengguna dan lama waktu yang telah berjalan sejak
diselenggarakannya Peniiaian terakhir.
5.5.3 Apabila karena waktu yang telah berjalan atau karena perubahan
material, atau perubahan portofolio, atau karena alasan lainnya,
adalah lazim dan tepat bagi Penilai untuk mengadakan Inspeksi
ulang. Penilai harus menuangkan dengan tegas Peniiaian ulang ini
pada Lingkup Penugasan dan laporan Peniiaian.
5.5.4 Apabila suatu Peniiaian ulang diiaksanakan, Penilai harus
mendapatkan informasi tertulis dari pemberi tugas dalam hal terdapat
perubahan informasi, data dan seluruh informasi
6.0 Pembahasan
Sebagai tindak lanjut dari Pernyataan Standar yang diatur dalam SPI ini, maka
diperlukan petunjuk pelaksanaan sebagai bahan pembahasan yang lebih teknis.
Petunjuk Teknis tersebut merupakan bagian dari dokumen yang terpisah dari standar
ini.
Untuk melengkapl Persyaratan darl Llngkup Penugasan didalam menentukan maksud dan tujuan penilaian,
lihat tabel rujukan sebagai berikut:
5. Penilaian untuk • Nilai Pasar, • SPI 101 -3.1; • Khusus untuk aset-aset
kepentingan Pelaporan * Nilai Pasar untuk • SPI 102-3.8; non finansial meliputi
Keuangan apakah di Penggunaan yang • SPI102-3.2 real properti dan
sektor privat atau Ada personal properti
publik • Nilai dalam (berwujud) •
Penggunaan Sesuaikan dengan
standar akuntansi yang
berlaku sesuai keperluan
obyek yang dinilai
apakah terkait aset atau
kewajiban
Untuk melengkapl Persyaratan darl Llngkup Penugasan didalam menentukan maksud dan tujuan
penilaian, llhat tabel rujukan sebagai berikut i
11.A* Penilaian Properti dari kelompok Aset yang Berwujud (Real Properti dan Personal Properti)
Penilaian untuk • Nilai Pasar • SPI 101-3.1; • Dapat digunakan
kepentingan jual beli • Nilai Reallsasi Bersih • SPI 102-3.12; untuk semua real
• Nilai Skrap (khusus • SPI 102-3.16 properti dan personal
untuk aset dalam properti (berwujud)
kondisi skrap)
2. Penilaian untuk • Nilai Likuidasi • SPM 02-3.7; • Dapat digunakan
kepentingan jual beli • Nilai Realisasi Bersih • SPI 102-3.13 untuk semua real
dalam waktu terbatas Terbatas properti dan personal
properti (berwujud) •
Keperluan ini juga bisa
digunakan untuk
penjualon melalui lelang
1.0 Pendahuluan
1.1. Tugas penilaian dilakukan sesuai dengan prinsip yang ditetapkan didalam
standar ini, serta syarat dan ketentuan yang ditetapkan dalam Lingkup
Penugasan.
1.2. Dalam pelaksanaannya, penilaian dimulai dari penentuan Lingkup Penugasan
yang selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk tahapan investigasi, aplikasi
pendekatan penilaian dan proses dokumentasi yang bertujuan untuk
mendukung hasil penugasan yang da pat dipercaya.
1.3. Proses pelaksanaan implementasi pada tahap lanjut akan menjadi bahan
dasar yang diuraikan dan disampaikan dalam Laporan Penilaian sesuai
Lingkup Penugasan.
3.0 Definisi
3.1 Implementasi sebagai bagian dari tugas penilaian, merupakan prosedur yang
harus dilaksanakan oleh Penilai meliputi tahapan Investigasi, penerapan
pendekatan penilaian dan penyusunan kertas kerja penilaian.
3.2 Investigasi dalam konteks penilaian adalah proses pengumpulan data yang
cukup dengan cara melakukan inspeksi, penelaahan, penghitungan dan
analisis sesuai tujuan penilaian.
3.3 Lingkup Penugasan. Lihat definisi SPI 103 - 3.1
3.4 Definisi-definisi dan istilah yang berhubungan dengan SPI 104 Implementasi
ini dapat dilihat di dalam Penjelasan Istilah (Glossary).
Pendekatan Penilaian
5.4 Penilai harus memilih pendekatan penilaian yang tepat dan sesuai.
Prinsip umum atas pendekatan penilaian dijelaskan dalam KPUP,
sedangkan metode pada penerapan pendekatan untuk jenis aset
tertentu diuraikan dalam Standar Teknis.
6.0 Pembahasan
Aplikasi penerapan dalam penggunaan SPI ini harus dilihat secara bersamaan
dengan pembahasan pada masing-masing PPI dan PPPI yang terkait dengan tujuan
penilaian dan jenis objek yang dinilai.
1.0 Pendahuluan
1.1 Aspek terpenting dari suatu Laporan Penilaian yang merupakan tahap akhir dalam
proses penilaian adalah terletak pada pengkomunikasian kesimpulan penilaian,
penegasan tujuan penilaian, dasar penilaian, serta asumsi atau kondisi dan syarat
pembatas yang mendasari penilaian. Proses analisis dan data empiris yang
digunakan untuk mendapatkan kesimpulan nilai dapat dicantumkan dalam laporan
penilaian untuk membimbing pembaca melalui prosedur dan data yang digunakan
penilai dalam melaksanakan penilaian.
1.2 Laporan Penilaian menghasilkan kesimpulan nilai dengan mencantumkan nama
Penilai dan tanggal penilaian. Laporan penilaian mengidentifikasikan objek
penilaian berikut dengan haknya, dasar penilaian, dan tujuan penilaian. Laporan
penilaian mengungkapkan semua asumsi serta kondisi dan syarat pembatas yang
digunakan dalam penilaian, menetapkan tanggal penilaian dan pelaporan,
menjelaskan hasil inspeksi lapangan, merujuk pada penerapan SPI dan
pengungkapan yang diperlukan, serta mencantumkan tanda tangan penilai.
1.3 Dikarenakan peran kunci laporan penilaian dalam pengkomunikasian kesimpulan
penilaian terhadap para penggunanya dan pihak ketiga, maka standar ini
menetapkan beberapa maksud dan tujuan yang bersifat prinsip sebagai berikut:
2.2 Pemenuhan persyaratan pelaporan ini wajib dilaksanakan baik oleh penilai internal
maupun penilai eksternal.
2.3 Beberapa instruksi yang melibatkan penilaian yang dilakukan untuk tujuan dan
jenis properti tertentu, seperti pelaporan keuangan dan pemberian
3.0 Definisi
3.1 Laporan peniiaian
Suatu dokumen yang mencantumkan instruksi penugasan, tujuan dan dasar
peniiaian, dan hasil analisis yang menghasilkan opini nilai. Suatu laporan
peniiaian dapat juga menjelaskan proses analisis yang dilakukan dalam
pelaksanaan peniiaian, dan menyatakan informasi yang penting yang digunakan
dalam analisis.
Laporan Peniiaian dapat berupa lisan maupun tertulis. Jenis, isi, dan panjangnya
laporan dapat bervariasi tergantung pada pengguna yang dimaksud, persyaratan
hukum, jenis properti, dan sifat dasar serta kompleksitas penugasan.
3.2 Jenis Laporan
Secara umum laporan Peniiaian tertulis terdiri atas 3 jenis laporan yaitu:
1) Laporan Peniiaian Terinci [self-contained afau comprehensive style),
2) Laporan Peniiaian Ringkas [summary atau short form style)
3) Laporan Peniiaian Terbatas [restricted atau proforma style).
6.0 Pembahasan
6.1 Menyusun kesimpulan penilaian secara lengkap dan mudah dimengerti serta
tidak menimbulkan kesalahpahaman
6.2 Konteks dimana kesimpulan penilaian dilaporkan adalah sama penting
dengan dasar dan akurasi kesimpulan nilai itu sendiri. Kesimpulan nilai
seharusnya didasarkan pada referensi dari fakta pasar dan prosedur serta
alasan yang mendukung kesimpulan
6.3 Mengkomunikasikan jawaban dari pertanyaan penilaian dalam sebuah sikap
yang logis dan konsisten membutuhkan sebuah pendekatan metodologikal
1.0 Pendahuluan
3.0 Definisi
Definisi Khusus berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun
2012, ffentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
3.1 Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti
kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak (Pasal 1 Butir 2).
3.2 Pihak yang Berhak adalah pihak yang menguasai atau memiliki objek pengadaan
tanah (Pasal 1 Butir 3).
3.3 Objek Pengadaan Tanah adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah,
bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat
dinilai (Pasal 1 Butir 4).
Obyek Pengadaan Tanah yang dimaksud diatas diartikan sama dengan istilah
Properti atau Properti Pertanahan pada standar ini.
Definisi Umum
3.10 Nilai Penggantian Wajar adaiah nilai untuk kepentingan pemilik yang
didasarkan kepada kesetaraan dengan Nilai Pasar atas suatu Properti,
dengan memperhatikan unsur luar biasa berupa kerugian non fisik yang
diakibatkgn adanya pengambilalihan hak atas Properti dimaksud.
Nilai Penggantian Wajar diartikan sama dengan Nilai Ganti Kerugian
sebagaimana dimaksud dalam UU No. 2 tahun 2012.
(
4.0 Hubungan dengan Standar Akuntansi
SPI ini tidak berhubungan dengan Standar Akuntansi.
5.3 Prinsip nilai bagi pemilik (value to the owner) adalah Nilai Pasar dengan
dasar bahwa pemilik tanah dianggap sebagai salah satu calon pembeli
hipotetis dalam konteks penjualan hipotetis dan akan membayar sejumlah
uang sehingga memungkinkannya untuk menggunakan tanah bagi
penggunaan sdat ini. Pada dasarnya penilaian ini mempertimbangkan nilai
bagi pemilik dan bukan nilai dari sisi pembeli.
5.4 Apabila peruntukan tanah atau karakteristik tanah lainnya terutama sesuai
untuk penggunaan tanah sebagaimana yang saat ini dilakukan oleh pemilik
tanah, maka tanah tersebut menjadi sangat bernilai untuk pemilik tanah
daripada orang lain di pasar, sehingga tanah harus dinilai tidak hanya
berdasarkan Nilai Pasar tetapi juga mempertimbangkan kepentingan khusus
yang ada (misalnya komersial). Nilai bagi pemilik terdiri dari seluruh
keuntungan yang dimiliki tanah pada saat ini.
5.5 Nilai bagi pemilik untuk tanah yang dihuni oleh pemilik adalah berbeda
dengan tanah yang tidak dihuni. Apabila tanah dihuni, Penilai seharusnya
memperhitungkan biaya non fisik yang diatur dalam standar ini. Contoh;
tanah yang digunakan untuk kepentingan komersial, maka harus
diperhitungkan juga kerugian usaha dan kerugian lain yang mungkin timbul.
1. Tanah;
2. Ruang atas tanah dan bawah tanah;
3. Bangunan;
4. Tanaman;
5. Benda yang berkaitan dengan tanah, seperti utilitas dan sarana
pelengkap bangunan.
5.9 Kerugian non fisik meliputi:
1. Penggantian terhadap kerugian pelepasan hak dari pemilik tanah yang
akan diberikan premium serta diukur dalam bentuk uang berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penggantian ini dapat meliputi hal-hal yang berkaitan dengan;
(1) kehilangan pekerjaan atau kehilangan bisnis termasuk alih profesi
(dengan memperhatikan UU No. 2 tahun 2012 pasal 33 huruf f berikut
penjelasannya).
(2) kerugian emosional (solatium), merupakan kerugian tidak berwujud
yang dikaitkan dengan pengambilalihan tanah yang digunakan
sebagai tempat tinggal dari pemilik (dengan memperhatikan UU No.
2 tahun 2012 pasal 1 butir 10, pdsal 2 berikut penjelasannya dan
pasal 9 ayat 2).
(3) Hal-hal yang belum diatur pada butir (1) dan (2) diatas seharusnya
ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak yang terkait.
5.10 Ganti kerugian yang dapat diukur dengan uang adalah ganti kerugian dari
sejumlah potensi Nilai Pasar atas real properti pada butir 5.8 dan Kerugian
non fisik pada butir 5.9.
5.11 Yang tidak termasuk penilaian ganti kerugian dalam standar ini meliputi dan
tidak terbatas pada:
Data pasar pada lokasi ganti rugi telah mengalami fluktuasi harga yang telah
terpengaruh akibat adanya rencana pembangunan. Pada kondisi ini, peniiai
harus memastikan data pasar yang sejenis dan sebanding pada lokasi lain
sebagai data pembanding atau data kontrol.
5.15 Penggunaan dari data pasar tanah harus sejenis dan sebanding dengan
tanah yang dinilai. Bila data pasar tidak sebanding, maka perlu diiakukan
penyesuaian untuk setiap elemenperbandingan.
5.16 Dalam menentukan nilai tanah Peniiai harus mengkaji potensi penggunaan
tertinggi dan terbaik (highest and best use/HBU) dengan asumsi tanah dalam
keadaan kosongatau telah dikembangkan(lihat Petunjuk Teknis tentang HBU).
5.17 Penentuan penggunaan tertinggi dan terbaik untuk tanah yang akan
dikembangkan, Peniiai harus mempertimbangkan :
Penggunaan harus legal, sesuai dengan p r^ '"an wilayah, tata kota, dan
regulasi bangunan;
Penggunaan harus tidak me'jcna*. -»g unsur spekulasi, tidak realistis, atau
tidak mungkin diwujudkar*
■i^M
• Pendekatan
Pasar
• Pendekatan
Pendapatan
Perhitungan Depresiasi
1
Bangunan , Blaya Pengganti Baru • Pendekatan hanya digunakan sebagai
dan/atau dengan penyesuaian Blaya penyesuaian kondisi fisik
Sarana saja
Pelengkap
Dengan metode DCF
' Tanaman Pasar dan norma Pendekatan untuk satu siklus
(dapat/belum perhitungan budidaya Pendapatan
termasuk tanah) yang berlaku wajar
||||f^ik| :^
• Penggantian Berdasarkan peraturan
terhadap kerugian perundang-undangan
pelepasan hak dari yang berlaku
pemilik tanah yang
akan diberikan
premium:
- kehilangan
pekerjaan
atau Pasar dan non pasar ■ Pendekatan Kerugian akibat
kehilangan Pendapatan penghentian atau
bisnis 1
Pendekatan penutupan tempat
termasuk alih Biaya usaha.
profesi Contoh; petani tambak,
rumah makan dan
- kerugian bengkel.
emosional
(solatium) Tambahan yang Contoh:
dlhitung berdasarkan 10% - 30% dari nilai ganti
bobot persentase dari kerugian fisik untuk
nllal kerugian fislk kepentingan tempat
tinggal dari pemilik
Berdasarkan bunga
Kompensasi bebas resiko, atau Berdasarkan peraturan
masa tunggu bunga deposito bank perundang-undangan
(bunga) pemerintah yang berlaku
1
Kerugian sisa Pasar Pendekatan Berdasarkan peraturan
tanah Data Pasar perundang-undangan
yang berlaku
1. Dalam pelaksanaan proses penilaian Ganti Kerugian, Penilai wajib mengacu kepada
peraturan perundang-undangan terkait dari tingkat pusat sampai tingkat daerah.
2. Ganti Kerugian tidak akan lebih rendah dari Nilai Pasar tanah, walaupun terjadi penurunan
atau kenaikan nilai tanah dikarenakan adanya pengumuman penetapan lokasi pengadaan
tanah.
3. Besaran dari Nilai Penggantian Wajar dpabila sesuai, diterapkan terkait dengan sejumlah
uang di atas Nilai Pasar yang merefleksikan manfaat tertentu bagi pemilik tanah.
4. Dalam setiap proses penilaian Ganti Kerugian yang terkait dengan pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum, Penilai wajib menggunakan standar ini.
5.24 Penerapan Pendekatan Data Pasar dalam penilaian Ganti Kerugian harus mempertimbangkan
data yang mencerminkan kecenderungan harga (frendjatas lokasi yang terkena pembebasan
dan memiliki karakteristik yang sama sebagai "dafa control".
5.25 Penerapan Pendekatan Biaya dalam penilaian Ganti Kerugian harus mempertimbangkan hal-
hal meliputi:
Penentuan jenis kerugian non fisik ditentukan oleh kesepakatan dengan pemberi
tugas.
Persyaratan untuk Pelaporan Penilaian harus merujuk kepada SPI 105 - Pelaporan
Penilaian.
Standar ini dapat dikutip sebagai SPI 306 - Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
SPI 306 ini ditetapkan pada tanggal 1 Mei 2013 dan mulai berlaku secara efektif pada 1
November 2013.