Opsi 2019
Opsi 2019
Tim Pengusul :
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
dari 20 kali harimau Sumatera masuk ke pemukiman warga di Desa Suka Maju
Kel. Puguk Kab. Seluma selama bulan Maret 2018 (Kompas, 2018). Puluhan
ternak sapi dan kambing milik warga menjadi mangsa.
Seluma merupakan kabupaten di Provinsi Bengkulu dengan penduduknya
yang lebih dari 70 % bermata pencaharian sebagai petani kelapa sawit dan
peternak sapi. Kabupaten Seluma juga merupakan kabupaten dengan jumlah
penduduk miskinnya terbanyak di Provinsi Bengkulu mencapai 20,67 % (BPS,
2017).
Dengan intensitas harimau yang masuk pedesaan Suka Maju sangat tinggi,
peneliti tertarik untuk melihat bagaimana interaksi sosial antar warga Desa Suka
Maju serta aktivitas mencari nafkah di tengah lalu lintas harimau Sumatera di area
pemukiman warga. Untuk itu akan diadakan penelitian lebih lanjut dengan judul
“Pengaruh Frekuensi Konflik Masyarakat dengan Harimau Sumatera
(Panthera tigris sumatrae) terhadap Kehidupan Sosial dan Mata Pencaharian
Penduduk di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu”.
3
3. Untuk mengetahui aktivitas mata pencaharian warga Desa Suka Maju dalam
kondisi teror harimau Sumatera
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
c. Konflik Tinggi
Skenario ketiga terjadi pada daerah pemukiman manusia yang terisolasi, yang
dikelilingi oleh habitat harimau yang sangat luas. Situasi ini mewakili
pembangunan wilayah pemukiman di tengah hutan dengan kepadatan
harimau yang tinggi.
6
3. Harimau Menyerang Manusia
Walaupun konflik tipe ketiga ini relatif jarang namun di beberapa tempat
cukup sering terjadi. Frekuensi serangan harimau yang terjadi dapat
menyebabkan kuatnya respon negatif dari masyarakat bahkan pemerintah
daerah setempat.
Sementara Menurut PERMENHUT No. 48/Menhut-II/2008, ada lima
prinsip yang perlu diperhatikan dalam penanganan konflik manusia dan satwaliar
termasuk harimau, yaitu:
1. Manusia dan Satwaliar Sama-Sama Penting
Konflik Manusia dan Harimau merupakan bentuk interaksi yang saling
merugikan, baik secara materi maupun psikologis. Oleh karena itu pemilihan
solusi penyelesaian konflik harus memperhatikan kedua entitas. Penyelesaian
harus memperhitungkan untuk mengurangi resiko kerugian hingga sekecil
mungkin bagi manusia. Selain itu juga harus mempertimbangkan pilihan
terbaik untuk kelestarian harimau Sumatera.
2. Spesifik Areal
Pencegahan dan penanggulangan konflik pada suatu daerah tidak selalu bisa
diterapkan di daerah lain. Konflik bisa dipicu oleh berkurangnya ketersedian
pakan atau terganggunya habitat akibat pembukaan lahan. Konflik juga dapat
terjadi akibat terganggunya jalur perlintasan atau koridor satwa, baik oleh
kegiatan pembukaan lahan maupun meningkatnya intensitas kegiatan
manusia. Konflik bisa juga terjadi akibat kondisi harimau yang tidak sehat
sehingga tidak memungkinkan untuk berburu hewan mangsa, atau
terganggunya populasi harimau akibat adanya aktivitas perburuan hewan
mangsa. Oleh karena itu solusi pencegahan dan penanggulangan konflik
harus dirumuskan dengan memperhatikan hal yang menjadi pemicunya,
kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan psikologis masyarakat setempat.
Pemahaman secara mendalam terhadap pemicu, kondisi aktual, serta
kecenderungan di masa datang, sepertinya akan sangat membantu dalam
menemukan solusi untuk pencegahan dan penanggulangan konflik secara
efektif.
7
3. Tidak Ada Solusi Tunggal
Konflik memiliki beragam dimensi yang kompleks, sehingga
penyelesaiannya dapat ditempuh melalui banyak pilihan. Karenanya,
rangkaian kombinasi penanggulangannya perlu ditelaah secara mendalam
untuk memberikan bentuk penyelesaian yang menyeluruh, efisien, dan
optimal.
4. Skala Lansekap
Harimau memiliki daerah jelajah yang luas. Terjadinya konflik di suatu
daerah bisa saja akibat terganggunya salah-satu bagian dari daerah jelajahnya.
Karenanya, penyelesaian konflik juga harus mempertimbangkan bentang
alam yang menjadi daerah jelajah harimau secara keseluruhan. Penyelesaian
konflik untuk jangka panjang akan sangat terbantu jika rencana tata ruang
yang disusun juga ikut mempertimbangkan keberadaan satwaliar dan
ekosistemnya.
5. Tanggung Jawab Multi-Pihak
Penanganan KMH bukan hanya sekedar isu konservasi satwaliar. Konflik
timbul akibat adanya benturan antara kepentingan sosial-ekonomi masyarakat
dengan pemanfaatan sumber daya alam, terutama hutan yang merupakan
penyedia jasa lingkungan. Pencegahan dan penanggulangan konflik
merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah daerah (Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pertanian, Peternakan, Perkebunan,
Pertambangan, Sosial, dan Badan Koordinasi Penanggulangan Bencana Alam
Daerah), aparat keamanan (Kepolisian dan TNI), dunia usaha, pengguna
lahan dalam skala luas seperti industri ekstraktif, tokoh masyarakat (agama,
budaya dan informal), serta pihak terkait lainnya (pemerintahan desa dan
perusahaan pemegang konsesi).
8
2.4. Alur Fikir
PROSES
INPUT OUTPUT
Keterangan :
1. Input : Masyarakat
2. Proses : Keterkaitan frekuensi konflik terhadap kehidupan sosial dan
aktivitas mata pencaharian
3. Output : Kebijakan dalam pencegahan konflik
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
3.4. Analisis Data
Analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara analisis selama
pengumpulan data artinya peneliti membuat ringkasan data dan selanjutnya
mengembangkan proposisi sehingga memperoleh kesimpulan. Analisis data pada
penelitian ini menggunakan teknik induktif yaitu dengan melakukan gambaran
setelah rekaman fenoma-fenomena yang dikelompokkan menjadi satu.
11
DAFTAR PUSTAKA
Majalah Harimau, (2016). Populasi harimau di alam liar naik menjadi 3.900 - BBC
Indonesia. www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/04/160411_
majalah_harimau_populasi. Diakses 1 Desember 2017.
WWF Indonesia, (2016). Populasi Harimau Sumatera Masih Kritis, WWF Ajak ... -
WWF Indonesia https://www.wwf.or.id/en/news_facts/ ?uNewsID=49842.
Jul 29, 2016- Diakses 1 Desember 2017.
12
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, (2017). Hutan
https://id.wikipedia.org/wiki/Hutan 2017. Diakses 1 Desember 2017.
13