Anda di halaman 1dari 21

PRESENTASI KASUS

Uretrolithiasis

Pembimbing:
dr. Tri Budiyanto, Sp.U

Disusun oleh:
Zulvina Ramadhani F G1A014035
Anis Faradhina G1A014036
Aulia Husna C G1A014030

SMF BEDAH
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2017
I. GAMBARAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Didi Nurachman
Usia : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dusun Cipendawa RT 002/004
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Tanggal Datang : 10 November 2017
No Rekam Medik : 02-02-88-65

B. SUBJECTIVE, OBJECTIVE, ASSESMENT, PLANNING (SOAP)

HARI/TANGGAL: JUMAT, 10 NOVEMBER 2017


1. Subjective
a. Keluhan Utama
Nyeri pinggang kiri menjalar ke perut bawah kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Pasien datang ke RSUD Margono Soekarjo Purwokerto tanggal 10
November 2017 atas rujukan RSUD Cianjur dengan keluhan terdapat nyeri
pada pinggang kiri dengan penjalaran ke perut bawah kiri 3 minggu yang
lalu, nyeri bersifat kolik, datang-pergi, sebelumnya minum obat penghancur
batu namun keluhan tidak membaik. Nyeri pinggang tersebut mengganggu
aktivitas (skala nyeri: 8). Keluhan nyeri sedikit membaik dengan obat anti
nyeri. Keluhan tambahan yang dirasakan pasien yaitu susah BAB (BAB per
3 hari sekali), namun BAK lancar dan lebih sering dari biasanya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
1) Riwayat gejala serupa : 3 tahun lalu menderita batu ginjal disertai
ISK yang membaik dengan terapi medikamentosa
2) Diabetes mellitus :-
3) Hipertensi :-
4) Alergi :-
5) Asam Urat : 6,7 (tinggi)
6) Hiperlipidemia :-
7) Riwayat Pembedahan :-
d. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
1) Riwayat sakit dengan gejala serupa : Ayah pasien pernah menderita
batu ginjal
2) Diabetes mellitus :-
3) Hipertensi :-
4) Alergi :-
e. Riwayat Penyakit Sosial Ekonomi (RP Sosek)
1) Rokok :-
2) Pola makan : diet tidak seimbang
3) Kebiasaan minum : normal
4) Kebiasaan menahan kencing : -
5) Olahraga : jarang

2. Objective
a. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalisata
a) Keadaan Umum : Kooperatif
b) Kesadaran : Komposmentis (GCS E4V5M6)
c) Tanda Vital
i. Tekanan darah : 130/100 mmHg
ii. RR : 18x/menit
iii. HR : 90x/menit
iv. Suhu : 36,5o C
d) Kepala
-
Mata
i. Konjungtiva : Konjuntiva anemis -/-
ii. Sklera : Sklera ikterik -/-
iii. Pupil isokor : 3mm/3mm
Hidung dan Telinga
Nafas cuping hidung (NCH) (-)
e) Mulut dan Gigi
Bibir sianosis (-)
f) Leher
i. Tiroid :-
ii. Pembesaran KGB :-
g) Thoraks
i. Dinding dada : Simetris
ii. Jantung : S1>S2, reguler M-, G-
iii. Paru : Ves +/+, RBH -/-, RBK -/-,WH -/-
h) Abdomen
1) Inspeksi : Dinding perut datar, supel
2) Auskultasi : Bising usus (+)
3) Perkusi : Timpani
4) Palpasi : Nyeri tekan (+) kiri bawah, lien hepar
normal
i) Punggung
i. Vertebrae : TAK
ii. Ginjal : TAK, nyeri ketok +/-
j) Pemeriksaan coxae : TAK
k) Genitalia : Penis dalam bentuk dan ukuran normal
l) Ekskremitas
i. Superior : Edema -/-, sianosis -/-
ii. Inferior : Edema -/-, sianosis -/-
iii. Turgor kulit : <2 detik
iv. Akral : Hangat
m) Pemeriksaan Reflek
i. Reflek fisiologi : (+)
ii. Reflek patologi : (-)
2) Status Lokalis
Inspeksi :-
Palpasi :-
Perkusi : Nyeri CV (+/-)
Auskultasi :-

b. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah rutin
a) Hb : 14,5 g/dl
b) Ht : 43%
c) Eritrosit : 5,4 x 106 u/L
d) Leukosit : 18.300 U/L
e) Trombosit : 411.000/uL
2) Ureum Kreatinin : 39,6/2,24 mg/dL
3) Gula darah sewaktu : 106 mg/dL

3. Assesment
Nefrolithiasis Sinistra

4. Planning
Infus RL
Ceftriaxon 2x1
Paracetamol 3x1
Ranitidin 2x1

HARI/TANGGAL: SENIN, 13 NOVEMBER 2017


1. Subjective
a. Keluhan Utama
Nyeri pinggang kiri menjalar sampai ke ekstremitas bawah
2. Objective
a. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalisata
a) Keadaan Umum : Kooperatif
b) Kesadaran : Komposmentis (GCS E4V5M6)
c) Tanda Vital
i. Tekanan darah : 130/90 mmHg
ii. RR : 18x/menit
iii. HR : 88x/menit
iv. Suhu : 36,5o C
d) Kepala -
e) Mata
i. Konjungtiva : Konjuntiva anemis -/-
ii. Sklera : Sklera ikterik -/-
iii. Pupil isokor : 3mm/3mm
f) Hidung dan Telinga : Nafas cuping hidung (NCH) (-)
g) Mulut dan Tenggorokan: Bibir sianosis (-)
h) Leher
i. Tiroid :-
ii. Pembesaran KGB : -
i) Thoraks
iii. Dinding dada : Simetris
iv. Jantung : S1>S2, reguler M-, G-
v. Paru : Ves +/+, RBH -/-, RBK -/-,WH -/-
j) Abdomen
i. Inspeksi : Dinding perut datar, supel
ii. Auskultasi : Bising usus (+)
iii. Perkusi : Timpani
iv. Palpasi : Nyeri tekan (+) kiri bawah, lien hepar
normal
k) Punggung
i. Vertebrae : TAK
ii. Ginjal : TAK, nyeri ketok (+/-)
l) Pemeriksaan coxae : TAK
m) Genitalia : Penis dalam bentuk dan ukuran normal
n) Ekskremitas
i. Superior : Edema -/-, sianosis -/-
ii. Inferior : Edema -/-, sianosis -/-
iii. Turgor kulit : <2 detik
iv. Akral : Hangat
o) Pemeriksaan Reflek
i. Reflek fisiologi : (+)
ii. Reflek patologi : (-)
2) Status Lokalis
Inspeksi :-
Palpasi :-
Perkusi : Nyeri CV (+/-)
Auskultasi :-

b. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
3. Assesment
Nefrolithiasis Sinistra

4. Planning
Pro CT Scan Abdomen (14 November 2017).
IVFD RL
Cefazoline 2x1
Paracetamol 3x1
Ranitidin 2x1

HARI/TANGGAL: SELASA, 14 NOVEMBER 2017


1. Subjective
a. Keluhan Utama
Nyeri pada pinggang kiri menjalar sampai ekstremitas bawah, BAK sering
warna kuning, mual
2. Objective
a. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalisata
a) Keadaan Umum : Kooperatif
b) Kesadaran : Komposmentis (GCS E4V5M6)
c) Tanda Vital
i. Tekanan darah : 130/100 mmHg
ii. RR : 18x/menit
iii. HR : 70x/menit
iv. Suhu : 36.3o C

d) Kepala
-
Mata
i. Konjungtiva : Konjuntiva anemis -/-
ii. Sklera : Sklera ikterik -/-
iii. Pupil isokor : 3mm/3mm
Hidung dan Telinga
Nafas cuping hidung (NCH) (-)
Mulut dan Tenggorokan
Bibir sianosis (-)
e) Leher
i. Tiroid :-
ii. Pembesaran KGB : -
f) Thoraks
i. Dinding dada : Simetris
ii. Jantung : S1>S2, reguler M-, G-
iii. Paru : Ves +/+, RBH -/-, RBK -/-,WH -/-
g) Abdomen
1) Inspeksi : Dinding perut datar, supel
2) Auskultasi : Bising usus (+)
3) Perkusi : Timpani
4) Palpasi : Nyeri tekan (+) kiri bawah, lien hepar
normal
h) Punggung
i. Vertebrae : TAK
ii. Ginjal : TAK, nyeri ketok (+)
i) Pemeriksaan coxae : TAK
j) Genitalia : Penis dalam bentuk dan ukuran normal
k) Ekskremitas
i. Superior : Edema -/-, sianosis -/-
ii. Inferior : Edema -/-, sianosis -/-
iii. Turgor kulit : <2 detik
iv. Akral : Hangat
l) Pemeriksaan Reflek
i. Reflek fisiologi : (+)
ii. Reflek patologi : (-)

2) Status Lokalis
Inspeksi :-
Palpasi :-
Perkusi : Nyeri CV (+/-)
Auskultasi : -

b. Pemeriksaan Penunjang
MSCT Scan Abdomen tanpa bahan kontras dan dengan menggunakan bahan
kontras injeksi pada pasien dengan klinis: batu
Kesan:
- Ureterolithiasis Sinistra tepat pada VUJ sinistra ukuran 9,7x0,7 cm yang
mengakibatkan hidronefrosis et hidroureter sinistra ringan
- Tidak tampak kelainan pada hepar, lien, Vesica Felea, Pankreas, Ren
Dextra, VU, dan Rectum
3. Assesment
Ureterolithiasis Sinistra
4. Planning
IVFD RL
Cefazoline 2x1
Paracetamol 3x1
Ranitidin 2x1
Harnal OCAS 1x1

HARI/TANGGAL: RABU, 15 NOVEMBER 2017


1. Subjective
a. Keluhan Utama
Nyeri pada pinggang kiri, sering BAK warna kuning.
2. Objective
a. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalisata
a) Keadaan Umum : Kooperatif
b) Kesadaran : Komposmentis (GCS E4V5M6)
c) Tanda Vital
i. Tekanan darah : 140/80 mmHg
ii. RR : 18x/menit
iii. HR : 88x/menit
iv. Suhu : 36,7o C
d) Kepala
-
Mata
i. Konjungtiva : Konjuntiva anemis -/-
ii. Sklera : Sklera ikterik -/-
iii. Pupil isokor : 3mm/3mm
Hidung dan Telinga
Nafas cuping hidung (NCH) (-)
Mulut dan Tenggorokan
Bibir sianosis (-)
e) Leher
iii. Tiroid :-
iv. Pembesaran KGB : -
f) Thoraks
i. Dinding dada : Simetris
ii. Jantung : S1>S2, reguler M-, G-
iii. Paru : Ves +/+, RBH -/-, RBK -/-,WH -/-
g) Abdomen
1) Inspeksi : Dinding perut datar, supel
2) Auskultasi : Bising usus (+)
3) Perkusi : Timpani
4) Palpasi : Nyeri tekan (+), kiri bawah, lien hepar
normal
h) Punggung
i. Vertebrae : TAK
ii. Ginjal : TAK, nyeri ketok (+)
i) Pemeriksaan coxae : TAK
j) Genitalia : Penis dalam bentuk dan ukuran normal
k) Ekskremitas
i. Superior : Edema -/-, sianosis -/-
ii. Inferior : Edema -/-, sianosis -/-
iii. Turgor kulit : <2 detik
iv. Akral : Hangat
l) Pemeriksaan Reflek
i. Reflek fisiologi : (+)
ii. Reflek patologi : (-)

2) Status Lokalis
Inspeksi :-
Palpasi :-
Perkusi : Nyeri CV (+/-)
Auskultasi :-
b. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
3. Assesment
Ureterolithiasis Sinistra

4. Planning
Pro URS (16 November 2017)
Terapi Lanjut
Ketolorac 2x1

HARI/TANGGAL: KAMIS, 16 NOVEMBER 2017


1. Subjective
a. Keluhan Utama
Nyeri bekas tindakan, nyeri pinggang (-)

2. Objective
a. Pemeriksaan Fisik
1) Status Generalisata
a) Keadaan Umum : Kooperatif
b) Kesadaran : Komposmentis (GCS E4V5M6)
c) Tanda Vital
i. Tekanan darah : 140/100 mmHg
ii. RR : 20x/menit
iii. HR : 92x/menit
iv. Suhu : 36,3o C
d) Kepala
-
Mata
i. Konjungtiva : Konjuntiva anemis -/-
ii. Sklera : Sklera ikterik -/-
iii. Pupil isokor : 3mm/3mm
Hidung dan Telinga
Nafas cuping hidung (NCH) (-)
Mulut dan Tenggorokan
Bibir sianosis (-)
e) Leher
i. Tiroid :-
ii. Pembesaran KGB : -
f) Thoraks
i. Dinding dada : Simetris
ii. Jantung : S1>S2, reguler M-, G-
iii. Paru : Ves +/+, RBH -/-, RBK -/-,WH -/-
g) Abdomen
1) Inspeksi : Dinding perut datar, supel
2) Auskultasi : Bising usus (+)
3) Perkusi : Timpani
4) Palpasi : Nyeri tekan (-), lien hepar TTB
h) Punggung
i. Vertebrae : TAK
ii. Ginjal : TAK
i) Pemeriksaan coxae : TAK
j) Genitalia : Penis dalam bentuk dan ukuran normal
(Terpasang kateter urin, volume urin bag
1000 cc dari jam 10.00)
k) Ekskremitas
i. Superior : Edema -/-, sianosis -/-
ii. Inferior : Edema -/-, sianosis -/-
iii. Turgor kulit : <2 detik
iv. Akral : Hangat
l) Pemeriksaan Reflek
i. Reflek fisiologi : (+)
ii. Reflek patologi : (-)

2) Status Lokalis
Nyeri pinggang (-).
b. Pemeriksaan Penunjang
BNO Evaluasi
3. Assesment
Ureterolithiasis Sinistra post URS + DJ Stent

4. Planning
a. BNO Eval
b. Ceftriaxone 2x1
c. Paracetamol 3x1
d. Furosemide 2x1
e. Harnal OCAS 1x1

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
C. KLASIFIKASI HERNIA
D. PATOFISIOLOGI
Terbentuknya batu ginjal dimulai dengan pembentukan kristal pada urin dengan
saturasi berlebihan yang menempel pada urothelium dan membentu nidus untuk
terbentuknya batu lebih besar (Dawson, 2012). Beberapa komponen urin dapat
mencapai konsentrasi di atas ambah kelarutan. Pada keadaan tersebut, kristalisasi
dapat terjadi. Komponen yang paling sering ditemukan pada batu ginjal adalah
kalsium oksalat (70%), kalsium fosfat atau magnesium-amonium fosfat (30%), asam
urat atau urat (30%), dan xantin atau sistin (kurang dari 5%) (Silbernagl dan Lang,
2016).
Peningkatan konsentrasi substansi pembentuk batu ginjal dapat disebabkan oleh
faktor prerenal, renal, dan postrenal. Sebab prerenal menyebabkan peningkatan
filtrasi dan ekskresi substansi pembentuk batu ginjal melalui peningkatan
konsentrasi pada plasma. Hiperkalsiuria prerenal dan fosfaturia merupakan akibat
dari peningkatan absoprsi pada intestinal atau mobilisasi dari tulang seperti pada
kasus peningkatan hormon paratiroid dan kalsitriol. Hiperoksalemia dapat
disebabkan oleh pemecahan asam amino atau peningkatan absorpsi intestinal.
Hiperurisemia terjadi akibat suplai berlebihan, peningkatan sintesis de novo, atau
peningkatan pemecahan purin. Batu xantin dapat terjadi akibat peningkatan
pembentukan purin dan pemecahan xanthin menjadi asam urat terhambat
(Silbernagl dan Lang, 2016).
Proses reabsorbsi ginjal yang tidak normal merupakan penyebab yang cukup
sering pada peningkatan ekskresi pada keadaan hiperkalsiuria dan sistinuria.
Pelepasan hormon antidiuresis dapat meningkatkan konsentrasi substansi
pembentuk batu ginjal melalui peningkatan konsentrasi urin. Kelarutan dari
beberapa substansi bergantung pada pH urin. Fosfat dapat secara mudah terlarut
pada urin yang asam. Ketidakmampuan untuk menghasilkan urin yang asam dapat
meningkatkan insidensi batu ginjal. Asam urat lebih mudah terlarut ketika
terdisosiasi dan batu asam urat terbentuk pada urin yang asam (Silbernagl dan Lang,
2016).
Efek dari batu ginjal yaitu blokade traktur urinarius inferior. Hal tersebut dapat
menyebabkan peregangan pada otot ureter sehingga menyebabkan konstraksi yang
sangat nyeri (kolik renalis). Obstruksi pada aliran urin menyebabkan dilatasi ureter
dan hidronefrosis dengan penghentian ekskresi. Obstruksi urin juga dapat
menyebabkan pertumbuhan patogen sehingga menyebabkan infeksi traktus urinarius
atau pyelonefritis. Patogen yang dapat memecah urea menghasilkan NH3 dari urea
dan menyebabkan urin menjadi bersifat alkali. Hal tersebut dapat menyebabkan
pembentukan batu fosfat (Silbernagl dan Lang, 2016).
Gambar 2.1. Patofisiologi Batu Ginjal (Silbernagl dan Lang, 2016).
E. DIAGNOSIS BANDING
1. Pielonefritis Akut
Pielonefritis akut adalah reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada
pielum dan parenkim ginjal. Pada umumnya bakteri yang menyebabkan infeksi
ini berasal dari saluran kemih bagian bawah yang naik ke ginjal melalui ureter.
Gambaran klasik dari pielonefritis akut adalah demam tinggi dengan disertai
menggigil, nyeri di daerah perut dan pinggang, disertai mual dan muntah.
Terkadang terdapat gejala iritasi pada buli-buli berupa disuria, frekuensia, dan
urgensia. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri pada pinggang dan perut,
suara usus melemah menyerupai ileus paralitik. Pada pemeriksaan darah
menunjukkan adanya leukositosis disertai peningkatan laju endap darah,
urinalisis didapatkan piuria, bakteriuria, dan hematuria. Pada pielonefritis akut
yang mengenai kedua ssi ginjal terjadi penurunan fungsi ginjal, dan pada kultur
urin terdapat bakteriuria (Purnomo, 2009).
Pemeriksaan foto polos perut menunjukkan adanya kekaburan dari
bayangan otot psoas dan mungkin terdapat bayangan rasio-opak dari batu
saluran kemih. Pada pemeriksaan pielografi intravena (PIV) terdapat bayangan
ginjal membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram (Purnomo,
2009).
2. Tumor Ginjal
Pada tumor ginjal didapatkan ketiga tanda trias klasik berupa nyeri ginjal,
hematuria, dan massa pada pinggang yang merupakan tanda tumor dalam
stadium lanjut. Pada keadaan ini dapat ditemukan demam pada pasien akibat
nekrosis tumor, hipertensi karena oklusi vaskuler, arteriovenosus shunting, atau
produksi substansi vasopressor oleh tumor. Anemia juga dapat ditemukan akibat
perdarahan intratumoral, varikokel akut akibat obstrusi vena spermatika interna
karena terdesak oleh tumor ginjal atau tersumbat sel-sel tumor (Purnomo, 2009).
F. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
G. TATA LAKSANA
Batu yang telah menimbulkan gejala harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan
penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu
saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus
diambil karena sesuatu indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah
laparoskopi, atau pembedahan terbuka (Purnomo, 2009; McAninch dan Lue, 2013).
1. Observasi Konservatif
Kebanyakan batu pada ginjal tidak membutuhkan intervensi. Pengeluaran
spontan batu pada ginjal dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, lokasi, dan
pembengkakan ureter yang berkaitan. Kalkulus pada ureter yang berukuran 4 – 5
mm memiliki 40-50% kesempatan untuk keluar secara spontan, sedangkan
kalkulus dengan ukuran lebih dari 6 mm memiliki 15% untuk keluar secara
spontan.
Medical expulsive therapy (MET) dapt digunakan dalam membantu pengeluaran
spontan batu ureter. Alpha-blocker dan anti inflamasi non steroid dapat
digunakan dalam optimisasi pengeluaran batu ureter.
2. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum
dan edukasi untuk minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari
saluran kemih. Medikamentosa yang dapat digunakan yaitu agen pelarut.
Efektivitas agen pelarut bergantung pada luas permukaan batu, tipe batu, volume
irigasi, dan cara administrasi. Agen yang dapat digunakan yaitu sodium
bikarbonat, tromethamine-E, dan tromethamine, D-penicillamine, N-
acetylsistein, alpha-mercaptopropionylglycine, Suby’s G, dan Hemiacidrin.
3. Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang digunakan untuk memecah batu ginjal,
batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan
tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang sedang
keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
4. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal unuk mengeluarkan batu
saluran kemih, yaitu berupa tindakan memecah batu dan mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.
Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energi hidrolik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi itu adalah:
a. Percutaneous Nephrolitholapaxy (PNL)
Mengeluarkan batu yang berada dalam saluran ginjal dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistel kaliks melalui insisi kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-
fragmen kecil. Tatalaksana ini digunakan pada ukuran batu lebih besar dari
2,5 cm yang tidak resisten terhadap ESWL, batu kaliks pada polus inferior,
infundibulum yang sempit dan panjang, sudut infundibulopelvis yang
lancip, dan adanya obstruksi.
b. Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan laat pemecah
batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan
evakuator Ellik.
c. Ureteroskopi atau Eretero-renoskopi
Memasukkan alat uretroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau
sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikaliks dapat dipecah melalui
tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi.
d. Ekstraksi Dormia
Mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang
dormia.
5. Bedah Terbuka
a. Pielolitotomi atau Nefrolitotomi
b. Ureterolithotomi
c. Vesicolithotomi
d. Uretrolitotomi
e. Nefrektomi
H. EDUKASI
I. KOMPLIKASI
J. PROGNOSIS
DAFTAR PUSTAKA
Dawson, C. H. (2012). Kidney Stone Disease: Pathophysiology, investigation and
medical treatment. Clinical Medicine, 12(5), 467-471.

McAninch, J. W., & Lue, T. F. (2013). Smith and Tanagho's General Urology 18th
Edition. Nw York: McGraw-Hill.

Purnomo, B. B. (2009). Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: Sagung Seto.

Silbernagl, S., & Lang, F. (2016). Color Atlas of Pathophysiology 3rd Edition. New
York: Thieme.

Anda mungkin juga menyukai