Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

Untuk manusia penglihatan merupakan suatu kemampuan yang paling tinggi


tingkat perkembangannya dan juga paling sempurna susunannya. Posisi mata dan adanya
penglihatan warna memungkinkan manusia untuk melihat alam sekitarnya dalam bentuk
3 dimensi dan dapat mengenal benda-benda di depannya secara terperinci dan cermat.
Tingkah laku manusia terhadap alam sekitarnya sebagian besar dipengaruhi atau
ditentukan oleh apa yang dilihatnya. Struktur-struktur anatomi susunan saraf penglihatan
pada manusia mempunyai hubungan yang erat sekali dengan dominasi umum fungsi
penglihatan ini pada manusia, terutama apabila dibandingkan dengan kebanyakan
mamalia yang bertingkat lebih rendah.

Berkas-berkas saraf penglihatan padat dan berbatas jelas, pusat-pusat penglihatan


yang lebih rendah (di dalam batang otak) menunjukkan proses diferensiasi yang
sempurna, dan korteks area penglihatan juga menunjukkan suatu susunan istimewa yang
berbeda dari daerah-daerah korteks yang lain.

Susunan saraf penglihatan ini terdiri atas 2 jalur saraf yang terpisah, a) jalur saraf
untuk fungsi penglihatan secara sadar dan b) jalur untuk kepentingan reflek-reflek yang
berhubungan dengan penglihatan.1
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Nervus kranialis II (nervus optikus) merupakan indera khusus untuk penglihatan.


Nervus optikus atau saraf penglihatan, panjangnya lebih kurang 1,6 inci (4 cm). Retina
merupakan reseptor dari impuls penglihatan. Retina mewakili perluasan ke depan dari
otak dan secara penting terdiri dari tiga lapisan neuron. Neuron pertama disebut batang
dan kerucut. Jika cahaya memasuki mata, reaksi fotokimiawi pada unsur – unsur ini
menghasilkan impuls yang dikirim ke korteks penglihatan (area striata atau area 17).
Dianggap batang bereaksi terhadap terang dan melayani penglihatan pada saat terang.
Kecuali pada fovea sentralis dari makula, sel batang dan kerucut bercampur, batang
jumlahnya sepuluh kali lebih banyak daripada kerucut. Pada daerah fovea yang melayani
ketajaman penglihatan tertinggi, hanya ada sel-sel kerucut, dan setiap kerucut
berhubungan dengan hanya satu sel bipolar yang mewakili neuron kedua. Sel-sel bipolar
mengirim impulsa ke neuron ketiga, yaitu sel ganglion dari lapisan ganglion dalam retina.
Sekitar satu juta akson dari sel – sel ganglion ini, berjalan pada lapisan serat retina ke
papila atau kaput saraf optikus, melewati lamina kribrosa dari sklera mata, dan akhirnya
mencapai korpus genikulatum lateral dari talamus. 2,3,4

Gambar Lapisan neuron pada retina


3

Gambar Lapisan neuron retina

Cahaya dideteksi oleh sel – sel batang dan kerucut di retina, yang dapat dianggap
sebagai end-organ sensorik khusus untuk penglihatan. Badan sel dari reseptor-reseptor
ini mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang bersinaps dengan sel bipolar, neuron kedua di
jaras penglihatan. Sel-sel bipolar kemudian bersinaps dengan sel-sel ganglion retina.
Akson-akson sel ganglion membentuk lapisan serat saraf pada retina dan menyatu
membentuk nervus optikus. Saraf keluar dari bagian belakang bola mata dan berjalan ke
posterior di dalam kerucut otot untuk masuk ke dalam rongga tengkorak melalui kanalis
optikus.2,3,4
4

Nervus opticus masuk ke orbita melalui canalis opticus dari fossa cranii media
disertai oleh Ophtalmica, yang terletak di sisi lateral bawahnya. Saraf ini dikelilingi oleh
selubung piamater, arachnoidamater, dan duramater.
Berjalan ke depan dan lateral di dalam kerucut mm recti dan menembus sclera pada
suatu titik di medial polus posterior bola mata. Disini, meninges menyatu dengan sclera,
sehingga spatium subarachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis meluas ke depan
dari fossa cranii media, disekitar n. Opticus, dan melalui canalis opticus sampai ke bola
mata. Karena itu peningkatan tekanan liquor cerebrospinalis di dalam rongga cranium
diteruskan ke bagian belakang bola mata. 3
5

Saraf ini meninggalkan rongga orbita dengan berjalan melalui canalis opticus
bersama dengan a. Ophtalmica dan masuk ke dalam rongga otak. Di dalam orbita, saraf
ini dibungkus oleh ketiga lapisan meningen: duramater, arachnoideamater, dan piamater,
yang mengikutinya sampai ke spatium subarachnoideum. Kedua saraf dari kedua sisi
kemudian bergabung membentuk chiasma opticum. Disini, serabut saraf yang berasal dari
belahan medial (nasal) retina menyilang garis tengah dan masuk ke tractus opticus sisi
kontralateral, sedangkan serabut saraf dari belahan lateral (temporal) retina berjalan ke
posterior di dalam tractus opticus sisi yang sama. 3
6

Di kiasma, lebih dari separuh serabut (yang berasal dari separuh retina bagian nasal)
mengalami dekusasi dan menyatu dengan serabut-serabut temporal yang tidak menyilang
dari nervus opticus kontralateral untuk membentuk traktus optikus. Masing-masing
traktus optikus berjalan mengelilingi pedunculus cerebri menuju ke nucleus genikulatus
lateralis, tempat traktus tersebut akan bersinaps. Semua serabut yang menerima impuls
dari separuh kanan lapangan pandang tiap-tiap mata membentuk traktus optikus kiri dan
berproyeksi pada hemisfer serebrum kiri. Demikian juga, separuh kiri lapangan pandang
berproyeksi pada hemisfer serebrum kanan. Dua puluh persen serabut di traktus
menjalankan fungsi pupil. Serabut – serbaut ini meninggalkan traktus tepat di sebelah
anterior nukleus dan melewati brachium coliculli superioris menuju ke nucleus pretectalis
otak tengah. Serat – serat lainnya bersinaps di nucleus genikulatus lateralis. Badan-badan
sel struktur ini membentuk tractus geniculocalcarinae. Traktur ini berjalan melalui crus
posterius capsula interna dan kemudian menyebar seperti kipas dalam radiatio optica
yang melintasi lobus temporalis dan parietalis dalam perjalanan ke korteks oksipitalis
(korteks kalkarina, striata, atau korteks penglihatan primer).2
Nervus optikus keluar dari sudut posterolateral chiasma opticus dan berjalan ke
belakang di sekitar sisi lateral mesenchepalon untuk menuju corpus geniculatum laterale.
Sebagian kecil saraf, yang berfungsi pada refleks pupil dan refleks mata, tidak menuju ke
corpus geniculatum laterale, tetapi pergi langsung ke nucleus pretectalis dan coliculus
superior. Dari corpus geniculatum laterale, radiatio optica melengkung ke belakang
menuju cortex visual hemispherium cerebri.3
7

Gambar Perjalanan serabut saraf nervus optikus (tampak basal)

Pemeriksaan Sistem Visual


Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada sistem visual antara lain: 5,6
1. Pemeriksaan visus
2. Pemeriksaan refleks pupil
3. Pemeriksaan lapang pandang
4. Pemeriksaan funduskopi
5. Pengenalan warna
Apabila pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus optikus
dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka dilakukan pemeriksaan
visus dan lapang pandang secara kasar, tetapi apabila dicurigai adanya gangguan, maka
dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti, dan juga dilakukan pemeriksaan funduskopi
sebagai pemeriksaan rutin dalam neurologi. 5
8

Pemeriksaan Visus
Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen (gambar 5) pada
jarak 6 meter. Kartu Snellen berisi huruf-huruf yang disusun semakin ke bawah semakin
kecil. Pada orang normal, kartu Snellen dapat dibaca dalam jarak 6 meter. Masing-masing
mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan menggunakan pinhole untuk
menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi.6

Gambar Kartu Snellen

Gambar Pemeriksaan visus menggunakan pinhole

Cara pemeriksaan visus dengan kartu Snellen adalah: 5


a. Pasien disuruh membaca kartu Snellen dari jarak 6 meter.
b. Kemudian ditentukan sampai barisan mana dapat dibaca oleh pasien.
c. Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka ketajaman
penglihatannya adalah normal (6/6).
d. Apabila tidak 6/6 maka visusnya tidak normal dan hal ini dinyatakan dengan
menggunakan pecahan, misalnya 6/18, ini berarti bahwa orang normal bisa
membaca dalam jarak 18 meter sedangkan ia hanya bisa membaca dalam jarak 6
meter.
9

Selain menggunakan kartu Snellen, pemeriksaan visus juga dapat dilakukan


dengan menggunakan: 5
-
Hitung jari tangan
Normal jari tangan bisa dihitung pada jarak 60 meter. Bila seseorang tidak dapat
menghitung jari tangan pada jarak 3 meter tetapi bisa menghitung pada jarak 2 meter
maka visusnya 2/60.
- Gerakan tangan
Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 300 meter. Bila seseorang tidak dapat
melihat gerakan tangan pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat pada jarak 1 meter
berarti visusnya 1/300.

Pemeriksaan Refleks Pupil


Pemeriksaan refleks pupil atau refleks cahaya terdiri dari reaksi cahaya langsung
dan tidak langsung (konsensual). Refleks cahaya langsung maksudnya adalah
mengecilnya pupil (miosis) pada mata yang disinari cahaya. Sedangkan refleks cahaya
tidak langsung atau konsensual adalah mengecilnya pupil pada mata yang tidak disinari
cahaya. 6
Jika cahaya jatuh pada retina maka terjadi perubahan diameter pupil. Reflek
cahaya pupil mempunyai pengaruh yang sama seeprti pengaturan diafragma otomatis dari
kamera fotografik yaitu melindungi retina dan fotoreseptornya melawan pemaparan
terhadap cahaya yang berlebihan, serta mempertajam bayangan obyek yang terlihat, yang
diproyeksikan pada retina.
Serat aferen dari arkus reflek menyertai saraf dan traktus optikus lalu kemudian
meninggalkan traktus dekat korpus genikulatum lateral sebagai berkas medial yang
berlanjut ke arah kolikulus superior dan berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron
interkalasi berhubungan dengan nukleus Edinger-Westphal parasimpatik atau nukleus
asesorius otonom dari kedua sisi menyebabkan reflek cahaya menjadi konsensual yaitu
cahaya yang jatuh ke dalam satu mata juga menyebabkan penyempitam pupil mata
kontralateralnya.
Serat eferen motorik berasal dari nukleus Edinger-Westphal dan menyertai saraf
okulomotorius ke dalam orbita. Disini serat preganglionik parasimpatik menjadi bebas
dan memasuki ganglion siliaris dimana impuls dikirim ke serat postganglionik yang
pendek. Serat-serat ini memasuki mata dan mempersarafi otot sfingter dari pupil.
10

Pemeriksaan Lapang Pandang


Pemeriksaan lapang pandang bertujuan untuk memeriksa batas perifer
penglihatan, yaitu batas dimana benda dapat dilihat bila mata difiksasi pada satu titik.
Lapang pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu dan tidak sama ke semua
jurusan, misalnya ke lateral kita dapat melihat 90 – 100o dari titik fiksasi, ke medial 60o,
ke atas 50 – 60o, dan ke bawah 60 – 75o. Terdapat dua jenis pemeriksaan lapang pandang
yaitu pemeriksaan secara kasar (tes konfrontasi) dan pemeriksaan yang lebih teliti
dengan menggunakan kampimetri atau perimetri. 5

Gambar Lintasan Impuls visual dan Gangguan Medan Penglihatan Akibat


Berbagai Lesi di Lintasan Visual

Cara pemeriksaan dengan tes konfrontasi: 5


a. Pasien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak
kira-kira satu meter. Jika hendak memeriksa mata kanan, maka mata kiri pasien
harus ditutup misalnya dengan menggunakan tangannya, sedangkan pemeriksa
menutup mata kanannya.
11

b. Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa
harus selalu melihat pada mata kanan pasien.
c. Setelah itu pemeriksa menggerakkan jarinya dibidang pertengahan antara
pemeriksa dengan pasien, gerakan dilakukan dari arah dalam keluar.
d. Jika pasien mulai melihat gerakan jari-jari pemeriksa, maka pasien harus memberi
tahu, dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah pemeriksa juga
melihatnya.
e. Apabila pasien ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa akan lebih
dahulu melihat gerakan jari-jari tersebut. Gerakan jari-jari dilakukan dari semua
jurusan dan masing-masing mata harus diperiksa.

Gambar Tes konfrontasi

Pemeriksaan Funduskopi
Pemeriksaan funduskopi di bidang neurologi bertujuan untuk menilai keadaan
fundus okuli terutama retina dan papil nervus optikus. Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan alat berupa oftalmoskop. Papil normal berbentuk lonjong, warna jingga
muda, di bagian temporal sedikit pucat, batas dengan sekitarnya tegas, batas di bagian
nasal agak kabur. Selain itu juga terdapat lekukan fisiologis. Pembuluh darah muncul di
bagian tengah, bercabang ke atas dan ke bawah. Jalannya arteri agak lurus, sedangkan
vena berkelok-kelok. Perbandingan besar vena : arteri adalah 3:2 sampai 5:4. 5
12

Pengenalan warna
Pengenalan warna bergantung kepada sel-sel kerucut di retina, yang terbanyak
terdapat di macula. Sel kerucut mempunyai tiga pigmen, yaitu biru, hijau dan merah-
kuning. Satu sel kerucut hanya mempunyai satu pigmen. Dalam pengiriman impuls,
terdapat dua system warna yaitu merah-hijau dan kuning-biru. Pengenalan warna
diperiksa dengan menggunakan kartu ishihara.6

Gambar Kartu ishihara

Gangguan Sistem Visual


Kelainan pada pemeriksaan visus
Apabila terdapat penurunan visus, perlu diselidiki apakah gangguan ini
disebabkan oleh kelainan oftalmologik (bukan saraf), misalnya kelainan kornea, uveitis,
katarak dan kelainan refraksi. Pemeriksaan kasar dengan menggunakan kertas yang
berlubang kecil (pinhole, lubang peniti) dapat memberi kesan adanya faktor refraksi
dalam penurunan visus. Bila dengan melihat lubang kecil, huruf bertambah jelas, maka
faktor yang berperan adalah gangguan refraksi. 5
13

Kelainan pada pemeriksaan refleks pupil


Reaksi pupil terhadap cahaya dapat menghilang atau berkurang jika terdapat lesi
yang mengenai jaras penglihatan pada lintasan saraf yang berperan pada refleks pupil atau
refleks cahaya tersebut. Kelainan tersebut termasuk diataranya : 7
1. Kegagalan cahaya untuk mencapai retina, misalnya akibat katarak dan kekeruhan
cairan vitreus pada pasien diabetes melitus.
2. Penyakit pada retina, seperti retinitis atau scar.
3. Penyakit atau kelainan pada nervus optikus seperti neuritis optik, neuritis
retrobulbar, dan atrofi nervus optikus.
4. Kelainan yang mengenai traktus optikus dan hubungannya dengan batang otak.
5. Penyakit atau kelainan pada batang otak.
6. Penyakit atau kelainan pada nervus okulomotorius atau ganglion siliare.

Kelainan pada pemeriksaan lapang pandang


Lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik, akan
menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medan
penglihatan. Lesi pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada
mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina yang
memperdarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang
menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut
terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax. 8
Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan
temporal yang disebut hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian
lateralnya akan menimbulkan hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan
menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Lesi pada radiasio optika bagian
temporal akan menyebabkan quadroanopsia superior homonim kontralateral, sedangkan
lesi pada serabut parietal akan menyebabkan quadroanopsia inferior homonim
kontralateral. 8,9
14

Gambar Gangguan lapang pandang 8

Secara klinis, lesi pada jaras visual dibagi 3 kategori: 10


1. Anterior dari Chiasma opticum
Kerusakan pada transmisi cahaya pada mata, retina atau nervus opticus menyebabkan
kehilangan lapang pandang hanya pada satu mata (monocular visual loss)
2. Pada Chiasma opticum
Kerusakan pada Chiasma opticum biasanya menyebabkan kehilangan lapang
pandang pada kedua mata, tergantung dari akson yang terkena (hemianopsia
bitemporal)
3. Posterior dari Chiasma opticum
Kerusakan pada Tractus opticus, badan genikulatum lateral, radiatio opticus atau
korteks visual, menyebabkan kehilangan lapangan pandang pada kedua mata
kontralateral (hemianopia homonim). Karena input dari fovea mengisi sebagian besar
dari akson pada radiasi optic, sebagian besar lesi posterior menuju badan
15

genikulatum lateral tidak menyebabkan hilangnya lapangan pandang centralis


kecuali terjadi lesi yang masif. Fenomena ini disebut macular sparing. Lesi yang
hanya pada subgroup akson pada jaras visual menyebabkan skotoma. Skotoma juga
disebut blind spot

Kelainan pada pemeriksaan funduskopi


Dalam bidang neurologi, kelainan papil nervus optikus yang perlu diperhatikan
adalah papil yang mengalami atrofi dan sembab atau papiledema. Atrofi papil terbagi atas
primer dan sekunder. Pada atrofi primer, warna papil menjadi pucat, batasnya tegas dan
pembuluh darah berkurang. Gambaran ini dijumpai pada tahap lanjut dari neuritis
retrobulbaris. Pada atrofi sekunder, warna papil juga pucat tetapi batasnya tidak tegas.
Atrofi sekunder merupakan akibat lanjut dari papilitis dan papiledema. Lamina cribrosa
terlihat pada atrofi primer. Atrofi primer dijumpai pada kasus lesi nervus optikus atau
khiasma optikum (misalnya pada tumor hipofisis atau arachnoiditis opto-khisamatis).
Atrofi sekunder merupakan akibat lanjut dari papiledema misalnya pada pasien yang
menderita tekanan tinggi intracranial yang lama. 6

Gambar Atrofi primer dan sekunder

1. Papilitis dan neuritis retrobulbaris merupakan kelompok dari neuritis optika. Neuritis
optika sering disebabkan oleh proses infeksi, intoksikasi dan demielinisasi. Pada
papilitis, papil dan sekitarnya akan terlihat sembab, infiltrat dan perdarahan biasanya
disertai perburukan visus yang hebat. Gambaran papilitis terlihat jika proses patologik
neuritis optika terletak pada serabut-serabut yang berada intra okuler. Pada neuritis
16

retrobulbaris, papil terlihat normal, proses patologiknya terjadi di nervus optikus,


setelah serabut saraf melewati lamina kribosa. 7

Papiledema ialah sembab papil yang bersifat noninfeksi dan terkait pada tekanan
intrakranial yang meninggi. Gambaran fundus hampir tidak bisa dibedakan dengan
gambaran papilitis, bedanya pada papiledema daya penglihatan masih bertahan lama
sampai terjadi atrofi. Pada neuritis optika, daya penglihatan hilang secara akut dan hampir
tidak terasa nyeri, baik di dalam mata maupun di kepala. 6

Gambar Papiledema10

a. Retinopati hipertensi
Retinopati hipertensi merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan kelainan
pada vaskuler retina pada penderita dengan peningkatan tekanan darah. Kelainan ini
pertama kali dikemukakan oleh Marcus Gunn pada kurun abad ke-19 pada sekelompok
penderita hipertensi dan penyakit ginjal. Tanda-tanda pada retina yang diobservasi adalah
penyempitan arteriolar secara general dan fokal, perlengketan atau “nicking”
arteriovenosa, perdarahan retina dengan bentuk flame-shape dan blot-shape, cottonwool
spots, dan edema papilla. Pada tahun 1939, Keith et al menunjukkan bahwa tanda tanda
retinopati ini dapat dipakai untuk memprediksi mortalitas pada pasien hipertensi.
17

Gambar Retinopati hipertensi ringan

Gambar retinopati hipertensi sedang

Gambar Retinopati hipertensi berat


18

b.Retinopati diabetik
Retinopati adalah salah satu komplikasi mikrovaskular DM yang merupakan
penyebab utama kebutaan pada orang dewasa. Risiko menderita retinopati DM meningkat
sebanding dengan semakin lamanya seseorang menyandang DM. Sebagian besar
penderita retinopati DM, pada tahap awal tidak mengalami gejala penurunan tajam
penglihatan. Apabila telah terjadi kerusakan sawar darah retina, dapat ditemukan
mikroaneurisma, eksudat lipid dan protein, edema, serta perdarahan intraretina.

3.5 Kelainan pada pengenalan warna


Kelainan pengenalan warna bisa total atau parsial, dengan berkurangnya satu atau
lebih sifat warna: kecerahan, corak, dan kejenuhan. Kelainan juga bisa terjadi akibat
gangguan pada sistem pengiriman impuls, biasanya merah-hijau. Kelainan ini merupakan
kelainan sex-linked, penderitanya adalah laki-laki. 9
19

BAB III
KESIMPULAN
. Posisi mata dan adanya penglihatan warna memungkinkan manusia untuk melihat
alam sekitarnya dalam bentuk 3 dimensi dan dapat mengenal benda-benda di depannya
secara terperinci dan cermat. Struktur-struktur anatomi susunan saraf penglihatan pada
manusia mempunyai hubungan yang erat sekali dengan dominasi umum fungsi
penglihatan ini pada manusia, terutama apabila dibandingkan dengan kebanyakan
mamalia yang bertingkat lebih rendah.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada sistem visual antara lain:
1. Pemeriksaan visus
2. Pemeriksaan refleks pupil
3. Pemeriksaan lapang pandang
4. Pemeriksaan funduskopi
5. Pengenalan warna
Apabila pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus optikus
dan pemeriksa juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka dilakukan pemeriksaan
visus dan lapang pandang secara kasar, tetapi apabila dicurigai adanya gangguan, maka
dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti, dan juga dilakukan pemeriksaan funduskopi
sebagai pemeriksaan rutin dalam neurologi.
Dalam bidang neurologi, kelainan papil nervus optikus yang perlu diperhatikan
adalah papil yang mengalami atrofi dan sembab atau papiledema. Atrofi papil terbagi atas
primer dan sekunder. Pada atrofi primer, warna papil menjadi pucat, batasnya tegas dan
pembuluh darah berkurang. Gambaran ini dijumpai pada tahap lanjut dari neuritis
retrobulbaris.
20

DAFTAR PUSTAKA
1. Neuroanatomia medica) Sukardi, E. Neuroanatomia Medica. Jakarta: Universitas
Indonesia; 1984.
2. Riordan-Eva, P., 2010. Anatomi & Embriologi Mata. In: Vaughan, Asbury.
Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC.
3. Snell,Richard S, . 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih bahasa Liliana
Sugiharto; Ed 6.
4. Duss P, (1994). Diagnosis Topis Neurologi Anatomi & Fisiologi Tanda dan
Gejala, Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC.
5. Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2006)
6. Ropper AH, Brown RH. Adams and victor’s principles of neurology. 8thed. New
York: McGraw-Hill, 2005
7. Gilroy J. Basic neurology. 3rd edition. New York: Mc Graw-Hill; 2000
8. Frotscher M, Baehr M. Duus’ topical diagnosis in neurology. 4th completely
revised edition. Stuttgart: Thieme; 2005
9. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Edisi V. Jakarta : Dian Rakyat;
2004
10. Pauwels LW, Akessson EJ, Stewart PA, Spacey SD. Cranial nerves in health and
disease. London: BC Decker Inc: 2002

Anda mungkin juga menyukai