SALINAN
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 56 TAHUN 2018
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN
DOKTER SPESIALIS AKUPUNKTUR MEDIK
MEMUTUSI(AN:
Menetapkan PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS AKUPUNKTUR
MEDIK.
Pasal 1
Pasal 2
Setiap perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
dokter spesialis akupunktur medik, di dalam mengembangkan
kurikulum pendidikan harus menerapkan Standar Pendidikan
-3-
Pasal 3
(1) Standar Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur Medik
merupakan acuan agar mutu program pendidikan dokter
spesialis akupunktur medik di masing-masing institusi
pendidikan program pendidikan dokter spesialis
akupunktur medik dapat terjamin.
(21 Standar pendidikan merupakan kriteria minimal
kompetensi pendidikan harus dipenuhi setiap Institusi
pendidikan program pendidikan dokter spesialis
akupunktur medik pada penyelenggaraan pendidikan
dokter spesialis akupunktur medik.
(3) Standar pendidikan digunakan dalam upaya melakukan
evaluasi diri dan mengembangkan sistem penjaminan
mutu internal sebagai proses penjaminan mutu
akademik pendidikan dokter spesialis akupunktur medik.
Pasal 4
Pada saat Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini mulai
berlaku, Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor
46lKKllKE,PlIV l2OO8 tentang Pengesahan Standar
Pendidikan dan Standar Kompetensi Dokter Spesialis
Akupunktur Medik, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
-4-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Desember 2018
ttd
BAMBANG SUPRIYATNO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Desember 2018
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
ttd.
Gema Asiani
NIP. 19620904 1989 102001
-5-
LAMPIRAN I
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 56 TAHUN 2018
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
AKUPUNKTUR MEDIK
SISTEMATIKA
BAB I PENDAHULUAN
BAB II STANDAR PENDIDIKAN
A. Standar Kompetensi Lulusan
B. Standar Proses Pencapaian Kompetensi Berdasarkan Tahap
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Akupunktur Medik
C. Standar Penilaian
D. Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan
E. Standar Penerimaan Peserta Didik
F. Standar Sarana dan Prasarana
G. Standar Pengelolaan
H. Standar Pembiayaan
I. Standar Rumah Sakit Pendidikan
J. Standar Wahana Pendidikan
K. Standar Penelitian
L. Standar Pengabdian Masyarakat
M. Standar Penilaian Program / Evaluasi Program
N. Standar Kontrak Kerja Sama Rumah Sakit Pendidikan dan/ atau
Wahana Pendidikan Kedokteran dengan Fakultas Kedokteran
O. Standar Pemantauan dan Pelaporan Pencapaian Program
P. Standar Pola Pemberian Insentif Untuk Mahasiswa
BAB III PENUTUP
-6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2 Misi
Menjalankan proses pendidikan berbasis kompetensi secara
berkesinambungan sehingga menghasilkan dokter spesialis
Akupunktur Medik yang:
a. menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) dengan penuh rasa tanggung
jawab;
b. mampu menanggulangi masalah kesehatan di Indonesia dengan
menerapkan akupunktur medik baik sendiri maupun bekerja
sama dengan pihak lain, dengan menggunakan sarana yang
tersedia dan mengu.sahakan agar tercapai hasil seoptimal
mungkin; darr
c. sanggup mengembangkan dan mengamalkan ilmu akupunktur
medik untuk umat manusia pada umumnya dan masyarakat
Indonesia pada khususnya.
3 Tujuan Pendidikan
a. 'I\:juan umum
Program pendidikan dokter spesialis Akupunktur Medik
bertujuan untuk menghasilkan dokter spesialis Akupunktur
Medik yang memiliki kemampuan akademik dan profesional,
berjiwa Pancasila dan berwawasan global.
b. T\rjuan khusus
Menghasilkan dokter spesialis Akupunktur Medik yang memiliki
kompetensi dalam keilmuannya meliputi:
1) pengetahuan biologi (termasuk biologi selular dan
molekular), patologi dan patofisiologi, anatomi dan fisiologi;
2) keterampilan klinik diagnostik dan terapeutik dalam
Akupunktur Medik, dengan mejunjung tinggi keselamatan
pasien; dan
8-
C Standar Penilaian
1. Metode penilaian
Kemampuan akhir yang dievaluasi ialah pencapaian professional
perfonnance (kemampuan/penampilan profesional) yzrng secara
artifisial dapat dipilah menjadi 3 (tiga) bidang/domain, yaitu:
a. P: pengetahuan atau knouledge (bidang kognitif)
1) Pengetahuan dan pemahaman
2) Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan klinis
-23-
Tabel 1. Angka, nilai mutu, markah, dan interpretasinya pada sistem penilaian
ANGKA NII-A.I MUTU MARKAH INTERPRETASI
85-100 40 A CUM LAUDE
80-<85 3.70 A- SANGAT MEMUASKAN
75-<80 3.30 B+ MEMUASKAN
-24-
70-<75 3.00 B
65-<70 2.70 B-
60-<65 2.30 C+
55-<60 2.OO C
4) Institusi Pendidikan
Dokter Spesialis (IPDS) harus mempunyai
program pengembangan dan penghargaan terhadap staf
akademik maupun staf lain, menentukan hak dan tanggung
jawab staf di RS Pendidikan atau sarana jejaring pelayanan
kesehatan lain.
3 Status dan tugas staf pengajar akupunktur medik
a. Dosen program dokter spesialis akupunktur medik berkualifikasi
akademik lulusan dokter subspesialis, doktor yang relevan
dengan program studi, atau lulusan dokter spesialis dengan
pengalaman kerja paling sedikit 5 (lima) tahun dan
berkualifikasi setara dengan jenjang 9 (Sembilan) KKNI.
b. Staf pengajar selanjutnya disebut Dosen adalah pendidik
profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan/ atau keterampilan klinik
melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian dosen kepada
masyarakat.
c. Dosen dapat berasal dari Perguruan Tinggi, Rumah Sakit
Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran.
d. Dosen untuk pendidikan Dokter Spesialis akupunktur medic
harus memenuhi kriteria paling sedikit:
l) dokter spesialis-subspesialis;
2) memiliki Surat lzin Praktik dan melaksanalan pelayanan
kesehatan;
3) memiliki sertifikat pelatihan sebagai dosen kedokteran;
4l memiliki rekomendasi dari pemimpin rumah sakit
pendidikan atau wahana pendidikan kedokteran;
5) memiliki rekomendasi dari dekan Fakultas Kedokteran.
e. calon Dosen yang memenuhi kriteria diusulkan oleh dekan
Fakultas Kedokteran kepada pemimpin Perguruan Tinggr.
f. Calon Dosen yang berstatus pegawai negeri, proses
pengusulannya harus dengan persetujuan satuan administrasi
pangkalan (pimpinan instansi asal).
g. Dosen ditetapkan oleh pemimpin Perguruan Tinggr.
-28-
Universitas.
11) Pernyataan diterima sebagai PPDS dikeluarkan oleh
Universitas.
b Jumlah peserta didik
rasio peserla dan staf pengajar 3:1 (tiga banding satu), maksimal
5:1 (lima banding satu).
c Bimbingan dan Konseling
1) Bimbingan selama rotasi dilaksanakan oleh DPJP (Dokter
Penanggung Jawab Poliklinik) untuk meningkatkan skill
peserta didik.
2l Bimbingan dalam pembuatan karya ilmiah (referat,
presentasi kasus dan tesis) dilaksanakan oleh staf yang
telah ditunjuk sebagai pembimbing karya ilmiah. Setiap
peserta didik akan dibimbing oleh satu orang atau lebih staf
pengajar.
3) Konseling dan bimbingan khusus dilaksanakan oleh
Pembimbing Akademik untuk peserta didik yang mengalami
permasalahan yang menggErnggu proses pendidikan:
a) Kemampuan akademik kurang sehingga terancam
dikeluarkan.
b) Memilikipermasalahankeluarga.
c) Melakukan pelanggaran berat.
Apabila masih tidak bisa terselesaikan oleh Pembimbing
Akademik, maka masalah ini dikonsultasikan ke KPS dan
SPS. Apabila tidak terselesaikan juga mata KPS akan
bekerja sama dengan Departemen Psikiatri.
d Kondisi Kerja
1) Peserta didik memperoleh pendidikan di RS Pendidikan
serta jejaringnya yang mempunyai pelayanan komprehensif
dan memberi peluang untuk terlaksananya pelatihan
keprofesian dan sekaligus pendidikan akademik dalam
kurun waktu yang sesuai dengan ketetapan dalam standar
kompetensi.
2) Beban tugas peserta didik tercantum secara terstruktur
dengan jelas dalam Buku Panduan yang dibuat oleh setiap
IPDS. Buku Panduan mencakup pula penjabaran secara
rinci tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab peserta
_ac_
didik.
3) Buku log (catatan kegiatan harian) wajib dimiliki oleh
setiap peserta didik untuk memonitor pencapaian
kompetensi.
4l Peserta didik harus memiliki STR dan pengurusan
pembuatan SIP khusus (STRP) dilaksanakan oleh RS
pendidikan yang terkait. (dapat saling mengisi antarpusat
studi).
e Perwakilan Peserta Didik
Organisasi ini dapat :
G. Standar Pengelolaan
1. Penyelenggaran Program Pelaksanaan program pendidikan harus
mengacu pada ketentuan yang ditetapkan oleh kolegium Akupunktur
medik tentang struktur, isi, proses dan keluaran pendidikan. Pada
akhir pendidikan, peserta didik mendapat ijasah dokter spesialis
Akupunktur medik dari IPDS/universitas dan sertilikat kompetensi
diberikan oleh kolegium Akupunktur medik. Sertifikat kompetensi
diberikan apabila peserta didik telah lulus ujian nasional.
Penyelenggara pendidikan, institusi pendidikan dan staf pengajar
harus dinilai secara nasional.
2. Organisasi dan Tatalaksana Program pendidikan dipimpin oleh KPS
dan dibantu oleh Sekretaris Program Studi (SPS) serta seluruh staf
pengajar di IPDS yang bersangkutan. KPS bertanggung jawab
terhadap terlaksananya program pendidikan dan kepemimpinannya
dievaluasi secara berkesinambungan oleh Dekan Fakultas
Kedokteran terkait serta dewan akreditasi nasional.
3. Pendanaan dan Alokasi Sumber Daya Pusat pendidikan harus
menjamin tersedianya dana untuk penyelenggaraan pendidikan.
Sumber dana berasal dari pemerintah dan dana masyarakat. Dana
masyarakat bersumber dari kontribusi peserta didik dan sumbangan
lain yang tidak mengikat. Kontribusi peserta didik disesuaikan
dengan asas kepatutan dan peraturan yang berlaku. Anggaran
pendidikan dikelola secara transparan dan akuntabel.
4. Tenaga Administrasi Pusat pendidikan minimal harus memiliki 2
(dua) tenaga administrasi yaitu sekretaris dan petugas administrasi
pendidikan.
5. Regulasi dan Persyaratan Pengembangan subspesialisasi Akupunktur
medik ditetapkan bersama oleh PRODI, KKI, Kolegium Akupunktur
medik Indonesia serta Perhimpunan. Permasalahan lintas spesialisasi
yang timbul akibat perkembangan subspesialisasi akan diselesaikan
oleh KKI, Kolegium, dan Perhimpunan terkait.
36
H Standar Pembiayaan
1. Dana Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur medik diutamakan
untuk pengembangan Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur
medik.
2. Fakultas Kedokteran wajib menentukan dan menyarnpaikan satuan
biaya yang dikeluarkan untuk biaya investasi, biaya pegawai, biaya
operasional dan biaya perawatan secara transparan, serta
melaporkannya kepada Menteri melalui pemimpin perguruan tinggi.
3. Fakultas Kedokteran wajib berkontribusi mendanai pendidikan di
Rumah Sakit Pendidikan.
4. Penanggung jawab pembiayaan pendidikan memiliki kewenangan
untuk mengalokasikan dana agar progam pendidikan dapat be{alan
dengan baik sehingga capaian pembelajaran dapat dikuasai oleh
PPDS.
5. Penanggung jawab pembiayaan pendidikan memiliki kewenangan
untuk mengalokasikan dana untuk pengembangan inovasi
pendidikan dalam rangka peningkatan mutu berkelaniutan.
6. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.
7. Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta PPDS untuk dapat
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
8. Biaya operasional satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas
meliputi:
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan
yang melekat pada gaji.
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai.
c. Biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya listrik,
air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana,
uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.
-37-
I Standar Rumah Sakit Pendidikan
Fasilitas Pendidikan dan Pelatihan
RS pendidikan adalah RS yang terakreditasi dengan minimum 14
(empat belas) fasilitas pelayanan. Untuk mencapai kompetensi, diperlukan
minimum 585 (lima ratus lima) kasus/peserta didik/selama masa
pendidikan dengan mempertimbangkan variasi kasus, yang dapat dicapai
dengan kerja sama antardivisi atau antardepartemen.
Pada pembentukan program studi baru atau evaluasi program
pendidikan, dilakukan akreditasi RS Pendidikan untuk menentukan
pencapaian kompetensi sesuai kurikulum program studi.
l. Setiap rumah sakit harus memenuhi standar untuk ditetapkan
sebagai rumah sakit pendidikan.
2. Standar untuk ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan meliputi
antara lain:
a. Visi, misi, dan komitmen rumah sakit;
b. Manajemen dan administrasi pendidikan;
d. Sumber daya manusia;
e. Sarana penunjang pendidikan; dan
f. Perancangan dan pelaksanaan program pendidikan klinik yang
berkualitas.
3. Rumah sakit Pendidikan Utama melakukan koordinasi dan
pembinaan terhadap wahana pendidikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Rumah sakit Pendidikan Utama harus memgembangkan jejaring
Rumah Sakit Pendidikan dan wahana pendidikan.
K Standar Penelitian
1. Pendahuluan
a. Fakultas Kedokteran dalam hal ini Institusi Pendidikan Dokter
Spesialis (IPDS) wajib melaksanakan penelitian dalam ruang
lingkup ilmu kedokterzln yang disesuaikan dengan kemajuan
perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan.
b. Ruang lingkup ilmu kedokteran meliputi ilmu biomedik, ilmu
kedokteran klinik, ilmu humaniora kedokteran, ilmu kesehatan
masyarakat/kedokteran pencegahan/kedokteran komunitas,
dan ilmu pendidikan kedokteran.
c. Penelitian kedokteran harus memenuhi lolos kaji etik.
d. Fakultas Kedokteran/IPDS harus memiliki kebijakan yang
mendukung keterkaitan antara penelitian, pendidikan, dan
pengabdian pada masyarakat serta menetapkan prioritas
penelitian beserta sumber daya penunjangnya.
e. Fakultas Kedokteran/IPDS harus memberi kesempatan kepada
peserta PPDS untuk melakukan penelitian di bawah bimbingan
dosen.
-39-
BAB III
PENUTUP
ttd
BAMBANG SUPRIYATNO
-47-
I"AMPIRAN II
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 56 TAHUN 2OI8
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
AKUPUNKTUR MEDIK
Topik:
Falsafah dan konsep dasar akupunktur klasik, konsep fenomena
organ, sistem meridian, penyebab penyakit dan terjadinya penyakit,
penggolongan sindrom, penegakan diagnosis, cara pemeriksaan
klasik, konsep dan cara melakukan terapi.
3) Neurofisiologi
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Neurolisiologi
Diberikan pada tahap Pembekalan
Jenis Kegiatan Kuliah Interaktif,
Diskusi Kelompok,
Belajar mandiri
Masa pendidikan 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain Ilmu Penyakit Syaraf, Ilmu
Kesehatan Mata, Ilmu Kesehatan
THT, Rehabilitasi Medik.
-49-
Topik:
Prinsip dasar praktik kedokteran dan penatalaksanaan masalah
kesehatan akut dan kronik; Standar Pelayanan Minimal (SPM); Sumber
informasi dan penelitian neurolisiologi yang berkaitan dengan akupunktur
medik; Dasar neuroanatomi; Konsep dasar pemeriksaan neurolisiologi;
Prinsip neurorestorasi; Patolisiologi nyeri; Dasar mekanisme kerja
akupunktur medik; Pengetahuan anamnesis, pemeriksaan lisik,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain, terapeutik
masalah kesehatan; Interpretasi hasil pemeriksaan neurolisiologi;
Penerapan neurofisiologi dan neurorestorasi untuk tata laksana dan
evaluasi hasil terapi akupunktur medik.
Topik:
Konsep dan implementasi terapi akupunktur, konsep dan penerapan
integrasi akupunktur ke dalam sistem kesehatan nasional, peran
akupunktur ditinjau dari pelayanan kesehatan, meta analisis uji klinik
terapi akupunktur, standar uji klinik dan standar pelaporan hasil uji
klinik terapi akupunktur, efek samping terapi akupunktur, titik
akupunktur dan jenisnya, mekanisme kreja masing-masing titik
akupunktur, indikasi dan kegunaan masing-masing titik akupunktur,
urutan langkah pemilihan titik akupunktur, pemilihan titik akupunktur
dalam berbagai kondisi dan penyakit.
5) rNMAS
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran INMAS
Diberikan pada tahap Pembekalan
Jenis Kegiatan Kuliah Interaktif,
Diskusi Kelompok,
Belajar mandiri
Bedside Teaching
Masa pendidikan 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu
Penyakit Syaraf, Ilmu Kesehatan
Mata, Ilmu Kesehatan THT,
Rehabilitasi Medik.
Deskripsi mata ajar:
INMAS adalah suatu sistem yang sederhana dan mudah
diterapkan / digunakan yang menerapkan kokonsepp biomedik untuk
menginterpretasikan mekanisme dasar titik akupunktur dan prosedur
klinisnya. Protokol INMAS menggunakan tiga macam titik yaitu titik
homeostatik, titik simptomatik dan titik paravertebra dimana ketiga litik
tersebut memiliki sifat yang menggambarkan kondisi patolisiologis yang
berbeda.
Topik:
Titik-Titik Akupunktur Tubuh yang Dipergunakan dalam Metode INMAS
(HA, SA, PA), Gangguan/ Penyakit-Penyakit yang Dapat Ditangani dengan
-51 -
6) Safetg in Aanpuncture
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Safetg in Aatpuncture
Diberikan pada tahap Pembekalan
Jenis Kegiatan Kuliah Interaktif,
Diskusi Kelompok,
Belajar mandiri
Masa pendidikan 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu
Penyakit Syaraf, Ilmu Kesehatan
Mata, Ilmu Kesehatan THT,
Rehabilitasi Medik.
Deskripsi mata ajar:
Dalam prosedur akupunktur dan penggunaan alat bantu ransang
akupunktur, dapat terjadi keadaan-kadaan yang tidak diinginkan. Dalam
praktik sehari-hari baik pada praktik pribadi atau di klinik maupun di
rumah sakit, keadaan yang tidak diinginkan ini dapat terjadi. Karenanya,
seorurng dokter spesialis akupunktur medik harus memiliki pengetahuan
dan menguasai kemampuan untuk mencegah, mengenali dan mengatasi
keadaan tersebut.
Topik:
Pencegahan terhadap infeksi, kontraindikasi tindakan akupunktur,
antisipasi terjadinya cedera maupun keadaan yang tidak diinginkan, jenis
rangsang yang digunakan, daerah yang tidak boleh ditusuk, rekam medis.
7) Mikroakupunktur
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Mikroakupunktur
Diberikan pada tahap Magang
Jenis Kegiatan Kuliah Interaktif,
Diskusi Kelompok,
Belajar mandiri
Bedside Teaching
-52-
8) Akupunktur Jepang
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Akupunktur Jepang
Diberikan pada tahap Magang
Jenis Kegiatan Kuliah Interaktif,
Diskusi Kelompok,
Belajar mandiri
Bedside Teaching
Masa pendidikan 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu
Penyakit Syaraf, Ilmu Kesehatan
Mata, Ilmu Kesehatan THT,
Rehabilitasi Medik.
-53-
Topik:
Pengantar Metode Akupunktur Jepang; Mekanisme Ke{a Metode
Akupunktur Jepang; Dasar Diagnosis dan Terapi Metode Akupunktur
Jepang; Teknik Akupunktur Jepang pada Berbagai Penyakit.
9) AkupunkturAnalgesi
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Akupunktur Analgesi
Diberikan pada tahap Magang
Jenis Kegiatan Kuliah Interaktif,
Diskusi Kelompok,
Belajar mandiri
Bedside Teaching
Masa pendidikan 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain IImu Penyakit Dalam, Ilmu
Penyakit Syaraf, Ilmu Kesehatan
Mata, Ilmu Kesehatan THT,
Rehabilitasi Medik.
Deskripsi mata ajar:
Modul ini bertujuan untuk menanamkan pemahaman atas prinsip dasar
akupunktur analgesia yang membantu peserta didik mengembangkan
kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional ) spesialis
Akupunktur Medik sehingga kelak dapat mendorong penggunaan
akupunktur analgesia sebagai salah kegunaan dari akupunktur.
-54-
Topik:
Berbagai definisi akupunktur analgesi, Mekanisme kerja akupunktur
analgesi, Pemilihan titik pada akupunktur analgesi, Keuntungan dan
kerugian akupunktur analgesi
10) AkupunkturAdiksi
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Akupunktur Adiksi
Diberikan pada tahap Mandiri
Jenis Kegiatan Diskusi Kelompok,
Belajar mandiri
Bedside Teaching
Masa pendidikan 2 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain Ilmu Penyakit Paru, Ilmu
Kesehatan Jiwa, Ilmu Gizi Klinik,
Rehabilitasi Medik.
Deskripsi mata ajar:
Modul ini bertujuan untuk menanamkan pemahaman atas prinsip dasar
akupunktur adiksi yang membantu peserta didik mengembangkan
kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional) spesialis
Akupunktur Medik sehingga kelak dapat mendorong penggunaan
akupunktur adiksi sebagai salah satu kegunaan dari akupunktur.
Topik:
c Euidene based akupunktur
o Keterampilan klinik
o Pemeriksaan dasar
. Pemeriksaan khusus akupunktur
o Teknik rangsang
o Interaksi dengan spesialis lain
B Keterampilan Klinik
1) Pemeriksaan dasar
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Pemeriksaan dasar
Diberikan pada tahap Magang dan mandiri
Jenis Kegiatan Diskusi Kelompok, Belajar
mandiri, Bedside Teaching
-55-
Masa pendidikan terintegrasi dengan masing-masing
mata ajar
Topik:
Definisi neurometer dan alat bantu diagnostik lainnya, mekanisme
konduksi arus listrik dalam tubuh manusia dan titik akupunktur yang
dirangsang dengan alat neurometer dan a-lat bantu diagnostik lainnya,
titik-titik akupunktur tubuh yang digunakan: Ietak, indikasi dan
keistimewaan masing-masing titik akupunktur, mekanisme kerja
neurometer dan alat bantu diagrrostik lain.
-56-
3) Akupunktur manual
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Akupunkttrr manual
Diberikan pada tahap Pembekalan
Jenis Kegiatan Kuliah Interaktif, Diskusi
Kelompok, Belajar mandiri Bedside
Teaching
Masa pendidikan 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu
Penyakit Syaraf, Ilmu Kesehatan
Mata, Ilmu Kesehatan THT,
Rehabilitasi Medik.
Deskripsi mata ajar:
Akupunktur dalam penerapannya memerlukan berbagai modalitas. Pada
modul akupunktur manual ini akan dibahas mengenai modalitas teknik
rangsang akupresur dan rangsang mekanik.
Topik:
T\rjuan, Indikasi dan teknik akupresur; metode penusukan jarum pada
titik akupunktur.
4l Akupunktur stimulator
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Akupunktur stimulator
Diberikan pada tahap Pembekalan
Jenis Kegiatan Kuliah Interaktif, Diskusi
Kelompok, Belajar mandiri Bedside
Teachirq
Masa pendidikan 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu
Penyakit Syaraf, Ilmu Kesehatan
Mata, Ilmu Kesehatan THT,
Rehabilitasi Medik.
-57 -
Topik:
Pengenalan Rangsang Listrik (Elektroakupunktur, TENS);
alat
Elektroakupunktur Voll; Cara melakukan Rangsang Listrik
(Elektroakupunktur, TENS); Elektroakupunktur Voll; Indikasi,
kontraindikasi, efek samping dan cara penanggulangan Rangsang Listrik
(Elektroakupunktur, TENS) ; Elektroakupunktur Voll.
5) Akupunktur termal
MATRIKS PEMBEI,AJARAN
Mata ajaran Akupunktur Termal
Diberikan pada tahap Pembekalan
Jenis Kegiatan Kuliah Interaktif, Diskusi
Kelompok, Belajar mandiri Bedside
Teaching
Masa pendidikan 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu
Penyakit Syaraf, Ilmu Kesehatan
Mata, Ilmu Kesehatan THT,
Rehabilitasi Medik.
Deskripsi mata ajar:
Akupunktur dalam penerapannya memerlukan berbagai modalitas. Pada
modul modalitas ini akan dibahas mengenai modalitas Termal.
Topik:
Pengenalan alat Rangsang TDP dan Moksa; Indikasi, kontraindikasi, efek
samping dan cara penanggulangan TDP dan Moksa.
6) Sonopunktur
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Sonopunktur
Diberikan pada tahap Pembekalan
-58-
7l Laserpunktur
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Laserpunktur
Diberikan pada tahap Pembekalan
Jenis Kegiatan Kuliah Interaktif, Diskusi
Kelompok, Belajar mandiri Bedside
Teaching
Masa pendidikan 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu
Penyakit Syaraf, Ilmu Kesehatan
Mata, Ilmu Kesehatan THT,
Rehabilitasi Medik.
Deskripsi mata ajar:
Dalam periode tahun 1970-an Lou Leuel Laser Tlerapg (LLLT) digunakan
sebagai terapi alternatif terhadap nyeri. Laser merupakan kependekan
dali light amplification bg stimulated emmiccion or radiation memiliki
keistimewaan dalam efeknya yang dapat menembus ke dalam jaringan
berdasarkan sifat monokromatisnya dan koherensi panjang
gelombangnya. Pada penelitian in vivo di tahun 1990 Jorvis, Mac Laver
dan Tametian menegaskan suatu hipotesa yang menunjukkan ketika
sinar lor.u leuel laser digunakan sebagai terapi akupunktur akan dapat
-59-
Topik:
Konsep dan implementasi laserpunktur, sifat lisik dari lou leuel laset;
indikasi dan kontraindikasi laserpunktur, tata laksana akupunktur,
teknik laserpunktur, evaluasi dan tindak lanjut.
8) Farmakopunktur
MATRIKS PEMBELAJARAN
Mata ajaran Farmakopunktur
Diberikan pada tahap Pembekalan
Jenis Kegiatan Kuliah Interaktif, Diskusi
Kelompok, Belajar mandiri Bedside
Teaching
Masa pendidikan 3 bulan
Integrasi dengan mata ajar lain Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu
Penyakit Syaraf, Ilmu Kesehatan
Mata, Ilmu Kesehatan THT,
Rehabilitasi Medik.
Deskripsi mata ajar:
Perangsangan titik akupunktur dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain dengan akuapunktur. Khasiat tersebut dicapai dengan
mengurangi dosis obat yang dipakai dibanding apabila obat itu
disuntikkan dengan cara biasa. Pemilihan titik akupunktur yang dipakai
sesuai dengan pemilihan titik akupunktur dalam ilmu akupunktur
umum. Jarum halus dan panjang disuntikkan intra muskular (IM) pada
titik akupunktur terpilih. Obat disuntikkan setelah tercapai sensasi ngilu
atau tebal (deqi). Selain IM penyuntikkan bisa juga dilakukan secara
subkutan (SC).
Topik:
Tata laksana dan implementasi dari akupunktur; konsep dan
implementasi akupunktur ke dalam akupunktur klinik dengan suatu
modalitas terapi yang efikasi terhadap penatalaksanaan kasus
akupunktur dengan tepat mengutamakan teknik efikasi yang baik.
-60-
Topik:
Berbagai teknik tanam benang dan jarum; peralatan tanam benang dan
jarum; indikasi, pemilihan titik, kontra indikasi, efek samping dan cara
penanggulangannya.
ttd
BAMBANG SUPRIYATNO
-61-
LAMPIRAN III
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 56 TAHUN 2018
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
AKUPUNKTUR MEDIK
ttd.
BAMBANG SUPRIYATNO
-63-
LAMPIRAN IV
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 56 TAHUN 2018
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
AKUPUNKTUR MEDIK
t[Uo.t-b6.d alc6smnt
eg. Portfoliq logboo( Multilource
feedba*, Mini-cEX
Wdttsn assesmenl
Knows How eg. MCQ, EMr
Written
Knows asseSsmen
Pencapaian
Tingkat
No Judul Jenis Penyakit Kompetensi/Jumlah
Kompetensi
Kasus
Neuralgia
Asma Bronchiale 5 4
5 Sistem respirasi
Rhinitis 10 4
6 Sistem Digestif Dgspepsia 5 4
Sistem
7 Hgperterusion 15 4
kardiovaskuler
Gangguan
8 Insomnia 20 4
Psikis
Pencapaian
Tingkat
No Judul Jenis Penyakit Kompetensi/
Kompetensi
Jumlah Kasus
Parkinson 5 4
Abheimer 1 4
Myasthenia Grauis c 4
Epilepsg 5 4
Vertigo 10 4
Autisme 2 4
Cerebral Palsg 2 4
Fatigue 2 4
Diabetes Mellitus 20 4
Hgperlipidemia 2 4
3. Sistem Endokrin
Hgperthgroidism 1 4
Climacteic Sgndrome 5 4
Depression 5 4
4 Kelainan Psikis Anoreia 2 4
Anxietas 20 4
Kelainan Sistem Coronary Heart
2 4
Kardiovaskuler Disease
5
dan
Sinusitis 2 4
Respiratorius
GERD 5 4
Iritable Bouel
6 Sistem Digestif 5 4
Sgndrome
Haemonhoid 5 4
Urinary Retention 2 4
Enuresis 2 4
Incontinentia Urine 2 4
Prostatitis 2 4
Sistem
7 Erectile Dgsfunction 4
Urogenitalia
Dgsmenorrtrca 5 4
Infeftility 10 4
Emesds Grauidantm 5 4
Prostatitis 2 4
8 Akupunktur untuk Paliatif Kanker 2 4
-68-
Pencapaian
Tingkat
No Judul Jenis Penyakit Kompetensi/
Kompetensi
Jumlah Kasus
Wrinkie 10 4
Acne Vulgaris 5 4
Melasma 5 4
Vitiligo 2 4
9 Kulit, Mata, THT Retinopati 2 4
Dermatitis 5 J
Tinitus 5 4
Mgopia 5 4
Puffu Ege 2 4
Obesitas 30 4
Ketergantungan
10. Kelainan Lain
Obat, Rokok Dan 5 4
Alkohol
ttd
BAMBANG SUPRIYATNO
-69-
I,AMPIRAN V
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
NOMOR 56 TAHUN 2018
TENTANG
STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
AKUPUNKTUR MEDIK
ttd
BAMBANG SUPRIYATNO